Bag 3 Muslim - Or.id-Keutamaan Belajar Ilmu Agama
Bag 3 Muslim - Or.id-Keutamaan Belajar Ilmu Agama
id
1/7
Baca pembahasan sebelumnya Keutamaan Belajar Ilmu Agama (Bag. 2)
2/7
Karena kemuliaan ilmu syar’i dan keutamaannya pula, Allah Ta’ala menghalalkan bagi
kita untuk memakan binatang hasil buruan yang diburu oleh anjing ‘berilmu’ (yaitu
anjing yang sudah terlatih untuk berburu) dan mengharamkan memakan binatang hasil
buruan yang diburu oleh anjing yang tidak ‘berilmu’. Ini adalah bukti nyata bahwa
binatang dibedakan kedudukannya karena ilmu. Maka bagaimana lagi dengan manusia?
Maka, marilah kita merenungkan ayat ini dengan seksama. Kalaulah bukan karena
kemuliaan dan keutamaan ilmu, niscaya buruan anjing ‘berilmu’ dan anjing ‘bodoh’ akan
sama saja.
ﻼ ِم إِ َذا َﻓ ُﻘﻬُﻮا
َ ﺎر ُﻫ ْﻢ ِﻓﻰ اﻹ ْﺳ
ِ ِ ﺎر ُﻫ ْﻢ ِﻓﻰ ْاﻟ َﺠ
ُ َﺎﻫﻠِﯿﱠ ِﺔ ِﺧﯿ ﺎس َﻣ َﻌﺎ ِد ُن َﻛ َﻤ َﻌﺎ ِد ِن ْاﻟ ِﻔ ﱠ
ُ َﻀ ِﺔ َواﻟ ﱠﺬ َﻫ ِﺐ ِﺧﯿ ُ اﻟﻨﱠ
“Manusia itu ibarat logam dari emas dan perak. Orang yang terbaik ketika jahiliyyah akan
menjadi yang terbaik ketika Islam, jika mereka berilmu.” (HR. Bukhari no. 3496 dan
Muslim no. 6877. Lafadz hadits di atas adalah milik Muslim)
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata ketika memberi komentar terhadap hadits
ini,
“ … adapun perkataan beliau, ‘jika mereka berilmu’ maka di dalamnya terdapat isyarat
bahwa kemuliaan Islam tidaklah sempurna kecuali dengan memahami agamanya, … “
(Fathul Baari, 10: 295)
3/7
“Maknanya, orang-orang yang menjaga kehormatannya dan memiliki akhlak yang mulia
di masa jahiliyyah, jika mereka masuk Islam atau memahami agamanya, maka merekalah
manusia yang paling baik.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 112)
اﻟﺴﻨﱠ ِﺔ َﺳ َﻮا ًء َﻓﺄَ ْﻗ َﺪ ُﻣ ُﻬ ْﻢ ِﻫ ْﺠ َﺮ ًة َﻓﺈِ ْن َﻛﺎﻧُﻮا ِﻓﻰ اﷲِ َﻓﺈِ ْن َﻛﺎﻧُﻮا ِﻓﻰ ْاﻟ ِﻘ َﺮا َء ِة َﺳ َﻮا ًء َﻓﺄَ ْﻋﻠَ ُﻤ ُﻬ ْﻢ ﺑِ ﱡ
ﺎﻟﺴﻨﱠ ِﺔ َﻓﺈِ ْن َﻛﺎﻧُﻮا ِﻓﻰ ﱡ ﺎب ﱠ َ ْ
ِ َﯾَ ُﺆ ﱡم اﻟ َﻘ ْﻮ َم أ ْﻗ َﺮ ُؤ ُﻫ ْﻢ ﻟِ ِﻜﺘ
ْاﻟ ِﻬ ْﺠ َﺮ ِة َﺳ َﻮا ًء َﻓﺄَ ْﻗ َﺪ ُﻣ ُﻬ ْﻢ ِﺳ ْﻠﻤًﺎ
“Yang menjadi pemimpin suatu kaum adalah yang paling faham terhadap kitabullah. Jika
masih sama, maka yang paling faham terhadap As-Sunnah. Jika masih sama, maka yang
lebih dahulu berhijrah. Jika masih sama, maka yang lebih dahulu masuk Islam.” (HR.
Muslim no. 1564)
“Dunia itu terlaknat. Terlaknat apa-apa yang ada di dalamnya kecuali yang berdzikir
kepada Allah, dan apa yang diamalkannya, orang yang berilmu dan yang
mengajarkan ilmunya.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani
dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 4112)
4/7
Inilah sekelumit pelajaran tentang motivasi bagi para penuntut ilmu. Semoga yang sedikit
ini bisa menyalakan semangat mereka dalam berjuang membela agama-Nya dari
serangan musuh-musuh-Nya. Sesungguhnya pada masa yang penuh dengan fitnah
semacam ini, kehadiran para penuntut ilmu yang sejati sangatlah dinanti-nanti. Para
penuntut ilmu yang berhias dengan adab-adab Islami, yang tidak tergoda oleh
gemerlapnya dunia dengan segala kepalsuan dan kesenangannya yang fana. Para
penuntut ilmu yang bisa merasakan nikmatnya berinteraksi dengan Al Qur’an
sebagaimana orang yang lapar menyantap makanan. Para penuntut ilmu yang senantiasa
berusaha meraih keutamaan di waktu-waktunya. Para penuntut ilmu yang bersegera
dalam kebaikan dan mengiringi amalnya dengan rasa harap dan cemas. Para penuntut
ilmu yang mencintai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya di atas kecintaannya kepada segala
sesuatu. [1]
Hal ini sebagaimana perkataan Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah yang
telah penulis kutip sebelumnya,
”Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang
akan menjadikan seorang mukallaf untuk dapat mengetahui kewajibannya berupa
masalah-masalah ibadah dan muamalah …” (Fathul Baari, 1: 92)
”Ilmu yang mendapatkan pujian adalah ilmu syar’i, yaitu ilmu tentang memahami
kitabullah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Kitaabul ‘Ilmi, hal.
14)
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia
dalam urusan agamanya.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
5/7
Bahkan Allah Ta’ala mencela orang-orang yang sangat pandai tentang seluk-beluk ilmu
dunia dengan segala permasalahannya, namun lalai terhadap ilmu agamanya. Allah
Ta’ala berfirman,
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan mereka
lalai tentang (kehidupan) akhirat.” (QS. Ar-Ruum [30]: 7)
Maksudnya, sebagian besar manusia tidaklah mempunyai ilmu kecuali ilmu tentang
dunia, dan segala yang terkait dengannya. Mereka sangat pandai dengan hal tersebut,
namun lalai dalam masalah-masalah agama mereka dan apa yang bisa memberikan
manfaat bagi akhirat mereka. [2]
Namun, bukan berarti kita mengingkari manfaat belajar ilmu duniawi. Karena hukum
mempelajari ilmu duniawi itu tergantung pada tujuannya. Apabila digunakan dalam
kebaikan, maka baik. Dan apabila digunakan dalam kejelekan, maka jelek. [3] [4]
Baca Juga:
[Selesai]
***
Artikel: Muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] Perkataan yang sangat menakjubkan ini penulis kutip dari tulisan saudara kami, Akh
Ari Wahyudi –semoga Allah senantiasa menjaganya- melalui tulisannya yang berjudul
“Sekelumit tentang Keutamaan Ilmu”. Dapat dilihat di Buku Panduan Santri
Pesantren Mahasiswa Ma’had Al-‘Ilmi, hal. 29.
[4] Disarikan dari kitab Kaifa Tatahammasu li Tholabil ‘Ilmi Syar’i, hal. 30-35
dan 50-54 disertai beberapa penambahan dari referensi lainnya.
6/7
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
ԍ Tafsir Surat Al Ashr, Memperkuat Iman Kepada Allah Swt, Kredit Riba, Minum Air
Kencing Istri, Hadist Tentang Toleransi
7/7