409 986 1 SM
409 986 1 SM
Eny Suastuti
Dosen Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo
email:enysuastui@yahoo.co.id
Abstract
The existence of the company in the middle of the public has very broad
implications, than it takes in spurring development is being implemented that
will bring a positive impact of opening employment also exploited the
surrounding environment on a large scale will damage the ecology. There-
fore, the provisions of Article 74 of Law No. 40 of 2007 on Limited Liability
Company (hereinafter referred to as Act PT) jo. Government Regulation No.
47 Year 2012 on Environmental and Social Responsibility Company Limited
(hereinafter referred to as PP 47 Year 2012) to accommodate the corporate
social responsibility which is an implementation of the moral consciousness
and volunteerism from a company to remove a charge for contributing
important for the survival corporation itself, so that the objectives of sustain-
able development can be achieved. Thus the Corporate Social Responsibility
(CSR) has been declared a legal obligation for companies whose main activi-
ty using natural resources as stipulated in Article 74 of Law No. 40 of 2007.
Key Word : CSR, Article 74 of Law No. 40 of 2007, sanctions
Abstrak
Dalam Pasal 74 UU PT jo. PP 47 Tahun 2012 diatur mengenai kewajiban
menjalankan tanggung jawab sosial CSR bagi perusahaan yang berkaitan
dengan sumber daya alam. Kewajiban sosial perusahaan diatur dengan UU
ini agar kewajiban perusahaan atas lingkungan sekitarnya tidak hanya sebatas
dalam tataran moralitas, tetapi perlu diatur dalam suatu norma hukum agar
tercapai suatu kepastian hukumnya.
Adanya UU Perseroan Terbatas dan PP yang mengatur tentang tanggung-
jawab sosial ini tidak akan berhasil apabila tidak adanya sanksi hukum.
Mengingat dalam kedua aturan tersebut tidak diatur mengenai sanksi atas
tidak dilaksanakannya CSR tersebut yang akan berimbas pada banyaknya
perusahaan yang akan mengabaikan ketentuan CSR ini apabila tidak ada
aturan yang memaksanya. Oleh karena itu, ketentuan Pasal 74 ayat (3) UU PT
tidak akan mempunyai arti apabila belum adanya peraturan yang mengatur
secara tegas ketentuan tersebut, begitu pula ketentuan PP 47 Tahun 2012 yang
tidak mengatur secara jelas ketentuan tentang sanksi atas tidak dilaksanakan-
**Makalah ini merupakan modifikasi dari makalah dengan judul Implementation Of The Law
Enforcementcorporte Social Responsibility (Csr) In Article 74 laws On Limited Liability yang disam-
paikan pada International Conference CSR Sustainble Development pada tanggal 9-11 April 2013
203
204 Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
karena CSR merupakan elemen yang ketentuan tentang sanksi hukum atas
menguntungkan sebagai strategi bis- tidak dilaksanakannya CSR. Hal ini
nis yang dapat dimaksimalkan untuk akan menjadi masalah dalam meng-
meningkatkan citra positif perusaha- implementasikan ketentuan CSR ini
an dan implementasi perusahaan un- dalam praktek.
tuk memperkuat keberhasilan peru- Ketentuan Pasal 74 UU PT dan
sahaan. Pasal 3 ayat (1) PP Nomor 47 Tahun
Kewajiban tanggung jawab sosial 2012 menyatakan, tanggung jawab
perusahaan dengan diaturnya dalam sosial dan lingkungan sebagaimana
UU jelas bertujuan agar kewajiban dimaksud dalam Pasal 2 menjadi
atas lingkungan sekitarnya tidak ha- kewajiban bagi perseroan yang men-
nya sebatas dalam tataran moralitas, jalankan kegiatan usahanya di bi-
tetapi perlu diatur dalam suatu norma dang dan/atau berkaitan dengan sum-
hukum agar tercapai suatu kepastian ber daya alam berdasarkan undang-
hukumnya. Adanya UU PT dan PP undang. Dari latar belakang tersebut
yang mengatur tentang tanggung- isu hukum yang dapat dikemukakan
jawab sosial ini tidak akan berhasil adalah apakah ketentuan ketentuan
apabila tidak diikuti dengan sanksi Pasal 74 ayat (3) UU PT jo Pasal 7
hukum. Kedua aturan tersebut tidak PP Nomor 47 Tahun 2012 yang tidak
diatur mengenai wujud sanksi hu- mengatur mengenai wujud sanksi
kumnya atas tidak dilaksanakannya hukumnya dapat memberikan kepas-
CSR tersebut, tentunya akan berim- tian hukum terhadap perusahaan
bas pada banyaknya perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan
yang akan mengabaikan ketentuan CSR tersebut.
CSR ini apabila tidak ada aturan yang
Pengertian Corporate Social Res-
memaksanya. Oleh karena itu, keten-
ponsibility (CSR) dan Latar Bela-
tuan Pasal 74 ayat (3) UU PT tidak kang Dimasukkannya Corporate
akan mempunyai arti apabila belum Social Responsibility (CSR) dalam
Undang-undang
adanya peraturan yang mengatur se-
cara tegas ketentuan tersebut, begitu
CSR yang merupakan tanggung-
pula ketentuan PP 47 Tahun 2012
jawab perusahaan terhadap stake-
yang tidak mengatur secara jelas
holders terkait dengan kegiatan
Eny Suastuti: Beberapa Kendala 209
ekonomi perusahaan terhadap ma- nyai implikasi yang sangat luas. Oleh
syarakat, bangsa dan dunia interna- karena itu, keberadaan Pasal 74 UU
sional telah dimuat dalam ketentuan PT jo. Peraturan Pemerintah Nomor
dalam Bab V tentang Tanggung 47 Tahun 2012 memberi wadah ter-
Jawab Sosial dan Lingkungan UU hadap pengaturan CSR sebagai ke-
PT. Pasal 74 UU PT menyatakan wajiban hukum bagi perusahan yang
CSR merupakan suatu kewajiban kegiatan utamanya menggunakan
bagi perusahaan. Selanjutnya Pasal 1 sumber daya alam.
angka (3) UU PT menyatakan, tang- Pemahaman atas konsep CSR
gung jawab sosial dan lingkungan harus sejalan dengan penerapannya.
adalah komitmen perseroan untuk Mengingat pemikiran tentang perlu-
berperan serta dalam pembangunan nya CSR disebabkan banyaknya
ekonomi berkelanjutan guna me- perusahaan-perusahaan yang besar
ningkatkan kualitas kehidupan dan yang menunjukkan sikap tidak ber-
lingkungan yang bermanfaat, baik tanggung jawab terhadap lingkungan
bagi perseroan sendiri, komunitas di sekitarnya yang mengakibatkan
setempat, maupun masyarakat pada dampak yang sangat besar seperti
umumnya. Oleh karenanya ketentu- polusi kerusakan lingkungan dan
an ini mengakomodir CSR yang me- perilaku yang menyimpang. Kegia-
rupakan implementasi dari kesada- tan-kegiatan yang dilakukan oleh
ran moral dan merupakan suatu ke- perusahaan besar tersebut sangat
sukarelaan dari perusahaan untuk tidak etis dan tidak bertanggung-
mengeluarkan suatu biaya untuk jawab. Hal ini tidak sesuai dengan
memberikan kontribusi penting ba- tujuan perusahaan didirikan, yaitu
gi kelangsungan korporasi itu sendi- untuk dapat tumbuh secara berkelan-
ri, agar tujuan tujuan pembangunan jutan. Sebagaimana yang dikatakan
berkelanjutan dapat tercapai. Keha- Muh Syarif bahwa konsep CSR dan
diran perusahaan di tengah-tengah penerapannya merupakan komitmen
masyarakat selain dibutuhkan dalam terhadap keberlanjutan perusahaan.
memacu pembangunan yang sedang Konsep berkelanjutan dari perusa-
dilaksanakan juga membawa dam- haan di dalamnya mengandung arti
pak positif dan negatif yang mempu- perusahaan tersebut mengakui akan
210 Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
pentingnya pertumbuhan untuk me- sonal yang ditransfer dari satu gener-
ngupayakan tujuan social, perlindu- asi ke generasi berikutnya, dan men-
ngan lingkungan, keadilan social dan jadi inspirasi utama dalam triple
keadilan serta pembangunan eko- bottom line, ekonomi, sosial dan
nomi (Muh. Syarif, 2012:94). Selan- lingkungan. Corporate Social Res-
jutnya, dikatakan lebih lanjut bahwa ponsibility diartikan sebagai upaya
tanggung jawab sosial perusahaan managemen untuk mencapai tujuan
berkaitan dengan peran bisnis dalam pembangunan ekonomi berkelanju-
masyarakat, sehingga harus dijelas- tan berdasarkan kesimbangan pilar
kan lebih lanjut mengenai konsep ekonomi, sosial, lingkungan dengan
CSR apa saja, bentuk-bentuk tang- meminimkan dampak negatif dan
gung jawab yang harus diemban oleh memaksimalkan dampak positif. De-
perusahaan dalam menjaga keseim- ngan demikian CSR bukan merupa-
bangannya (Muh. Syarif, 2012: 94). kan tanggung jawab hanya pada
Menurut Syarif dengan mengambil pemilik modal, melainkan kepada
pendapat Jalal disebutkan bahwa seluruh pemangku kepentingan yang
konsep berkelanjutan perusahaan mencakup kepentingan sosial dan
meliputi : lingkungan
1. Pembangunan berkelanjutan Menurut Sutan Remy Sjahdeini
2. Corporate Social Responsibility
terdapat 2 (dua) jenis CSR yaitu
(CSR)
3. Teori Pemangku Kepentingan dalam pengertian luas, CSR bertu-
4. Teori Akuntabilitas Perusahaan juan berlangsungnya sustainable
dan
5. Kerangka Keberlanjutan (Muh. economic activity dan dalam penger-
Syarif, 2012:94). tian sempit merupakan social res-
ponsibility dari perusahaan dalam
Konsep pembangunan berkelan- hubungan-hubungan perusahaan itu
jutan meliputi 3 (tiga) hal, yaitu pem- dengan pihak-pihak internal dan
bangunan yang memenuhi generasi eksternal perusahaan tersebut ( Sjah-
sekarang tanpa mengorbankan gene- deini, 2007:37). Secara harfiah CSR
rasi mendatang, jumlah total capital diartikan sebagai tanggungjawab
mencakup modal sosial, ekonomi, korporasi. Tanggungjawab adalah
lingkungan, budaya politik dan per- suatu kesadaran moral tentang perlu
Eny Suastuti: Beberapa Kendala 211
atau pentingnya suatu hal itu dilaku- men pengembang peradaban dunia
kan atau tidak boleh dilakukan. Ke- tersebut, dan pengeluaran perusa-
sadaran yang dimaksud dalam hal ini haan merupakan investasi sosial
adalah kesadaran untuk melakukan yang memberikan kontribusi pen-
tanggungjawab sosial dan ling- ting bagi keberlanjutan perusahaan
kungan untuk meminimalisir dam- itu sendiri yang implementasi dari
pak negatif dari proses produksi Menurut Sentoso Sembiring menya-
dalam bisnis yang dilakukan oleh takan penerapan CSR hendaknya
perusahaan. Oleh karenanya tang- harus terintegrasi di seluruh aktivitas
gung jawab sosial perusahaan dapat perusahaan yang mencakup 7 (tujuh)
diartikan sebagai kumpulan kebija- isu pokok :
kan dan praktik yang berhubungan 1. Pengembangan masyarakat
2. Konsumen
dengan nilai-nilai, pemenuhan keten-
3. Praktik kegiatan institusi yang
tuan hukum dan penghargaan ma- sehat
syarakat dan lingkungan serta komit- 4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
men badan usaha untuk berkontribu- 6. Hak asasi manusia
si. Oleh karena itu, relevansi ketentu- 7. Organisasi pemerintahan. (Syah-
deini, 2007:205)
an Pasal 74 UU PT jo PP 47 Tahun
2012 yang mengatur tentang CSR
Program CSR bagi perusahaan
menjadi tidak relevan apabila kesa-
kehadirannya masih perlu diper-
daran yang tinggi atas tanggung
tanyakan apakah benar CSR merupa-
jawab perusahaan yang akan berim-
kan kewajiban sehingga perlu diatur
bas pada tindakannya secara otoma-
dalam suatu peraturan perun-
tis akan memperhatikan tanggung-
dang-undangan atau hanya bersifat
jawab sosial dan lingkungan demi
sukarela bagi perusahaan. Dalam
kepentingan masyarakat dan bangsa.
Pasal 74 UU PT CSR hanya dibe-
CSR merupakan bentuk imple-
bankan terhadap perusahaan yang
mentasi dari kesadaran nilai-nilai
berkaitan dengan sumber daya alam
perusahaan yang dianutnya dan ber-
(SDA), mengapa hanya terhadap
sumber dari spiritualitas dari pemilik
perusahaan SDA, apakah dampak
perusahaan dengan tingkat kesada-
yang ditimbulkan oleh perusahaan
ran sosial yang tinggi sebagai instru-
SDA sangat besar dan luas, sehingga
212 Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
ngan. Ayat (2) Rencana kerja tahu- dalam Pasal 3 tidak menghalangi
nan Perseroan sebagaimana dimak- Perseroan berperan serta melaksa-
sud pada ayat (1) memuat rencana nakan tanggung jawab sosial dan
kegiatan dan anggaran yang dibutuh- lingkungan sebagaimana dimaksud
kan untuk pelaksanaan tanggung dalam Pasal 2. Ayat (2) Perseroan
jawab sosial dan lingkungan. Pasal 5 yang telah berperan serta melak-
ayat (1) Perseroan yang menjalankan sanakan tanggungjawab sosial dan
kegiatan usahanya di bidang dan/ lingkungan dalam PP ini tidak juga
atau berkaitan dengan sumber daya ditur me- ngenai wujud sanksi atau-
alam, dalam menyusun dan menetap- pun jenis sanksi bagi perusahaan
kan rencana kegiatan dan anggaran yang tidak menjalankan konsep CSR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini. Pemahaman atas konsep CSR
4 ayat (2) harus memperhatikan ke- yang diatur dalam PP ini agar sejalan
patutan dan kewajaran. Ayat (2) Rea- dengan pengertian CSR yang diatur
lisasi anggaran untuk pelaksanaan dalam Pasal 74 ayat (1) UU PT. Di
tanggung jawab sosial dan lingku- samping itu, Pasal 74 ayat (1) UU PT
ngan yang dilaksanakan oleh Perse- yang tidak menjelaskan secara rinci
roan sebagaimana dimaksud pada bagaimana bentuk dan wujud CSR
ayat (1) diperhitungkan sebagai bia- yang diinginkan oleh pembuat
ya Perseroan. Pasal 6 Pelaksanaan undang-undang. Masalah biaya yang
tanggung jawab sosial dan lingku- timbul sebagai pelaksanaan CSR
ngan dimuat dalam laporan tahunan dalam Pasal 74 ayat (2) menyatakan
Perseroan dan dipertanggungjawab- pendanaan CSR oleh perusahaan
kan kepada RUPS. pengeluarannya dapat diperhitung-
Pasal 7 berbunyi Perseroan seba- kan sebagai biaya perusahaan. Biaya
gaimana dimaksud dalam Pasal 3 perusahaan dalam hal ini dimaksud-
yang tidak melaksanakan tanggung kan sebagai investasi sosial yang
jawab sosial dan lingkungan dikenai memberikan kontribusi penting bagi
sanksi sesuai dengan ketentuan pera- keberlanjutan perusahaan itu sendiri.
turan perundang-undangan. Pasal 8 Selain dalam ketentuan dalam
ayat (1) Tanggung jawab sosial dan Pasal 74 UU PT jo PP 47 Tahun
lingkungan sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 3 UU PT menyatakan,
Eny Suastuti: Beberapa Kendala 217
APBD daerah adalah merupakan hal (Tri Cicik, 2012:9). Sutan Remy
yang bertentangan dengan hakekat Sjahdeini menyatakan, dalam pe
CSR itu sendiri. Pemahaman bahwa ngertian sempit CSR adalah tang-
CSR merupakan hak penuh dari gungjawab sosial perusahaan terha-
pemerintah daerah merupakan suatu dap para stakeholders baik ke dalam
intervensi pemerintah daerah terha- maupun keluar. Pengertian CSR
dap perusahaan yang ada di wilayah- secara luas terkait dengan tujuan
nya. Oleh karena itu, intervensi mencapai kegiatan ekonomi berke-
pemerintah daerah terhadap pelaksa- lanjutan. Keberlanjutan kegiatan
naan CSR merupakan sistem yang ekonomi bukan hanya terkait soal
dibuat untuk melaksanakan korupsi tanggung jawab sosial tetapi juga
di daerah atau melegalkan penyakit menyangkut akuntabilitas perusa-
korupsi. haan terhadap masyarakat, bangsa
Menurut Achda pengertian CSR dan dunia internasional (Sjahdeini,
adalah merupakan suatu komitmen 2007:57).
untuk mempertanggungjawabkan Kewajiban atas tanggung jawab
dampak operasinya dalam dimensi sosial dan lingkungan bagi perusa-
sosial, ekonomi, dan lingkungan haan yang telah ditetapkan sebagai
serta terus menerus menjaga agar kewajiban hukum oleh UU PT ini
dampak tersebut menyumbangkan mempunyai implikasi agar kewa-
manfaat kepada masyarakat dan jiban perusahaan atas lingkungan
lingkungan hidupnya Achda dalam sekitarnya tidak hanya sebatas dalam
Tri Cicik, 2012:9). Selanjutnya, tataran moralitas yang pelaksanaan-
dikatakan oleh Cicik dengan me- nya bersifat sukarela semata, tetapi
ngutip pendapat dari Jauch dan perlu diatur dalam suatu norma
Gluek bahwa pelaksanaan atau hukum sebagai suatu kewajiban
implementasi strategis CSR ini hukum agar tercapai suatu kepastian
sesungguhnya merupakan pilihan hukumnya.
strategi yang telah ditetapkan untuk Pelaksanaan CSR ini harus mem-
mengukuhkan arah strategis yang berikan manfaat yang nyata bagi
telah dipilih dan memberikan internal maupun eksternal perusa-
pedoman dalam mengambil tindakan haan, dan harus efektif pengeluaran
220 Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
dana perusahaan agar tercapai tu- sehingga konsep CSR ini harus dipa-
juan, sehingga dapat dihindarkan hami secara benar dan baik oleh
pelaksanaan CSR yang hanya me- perusahaan agar penerapannya dapat
rupakan pemborosan belaka bagi dilakukan secara benar dan harus
perusahaan. Menurut Sutan Remy sejalan dengan konsep CSR dari sisi
Sjahdeini, terkait dengan tujuan atau landasan filosofinya telah dianut
manfaat pelaksanaan CSR menya- secara internasional. Penerapan kon-
takan, pelaksanaan CSR telah sep CSR ini akan berhasil apabila
meningkatkan reputasi perusahaan, tujuan pembangunan berkelanjutan
reputasi yang baik itu memudahkan seimbang dengan pilar ekonomi,
perusahaan untuk dapat melakukan sosial dan lingkungan dengan memi-
rekrutmen pegawai yang berkualitas nimumkan dampak negatif dan
dan bereputasi baik, para pegawai memaksimalkan dampak positif di
lebih betah untuk bekerja di perusa- setiap pilar.
haan yang melaksanakan CSR Konsep CSR oleh Pasal 74 ayat
sehingga perusahaan dapat mengu- (1) UU PT telah ditetapkan sebagai
rangi biaya yang timbul karena harus kewajiban hukum dan harus dilak-
melakukan rekrutmen baru dan sanakan. Dimasukkannya konsep
melakukan pelatihan bagi pega- CSR dalam ketentuan Pasal 74 UU
wai-pegawai baru itu dan sebagainya PT tersebut merupakan suatu lang-
(Sjahdeini, 2007:64). kah maju bagi kepentingan ma-
syarakat, bangsa dan negara walau-
Penutup pun ketentuan pasal tersebut diber-
Konsep CSR yang pada prin- lakukan secara terbatas bagi perusa-
sipnya dilandasi argumentasi moral haan yang menjalankan kegiatan
semata yang pelaksanaannya bersifat usahanya di bidang sumber daya
sukarela dan didasarkan oleh pemi- alam. Masalah pendanaan program
kiran bahwa bukan hanya pemerin- CSR sebagaimana diamantkan oleh
tah saja yang harus bertanggung- Pasal 74 ayat (2) UU PT yang meru-
jawab, tetapi juga perusahaan-peru- pakan kewajiban Perseroan dengan
sahaan harus bertanggung jawab dianggarkan dan diperhitungkan se-
terhadap masalah-masalah sosial, bagai biaya perseroan yang pelaksa-
Eny Suastuti: Beberapa Kendala 221