PPh Pasal 22 merupakan cara pelunasan pembayaran Pajak dalam tahun berjalan
melalui pemungutan oleh Wajib Pajak atas penghasilan antara lain sehubungan
dengan:
1. Impor Barang dan Jasa
2. Pembelian Barang dengan menggunakan APBN/APBD dan dana pemerintah non
APBN/APBD;
3. Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas oleh produsen/ importir
4. Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri Semen, Kertas, Baja, Otomotif, dan
industri Farmasi
5. Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, APM, dan importir
umum kendaraan motor
6. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan
usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan
7. WP Badan yang menjual barang yang tergolong sangat mewah.
BARANG TERGoLoNG SANGAT MEwAH
(PMK-253/PMK.03/2008)
1. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp. 20.000.000.000 (dua puluh milyar
rupiah)
2. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp. 10.000.000.000 (sepuluh
milyar rupiah)
3. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp.
10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) dan luas bangunan lebih dari 500m2 (lima ratus
meter persegi)
4. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari
Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) dan/ atau luas bangunan lebih dari 400m2
(empat ratus meter persegi)
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orag berupa sedan,
jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV), minibus dan sejenisnya
dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000 (lima milyar rupiah) dan dengan kapasitas
silinder lebih dari 3000 cc.
PEMuNGuT PPH PASAL 22
Pemungut PPh Pasal 22 adalah:
1. Bank Devisa dan DJBC atas impor barang;
2. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang;
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang
yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);
4. KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar (SPM) yang diberi delegasi
oleh KPA berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak
ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran Langsung (LS);
5. BUMN yang meliputi: Pertamina, PLN, PGN, Telkom, Garuda Indonesia, PT PP,
Wijaya Karya, Adhi Karya, Hutama Karya, Krakatau Steel, dan Bank BUMN,
berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan/ atau bahan-bahan
untuk keperluan kegiatan usahanya;
6. Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri Semen, Kertas, Baja,
Otomotif, dan industri Farmasi atas penjualan hasil produksinya kepada distributor
dalam negeri;
7. ATPM atau APM dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan
kendaraan bermotor di dalam negeri;
8. Produsen atau importir BBM, BBG, dan Pelumas;
PEMuNGuT PPH PASAL 22 (BAGiAN 2)
Pemungut PPh Pasal 22 adalah:
9. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan atas pembelian bahan-bahan dari pedagang
pengumpul.
10. WP Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah
YANG DiKEcuALiKAN DARi PEMuNGuTAN PPH PASAL 22
(Berdasarkan PMK-154/PMK.03/2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PMK-
175/PMK.011/2013)
DJBC/ Importir setor sendiri Surat Setoran Pajak (SSP) a.n. Importir
Produsen/ Importir BBM, Gas, dan Pelumas Bukti Pungut PPh Pasal 22
Catatan: Bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, maka besarnya
pajak 100% lebih tinggi dari tarif normal (Untuk Pasal 22 yang tidak
final)