Anda di halaman 1dari 10

“IDENTIFIKASI DAYA TARIK HUTAN MANGROVE SEBAGAI OBJEK WISATA DI

PANTAI MUARA INDAH KECAMATAN PANTAI LABU”

Meilinda Suriani Harefa, Kevin Natanael Simanjuntak, Lamro P Silaban, Muhammad Riski
Moi Marganda Siregar, Novita Sari Pasaribu & Sindy Chaniago

Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan


Jln. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate 20221
Email: sindichaniago355@gmail.com
ABSTRAK
Pantai Muara Indah yang menjadi tempat wisata di kec. Pantai labu, dimana tempat tersebut
memiliki hutan mangrove sebagai fokus wisata tempat tersebut. Pada penelitian ini dapat dilihat
bahwa daya tarik pada wisata tersebut yaitu adalah hutan mangrove yang banyak diminati oleh
masyarakat serta orang luar yang datang ke tempat wisata tersebut. Di penelitian ini kami juga
mengumpulkan sampel atau sumber data yang dapat mendukung hasil dari observasi kami pada saat
dilapangan. Wisata dapat berdampak baik bagi masyarakat dimana hal tersebut akan membantu
perekonomian masyarakat tersebut jika tempat wisata tersebut memiliki daya tarik yang dapat
dikatakan sebagai tempat wisaa yang layak dan bagus untuk dikunjungi.

Kata kunci: Daya tarik Wisata Hutan Magrove Muara Indah


Kawasan pesisir merupakan salah satu
lingkungan yang kompleks karena merupakan
PENDAHULUAN tempat peralihan antara ekosistem darat dan
1.1 Latar Belakang laut. Wilayah pesisir Indonesia memiliki
berbagai macam jenis habitat beserta
Hutan mangrove merupakan jenis hutan keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi
tropis yang memiliki keunikan tersendiri, (Husamah, 2018:87). Indonesia memiliki tiga
tumbuh di sepanjang pantai atau muara ekosistem pesisir yang ditemukan
sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air berdampingan yaitu ekosistem mangrove,
laut. Wilayah pesisir yang tidak bermuara padang lamun, dan terumbu karang. Kawasan
sungai mempunyai pertumbuhan vegetasi pesisir yang ditumbuhi mangrove secara
mengrove tidak optimal (Bengen, 2000:67). umum tahan terhadap berbagai tekanan
Mangrove dapat tumbuh di habitat dengan lingkungan, tetapi sangat peka terhadap
kadar garam yang cukup tinggi melalui pengendapan, tinggi rata-rata permukaan air,
adaptasi sistem morfologi, anatomi, dan pencucian, dan sedimentasi.
fisiologi, sehingga mangrove mampu
bertahan hidup di pesisir pantai maupun di Ekosistem kawasan pesisir dapat dilakukan
muara sungai. dengan upaya konservasi dan rehabilitasi
dengan pelaksanaan yang konsisten dalam
jangka panjang dan dibutuhkan partisipasi
aktif masyarakat. Penanganan dalam Pembangunan ekowisata Pantai Labu Muara
mencegah abrasi pantai di Kecamatan Pantai Indah yang telah dikembangkan ialah
Labu ialah rehabilitasi dengan penanaman dilakukan reboisasi/penanaman mangrove
mangrove. Keberadaan mangrove tersebut dan pembangunan jembatan titian, spot foto
dimanfaatkan dengan pengembangan serta infrastruktur pendukung ekowisata.
kawasan pesisir berkonsep ekowisata. Objek dan daya tarik wisata yang dapat
Berdasarkan Peraturan Daerah No 3 tahun dinikmati pengunjung ialah menyusuri hutan
2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dengan meniti jembatan titian dan menikmati
Kecamatan Pantai Labu bahwa kawasan keindahan pantai. Kondisi jembatan titian
sempadan sungai dan pantai merupakan sudah mengalami kerusakan dikarenakan
kawasan lindung, sehingga pengembangan material yang digunakan bersifat non
wilayah pesisir dilakukan dengan pembatasan permanen. Kondisi tersebut akan mengancam
kegiatan yang tidak mengganggu fungsi keamanan pengunjun. Selain itu juga objek
kawasan tersebut ialah dengan dan daya tarik wisata yang kurang menarik
pengembangan wisata ekologi. menyebabkan Pantai Labu Muara Indah
kurang diminati pengunjung.
Hutan mangrove sangat tepat dikembangkan
dalam melakukan pengendalian kawasan TINJAUAN PUSTAKA
pesisir, dengan upaya mewujudkan
pengembangan kawasan pesisir yang 2.1 Kajian Teori
berkelanjutan ialah melalui pendekatan Hutan Mangrove
ekowisata (Mukaryanti, 2015). Ekowisata
adalah perjalanan ke kawasan rentan, belum Manusia, hewan, dan tumbuhan dalam
terjamah dan dilindungi namun berdampak mempertahankan hidupnya memerlukan
rendah dan skala kecil. Ekowisata mendidik komponen lain yang terdapat dilingkungannya.
wisatawan, menyediakan dana untuk Udara sangat mereka perlukan untuk bernafas,
konservasi, memberikan manfaat langsung air untuk minum dan keperluan rumah tangga
bagi pembangunan ekonomi dan dan keperluan lainnya. Tumbuhan dan hewan
pemberdayaan masyarakat lokal, dan diperlukan manusia untuk sumber makananya,
mengedepankan respek terhadap perbedaan tumbuhan juga menjadi makanan hewan
budaya dan hak asasi manusia. (Honey, 1999 lainnya. Oksigen yang kita hirup saat bernafas
dalam Asmin, 2018). Kriteria ekowisata kebanyakan berasal dari tumbuhan yang
terdiri dari : 1) memberi nilai konservasi yang melakukan proses fotosintesis, sebaliknya gas
dapat dihitung, 2) melibatkan masyarakat, karbondioksida yang kita hasilkan digunakan
serta 3) menguntungkan dan dapat oleh tumbuhan untuk melakukan proses
memelihara dirinya sendiri. (Tuwo, 2011 fotosintesis.
dalam Muttaqin, 2015). Identifikasi objek dan
daya tarik wisata merupakan langkah pertama Menurut Devies mengatakan bahwa hutan
yang dilakukan guna melihat potensi yang bakau sering disebut hutan mangrove atau
dapat dikembangkan. hutan payau dan merupakan hutan yang khas
dan didominasi oleh tumbuhan yang relatif dan
Identifikasi adalah penentuan atau penetapan toleranterhadap perubahan salinitas dan berada
identitas seseorang atau benda. Identifikasi dipantai dan muara. Kusmana mengatakan
merupakan proses penting sebagai upaya bahwa hutan mangrove adalah kelompok jenis
yang dilakukan dalam pengembangan objek- tumbuhan yang tumbuh disepanjang garis
objek wisata. Dalam kepariwisataan, potensi pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki
wisata merupakan unsur pengadaan (supply) fungsi istimewa disuatu lingkungan yang
yang perlu ditawarkan kepada konsumen mengandung garam dan bentuk lahan berupa
(Arifiana, 2016). pantai dan reaksi tanah an-aerob.
Mangrove tumbuh optimal diwilayah pesisir pengembangan kawasan pesisir yang
yang memiliki muara sungai besar dan delta berkelanjutan ialah melalui pendekatan
yang alirannya banyak mengandung lumpur, ekowisata (Mukaryanti, 2015). Ekowisata
sedangkan wilayah pesisir yang bermuara adalah perjalanan ke kawasan rentan, belum
sungai pertumbuhan ekosistem mangrovenya terjamah dan dilindungi namun berdampak
tidak optimal. Mangrove sulit tumbuh rendah dan skala kecil. Ekowisata mendidik
didaerah pesisir yang terjal dan berombak wisatawan, menyediakan dana untuk
besar dengan arus pasang surut yang kuat. konservasi, memberikan manfaat langsung
Karena hal ini tidak memungkinkan terjadinya bagi pembangunan ekonomi dan
pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai pemberdayaan masyarakat lokal, dan
sumber substrat bagi pertumbuhan mangrove mengedepankan respek terhadap perbedaan
(Dahuri, 2013). budaya dan hak asasi manusia. (Honey, 1999
dalam Asmin, 2018). Kriteria ekowisata terdiri
Ekosistem mangrove muncul pada daerah yang dari : 1) memberi nilai konservasi yang dapat
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan- dihitung, 2) melibatkan masyarakat, serta 3)
bahan organik. Biasanya hal ini terjadi diteluk menguntungkan dan dapat memelihara dirinya
yang terlindung dari gempuran arus dan ombak sendiri. (Tuwo, 2011 dalam Muttaqin, 2015).
laut atau sekitar muara sungai. Pada daerah Identifikasi objek dan daya tarik wisata
tersebut air melambat, bahkan pada muara merupakan langkah pertama yang dilakukan
sendiri dapat terjadi pengendapan lumpur yang guna melihat potensi yang dapat
dibawa dari hulu sungai. Fungsi dari hutan dikembangkan.
mangrove yaitu:
Identifikasi adalah penentuan atau penetapan
a) Fungsi ekosistem magrove mencakup identitas seseorang atau benda. Identifikasi
fungsi fisik (menjaga garis pantaia agar tetap merupakan proses penting sebagai upaya yang
stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, dilakukan dalam pengembangan objek-objek
intrusi air laut, mempercepat perluasan bahan, wisata. Dalam kepariwisataan, potensi wisata
dan mengolah bahan). merupakan unsur pengadaan (supply) yang
b) Fungsi biologis sebagai tempat perlu ditawarkan kepada konsumen (Arifiana,
pembenihan ikan , udang, tempat pemijahan 2016).
beberapa biota air, tempat bersarangnya 2.2 Objek Wisata
burung, habitat alami berbagai jneis biota.
Objek wisata adalah segala sesuatu yang ada di
c) Fungsi ekonomi sebagai sumber bahan daerah tujuan wisata yang merupakan daya
bakar, pertambakan, tempat pembuatan garam, tarik agar orang-orang ingin datang berkunjung
bahan bangunan, dll. ke tempat tersebut. Objek dan daya tarik
Hampir 80 % dari ikan omersial yang wisata menurut Undang-undang No 10 tentang
tertangkap di peraran lepas dan pantai kepariwisataan yaitu daya tarik wisata adalah
mempunyai hubungan yang erat dengan rantai segala sesuatu yang memiliki keunikan,
makanan yang dalam ekosistem hutan keindahan, dan nilai yang berupa
mangrove. Hutan mangrove juga berfungsi keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
sebagai habitat satwa liar, penahan angin laut, hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
penahan sediment yang terangkut dari hulu atau tujuan kunjungan wisatawan dan daerah
sungai dan sebagai sumber nutrisi biota laut. tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut
destinasi pariwisata. Destinasi Pariwisata
Hutan mangrove sangat tepat dikembangkan adalah kawasan geografis yang berada dalam
dalam melakukan pengendalian kawasan satu atau lebih wilayah administratif yang di
pesisir, dengan upaya mewujudkan dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksebilitas serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan. Pariwisata adalah
segala sesuatu yang berkenaan dengan wisata,
termasuk objek dan daya tarik wisata serta
usaha-usaha yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata. Inti atau
komponen pariwisata yaitu:
a. Atraksi/ attraction seperti atraksi alam,
budaya dan buatan.
b. Amenitas/ amenities berhubungan dengan
fasilitas atau akomodasi
Objek Wisata di
c. Aksesibilitas/ accebilities berhubungan Pantai Muara Indah
dengan segala jenis transportasi, jarak atau
kemudahan pencapaian. Serta unsur
pendukung lainnya (masyarakat, pelaku METODE PENELITIAN
industry pariwisata, dan institusi 3.1 Jenis Penelitian
pengembangan) yang membentuk sistem yang
sinergis dalam menciptakan motivasi Penelitian ini merupakan sebuah penelitian
kunjungan serta totalitas pengalaman yang bersifat deskriptif dengan pendekatan
kunjungan wisatawan. (Kamus Besar Bahasa kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara
Indonesia Depdikbud;1995;628). observasi secara langsung kelapangan dengan
membandingkan kondisi yang sebenarnya.
Ridwan (2012:5) mengemukakan pengertian Pada Penelitian ini dapat dilihat bahwa banyak
objek wisata adalah segala sesuatu yang pesisir pantai atau hutan mangrove menjadi
memilik keunikan, keindahan dan nilai yang tempat berkembangnya suatu ekowisata yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, memanfaatkan tumbuhan mangrove sebagai
budaya, dan hasil buatan manusia yang fokus tempat wisata tersebut. Pada penelitian
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan ini kami mengumpulkan sampel atau sumber
wisatawan. Berdasarkan definisi diatas maka data yang dapat mendukung hasil dari
objek wisata adalah tempat yang dikunjungi observasi lapangan. Hasil dan penelitian ini
dengan berbagai keindahan yang didapatkan, hanya mendeskripsipkan terhadap subjek
tempat untuk melakukan kegiatan pariwisata, penelitian melalui kata-kata yang tertulis
tempat untuk bersenang – senang dengan maupun yang terucap secara langsung
waktu yang cukup lama demi mendapatkan sehingga dapat memberi gambaran yang jelas
kepuasaan, pelayanan yang baik, serta mengenai “Identifikasi Daya Tarik Hutan
kenangan yang indah di tempat wisata Mangrove Sebagai Objek Wisata di Pantai
2.3 Kerangka Berpikir Muara Indah Kecamatan Pantai Labu ”

2.3 Kerangka Berpikir 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Faktor Daya Tarik Hutan a. Lokasi


Mangrove Lokasi pada penelitian ini berada di
 Trekking atau Jembatan Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
buatan, Dimana trekking Serdang Sumatera Utara yang bertepatan
dibangun di tengah tengah
adanya hutan mangrove.
 Spot fotogenik, dimana
hutan mangrove yang ada di
pantai muara indah, masih
dikatakan asri atau lebih
rindang dari pantai lainnya
 Flora dan fauna, dimana
didaerah Pantai Labu dan kawasan Wisata 4.1 Deskripsi Wilayah
panti atau Hutan Mangrove.
b. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada hari jumat 24
September 2021, Sabtu 25 September 2021,
dan Minggu 26 September 2021.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan
data melalui penelitian secara langsung ke
lapangan dengan cara :
 Observasi
Metode observasi adalah pengumpulan data Muara Indah adalah salah satu pantai yang
yang dilakukan dengan sengaja, sitematis terletak di dataran pantai bagian Sumatera
mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala utara bagian Timur Selat Malaka dan terletak
fisis yang terjadi di objek penelitian, untuk pada titik koordinat 03 40'. 293"- 03 40'. 693"
LU dan 098 55’.659”- 098 56’.505” LS, dan
kemudian dilakukan pencatatan. Dalam memiliki mangrove 50 Ha. Dimana dulunya
kaitanya dengan penelitian ini, dimana penulis sebelum dijadikan sebagai objek wisata, pantai
langsung terjun kelapangan yang partisipasi ini ditumbuhi hutan mangrove. Dan karena
(observer partisipasi) untuk menemukan dan penduduk di daerah ini adalah mayoritas
mendapatkan data yang relevan dan cocok nelayan, maka untuk memudahkan akses
dengan fokus penelitian yaitu mengenai mencari ikan mereka membersihkan hutan
“Identifikasi Daya Tarik Hutan Mangrove mangrove sehingga lama-kelamaan hutan
Sebagai Objek Wisata di Pantai Muara Indah mangrove pun bersih. Dengan berkembangnya
Kecamatan Pantai Labu Deli Serdang jaman, dan munculnya industri pariwisata, dan
Sumatera Utara”. karena pantai ini tempatnya yang strategis,
 Dokumentasi pemandangan yang indah, dan tempatnya tidak
terlalu jauh dari kota maka muncul inisiatif-
Dokumentasi adalah salah satu cara atau inisiatif penduduk setempat yang biasanya
metode pengumpulan data kualitatif dengan bekerja sebagai nelayan untuk menambah
melihat atau menganalisis langsung dokumen- pendapatannya maka mereka
dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau mengembangkannya menjadi daerah objek
orang lain tentang subjek penelitian. Sejumlah wisata yaitu pada tahun 2004, dan pantai inilah
fakta dan data yang tersimpan dalam bahan pantai yang pertama kali dijadikan sebagai
yang berbentuk dokumentasi. Sebagian data daerah objek wisata di Kecamatan Pantai Labu
yang tersedia melalui foto- video atau pun dan sampai sekarang pengelola pantai ini
catatan-catatan lainnya. Dimana sifat utama berjumlah 70 orang. Sesuai dengan namanya
data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu Pantai Muara Indah karena pantai ini terletak
sehingga memberi peluang kepada peneliti di daerah muara yaitu Sungai Ular.
untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di
lapangan secara langsung. 4.1 Daya Tarik Wisata

HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi wisata adalah berbagai sumber daya


yang terdapat di sebuah daerah tertentu Yang
bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. b.Potensi sumberdaya alam dan
Dengan kata lain, potensi wisata adalah keunikannya
Berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu c. Analisis usaha
tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu d. Analisis dampak lingkungan
Atraksi wisata (tourist attraction) yang e. Analisis ekonomi
dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi f. Analisis sosial
dengan Tetap memperhatikan aspek-aspek g. Analisis ruang
lainnya (Pendit, 2003).
Berdasarkan hasil observasi di lapangan 3. Rancang tidak
potensi wisata yang terdapat di Pantai Muara a. Pengembangan masyarakat
Indah adalah potensi Hutan mangrove, wisata b. Pengembangan produk
air, pantai, serta budaya masyarakat Setempat. c. Pengembangan usaha
Tegakan hutan mangrove yang terdapat di d. Pemasaran
Muara Indah dapat dimanfaatkan sebagai e. Pendanaan
sarana pembelajaran kepada pelajar dan f. Pemantauan dan evaluasi
Mahasiswa untuk lebih mengenal alam dan
meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan
Hidup. Identifikasi potensi dilakukan guna
menemukan atau memetakan sumber daya
4.2 Identifikasi Potensi Wisata Alam yang dimiliki dan dapat dikembangkan
Mangrove menjadi daya tarik wisata. Dalam menilai
potensi dan kelayakan suatu kawasan alam
Pemanfaatan ekosistem pesisir dan laut sebagai
dapat mengacu pedoman Analisis Daerah
wisata alam tidak serta merta dapat ditetapkan
Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
begitu saja, butuh perencanaan matang.
(ADO-ODTWA) Direktorat Jenderal
Perencanaan pengembangan ekowisata dapat
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
mengantisipasi, mengatur dan memonitor
tahun 2003. Pedoman ini berguna untuk
perubahan yang berkontribusi pada kelestarian
mengetahui kondisi dan menentukan skala
dari daerah tujuan wisata dan meningkatkan
prioritas pengembangan kawasan wisata alam
pengalaman wisatawan dari suatu daerah
dan ekosistemnya secara berkelanjutan.
tujuan wisata. Hasil dokumen perencanaan
dapat dijadikan acuan kegiatan berikut dalam Secara umum, ada tiga hal yang perlu
mengelola ekowisata. Winarno & Harianto dianalisis dalam menentukan potensi yaitu
(2017) membagi proses perencanaan keadaan umum wilayah, potensi objek daya
pengembangan ekowisata menjadi berbagai tarik wisata alam (ODTWA), dan keadaan
kegiatan berikut: pengunjung. Keadaan umum wilayah berupa
geografi, topografi, geologi, iklim dan tanah,
1. Identifikasi potensi dan hambatan
penduduk, sosial ekonomi, sarana prasarana,
a. Daya tarik dan keunikan alam
dan rencana pengembangan wilayah. Adapun
b. Kondisi ekologis/lingkungan potensi ODTWA meliputi flora dan fauna,
c. Kondisi sosial ekonomi budaya gejala alam, keindahan alam, keunikan,
d. Peruntukan kawasan panorama, peninggalan sejarah, dan atraksi
e. Sarana dan prasarana budaya spesifik. Selain itu, ihwal yang tidak
f. Potensi pangsa pasar ekowisata kalah penting yaitu keadaan pengunjung
g. Pendanaan meliputi rincian jumlah pengunjung, perilaku
pengunjung yang terdiri dari wisatawan
2. Analisis potensi dan hambatan mancanegara, wisatawan nusantara yang
a. Aspek legalitas dan dasar-dasar hukum
dilengkapi dengan laju pertambahan dan Kelayakan ekologis dapat dilihat pada
prediksi pengunjung. beberapa parameter ekologis seperti
keanekaragaman, keunikan, keamanan biota
Lebih spesifiknya lagi, kriteria yang dipakai berbahaya, dan karakteristik kawasan. Secara
untuk menilai ODTWA terdiri atas 15 poin keseluruhan keanekaragaman di Pantai Muara
yaitu daya tarik, potensi pasar, kadar Indah sesuai dengan standar nilai kelayakan
hubungan/aksesibilitas, kondisi sekitar pengembangan ekowisata, namun ada satu
kawasan, pengelolaan dan pelayanan, iklim, faktor yang belum sesuai yaitu tutupan
akomodasi, sarana dan prasarana penunjang, mangrovenya yang hanya 58,2 %. Sehingga
ketersediaan air bersih, hubungan dengan perlu dilakukan lagi penanaman untuk
objek di sekitarnya, keamanan, daya dukung penutupi lahan yang masih gundul untuk
kawasan, pengaturan pengunjung, pemasaran, mendapatkan kategori sangat bagus yaitu
dan pangsa pasar. Kriteria tersebut kemudian >75%, hal ini berdasarkan kepmen No. 201
diberikan bobot sesuai jumlah unsur-unsur TAHUN 2004, pembagian penutupan
kriterianya. Hasil dari penilaian dan mangrove dimana Sangat Bagus ( >75%);
pembobotan lalu diklasifikasikan tingkat Bagus (50%-74.9%); Sedang (25-49.9%);
kelayakan untuk pengembangan potensi Rusak ( 5-24.9%); Rusak Parah (<5%).Hasil
ODTWA. Klasifikasi dapat berupa rendah, skoring ketiga aspek diatas didapati nilai
sedang, dan tinggi. Dapat pula berupa daerah keanekaragaman mangrove Pantai Muara
layak dikembangkan, daerah belum layak Indah adalah 69,7 dengan kriteria layak untuk
dikembangkan, dan daerah tidak layak ekowisata. Keunikan yang terdapat di Pantai
dikembangkan. Kelas tersebut diperoleh dari Muara Indah adalah merupakan habitat dari
nilai maksimal dan minimal kriteria penilaian ribuan ekor monyet yang berjenis Macaca
ODTWA. fascicularis. Berdasarkan standar nilai
4.3 Identifikasi Daya Tarik Hutan kelayakan hal ini terbilang baik dengan skor
Mangrove Sebagai Objek Wisata 71,8.

Pantai Muara Indah ini terletak di Desa Denai Mangrove Pantai Muara Indah kecamatan
Kuala, dan jarak dari desa ke pantai lebih Pantai Labu tidak memiliki keamanan biota
kurang 2 Km, jarak dari Kecamatan Pantai berbahaya yang dapat mengancam
Labu 5 Km, jarak dari Lubuk Pakam 35 Km keselamatan wisatawan. Berdasarkan standar
dan jarak dari Medan lebih kurang 55 Km. Dan nilai kelayakan kondisi ini masuk dalam
pantai ini memiliki kelebihan dibandingkan kategori penilaian sangat baik dengan nilai
pantai-pantai lain sehingga pantai ini lebih 90,63. Mangrove Pantai Muara Indah
dipilih wisatawan untuk tempat istrahat atau Kecamatan Pantai Labu memiliki dasar
rekrasi, karena di pantai ini memiliki pasir substrat berlumpur padat dengan pola pasang
putih, tempatnya sejuk karena hutan bakau surut harian tunggal dan memiliki ketinggian
mangrove dan kekayaan laut seperti sebangsa
krang, rumput laut dan lain-lain. Selain dari
pantai ini dekat dengan muara tidak terlalu
jauh juga dari akses Bandara Sumatera Utara
yang sedang dibangun yaitu Bandara Kuala
Namu, maka besar kemungkinan pantai ini
akan lebih maju. Dan itu semua tergantung
kepada masyarakat setempat jika benar-benar
pantai ini dikelola dengan baik.
Ekowisata di Mangrove Pantai Muara Indah
memerlukan keberadaan ekosistem yang baik.
pasang surut ± 45 cm. Berdasarkan standar a. Fotografi (Photography)
nilai kelayakan kondisi ini dinilai cukup baik
untuk pengembangan ekowisata mangrove Kegiatan fotografi dilakukan dengan
73,4. Berdasarkan peraturan daerah provinsi mengambil gambar atau foto dari objek yang
Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 seluruh menarik bagi pengambil gambar.Tempat
hutan mangrove di Pantai Timur masuk dalam favorit untuk kegiatan fotografi pada umumnya
kawasan lindung, kondisi ini kurang sesuai adalah di pantai, pantai yang ada di Desa
dikembangkan menjadi daerah ekowisata Pantai Labu Kecamatan Beringin. Selain
dengan skor 53,13. pantai, tegakan mangrove juga memiliki
keindahan tersendiri, karena pada beberapa
1. Daya Tarik Wisata jenis mangrove memiliki keunikan yang khas
seperti; akar nafas, akar tunjang, dan propagul
a. Keanekaragaman Jenis Mangrove yang menggantung di dahan-dahan mangrove.
Berdasarkan observasi lapangan jenis-jenis Waktu yang baik untuk mengambil gambar
mangrove yang terdapat di pantai muara indah adalah pagi dan sore hari, karena selain
berjumlah 8 jenis yaitu : Avicennia lanata, tegakan mangrove pada pagi dan sore hari
Avicennia Marina, Bruguiera exaristata, banyak burung- burung yang bertengger di
Bruguiera gymnorrhiza, Excoecaria agallocha, dahan mangrove.
Hibiscus tilliaceus, Rhizophora apiculata, b. Pengamatan Burung (Bird watching)
Rhizophora mucronata.
Pengamatan burung dapat dilakukan di
Tabel 1. Jenis dan indek penting mangrove muara dan tegakan mangrove. Waktu yang
pada lokasi penelitian dalam satuan Ha paling ideal untuk melakukan pengamatan
b. Aliran Sungai Mangrove burung adalah di pagi hari saat burung keluar
dari sarang untuk mencari makan, atau pada
Sungai Ular adalah sungai yang terletak sore hari saat burung-burung akan kembali ke
di perbatasan Deli Serdang dan Serdang sarangnya. Sayangnya kegiatan ini belum
bedagai yang terletak di Desa ditambah jernih didukung dengan sarana dan prasarana yang
kecamatan perbaungan . Sungai ini membelah memadai, apabila ada menara pengamatan hal
areal hutan mangrove dan langsung bermuara ini akan lebih memudahkan wisatawan untuk
ke laut. Pada saat pagi dan sore hari banyak melakukan pengamatan burung.
terdapat burung-burung air yang mencari
makan dan bertengger di dahan-dahan pohon e. Menyusuri Hutan mangrove
mangrove. (Mangrove Walk)

c. Muara Sungai dan Pantai Sarana prasarana yang dibutuhkan dalam


kegiatan ini adalah boardwalk dan pemandu
Sungai ini memiliki muara yang cukup luas, di wisata (tour guide). Jalur (track) daratan dibuat
tepi dan beberapa bagian muara ditumbuhi dengan pertimbangan dibuat pada daerah yang
oleh mangrove dari famili Rhizophoraceae. memenuhi kriteria sesuai pada indeks
Pada saat pasang muara akan tergenang oleh kesesuaian wisata atau kategori sesuai
air laut sehingga kedalaman meningkat, tetapi bersyarat. Pemandu wisata harus mampu
pada saat surut debit air yang tertinggal masih berinteraksi dengan wisatawan dan memiliki
cukup banyak sehingga sangat ideal untuk pengetahuan tentang mangrove terutama jenis
aktivitas air seperti berenang dan berkano. mangrove yang terdapat di Desa ....... sehingga
apabila ada pertanyaan dari wisatawan
Pantai yang berada di hilir Sungai Ular. pemandu dapat menjelaskannya.
2. Jenis Kegiatan Wisata f. Memancing (Fishing)
Kegiatan memancing dapat dilakukan di aliran Labu 5 Km, jarak dari Lubuk Pakam 35 Km
Sungai Ular yang membelah kawasan hutan dan jarak dari Medan lebih kurang 55 Km. Dan
mangrove, muara sungai, sampai dengan di pantai ini memiliki kelebihan dibandingkan
bibir pantai dan laut. Hasil tangkapan dapat pantai-pantai lain sehingga pantai ini lebih
dibawa pulang atau diolah di tempat dengan dipilih wisatawan untuk tempat istrahat atau
memanfaatkan masyarakat sekitar untuk rekrasi, karena di pantai ini memiliki pasir
mengolahnya. Pengolahan dapat dilakukan putih, tempatnya sejuk karena hutan bakau
sesuai dengan permintaan wisatawan, bisa mangrove dan kekayaan laut seperti sebangsa
digoreng, dibakar, atau disayur. krang, rumput laut dan lain-lain. Selain dari
pantai ini dekat dengan muara tidak terlalu
4.4 Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat jauh juga dari akses Bandara Sumatera Utara
Sikap penerimaan masyarakat masuk kedalam yang sedang dibangun yaitu Bandara Kuala
kategori sesuai, kesehatan masyarakat masuk Namu, maka besar kemungkinan pantai ini
kedalam kategori sesuai, pendidikan masuk akan lebih maju. Dan itu semua tergantung
kedalam kategori kurang sesuai, keamanan kepada masyarakat setempat jika benar-benar
masuk kedalam kategori sesuai, dan lapangan pantai ini dikelola dengan baik. Dan karena
pekerjaan masuk kedalam kategori penduduk di daerah ini adalah mayoritas
sesuaiSecara keseluruhan penerimaan nelayan, maka untuk memudahkan akses
masyarakat terhadap pengembangan ekowisata mencari ikan mereka membersihkan hutan
di Pantai Muara Indah dinilai cukup baik mangrove sehingga lama-kelamaan hutan
dengan skor 69, namun aspek yang dinilai mangrove pun bersih. Dengan berkembangnya
kurang baik yaitu pemahaman tentang jaman, dan munculnya industri pariwisata, dan
ekowisata yaitu dengan skor 51,3. karena pantai ini tempatnya yang strategis,
pemandangan yang indah, dan tempatnya tidak
Hasil analisis terhadap faktor kesehatan terlalu jauh dari kota maka muncul inisiatif-
masyarakat secara keseluruhan dinilai baik inisiatif penduduk setempat yang biasanya
dengan skor 75,2. Namun ada aspek yang bekerja sebagai nelayan untuk menambah
belum memadai yaitu pemahaman kesehatan pendapatannya maka mereka
lignkungan dengan skor 57,3. Hasil analisis mengembangkannya menjadi daerah objek
terhadap faktor pendidikan masyarakat secara wisata.
keseluruhan dinilai kurang baik dengan nilai
61, namun masyarakat sudah memiliki
pemahaman atas pentingnya pendidikan. Hasil 5.2 Saran
analisis terhadap faktor lapangan pekerjaan
atas pengembangan Ekowisata di mangrove Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini
Pantai Muara Indah adalah sesuai dengan nilai adalah :
74,1. Hasil analisis terhadap faktor keamanan
atas pengembangan Ekowisata di Mangrove • Membangun sarana dan prasarana guna
Pantai Muara Indah adalah sesuai dengan nilai menunjang pembangunan wisata mangrove
68,8. • Sosialisasi pengembangan ekowisata
KESIMPULAN hutan mangrove kepada masyarakat sekitar
kawasan hutan mangrove Pantai Muara Indah
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
5.1 Kesimpulan
Djamaluddin, Rignolda. 2018. Mangrove
Pantai Muara Indah ini terletak di Desa Denai Biologi, Ekologi, Rehabilitasi dan Konservasi.
Kuala, dan jarak dari desa ke pantai lebih Semarang : UNSRAT PRESS
kurang 2 Km, jarak dari Kecamatan Pantai
Nana Karida, Dkk. 2019. Ekosistem Mangrove
(Keanekaragaman, Fitoremidiasi, Stok
Karbon, Peran dan Pengelolaannya).
Semarang : LPPM Universitas Negeri
Semarang
Husniah, Syf, Dkk. 2019. Identifikasi Objek
dan Daya Tarik Wisata ( ODTW) di Ekowisata
Cinta Mangrove Park. Tanjungpura.
Universitas Tanjungpura
Theodora Yosevita. 2019. Analisis Kesesuaian
Kawasan Mangrove Sebagai Objek Daya
Tarik Ekowisata di Desa Siahoni. Maluku.
Jurnal Sylva Lestari.
Hadriana Sri. 2020. Identifikasi Potensi Daya
Tarik Dan Daya Dukung Wisata Alam
Mangrove Luppung Desa Mayampa.
Makassar. Universitas Hasanuddin.
Suharni. 2019. Analisis Kelayakan Daya Tarik
Objek Wisata Alam Hutan Mangrove Di Pulau
Pannikiang Desa Madello. Makassar.
Universitas Muhammadiyah Makasar.
Edy Sarwo, Setiawan Agus. 2014. Potensi
Ekowisata Hutan Mangrove Di Desa Merak
Belatung. Lampung. Universitas Lampung.
Jurnal Sylva Lestari.

Anda mungkin juga menyukai