Anda di halaman 1dari 11

MIMBAR, Vol. 31, No.

1 (Juni, 2015): 229-239

Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan


dalam Pencapaian “Millennium Development Goals”

Roni Ekha Putera

Jurusan Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Andalas, Padang


email: roniekhaputera@fisip.unand.ac.id

Abstract. Educational autonomy granted to regional areas to provide more flexibility to


make local excel in education. With all its potential, each region implement their respective
policies in order to improve the quality of education. Padang, as the capital of West Sumatra
province establishes Regulation Area No. 5 year 2011 on the Implementation of Education
and Local Regulation No. 22 Year 2012 on Accelerating Quality Improvement of Primary and
Secondary Education. Both of these local regulations created and established to support
Millennium Development Goals (MDGs) which means that in the city of Padang in 2015
all boys and girls can complete primary school. This research approach using qualitative
research. Padang city chosen because it is a city that has a regional regulatory About
Education, which is expected to provide an appropriate model in providing education in
the area, while the Sawah Lunto city chosen because it is the area. The results showed
that Padang political will of the local government to education is less, it makes the
implementation of regulatory regions become less performing well.
Keywords: Education Policy, autonomy Education, Elementary Education, Local regulations

Abstrak. Otonomi bidang pendidikan yang diberikan kepada Daerah memberikan


keleluasaan daerah untuk menjadikan daerah unggul di bidang pendidikan. Dengan
segala potensi yang dimiliki, setiap daerah menerapkan kebijakan masing-masing guna
peningkatan kualitas pendidikan. Kota Padang sebagai pusat Ibukota Provinsi Sumatera
Barat menetapkan Peraturan daerah No. 5 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
dan Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2012 tentang Percepatan Peningkatan Mutu Pendidikan
Dasar dan Menengah. Kedua peraturan daerah tersebut dibuat dan ditetapkan guna
mendukung pencapian Millennium Development Goals (MDGs) yang berarti bahwa di Kota
Padang Tahun 2015 semua anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan sekolah
dasar. Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Kota Padang dipilih
karena merupakan Kota yang memiliki peraturan Daerah Tentang Pendidikan, sehingga
diharapkan akan memberikan model yang tepat dalam penyelenggaraan pendidikan di
daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa political will pemerintah daerah terhadap
pendidikan kurang, hal ini membuat pelaksanaan terhadap peraturan daerah menjadi
kurang terlaksana dengan baik.
Kata kunci: Kebijakan Pendidikan, otonomi Pendidikan, Pendidikan Dasar, Peraturan daerah

Pendahuluan dan terdapat perbedaan layanan pendidikan


antara anak laki-laki dibandningkan dengan
Ketimpangan kualitas dan kurang
anak perempuan. Untuk itu, Indonesia
meratanya pendidikan menjadi persoalan
Sebagai negara yang ikut meratifikasi (MDGs)
yang cukup pelik di daerah dalam pencapaian
/ Tujuan Pembangunan Millenium menetapkan
Millennium Development Goals (MDGs),
pendidikan dasar bagi anak laki-laki dan
walaupun sudah ada beberapa daerah yang
perempuan dengan menargetkan pada tahun
menfokuskan pembangunan pada bidang
2015, seluruh anak baik laki-laki maupun
pendidikan. Ketimpangan terhadap akses
perempuan di mana saja mereka berada
pendidikan terlihat dari penelitian Jeanny Maria
harus sudah menyelesaikan pendidikan
Fatimah (2014: 200) bahwa akses pendidikan
dasar. Dalam mewujudkan tujuan dari pada
semakin berkurang untuk pendidikan lanjutan
pembangunan Millenium bidang pendidikan

Received: 21 Februari 2015, Revision:24 April 2015, Accepted: 29 Juni 2015


Print ISSN: 0215-8175; Online ISSN: 2303-2499. Copyright@2015. Published by Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Terakreditasi SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019

229
roni ekha putera. Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan dalam Pencapaian Millennium ...

tersebut diperlukan suatu langkah-langkah S. Lincoln (ed), (2005: 266). Pilihan terhadap
kongkrit dalam bentuk formulasi desain pendekatan kualitatif ini di dasarkan pada
kebijakan, baik jangka pendek, menengah, rumusan dan tujuan yang hendak dicapai
maupun jangka panjang di daerah. Mengacu dalam penelitian ini (Lawrence Neuman, W.
kepada UU No. 32/2004 tentang pemerintah (2014: 15). Oleh karena luasnya cakupan
daerah, pemerintah daerah memiliki tugas dan teknik dalam pendekatan kualitatif,
untuk menyelenggarakan urusan pelayanan maka penelitian ini cenderung menggunakan
pendidikan dasar (SD dan SLTP). Selain itu, teknik penelitian grounded theory. Teknik
upaya pemerintah untuk dapat mencapai grounded theory ini memungkinkan peneliti
Tujuan Pembangunan Millenium dalam bidang mengkaji secara mendalam apa yang terjadi.
pendidikan harus juga melibatkan dukungan Berdasarkan fenomena yang diteliti, teknik
pemerintah daerah, masyarakat dan dunia ini mampu membuat model kategorisasi,
usaha (Hasbullah: 2006). proposisi dan dalil yang ditemukan guna
mengembangkan konsep-konsep baru(
Pencapaian Tujuan Pembangunan
Babbie, 2013, Neuman, 2014, Denzim dan
Millenium dalam bidang pendidikan di
Lincoln, 2005).
Kota Padang era otonomi daerah bukanlah
hal yang mudah selain adanya kesadaran Pengumpulan data dari sumber data
daerah yang masih kurang tentang betapa yaitu data primer dan data sekunder. Unit
pentingnya mewujudkan MDGs ini, persoalan analisis yang dipakai dalam penelitian ini
lain yang muncul adalah rendahnya dukungan adalah lembaga dimana lebih difokuskan
pemerintah daerah (political will), anggaran, kepada lembaga-lembaga yang berwenang
sumber daya manusia, dan infrastruktur dalam implementasi kebijakan pendidikan.
yang ada di daerah untuk dapat mewujudkan Sedangkan untuk pengambilan informan
tujuan MDGs tersebut. Padahal menurut dilakukan secara purposive. Sementara itu,
Kamaruli (2014: 55) implementasi kebijakan analisis data dilakukan dengan deskriptif
pada kenyataannya tidak dapat dilakukan kualitatif untuk menganalis implementasi
secara parsial, tetapi harus dilakukan secara kebijakan otonomi daerah bidang
simultan. Perlu dukungan sumber daya yang pendidikan dalam pencapaian MDGs di Kota
memadai, pendanaan yang cukup, sinergitas Padang dengan cara data-data yang ada
dan komitmen antar stakeholder terkait serta dikelompokkan atau disusun untuk dilakukan
mekanisme pertanggujawaban administratif coding, serta mengadakan pemeriksaan
sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. terhadap keabsahan data, kemudian data
Kondisi yang demikian sangat mungkin diolah dan dianalisis untuk pelaporan (Milles,
menyebabkan upaya untuk mencapai MDGs Hubberman dan Saldana, 2014: 33).
bidang pendidikan dasar menjadi tidak mudah
untuk dilaksanakan. Padahal sebenarnya Implementasi Kebijakan Publik
dengan adanya desentralisasi pendidikan,
Apabila merujuk pendapatnya Pressman
terbuka peluang besar bagi daerah untuk
dan Wildavsky (1978: xxi) lihat Tachjan
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah.
(2008), Nugroho (2008), Purwanto (2012),
Dengan implementasi kebijakan otonomi
Parsons (2001), Pülzl dan Treib (2015)
pendidikan di daerah kedepan diharapkan
mengemukakan bahwa implementation as
akan mampu mewujudkan capaian Millennium
to carry out, accompalish, fulfill, produce,
Development Goals (MDGs) bidang pendidikan
complete. Menurut mereka implementasi
dimana ditargetkan pada tahun 2015 semua
dimaknai dengan beberapa kata kunci sebagai
anak, di manapun, laki-laki dan perempuan,
berikut: untuk menjalankan kebijakan (to carry
dapat menyelesaikan sekolah dasar (primary
out), untuk memenuhi janji-janji sebagaimana
schooling). Hal ini juga berdasarkan rencana
yang dinyatakan dalam dokumen kebijakan
strategis Departemen Pendidikan Nasional
(to fulfill), untuk menghasilkan output
Tahun 2005-2009 tentang langkah-langkah
sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan
yang perlu dikerjakan dalam rangka pencapian
kebijakan (to produce), untuk menyelesaikan
MDGs di Indonesia.
misi yang harus diwujudkan dalam tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah kebijakan (to complete) (Purwanto, 2012).
untuk mengkaji implementasi kebijakan
Proses implementasi kebijakan melihat
otonomi daerah bidang pendidikan dalam
kesesuaian antara program yang telah
pencapaian MDGs di Kota Padang. Penelitian
direncanakan dengan implementasikan di
ini merupakan penelitian dengan pendekatan
lapangan. Untuk itu dalam memperkecil
kualitatif digunakan metode deskriptif
kemungkinan ketidak berhasilan suatu
interpretatif (Denzim Norman K. and Yvonna

230 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni, 2015)

kebijakan yang diterapkan dipengaruhi oleh dan lakukan untuk melaksanakan kebijakan
beberapa hal, dalam hal ini Tachjan (2008: agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran
26) menerangkan tiga unsur penting yaitu kebijakan dapat dicapai sesuai dengan apa
(1) adanya program atau kebijakan yang yang diharapkan.
dilaksanakan; (2) adanya kelompok target,
Kedua, Sumber daya juga merupakan
yaitu kelompok masyarakat yang menjadi
faktor yang penting memengaruhi
sasaran dan diharapkan menerima manfaat
implementasi kebijakan. Sumber daya yang
dari program, perubahan atau peningkatan;
dimaksud adalah sumber daya manusia,
(3) adanya pelaksana (implementor),
sumber daya keuangan, sumber daya
baik organisasi atau perorangan, yang
peralatan (gedung, peralatan, tanah, dan
bertanggung jawab dalam pengelolaan,
suku cadang lain) dan sumber daya informasi
pelaksanaan maupun pengawasan dari proses
dan kewenangan. Ketiga, disposisi (sikap
implementasi tersebut.
pelaku/implementor) merupakan kemauan,
Sementara, dasar pijakan konsep keinginan dan kecenderungan para pelaku
peneliti yang digunakan adalah teori kebijakan kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi
publik. Menurut pendapat George C. Edward secara sungguh-sungguh sehingga apa yang
III (1980: 1) dimana without effective menjadi tujuan dapat terwujud. Dan keempat,
implementation the decision of policy makers struktur birokasi yang mencakup unsur-unsur
will not be carried out successfully. Teori struktur organisasi, pembagian kewenangan,
ini yang menyaratkan empat faktor yang hubungan antar instansi, dan hubungan
berpengaruh terhadap implementasi kebijakan organisasi dengan organisasi luar. Faktor
publik merupakan teori yang relevan dan lebih tujuan dan sasaran komunikasi, sumber daya,
sesuai untuk menganalisis implementasi disposisi, dan struktur birokrasi sebagaimana
kebijakan publik bidang pendidikan dalam telah disebutkan akan mempengaruhi tingkat
kerangkan otonomi daerah. Secara skematis keberhasilan dan kegagalan implementasi
model proses implementasi kebijakan publik kebijakan.
dapat dilihat pada Gambar 1.
Desentralisasi/Otonomi Pendidikan
Dari bagan tersebut dapat dijelaskan
bahwa ada empat faktor yang memengaruhi
dan Kebijakan Pemerintah untuk
implementasi kebijakan. Pertama, komunikasi Mencapai MDGs Bidang Pendidikan
diartikan sebagai proses penyampaian M e n u r u t B ray d a n F i s ke ( d a l a m
informasi komunikator kepada komunikan. Depdiknas (2001: 3) desentralisasi pendidikan
Informasi kebijakan perlu disampaikan adalah suatu proses di mana suatu lembaga
agar pelaku kebijakan dapat mengetahui, yang lebih rendah kedudukannya menerima
memahami apa yang menjadi isu, tujuan, pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan
arah, kelompok sasaran kebijakan agar para segala tugas pelaksanaan pendidikan,
pelaku kebijakan dapat mempersiapkan termasuk pemanfaatan segala fasilitas
dengan benar apa yang harus dipersiapkan yang ada serta penyusunan kebijakan dan

Sumber: Edward III, Implementing


Public Policy, 1980: 148

Gambar 1. Model yang dikemukakan oleh George C. Edward III

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 231


roni ekha putera. Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan dalam Pencapaian Millennium ...

pembiayaan. Senada dengan itu, Husen terhadap anggaran pendidikan tertuang pada
& Postlethwaite (1994: 107) mengartikan pasal 31 ayat 4, yaitu anggaran pendidikan
desentralisasi pendidikan sebagai “the minimal harus 20% dari APBN dan APBD.
devolution of authority from a higher level Selain itu komitmen pemerintah dipertegas
of government, such as a departement lagi dengan adanya UU No. 20 Tahun 2003
of education or local education authority, tentang Sistem pendidikan nasional yaitu
to a lower organizational level, such as pasal pasal 46;
individual schools”. Sementara itu, menurut 1. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung
Fakry Gaffar (1990: 18) desentralisasi jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah
pendidikan merupakan sistem manajemen daerah, dan masyarakat.
untuk mewujudkan pembangunan pendidikan 2. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung
jawab menyediakan anggaran pendidikan
yang menekankan pada keberagaman, dan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat
sekaligus sebagai pelimpahan wewenang (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik
dan kekuasaan dalam pembuatan keputusan Indonesia Tahun 1945.
untuk memecahkan berbagai problematika 3. Ke t e n t u a n m e n g e n a i t a n g g u n g j a w a b
pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud
sebagai akibat ketidaksamaan geografis dan pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
budaya, baik menyangkut substansi nasional, dengan peraturan pemerintah.
internasional atau universal sekalipun.
Sedangkan Tilaar (2002: 20) Pembiayaan SLTP dan SLTA dilakukan
menjelaskan bahwa desentralisasi pendidikan melalui Kanwil Depdiknas (di tingkat propinsi)
merupakan suatau keharusan bagi dan Kandepdiknas (di tingkat kabupaten/
pelaksanaan pemerintahan di era otonomi kota). Setelah diberlakukannya otonomi
daerah. Menurutnya ada tiga hal yang daerah, seluruh pengelolaan sekolah dari SD
berkaitan dengan pentinya desentralisasi hingga SLTA menjadi tanggung jawab Pemda.
pendidikan yaitu (1) pembangunan Konsekwensinya, tidak ada lagi Kanwil dan
masyarakat demokratis, (b) pengembangan Kandepdiknas, yang ada hanyalah Dinas
social capital, dan (3) peningkatan daya Pendidikan di tingkat kabupaten/kota yang
saing bangsa. Adapun pendidikan merupakan berada di bawah kendali Pemda, dan Dinas
salah satu kebutuhan asasi bagi semua orang Pendidikan propinsi yang berada di bawah
karena masyarakat yang berpendidikan kendali Pemprop. Antara Dinas Pendidikan
setidaknya dapat mewujudkan tiga hal. kabupaten/kota dengan Dinas Pendidikan
Pertama, dapat membebaskan dirinya propinsi tidak ada hubungan hierarkhis,
dari kebodohan dan keterbelakangan. sedangkan propinsi masih tetap mengemban
Kedua, mampu berpartisipasi dalam proses amanat sebagai perwakilan pemerintah pusat.
politik untuk mewujudkan masyarakat yang Dengan konfigurasi kelembagaan seperti itu,
demokratis. Ketiga, memiliki kemampuan jelas bahwa Pusat tidak lagi punya “tangan”
untuk membebaskan diri dari kemiskinan di daerah untuk mengimplementasikan
(Dyah Ratih Sulistyastuti (2007: 164). program-programnya. Implikasinya, setiap
program di tingkat sekolah harus dilakukan
kebijakan yang dibuat pemerintah
melalui koordinasi dengan Pemda, atau
untuk menjamin keberlangsungan pendidikan
khususnya Dinas Pendidikan kabupaten/kota.
ditunjukkan dengan komitmen pemerintah
terhadap betapa pentingnya pendidikan, Implementasi Kebijakan Otonomi
dimana pendidikan merupakan kebutuhan Daerah Bidang Pendidikan dalam
utama untuk mewujudkan masyarakat MDGs di Kota Padang
sejahtera. Mengingat keterbatasan sumber
daya yang dimiliki pemerintah maka program Implementasi kebijakan merupakan
pendidikan dasar menjadi prioritas kewajiban kegiatan yang kompleks dengan begitu
p e m e r i n t a h ( L a p o ra n Pe r k e m b a n g a n banyak faktor yang memengaruhi keber-
Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium hasilan suatu implementasi kebijakan. Dalam
Indonesia tahun 2005-2009). Sebagai wujud mengkaji implementasi kebijakan publik,
konkret atas pentingya pendidikan dasar, Edward III memulai dengan mengajukan dua
UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 menyatakan pertanyaan, yakni (1) what is the precondi-
bahwa (1) setiap warga Negara berhak tion for succesful policy implementation? (2)
mendapatkan pendidikan, (2) setiap warga what are the primary obstacles to successful
Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan policy implementation? George C. Edward III
pemerintah wajib membiayainya. berusaha menjawab dua pertanyaan tersebut
dengan mengkaji empat faktor atau variabel
Kemudian komitmen pemerintah dari kebijakan yaitu komunikasi, sumber

232 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni, 2015)

daya, struktur birokrasi, dan disposisi. berusia lebih dari satu tahun hampir tidak
pernah disosialisasikan dan diseminasi
Faktor Komunikasi dalam kepada stakeholders dan pelaksana kebijakan
Implementasi Kebijakan yang ada, hal ini tentu juga menyebabkan
lambatnya pelaksanaan dari peraturan
Komunikasi merupakan salah satu
daerah yang pada awalnya bertujuan untuk
variabel penting yang mempengaruhi
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan
implementasi kebijakan publik, komunikasi
dasar dan menengah di Kota Padang.
sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari implementasi kebijakan publik. Selain itu, birokrasi bertingkat yang
Implementasi yang efektif akan terlaksana, diterapkan oleh dinas pendidikan juga
jika para pembuat keputusan mengetahui terkadang menyebabkan distorsi informasi.
mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Dengan empat level birokrasi (Dinas, UPT
Informasi yang diketahui para pengambil Kecamatan, Gugus, sekolah) berdampak
keputusan hanya bisa didapat melalui kepada lambatnya informasi sampai kepada
komunikasi yang baik. Dalam pelaksanaan sekolah maupun target informasi yang
kebijakan pendidikan (Perda 5/2011 dan diharapkan. Sehingga untuk mengatasi hal
Perda 22/2012) belum dapat dikatakan telah tersebut dinas menyampaikan informasi
berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan melalui website, akan tetapi ternyata hal
kebijakan yang ada masih belum dipahami ini juga tidak efektif karena tidak semua
secara jelas oleh para pelaksana kebijakan komponen dalam dinas pendidikan memiliki
terutama di street level bureaucracy-nya kapasitas dan kapabilitas yang sama untuk
seperti kepala sekolah, guru maupun orang mengakses internet.
tua murid dan kelompok swasta. Terdapat beberapa hambatan umum
Kebijakan yang ada belum tersosialisasi yang biasa terjadi dalam transmisi komunikasi
dengan baik, sosialisasi terhadap kebijakan yaitu: ”Pertama, terdapat pertentangan
ini kemudian dilakukan hanya dengan antara pelaksana kebijakan dengan perintah
mengirimkan fotokopi perda ke masing- yang dikeluarkan oleh pembuat kebijakan.
masing UPT Kecamatan. UPT kecamatan Pertentangan seperti ini akan mengakibatkan
kemudian mendistribusikan fotokopi perda distorsi dan hambatan yang langsung dalam
kepada pengawas sekolah dan selanjutnya komunikasi kebijakan. Kedua, informasi
pengawas sekolah yang mendistribusikan yang disampaikan melalui berlapis-lapis
ke masing-masing sekolah yang ada di Kota hierarki birokrasi. Distorsi komunikasi
Padang. Pola sosialisasi yang dilakukan oleh dapat terjadi karena panjangnya rantai
dinas ini menjadi sangat tidak efektif untuk informasi yang dapat mengakibatkan bias
memberikan pemahaman kepada pelaksana informasi. Ketiga, masalah penangkapan
kebijakan. Ketika ditelusuri lebih jauh, informasi juga diakibatkan oleh persepsi
ditemukan sekolah-sekolah yang sampai dan ketidakmampuan para pelaksana dalam
saat sekarang tidak pernah mendapatkan memahami persyaratan-persyaratan suatu
fotokopi dari peraturan-peraturan tersebut. kebijakan”. (Edward III dalam Agustino
Pengetahuan yang minim mengenai isi (2006: 159-160)).
kebijakan tentu akan berdampak sangat luas Faktor komunikasi sangat berpengaruh
terhadap tujuan dari pembuatan kebijakan terhadap penerimaan kebijakan oleh kelompok
tersebut. sasaran, sehingga kualitas komunikasi
Selain itu, kedua perda ini sampai saat akan mempengaruhi dalam mencapai
sekarang belum dapat dijalankan secara efektivitas implementasi kebijakan publik.
maksimal karena peraturan pendukung Dengan demikian, penyebaran isi kebijakan
(petunjuk pelaksana dan petunjuk melalui proses komunikasi yang baik akan
teknis) nya belum diterbitkan. Dari dua mempengaruhi terhadap implementasi
perda, baru beberapa peraturan walikota kebijakan. Dalam hal ini, media komunikasi
(misalnya Peraturan Walikota (Perwako) yang digunakan untuk menyebarluaskan isi
Padang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang kebijakan kepada kelompok sasaran akan
Pendanaan Penyelenggaraan Pendidikan pada sangat berperan.
Sekolah Negeri) yang telah diterbitkan dan Faktor Sumber-Sumber Daya Dalam
diundangkan. Masih tidak adanya juklak/ Implementasi KebijakanKetersediaan sumber
juknis ini menyebabkan implementasi dari daya yang memadai menjadi salah satu
dua perda ini belum dapat berjalan dengan syarat bagi keberhasilan implementasi
maksimal. Peraturan daerah yang sudah kebijakan (Roni Ekha Putera dan Tengku

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 233


roni ekha putera. Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan dalam Pencapaian Millennium ...

Rika Valentina, 2011: 197, Hardiansyah dan lebih dari cukup untuk melaksanakan visi dan
Rahmat Effendi, 2014: 112), untuk itu salah misi pemerintah kota di bidang pendidikan,
satu syarat berjalannya suatu organisasi akan tetapi dengan mayoritas staf yang
adalah kepemilikan sumber daya. Seperti hanya tamat SLTA dan S1, masih dibutuhkan
yang dikemukakan oleh George Edward III keterampilan dan kreativitas dari staf untuk
(1980:11) yang mengkategorikan sumber benar-benar melaksanakan tupoksi pekerjaan
daya organisasi terdiri dari: “Staff, information, mereka. Selain itu, kualitas staf juga terlihat
authority, facilities; building, equipment, dari minimnya pelatihan tambahan yang diikuti
land and supplies.” Edward III (1980: 1) oleh staf yang ada, tercatat hanya 41 dari 138
mengemukakan bahwa sumberdaya tersebut orang staf yang pernah mengikuti pelatihan
dapat diukur dari aspek kecukupannya yang tambahan baik itu berupa penguatan kepala
didalamnya tersirat kesesuaian dan kejelasan; sekolah, adum, maupun DIKLAT PIM. Hal ini
Insufficient resources will mean that laws jelas membuat tidak meratanya kualitas dari
will not be enforced, services will not be staf dinas yang ada.
provided and reasonable regulation will not be
Tabel 1
developed. “Sumber daya diposisikan sebagai Distribusi Jumlah Staf menurut Jabatan
input dalam organisasi sebagai suatu sistem
yang mempunyai implikasi yang bersifat No Jabatan Jumlah
ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis, 1 Pengawas SMP, SMA 43 orang
sumber daya bertalian dengan biaya atau 2 Tenaga Fungsional 74 orang
pengorbanan langsung yang dikeluarkan 3 Kadinas, Kabid, Kasi 21 orang
oleh organisasi yang merefleksikan nilai atau
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Padang Tahun 2014
kegunaan potensial dalam transformasinya
ke dalam output. Sedang secara teknologis,
Staf di bidang pendidikan juga tidak
sumberdaya bertalian dengan kemampuan
akan terlepas dari kualitas dan kuantitas
transformasi dari organisasi.”
guru di masing-masing satuan pendidikan.
Menurut Edward III, sumber daya Jumlah guru ditingkat pendidikan dasar masih
merupakan hal penting dalam implementasi jauh dari cukup, tercatat Kota Padang masih
kebijakan yang baik. Indikator-indikator kekurangan sekitar 806 guru kelas di Sekolah
yang digunakan untuk melihat sejauhmana Dasar, akan tetapi mengalami kelebihan guru
sumberdaya memengaruhi implementasi di beberapa mata pelajaran di tingkat sekolah
kebijakan terdiri dari: menengah pertama dan sekolah menengah
atas. Kekurangan guru ini kemudian disiasati
dengan menambah guru honorer yang
Sumber Daya Staf dalam
menggunakan anggaran Bantuan Operasional
Implementasi Kebijakan Sekolah (BOS). Permasalahan terhadap
Staf merupakan sumber daya utama staf (guru) di tingkat pendidikan dasar dan
dalam implementasi kebijakan adalah staf menengah ini adalah distribusi yang tidak
atau pegawai (street-level bureaucrats). merata untuk guru-guru tersebut serta
Kegagalan yang sering terjadi dalam sangat minimnya keterampilan dan up
implementasi kebijakan, salah-satunya date kompetensi bagi guru. Hal ini diakui
disebabkan oleh staf/ pegawai yang tidak sendiri oleh dinas Pendidikan, dengan tidak
cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak adanya anggaran untuk meningkatkan
kompeten dalam bidangnya. Penambahan kompetensi guru, kualitas guru sebagai ujung
jumlah staf dan implementor saja tidak tombak mutu pendidikan di sekolah menjadi
cukup menyelesaikan persoalan implementasi terabaikan.
kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan Pelatihan yang diberikan kepada guru
staf dengan keahlian dan kemampuan yang maupun staf juga sangat minim, hal ini
diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam terjadi karena minimnya jumlah anggaran
mengimplementasikan kebijakan. pendidikan dari APBD Kota Padang, walaupun
Secara umum, Pemerintah Kota Padang persentase anggaran telah mencapai 20
telah memiliki staf yang cukup memadai persen, akan tetapi karena banyaknya serapan
untuk melaksanakan kebijakan di bidang untuk belanja rutin dan belanja pegawai
pendidikan. Staf implementor kebijakan di menyebabkan anggaran untuk pelatihan
dinas pendidikan yang berjumlah 138 orang bagi guru dan staf menjadi sangat sedikit.
yang terdiri dari penilik, pengawas, personil Permasalahan lain kemudian muncul ketika
fungsional serta birokrat pemerintahan. guru dan staf yang diutus untuk mengikuti
Walaupun secara kuantitas telah dianggap pelatihan tidak tepat sasaran. Seleksi untuk

234 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni, 2015)

mengikuti pelatihan hanya didasarkan kepada akan sangat menggangu jalannya kinerja
kedekatan personel dengan atasan. Hal ini dari dinas dan membuat implementasi dari
menyebabkan munculnya kecumburuan kebijakan menjadi tersendat.
sosial bagi sekolah-sekolah yang jarang
Informan BB menjelaskan bahwa
mendapatkan pelatihan dari dinas.
informasi-informasi yang didapat dari dinas
pendidikan sangat tidak merata, apabila
Sumber Daya Informasi dan We­
sekolah ingin mendapatkan informasi tertentu,
wenang Dalam Impelementasi Ke­ maka sekolah yang harus aktif menghubungi
bijakan UPT maupun dinas. Terkadang, informasi yang
I nfo rmasi d an w ew enang dalam bersifat segera dan harus ditindaklanjuti cepat
implementasi kebijakan, informasi mempunyai tidak datang tepat waktu sehingga sekolah
dua bentuk yaitu: Pertama, informasi yang menjadi terlambat untuk mengeksekusinya.
berhubungan dengan cara melaksanakan Sekolah yang menjadi sampel penelitian ini
kebijakan. Kedua, informasi mengenai data ketika diminta untuk menunjukkan peraturan
kepatuhan dari para pelaksana terhadap yang dimiliki hanya dapat memperlihatkan
peraturan dan regulasi pemerintah yang kumpulan peraturan lama yang sebagian
telah ditetapkan. Sementara itu, mekanisme sudah tidak berlaku, menurut informan,
penyampaian informasi dapat dilakukan hal ini terjadi selain karena minimnya biaya
melalui beberapa cara, baik melalui cara untuk sosialisasi peraturan pendidikan juga
formal yakni melalui surat resmi maupun disebabkan tidak adanya perhatian dari
dengan cara informal yakni melalui pesan pemerintah kota terhadap ketersediaan
singkat, telepon maupun penyampaian secara peraturan di sekolah-sekolah yang ada.
lisan. Dinas Pendidikan Kota Padang pada S u m b e r d a ya Fa s i l i t a s D a l a m
pelaksanaannya menggunakan kedua cara Impelementasi KebijakanKewenangan
tersebut untuk menyebarkan informasi yang yang dimiliki oleh pemerintah kota untuk
berhubungan dengan kebijakan dan program mengurusi pendidikan merupakan bagian
dinas. Informasi yang disampaikan melalui dari asas desentralisasi yang diserahkan
surat resmi dilakukan dengan mekanisme oleh pemerintah pusat. Implementasi
sebagai berikut. Pertama, surat yang dibuat d a r i ke w e n a n g a n t e r s e b u t ke m u d i a n
oleh dinas kemudian disampaikan kepada unit diterjemahkan melalui pembuatan
pelayanan kecamatan. Kedua, UPT Pendidikan peraturan daerah yang mengatur mengenai
di Kecamatan menyampaikan surat kepada pendidikan, pembuatan unit-unit kerja
gugus-gugus sekolah yang ada, dan Ketiga untuk melaksanakan kewenangan yang
Gugus-gugus menyampaikan surat kepada telah diserahkan. Legitimasi yang didapat
sekolah yang ada didalam gugus tersebut. oleh pemerintah kota dapat dipahami dan
Dengan mekanisme seperti tersebut, dilaksanakan secara baik dengan membuat
informasi terkadang menjadi terlambat program-program serta kebijakan yang
sampai kepada sekolah-sekolah maupun unit membantu peningkatan kualitas pendidikan
pelayanan pendidikan lainnya, sehingga dinas di kota Padang.
pun mencoba melakukan mekanisme informal.
Informasi disampaikan melalui Short Message Sumber daya Fasilitas
Service (SMS) kepada sekolah melalui dalam Impelementasi Kebijakan
kecamatan ataupun gugus. Selain dengan
Disposisi atau sikap pelaksana akan
menggunakan SMS, informasi kedinasan juga
memfasilitasi fisik merupakan faktor penting
disampaikan dengan media internet melalui
dalam implementasi kebijakan. Implementor
website http://www.diknas-padang.org
mungkin memunyai staf yang mencukupi,
serta juga dengan menggunakan electronic
kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya
mail (E-Mail). Upaya yang dilakukan pemkot
fasilitas pendukung (sarana dan prasarana)
dengan harapan mempercepat sampainya
maka implementasi kebijakan tersebut
informasi ini kemudian pada beberapa kasus
tidak akan berhasil. Ketersediaan fasilitas
menjadi permasalahan tersendiri, karena
fisik untuk mendukung jalannya kebijakan
informasi dinas tidak disampaikan secara
(program) pendidikan masih jauh dari layak.
layak dengan menggunakan media kedinasan
Sampai saat sekarang, dinas pendidikan
tidak jarang penerima informasi (sekolah)
kota Padang belum memiliki kantor yang
tidak mendapatkan informasi atau berita
permanen dan masih di tumpangkan di
yang diharapkan, bahkan tidak jarang surat
sebuah gedung yang seharusnya merupakan
yang dikirim beberapa minggu sebelumnya
gedung pertemuan. Fasilitas perkantoran
terlambat sampai ke sekolah. Hal ini tentu

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 235


roni ekha putera. Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan dalam Pencapaian Millennium ...

yang tidak permanen seperti saat sekarang ini akan menyebabkan ketidakefektifan dan
ini telah berlangsung sejak tahun 2009 yang menghambat jalannya pelaksanaan kebijakan.
lalu, pasca gempa bumi yang melanda Kota Memahami struktur birokrasi merupakan
Padang hampir hampir semua dinas/kantor/ faktor yang fundamental untuk mengkaji
badan di seluruh pemerintah Kota Padang implementasi kebijakan publik. Menurut
mengalami kondisi serupa, hal ini jelas sangat Edwards III, terdapat dua karakteristik utama
mengganggu kinerja implementor kebijakan. dari birokrasi yakni, standard operational
Walaupun 20% dari APBD Kota Padang procedure (SOP) dan fragmentasi. SOP
diperuntukkan untuk pendidikan, akan tetapi merupakan perkembangan dari tuntutan
untuk membangun gedung baru untuk Dinas internal akan kepastian waktu, sumber
Pendidikan masih belum dapat dilakukan daya serta kebutuhan penyeragaman dalam
mengingat 69% anggaran dinas habis untuk organisasi kerja yang kompleks dan luas.
belanja rutin pegawai. Ukuran dasar SOP atau prosedur kerja ini biasa
digunakan untuk menanggulangi keadaan
Sementara itu, kondisi fasilitas fisik di
umum diberbagai sektor publik dan swasta.
sekolah-sekolah dasar dan menengah masih
Dengan menggunakan SOP, para pelaksana
belum merata. Banyak sekolah-sekolah yang
dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia
hampir tidak pernah direnovasi fasilitas fisiknya
dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan
oleh pemerintah kota. Pemerintah Kota hanya
tindakan-tindakan pejabat dalam organisasi
mengharapkan bantuan dari pihak ketiga
yang kompleks dan tersebar luas, sehingga
seperti CSR dari perusahaan maupun lembaga
dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar
donor untuk memperbaiki fasilitas pendidikan.
dan kesamaan yang besar dalam penerapan
Pasca gempa bumi tahun 2009, sudah
peraturan.
banyak sekolah-sekolah yang mendapatkan
bantuan dari perusahaan maupun sektor SOP sangat mungkin dapat menjadi
swasta dalam bentuk fisik bangunan, akan kendala bagi implementasi kebijakan baru
tetapi masih sangat banyak sekolah yang yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau
belum terjamah perbaikan. Sebagai contoh, tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan
sekolah dasar yang dikunjungi peneliti, yang ke bi j akan-ke bi jakan. De ngan be gitu,
berdiri sejak 1953 sudah hampir 10 tahun semakin besar kebijakan membutuhkan
tidak mendapatkan bantuan renovasi gedung perubahan dalam cara-cara yang lazim
dari pemerintah kota, sehingga sekolah yang dalam suatu organisasi, semakin besar pula
berada di pusat kota ini kondisinya menjadi probabilitas SOP menghambat implementasi.
kurang layak pakai. Fasilitas lainnya seperti Namun demikian, di samping menghambat
kursi dan bangku yang dibutuhkan oleh implementasi kebijakan SOP juga memunyai
sekolah-sekolah masih sangat kurang. Untuk manfaat. Organisasi dengan prosedur
tingkat sekolah dasar, masih dibutuhkan perencanaan yang luwes dan kontrol yang
21.040 set bangku dan kursi untuk seluruh besar atas program yang bersifat fleksibel
sekolah dasar di Kota Padang. keterbatasan mungkin lebih dapat menyesuaikan tanggung
anggaran yang dimiliki oleh pemerintah kota jawab yang baru pada birokrasi-birokrasi
menjadi salah satu alasan kenapa hampir tanpa memunyai tupoksi yang jelas.
tidak ada renovasi yang dilakukan di sekolah-
Dalam melaksanakan kerjanya, Dinas
sekolah yang membutuhkan.
Pendidikan Kota Padang berpegangan kepada
tugas pokok dan fungsi yang telah diatur
Struktur Birokrasi dalam
dalam Perda No. 16 tahun 2008 tersebut.
Implementasi Kebijakan Pengetahuan pegawai akan fungsi dinas
Keberhasilan dalam implementasi pendidikan kemudian diperjelas dalam bentuk
kebijakan otonomi daerah bidang pendidikan sosialisasi terhadap fungsi dinas tersebut.
tidak terlepas dari keberadaan birokrasi begitu juga terhadap tugas pokok dan fungsi
tidak hanya ada dalam organisasi atau dari masing-masing bagian, dilaksanakan oleh
struktur pemerintah, tetapi juga ada dalam setiap pegawai di dinas pendidikan dengan
institusi pendidikan maupun organisasi memedomani peraturan daerah tersebut.
swasta. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu Sifat kedua dari struktur birokrasi yang
birokrasi diciptakan hanya untuk menjalankan berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan
suatu kebijakan tertentu. Implementasi adalah fragmentasi. Edward III menjelaskan
kebijakan yang bersifat kompleks menuntut bahwa ”fragmentasi merupakan penyebaran
adanya kerjasama banyak pihak. Ketika tanggung jawab suatu kebijakan kepada
struktur birokrasi tidak kondusif terhadap beberapa badan yang berbeda sehingga
implementasi suatu kebijakan, maka hal

236 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni, 2015)

memerlukan koordinasi.” Pada umumnya, Disposisi dalam Implementasi


semakin besar koordinasi yang diperlukan Kebijakan
untuk melaksanakan kebijakan, semakin
Dalam mengimplementasikan suatu
berkurang kemungkinan keberhasilan
kebijakan, komitmen atau kemauan menjadi
program atau kebijakan. Fragmentasi
faktor yang tidak bisa diabaikan. Keberhasilan
mengakibatkan pandangan-pandangan yang
implementasi program sangat bergantung
sempit dari banyak lembaga birokrasi. Hal ini
pada komitmen yang kuat dari seluruh
akan menimbulkan konsekuensi pokok yang
stakeholders untuk melaksanakan kebijakan.
merugikan bagi keberhasilan implementasi
Komitmen harus dimiliki oleh birokrasi
kebijakan.
pelaksana program dan masyarakat yang
Birokrasi dalam dinas pendidikan menjadi target atau sasaran kebijakan.
dipecah kedalam lima bidang yang disetiap Komitmen yang kuat dapat menjadi modal
bidangnya kemudian dibagi lagi ke dalam bagi terlaksananya kebijakan. Dengan
tiga sampai lima seksi. Setiap bidangnya adanya komitmen, berbagai masalah dalam
memegang tugas dan fungsi yang berbeda implementasi kebijakan bisa dipecahkan
dengan bidang yang lain didalam dinas karena setiap pelaksana program berpikir dan
tersebut. bidang-bidang dibagi berdasarkan bertindak untuk mensukseskan implementasi
level pendidikan yang menjadi tanggung kebijakan (Roni Ekha Putera dan Tengku Rika
jawab dinas pendidikan, yakni pendidikan Valentina, 2011: 198).
dasar, pendidikan menengah serta pendidikan
Komitmen pelaksana kebijakan untuk
luar sekolah. Pembagian bidang dan seksi ini
mensukseskan implementasi kebijakan
dibutuhkan untuk pelaksanaan setiap tugas
otonomi daerah bidang pendidikan dinilai
dan fungsi dinas pendidikan dan menghindari
cukup bagus, walaupun dalam pelaksanaannya
terjadinya hambatan serta tumpang tindih
terdapat fator-faktor yang menyebabkan
dalam pembuatan kebijakan. Secara umum
kebijakan yang ada tidak berjalan lancar.
tidak terdapat permasalahan yang signifikan
Dalam hal anggaran misalnya terdapat
dalam pelaksanaan tugas dari setiap bidang-
minimnya anggaran yang ada sehingga
bidang yang ada, akan tetapi dalam kurun
dalam pelaksanaan peraturan daerah menjadi
waktu tiga tahun terakhir terjadi tiga kali
terhambat, selain itu, lemahnya sosialisasi
mutasi dalam dinas pendidikan yang kemudian
peraturan juga berakibat terhadap rendahnya
berimbas kepada terhalangnya kinerja dan
pengetahuan masyarakat terhadap peraturan
pencapaian tujuan dari setiap bidang yang
yang ada.
ada. Seperti yang disampaikan oleh informan
SS, banyak kebijakan-kebijakan dan program Faktor-faktor yang menjadi perhatian
yang telah disusun setiap tahunnya tidak Edward III mengenai disposisi dalam
dapat terlaksana karena terjadinya mutasi implementasi kebijakan terdiri dari: Pertama,
pegawai yang ada. pengangkatan birokrasi. Disposisi atau sikap
pelaksana akan menimbulkan hambatan-
Fragmentasi birokrasi menyebabkan
hambatan yang nyata terhadap implementasi
hambatan-hambatan yang berhubungan
kebijakan bila personel yang ada tidak
dengan implementasi kebijakan publik
melaksanakan kebijakan yang diinginkan
seperti: ”Pertama, tidak ada otoritas yang
oleh pejabat-pejabat yang lebih atas. Karena
kuat dalam implementasi kebijakan karena
itu, pengangkatan dan pemilihan personel
terpecahnya fungsi-fungsi tertentu ke dalam
pelaksana kebijakan haruslah orang-orang
lembaga atau bidang-bidang yang berbeda-
yang memiliki dedikasi pada kebijakan
beda. Di samping itu, masing-masing bidang
yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi
mempunyai yurisdiksi yang terbatas atas
pada kepentingan warga masyarakat.
suatu bidang, maka tugas-tugas yang penting
Pengangkatan dan pemilihan personel
mungkin akan terlantarkan dalam berbagai
pelaksana kebijakan dilakukan dengan
agenda birokrasi yang menumpuk”. ”Kedua,
merit sistem. Merit system dilaksanakan
pandangan yang sempit dari bidang yang
dengan mengadakan seleksi terhadap
mungkin juga akan menghambat perubahan.
aparatur-aparatur yang dirasa telah memiliki
Jika suatu bidang mempunyai fleksibilitas yang
kompetensi yang cukup untuk menduduki
rendah dalam misi-misinya, maka bidang-
jabatan-jabatan tertentu, baik itu jabatan
bidang itu akan berusaha mempertahankan
kepala sekolah, pengawas, penilik pendidikan
esensinya dan besar kemungkinan akan
maupun jabatan fungsional lainnya. Seleksi
menentang kebijakan-kebijakan baru yang
dengan sistem kompetensi dan kompetisi ini
membutuhkan perubahan”.
menurut informan CC dilakukan hampir setiap

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 237


roni ekha putera. Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan dalam Pencapaian Millennium ...

tahun dan melibatkan badan pertimbangan bagian dalam organisasi, sehingga pelaksana
jabatan karier (Baperjakat), ujian kompetensi menjadi tidak fokus yang berakibat kepada
yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan lemahnya keberhasilan kebijakan. Peraturan
kemudian diikuti dengan pertimbangan lama daerah tentang penyelenggaran pendidikan
kerja dan pendidikan terakhir yang ditempuh namun belum didukung dengan sumber daya
oleh calon personel tersebut. Pengangkatan keaungan yang memadai sehingga seolah-
dan pemilihan personel pelaksana di dinas olah kebijakan ini jalan sendiri tanpa adanya
pendidikan dapat berjalan dengan baik perhatian dari pemerintah itu sendiri dengan
mengingat banyaknya calon kader-kader yang kata lain perda ini belum berjalan secara
berkualitas di Kota Padang. optimal.
Kedua, Insentif merupakan salah-satu Berdasarkan simpulan tersebut maka
teknik yang disarankan untuk mengatasi dapat disarankan hal sebagai berikut,
masalah sikap para pelaksana kebijakan H e n d a k nya p e m e r i n t a h d a e ra h l e b i h
dengan memanipulasi insentif. Pada dasarnya memerhatikan akses terhadap pendidikan
orang bergerak berdasarkan kepentingan dasar, Pemerintah Daerah perlu membuat
dirinya sendiri, maka memanipulasi insentif k e b i j a k a n ya n g m a m p u m e m b e r i k a n
oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi pemerataan terhadap pendidikan dasar,
tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan pemerintah daerah membuat SOP atau juklak
cara menambah keuntungan atau biaya dan juknis dalam pelaksanaan peraturan
tertentu mungkin akan menjadi faktor daerah
pendorong yang membuat para pelaksana
menjalankan perintah dengan baik. Hal Daftar Pustaka
ini dilakukan sebagai upaya memenuhi
Agustino, Leo. 2006. Dasar – Dasar Kebijakan
kepentingan pribadi atau organisasi.
Publik. Bandung: CV. Alfabeta.
Konsep reward and punishment untuk Babbie, Earl, (2013) The Practice of Social
bagi internal dinas pendidikan Kota Padang Research (13th ed). Belmont, California:
belum dapat diterapkan dengan baik, hal Wadsworth Publishing Company.
ini terkendala dengan minimnya anggaran Depdiknas. (2001). Desentralisasi Pendidikan.
yang selalu menjadi titik sorot utama ketika Jakarta: Komisi Nasional Pendidikan
berbicara tentang pemberian insentif. Untuk Edward III, George C, (1980), Implementing
mengatasi hal tersebut, dinas pendidikan Public Policy, Congressional Querterly
telah berupaya tetap memberikan reward Press.
kepada unit-unit pelayanan yang berprestasi Fatimah, Maria Jeanny, Komunikasi Keluarga
dengan memberikan sertifikat, piagam Meningkatkan Akses Pendidikan bagi
maupun bonus yang tidak berbentuk uang Kesetaraan Anak Perempuan dalam
atau insentif langsung. Seperti misalnya lingkaran Kemiskinan, Jurnal Mimbar Vol.
untuk kepala sekolah yang mendapatkan nilai 31, No. 2 (Desember 2014), hal 199-208.
UAN tertinggi diberikan studi tour ke pulau Gaffar, Fakry. (1990). Implikasi desentralisasi
jawa yang dibiayai oleh CSR maupun pihak pendidikan menyongsong abad ke-21.
sponsor. Hal ini dilakukan agar reward yang Jurnal Mimbar Pendidikan, 3, Tahun IX,
diberikan tidak membebani APBD. Oktober.
Hardiyansyah dan Rahmad Effendi, Model
Simpulan Dan Saran
Implementasi Kebijakan Publik dalam
Kota Padang sebagai kota yang memiliki Pengelolaan Sampah dan Kebersihan Kota
Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan Palembang, Jurnal Mimbar Vol. 30 No.1
pendidikan telah menjalankan kebijakan Juni 2014, hal 108-117.
ini, walaupun dalam pelaksanaannya masih Hasbullah, (2006), Otonomi Pendidikan,
menemui kendala dimana masih belum Kebijakan Otonomi Daerah dan
maskimalnya sosialisasi daripada peraturan Implikasinya terhadap penyelenggaraan
ini kepada target grup sehingga terjadinya pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
miskomunikasi antara implementor kebijakan Persada.
dengan target grup, namun kalau untuk Kamaruli, Sukarman, (2014), Evaluasi
komunikasi antar implementor sendiri sudah Tentang Implementasi Kebijakan
berjalan dengan baik namun masih terjadi Pengambangan Kawasan Minipolitan di
distorsi dalam pelaksanannya. Kabupaten Gorontalo, Jurnal Mimbar Vol.
30 No.1, Juni 2014, hal 53-61.
Sementara itu, dari segi struktur
Miles, Matthew B., A. Michael Huberman, dan
birokrasi, terjadinya fragmentasi ke bagian-
Johnny Saldaña,(eds) 2014, Qualitative

238 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni, 2015)

data analysis: a methods sourcebook di Indonesia, Yogyakarta: Gava Media dan


(3th ed) Thousand Oaks, CA: Sage JMKP-MAP UGM.
Publications. Putera, Roni Ekha dan Valentina, Tengku Rika,
Neuman, Lawrence W. (2014), Social Research Implementasi Program KTP Elektronik
Methods: Qualitative and quantitative (e-KTP) di Daerah Percontohan, Jurnal
approaches. (7th ed) London: Allyn and Mimbar Vol. XXVII, No. 2 Desember 2011,
Bacon. hal 193-201.
Norman K, Denzim. and Yvonna S. Lincoln Sulistyastuti, Dyah Ratih (2007),
(eds), (2005), Handbook of Qualitative Pengarusutamaan MDGs dalam
Research,(3th) USA: Sage Publications Pembangunan Kualitas Manusia, dalam
Nugroho, Riant, 2008, Public Policy, Jakarta: jurnal Kebijakan dan Administrasi
Elex Media Komputindo. Publik Vol. 11 No. 2 (November 2007),
Parsons, Wayne, 2005, Public Policy, Pengantar Yogyakarta: MAP Universitas Gadjah
Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Mada.
Jakarta: Kencana. T. Husen, & Postlethwaite, T.N. (Eds).
Pülzl, Helga and Oliver Treib (2007), (1994). The international encyclopedia of
Implementing Public Policy, dalam Fischer, education . London: Pergamon.
Frank, Gerald J. Miller, and Mara S. Sidney. Tachjan, 2008, Implementasi Kebijakan,
(ed) 2007, Handbook Of Public Policy Bandung: AIPI Bandung – Puslit KP2W
Analysis: Theory, Politics, And Methods, Lemlit Unpad.
USA: CRC Press. Tilaar, H.A.R dan Riant Nugroho, (2002),
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Memahami Pendidikan Nasional, Jakarta:
Sulistyastuti, (2012), Implementasi Rineka Cipta.
Kebijakan Publik, Konsep dan aplikasinya

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 239

Anda mungkin juga menyukai