Anda di halaman 1dari 9

Sumber Ajaran Agama

Islam menurut Sunah dan


Hadist
Sunnah
A. Pengertian Sunnah

Sunnah berasal dari bahasa arab yang secara etimologis berarti “jalan yang biasa
dilalui”, maksudnya seperti kebiasaan atau cara itu sesuatu kebiasaan yang baik atau buruk.
Sunnah menurut ahli ushul fiqh adalah “segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW,
berupa perbuatan, perkataan , dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum”.
Di samping pengertian yang dikemukakan para ulama’ ushul fiqh. Sunnah juga
dimaksudkan sebagai salah satu hokum taqlifih, yang mengandung pengertian “perbuataan yang
apabila dikerjakan mendapat pahaladan apabila ditinggalkan tidak medapat siksa (tidak
berdosa)”.
Secara terminologis (dalam istilah sari’ah), sunnah bisa dilihat dari tiga bidang ilmu,
yaitu dari ilmu hadist, ilmu fiqh dan ushul fiqih.
B. Fungsi Sunnah
1. Bayan ta’kid
Bayan Ta’kid yaitu menetapkan dan menegaskan hukum-hukum yang tersebut dalam Al-
Qur’an. Dalam ini sunnah hanya seperti mengulangi apa yang dikatakan Allah dalam Al-
qur’an. Contohnya Allah berirman: Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. (QS.al-
Baqarah:110)
2. Bayan tafsir
Bayan Tafsir yaitu memberikan penjelasan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an, atau
terperinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara garis besar, memberi
batasan terhadap apa yang disampaikan Allah secara mutlak.
3. Bayan Tasyri
Bayan Tasyri yaitu menetapakn suatu hukum dalam sunnah yang secara jelas tidak di
sebutkan dalam Al-Qur’an. Dengan demikian kelihatan bahwa sunnah menetapkan
sendiri hukum yang tidak ditetapakn Al-Qur’an.
C. Macam macam Sunnah
1. Sunnah fiqliyah
yaitu perbuatan yang dilakukan Nabi SAW. Yang dilihat, atau diketahui dan disampaikan para
sahabat pada orang lain. Misalnya, tata cara yang ditunjukan Rosullah SAW. Kemudian
disampaikan sahabat yang melihat atau mengetahuinya kepada orang lain.
2. Sunnah Qoulyyah
yaitu ucapan Nabi SAW. Yang didengar oleh dan disampaikan seorang atau beberapa sahabat
kepada orang lain. Misalnya, sabda Rosullah yang diriwayatkan Abu Hurairah: “tidak sah shalat
seseorng yang tidak membaca surat Al-Fatihah” (HR al-Bukhari dan Muslim}
3. Sunnah taqqririyyah
yaitu perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan dihadapan Nabi SAW, tetapi Nabi hanya
diam dan tidak menceganya. Sikap diam dan tdak mencega dari Nabi SAW ini, menunjukan
persetujuan Nabi SAW (taqqrir), terhadap perbuatan sahabat tersebut.
Hadist
A. Pengertian Hadist
Secara bahasa Hadits berarti “baru”, juga berarti “sesuatu yang dibicarakan atau
dikutip”. Menurut istilah ahli Hadits, Hadits adalah apa yang disandarkan kepada Nabi
SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan (taqrir), sifat atau sirah
(sejarah hidup) beliau, baik sebelum kenabian atau sesudah kenabian.
Pembukuan Hadits baru diperintahkan oleh Khalifah Umar Ibn Abdil, Aziz pada
sekitar tahun 100 H. hadits-hadits tidak semuanya dapat diterima karena adanya
pemalsuan-pemalsuan. Sebab itu ada Hadits yang dapat diterima, dan hadits-hadits yang
dapat diterima ini mempunyai pula derajat-derajatnya.

secara literal, hadits diartikan sebagai komunikasi, cerita, perbincangan (religius atau
sekuler, historis atau kekinian). hadis adalah semua yang dinisbahkan kepada rasulullah
SAW baik perkataan, perbuatan ,persetujuan dan sifat baginda,juga yang dinisbahkan
kepada sahabat dan tabiin.
B. Macam macam Hadist

1. Hadits Shahih adalah Hadits yang diyakini berasal dari Nabi Saw, karena
diriwayatkan oleh orang-orang yang dapat dipercaya, kuat ingatanya dan
tidak terputus rangkaian periwayatnya(sanad) samapai kepada Nabi Saw.
2. Hadits Hasan, yaitu seperti hadits shahih juga, tapi diantara rangkaian
sanadnya ada orangyang kurang kuat ingatannya.
3. Hadits Dha‟if (lemah), adalah hadits yang tidak dapat diterima karena
tidak dapat diyakini berasal dari Nabi Saw atau bahkan dapat diyakini hadits
yang dipalsukan (maudhu)
C. Bentuk Hadist
a. Hadis qauli d. Hadis taqriri,
adalah segala perkataan Nabi SAW yang berisi Adalah ketetapan nabi. terhadap apa yang datang
berbagai tuntutan dan petunjuk syara’, atau yang dikemukakan oleh para sahabatnya
peristiwa-peristiwa dan kisah-kisah baik yang dan Nabi SAW membiarkan atau mendiamkan
berkaitan dengan aspek akidah, syariah maupun perbuatan tersebut, tanpa, membedakan
akhlak. penegasan apakah beliau membenarkan atau
b. Hadis fi’li mempersalahkannya.
Adalah seluruh perbuatan yang disandarkan e. Hadis Ahwali
kepada nabi. yang menjadi panutan perilaku ialah segala pemberitaan tentang Nabi SAW,
para, sahabat pada saat itu dan menjadi seperti yang berkaitan dengan sifat-sifat
keharusan bagi semua umat Islam untuk kepribadiannya /perangainya (khuluqiyyah),
mengikutinyaَ keadaan fisiknya (khalqiyah), karakteristik,
c. Hadis Hammi sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaanya.
Yaitu keinginan nabi yang belum sempat beliau
kerjakan, walaupun hal ini baru rencana dan
belum dilakukan oleh Nabi
D. Struktur Hadist
1. Sanad
Sanad menurut lughah, ialah: “sesuatu yang kita bersandar kepadanya, baik tembok atau selainnya”.
Ringkasnya sanad Hadis ialah yang disebut sebelum matan Hadis Sedangkan isnad secara lughah ialah
menyandarkan sesuatu kepada yang lain. Sanad dari segi bahasa artinya (sandaran, tempat yang
bersandar, yang menjadi sandaran)
2. Matan
Matan menurut lughat ialah jalan tengah, punggung bumi atau bumi yang keras dan tinggi.
Sedangkan menurut istilah, matan Hadis ialah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover
oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah SAW, sahabat ataupun Tabi’in. Baik
pembicaraan itu tentang Nabi atau taqrir Nabi
3. Rawi
Yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab
apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya).
Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang memperluas
hukum dalam Al-Qur’an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang
ditentukan Allah dalam AlQuran. Kedudukan Hadits sebagai bayani atau
menjalankan fungsi yang menjelaskan hukum Al-Quran, tidak diragukan lagi
dan dapat di terima oleh semua pihak, karena memang untuk itulah Nabi di
tugaskan Allah SWT.
Namun dalam kedudukan hadits sebagai dalil yang berdiri sendiri dan
sebagai sumber kedua setelah Al-Quran, menjadi bahan perbincangan
dikalangan ulama. Perbincangan ini muncul di sebabkan oleh keterangan Allah
sendiri yang menjelaskan bahwa Al-Quran atau ajaran Islam itu telah sempurna.
Oleh karenanya tidak perlu lagi ditambah oleh sumber lain.
ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat
untuk semua umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai