Akad Wadiah
Akuntansi Wadiah
Akad Mudharabah
Akuntansi Mudharabah
Akad Musyarakah
Akuntansi Musyarakah
1
AKAD WADIAH
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang bukan
pemiliknya, untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan yang mempunyai
uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil
pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut dan dana yang
dititipi menjadi penjamin pengembalian barang titipan. Dalam akad hendaknya dijelaskan
tujuan wadiah, cara penyimpanan, lamanya waktu penitipan, biaya yang dibebankan pemilik
barang dan hal-hal yang dianggap penting.
1. Wadiah amanah, yaitu dimana wadiah uang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan
dan tidak boleh didayagunakan. Si penerima tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan
kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau
kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut.
2. Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah dimana si penerima titipan dapat memanfaatkan
barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dengan menjamin untuk mengembalikan
titipan tersebut secara utuh setiap saat pemilik menghendakinya. Namun penerima titipan
boleh saja memberikan bonus dan tidak boleh dijanjikan sebelumnya kepada pemilik
barang. Contoh: Tabungan dan Giro tidak Berjangka dengan Akad Wadiah.
B. Sumber Hukum
1. Alquran
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya...”(QS 4:58)
“.....Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya...” (QS 2:283)
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa amanat itu hanya sekedar titipan dan harus dijaga serta
dikembalikan kepada pemiliknya.
2
2. As-Sunah
“Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepadamu dan
jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Dawud
dan At-Tirmizi)
AKUNTANSI WADIAH
3
• Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan
Utang xxx
Kas xxx
Kas xxx
Pendapatan Wadiah xxx
Piutang xxx
Pendapatan Wadiah xxx
Kas xxx
Piutang xxx
Jurnal
1. Pada saat menyerahkan barang (menerima tanda terima penitipan barang) dan membayar
biaya penitipan (menerima tanda terima pembayaran)
Beban Wadiah Rp2.500
Kas Rp2.500
2. Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan jurnal:
Utang Rp50.000
Kas Rp50.000
4
Contoh lain:
a. Pada tanggal 01 September 2018 Diterima setoran tunai pembukaan giro wadiah atas
nama Ridwan sebesar Rp25.000.000,-- Atas transaksi tersebut bank syariah melakukan
jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas 25.000.000
Cr. Giro Wadiah (rek. giro Ridwan) 25.000.000
b. Pada tanggal 05 September 2018 Ridwan melakukan penarikan giro wadiahnya melalui
ATM sebesar Rp2.000.000,--
Atas transaksi tersebut Bank Syariah melakukan jurnal sebagai berikut::
Dr. Giro wadiah (Rek Giro Ridwan) 2.000.000
Cr. Kas ATM 2.000.000
c. Pada tanggal 07 September 2018 Ridwan menyerahkan aplikasi transfer untuk
dilakukan pemindahbukuan dari rekening gironya sebesar Rp5.000.000,--untuk
dibuatkan Deposito Mudharabah dengan nisbah 65:35
Dr. Giro Wadiah (Rek giro Ridwan) 5.000.000
Cr. Deposito Mudharabah (a/n Ridwan) 5.000.000
d. Pada tanggal 07 September 2018 Yusuf melakukan penyetoran tunai sebesar
Rp1.000.000,-- sebagai setoran pertama giro wadiah Atas transaksi tersebut oleh bank
syariah dilakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas 1.000.000
Cr. Giro Wadiah (Rek giro Yusuf) 1.000.000
5
AKAD MUDHARABAH
A. Pengertian Mudharabah
Menurut PSAK 105 paragraf 4, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka
sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.
Dari beberapa definisi sebenarnya secara global dapat dipahami dan dapat kita simpulkan
bahwa mudharabah adalah kontrak antara dua pihak dimana satu pihak yang disebut investor
(rabb al-mal) mempercayakan modal atau uang kepada pihak kedua yang disebut mudharib
(pengusaha/skill man) untuk menjalankan usaha niaga. Mudharib menyumbangkan tenaga,
keterampilan, dan waktunya dan mengelola perseroan mereka sesuai dengat syarat-syarat
kontrak.
Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa keuntungan (profit) jika ada akan
dibagi antara investor dan mudharib berdasarkan proporsi yang telah disepakati sebelumnya.
6
Kerugian jika ada akan ditanggung sendiri oleh si investor. Secara teknis, al-mudharabah
adalah akad kerjasama usaha antar dua pihak dimana pihak pertama (shohibul mal)
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
B. Jenis-Jenis Mudharabah
1. Mudharabah Mutlaqoh yaitu, akad dimana si pengelola dana bebas melakukan pengolahan
tanpa terikat ataupun batasan dari pemilik dana.
2. Mudharabah Muqayyadah yaitu, akad di mana pemilik dana memberikan batasan-batasan
tertentu terhadap pengelolaan kerjasama tersebut.
3. Mudharabah Musthakarah yaitu, akan dimana pengelola dana setelah usaha berjalan ikut
menyertakan dananya dalam investasi mudharabah tersebut.
1. Alquran
7
b. Surah Al-Baqarah Ayat 283
2. Hadis
Hadis yang berasal dari Ibnu Abbas bahwa Sahabat Abbas ibn Abdul Muthalib jika
memberikan dana kepada mitra usahanya dengan sistem mudharabah, dia mensyaratkan
agar dananya tidak dibawa menyebrangi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka yang bersangkutan bertanggung
jawab atas dana tersebut. Hal ini disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dan beliau menyetujuinya. (Hadist Riwayat Tabrani)
3. Ijmak
Para ulama telah sepakat bahwa para sahabat telah bersepakat tentang bolehnya
mengelola harta anak yatim dengan sistem mudharabah. Keputusan tersebut sejalan dengan
ketentuan hadist dan nilai-nilai yang ada dalam alquran.
8
D. Rukun Mudharabah
Rukun mudharabah menurut Hanfiyah adalah ijab dan kabul yang keluar dari orang yang
memiliki keahlian. Tidak disyaratkan adanya lafadz tertentu, tetapi dapat dengan bentuk apa
saja yang menunjukkan makna mudharabah karena yang dimaksudkan dalam akad ini adalah
tujuan dan maknanya, bukan lafadz dan susunan kata. Pendapat Sayyid Sabiq (Hanafiyyah)
tersebut adalah menurut madzhab Hanafi, yaitu bahwa rukun mudharabah yang paling
mendasar adalah ijab dan kabul. Sementara Madzhab Syafi’i berpendapat rukun mudharabah
tidak hanya ijab dan kabul, tetapi juga adanya dua pihak, adanya usaha, adanya laba, dan
adanya modal.
AKUNTANSI MUDHARABAH
9
Jika nilai wajar aset yang diserahkan lebih rendah dari nilai buku:
Jika nilai wajar aset yang diserahkan lebih tinggi dari nilai buku:
c. Setiap pembayaran kembali atas pembiayaan Mudharabah oleh pengelola dana mudharib
mengurangi saldo pembiayaan Mudharabah.
Sesuai dengan dasar-dasar hukum syariah maka kerugian ini akan ditanggung oleh
pemilik dana tersebut, terutama bila mudharib tidak melaksanakan suatu pelanggaran apapun
ataupun suatu kelalaian. Hal ini merupakan dasar dari pengakuan bank mengenai kerugian neto
mudharabah pada akhir jangka waktu tersebut, dimana pernyataan dan pengurangan jumlah
modal mudharabah tersebut dibuat. Selain itu, kerugian secara berkala yang disajikan dalam
jangka waktu mudharabah akan diganti rugi oleh keuntungan yang belum dibagikan. Dalam hal
10
secara keseluruhan atau bagian dana mudharabah hilang sebelum penempatan, hal ini akan
dianggap sesuai dengan ketentuan hukum syariah sebagai kerugian dari modal. Hal ini akan
menjadi suatu dasar bagi pengukuhan bank sebagai pemilik dana atau mengenai kerugian yang
terjadi dalam jangka waktu yang sama sebagai kerugian modal dan pengurangan jumlah modal
mudharabah. Hal mendasar yang harus diketahui tentang pembagian laba atau rugi
mudharabah, sesuai prinsip mudharabah adalah apabila mendapatkan laba maka pembagian
laba antara mudharib dan shahibul mal dilakukan sesuai dengan nisbah yang disepakati dari
awal, sedangkan apabila kerugian dan bukan kesalahan dari mudharib maka kerugian tersebut
sepenuhnya ditanggung oleh pemilik dana (bank), tetapi kalau kerugian tersebut sebagai akibat
kelalaian dan kesalahan dari mudharib maka kerugian tersebut menjadi tanggung jawab si
mudharib.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa dalam pelaksanaannya tidaklah mudah untuk
menentukan hal tersebut kelalaian mudharib atau tidak, oleh karena itu untuk menentukan
mudharib antara lain ditunjukkan oleh:
11
ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD MUDHARABAH
a. Penyerahan Dana Investasi dalam bentuk Kas (Asumsi : Pengelola Dana Tidak Memudharabahkan
Kembali)
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Shahibul Mal (Pemilik Dana) Mudharib (Pengelola Dana)
1 Januari 2011
Setelah melakukan akad pemilik dana Investasi Mudharabah 100.000 Kas 100.000
menyerahkan dana sebesar Rp100.000. Kas 100.000 Dana Syirkah Temporer 100.000
Periode akad : 2 tahun . Keterangan: Dana syirkah temporer
Nisbah bagi hasil pengelola : pemilik disajikan sebagai
dana= 3:1 akun terpisah dari utang dan modal
31 Desember 2011 Pengelola dana akan mencatat pendapatan
Jika hasil pengelolaan dana selama dan beban kemudian dari akhir periode
tahun 2011 adalah : akan dibuat jurnal penutup :
- Memperoleh pendapatan Kas/ Piutang 10.000
Rp10.000 Pendapatan 10.000
- Menanggung Beban Beban 8.000
Rp8.000 Kas/ Utang 8.000
Pendapatan
10.000
Beban
8.000
Pendapatan yang belum dibagikan
( kewajiban )
2.000
Pembayaran kepada Pemilik Dana Kas 500 Pendapatan yang belum dibagikan
Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah 2.000
500 Kas
Jika tidak dibagi langsung : 2.000
Piutang Bagi Hasil 500
Pendapatan Bagi Hasil
500
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Shahibul Mal (Pemilik Dana) Mudharib (Pengelola Dana)
31 Desember 2011
Melakukan ayat jurnal penutup
untuk bagi hasil tersebut
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca
Aset : Utang :
Investasi Mudharabah 100.000 Utang Bagi Hasil Mudharabah
12
Penyisihan Kerugiasn 0 0
100.000 Dana Syirikah Temporer
100.000
Penyisihan Kerugian
0 100.000
31 Desember 2012
Jika hasil pengolahan dana Kerugian Mudharabah 2.000 Pengelola dana akan mencatat pendapatan
selama tahun 2012 adalah : Penyisihan kerugian Mudharabah 2.000 dan beban, kemudian akan ditutup :
- Memperoleh Kas/Piutang 8.000
pendapatan Rp8.000 Pendapatan 8.000
- Menanggung beban Bebas 10.000
Rp10.000 Kas/Utang 10.000
Pendapatan 8.000
Penyisihan Kerugian 2.000
Beban 10.000
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Shahibul Mal (Pemilik Dana) Mudharib (Pengelola Dana)
1 Januari 2011
Setelah melakukan akad pemilik dana Investasi Mudharabah 100.000 Aset Non kas 100.000
menyerahkan aset non kas dengan : Aset Non-kas 80.000 Dana Syirkah Temporer
Nilai Buku Rp80.000 Keuntungan tangguhan 20.000 100.000
Nilai Pasar Rp100.000
Periode Akad : 2 tahun, namun
mengingat ada kebutuhan bahan baku,
operasional usaha akan dimulai 1
Maret 2011.
Nisbah bagi hasil pengelola : pemilik
dana = 2: 2.
13
28 Januari 2011
Terjadi penurunan nilai sebelum usaha Kerugian Investasi 5.000 Dana Syirkah Temporer 5.000
dimulai sebesar Rp5.000 Investasi Mudharabah 5.000 Aset Non kas 5.000
Membagi laba seuai nisbah : Kas 6.000 Pendapatan yang belum dibagikan
Mudharib : ½ 12.000 = 6.000 Pendapatan Bagi hasil 6.000 12.000
Shahibul Mal : ½ 12.000 = 6.000 Kas 12.000
Jika tidak dibagi langsung :
Pembayaran kepada Shahibul Mal : Piutang bagi hasil 6.000
Pendapatan bagi hasil 6.000
Saat uang diterima :
Kas 6.000
Piutang bagi hasil 6.000
14
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Shahibul Mal (Pemilik Dana) Mudharib (Pengelola Dana)
1 Januari 2013
Pengembalian investasi Aset non kas Mudharabah 93.000 Dana Syirkah Temporer 95.000
mudharabah pada akhir akad, Penyisihan rugi Mudharabah 2.000 Aset non kas
jika nilai aset non kas Rp95.000 Inevestasi Mudharabah 93.000
95.000 Penyisihan kerugian
2.000
AKAD MUSYARAKAH
A. Pengertian Musyarakah
Dilarangnya praktik riba dalam bidang mualamat perbankan Islam oleh ketentuan
alquran dan sunah maka dalam ajaran Islam diberikan metode lain, yaitu melalui mudharabah
dan musyarakah. Kata musyarakah bersumber dari akar kata sy-r-k, yang dalam alquran
disebutkan sebanyak lebih kurang 170 kali walau tak satupun dari ayat ini yang menggunakan
istilah musyarakah persis dengan arti kata kemitraan dalam suatu kongsi bisnis.
Istilah lain yang digunakan untuk musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Dalam
bahasa inggris, musyrakah diterjemahkan dengan istilah partnership, sedangkan oleh
lembaga-lembaga keuangan Islam menerjemahkannya dengan istilah participation financing.
Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan kemitraan, persekutuan atau
15
perkongsian. Musyarakah atau syirkah dari segi bahasa berarti percampuran. Dalam hal ini
mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahka satu sama
lain; sedangkan menurut syarak, syirkah (perseroan) adalah transaksi antara dua orang atau
lebih, yang dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan
dengan tujuan mencari keuntungan.
Musyarakah menurut Antonio (2001) adalah akad kerjasama diantara para pemilik
modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari kuntungan.
• Kas;
• Setara kas; atau
• Aset non kas;
• Aset tidak berwujud kas, seperti: lisensi dan hak paten.
Laba musyarakah dibagi diantara para mitra, baik secara proporsional sesuai dengan
modal yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset lainnya) atau sesuai dengan nisbah yang
disepakati oleh semua mitra, sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan
modal yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset lainnya).
a) Musyarakah permanen, dimana bagian modal setiap mitra ditentukan sesuai akad dan
jumlahnya tetap hingga masa akhir akad
b) Musyarakah menurun, di mana bagian modal bank akan dialihkan secara bertahap keada
mitra sehingga bagian modal bank akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan
menjadi pemilik usaha tersebut.
1. Syirkah Inan
Syirkah inan adalah syirkah yang mana 2 pihak atau lebih, setiap pihak
menyumbangkan modal dan menjalankan kerja. Contoh bagi syirkah inan: Khalid dan
Faizal berbagi menjalankan perniagaan burger bersama-sama dan masing-masing
16
mengeluarkan modal Rp50.000 setiap seorang. Perkongsian ini diperbolehkan berdasarkan
sunah dan ijmak sahabat. Disyaratkan bahwa modal yang dibagi adalah berupa uang.
Modal dalam bentuk harta benda seperti kereta mestilah diakadkan pada awal transaksi.
Kerja sama ini dibangun oleh konsep perwakilan (wakalah) dan kepercayaan (amanah).
2. Syirkah Abdan
Perkongsian abdan adalah perkongsian 2 orang atau lebih yang hanya melibat tenaga
(badan) mereka tanpa melibatkan perkongsian modal. Sebagai contoh: Jalal adalah tukang
buat rumah dan Rafi adalah juru elektrik yang berkongsi menyiapkan proyek sebuah
rumah. Perkongsian mereka tidak melibatkan perkongsian kos. Keuntungan adalah
berdasarkan persetujuan mereka. Syirkah abdan hukumnya mubah berdasarkan dalil sunah.
3. Syirkah Mudharabah
Syirkah mudharabah adalah syirkah dua pihak atau lebih dengan ketentuan, satu
pihak menjalankan kerja (amal) sedangkan pihak lain mengeluarkan modal (mal). (An-
Nabhani, 1990: 152). Istilah mudharabah dipakai oleh ulama Iraq, sedangkan ulama Hijaz
menyebutnya qiradh. (Al-Jaziri, 1996: 42; Az-Zuhaili, 1984: 836). Sebagai contoh: Khairi
sebagai pemodal memberikan modalnya sebanyak Rp100.000 kepada Abu Abas yang
bertindak sebagai pengelola modal dalam pasaraya ikan.
4. Syirkah Wujuh
Disebut syirkah wujuh karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan atau keahlian
(wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah syirkah antara 2 pihak
(misalnya A dan B) yang sama-sama melakukan kerja (amal), dengan pihak ketiga
(misalnya C) yang mengeluarkan modal (mal). Dalam hal ini, pihak A dan B adalah tokoh
masyarakat. Syirkah semacam ini hakikatnya termasuk dalam syirkah mudharabah
sehingga berlaku ketentuan-ketentuan syirkah mudharabah padanya. (An-Nabhani,
1990:154) Bentuk kedua syirkah wujuh adalah syirkah antara 2 pihak atau lebih yang
bersyirkah dalam barangan yang mereka beli secara kredit, atas dasar kepercayaan
pedagang kepada keduanya tanpa sumbangan modal dari masing-masing pihak.
17
5. Syirkah Mufawadhah
Syirkah mufawadhah adalah syirkah antara 2 pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah di atas (syirkah inan, ‘abdan, mudharabah dan wujuh). Syirkah
mufawadhah dalam pengertian ini, menurut An-Nabhani adalah boleh. Sebab, setiap jenis
syirkah yang sah berdiri sendiri maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis syirkah
lainnya. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkahnya; yaitu ditanggung oleh pemodal sesuai
dengan nisbah modal (jika berupa syirkah inan) atau ditanggung pemodal saja (jika berupa
syirkah mudharabah) atau ditanggung pengusaha usaha berdasarkan peratusan barang
dagangan yang dimiliki (jika berupa syirkah wujuh).
6. Syirkah Al-Milk
1. Alquran
18
”Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan
telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan salat dan
menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka
dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan
menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Ku masukkan ke dalam
surga yang mengalir air di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir
di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”.
Menurut Imam Hanafi hanya ada dua rukun dan syarat musyarakah, yaitu ijab dan
kabul. Tetapi, menurut para ulama dan praktisi perbankan menjabarkan lebih lanjut rukun
musyarakah menjadi :
1. Ucapan (sigot), penawaran dan penerimaan (ijab dan kabul) tidak ada bentuk khusus dari
kontrak musyarakah. Ia dapat berbentuk pengucapan yang menunjukan tujuan. Berakad
dianggap sah jika diucapkan secara verbal. Kontrak musyarakah dicatat dalam tulisan dan
disaksikan.
2. Para pihak yang berkontrak
Pihak yang berkontrak harus berkompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan
perwakilan karena dalam musyarakah mitra kerja juga berarti mewakilkan harta untuk
diusahakan sama halnya dengan mudharabah.
3. Objek kesepakatan : modal dan kerja.
a. Modal/Dana
1) Modal yang diberikan harus tunai, emas, perak, atau nilainya sama. Tidak ada
perbedanaan pendapat dianatara ulama dalam hal ini.
2) Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang barang, properti,
perlengkapan, dan sebagainya. Dapat juga dalam bentuk hak yang tidak terlihat,
seperti lisensi, hak paten, dan sebagainya. Beberapa ulama memperbolehkan
modal sebuah perusahaan dapat disumbangkan dalam bentuk jenis jenis aset ini,
asalkan barang barang itu dinilai dengan tunai menurut yag disepakati para
mitranya.
3) Mazhab Syafii dan Maliki mensyaratkan dana yang desediakan oleh para pihak
itu harus dicampur supaya tidak ada keistimewaan diberikan kepada bagan salah
satu dari mereka. Tetapi, mazhab hanafi tidak mencantumkan syarat ini jika
modal itu dalam bentuk tunai, sedangkan mazhab hanbali tidak mensyaratkan
percampuran dana.
b. Kerja
20
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah adalah sebuah hukum dasar
dan tidak dibolehkan bagi salah satu dari mereka untuk mencantumkan
ketidakikutseertaan dari mitra lainnya.
Ketentuannya antara lain :
1) Pernyataan ijab dan kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad)
2) Pihak-pihak yang berkontrakan harus cakap hukum dan memerhatikan hal-hal
berikut :
• Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan.
• Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis
normal.
• Setiap mitra memberi wewenang kepada mitrayang lain untuk mengelola aset dan
masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas
musyarakah dengan memerhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan
kelalaian yang disengaja.
Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai atau penyerahan aset
non kas kepada mitra musyarakah,
a. Pengukuran pembiayaan musyarakah adalah:
1) Pembiayaan musyarakah dalam bentuk :
• Kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan
• Aset non kas dinilai wajar dan nilai buku aset non kas maka selisih tersebut
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan;
2) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah, misalnya biaya studi kelayakan tidak
dapat diakui sebagai bagian pembiayaan musyarakah, kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra musyarakah.
b. Pengukuran bagian bank atas pembiayaan musyarakah setelah akad:
21
1) Bagian bank atas pembiayaan musyarakah permanen dinilai sebesar nilai historis
setelah dikurangi dengan kerugian
2) Bagian bank atas pembiayaan musyarakah menurun dinilai sebesar nilai historis
sesudah dikurangi dengan bagian pembiayaan bank yang telah dikembalikan oleh
mitra dan kerugian apabila ada.
3) Jika akad musyarakah yang belum jatuh tempo diakhiri dengam pengembalian
seluruh atau sebagian modal maka selisih antara nilaihistoris dan nilai
pengembalian diakui sebagai laba atau rugi bank pada periode berjalan
4) Pada saat akad diakhiri, pembiayaan musyarakah yang belum dikembalikan oleh
mitra diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada mitra.
1. Laba pembiayaan musyarakah diakui sebesar bagian bank sesuai dengan nisbah yang
disepakati atas hasil usaha musyarakah, sedangkan rugi diakui secara proporsional sesuai
dengan konstribusi modal.
2. Apabila pembiayaan musyarakah permanen melewati satu periode pelaporan maka:
a) Laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah bagi hasil yang
disepakati;
b) Rugi diakui dalam periode terjadinya kerugian tersebut dan mengurangi pembiayaan
musyarakah.
3. Apabila pembiayaan musyarakah permanen melewati satu periode pelaporan dan terdapat
pengembalian sebagian atau seluruh pembiayaan maka:
a) Laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah yang disepakati;
b) Rugi diakui dalam periode terjadinya secara proporsional sesuai dengan konstribusi
modal dan mengurangi pembiayaan musyarakah.
4. Pada saat akad diakhiri, laba yang belum diterima bank dari pembiayaan musyarakah yang
masih performing diakui sebagai piutang kepada mitra. Untuk pembiayaan musyarakah
yang non performing diakhiri maka laba yang belum diterima bank tidak diakui tetapi
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
5. Apabila terjadi rugi dalam musyarakah akibat kelalaian atau kesalahan mitra pengelola
usaha musyarakah maka rugi tersebut ditanggung oleh mitra pengelola musyarakah.
22
G. Penyebab Berakhirnya Akad Musyarakah
23
ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD MUSYARAKAH
Transaksi (dalam ribuan Mitra Aktif Mitra pasif Perusahaan Bentukan / Mitra Aktif
rupiah)
24 Desember 2004
Mengeluarkan biaya pra Uang muka 10.000
akad sebesar Rp10.000 Kas 10.000
Jika biaya pra akad ini disetujui oleh
mitra lain sebagai bagian investasi :
Investasi Musyarakah 10.000
Uang Muka 10.000
Jika tidak disetujui sebagai investasi :
Beban Musyarakah 10.000
Uang Muka 10.000
1 Januari 2012
Mitra aktif menyetorkan Investasi Musyarakah-kas 100.000 Investasi Musyarakah-Kas 50.000 Kas 150.000
modal sebesar Rp100.000, Kas 100.000 Kas 50.000 Dana Syirkah Mitra Aktif 100.000
sedangkan mitra pasif Dana Syirkah Mitra Pasif 50.000
menyetorkan modal
sebesar Rp50.000
Asumsi biaya pra akad
tidak disetujui sebagai
penambah investasi
musyarakah nisbah bagi
hasil 3:1
Transaksi (dalam ribuan Mitra Aktif Mitra pasif Perusahaan Bentukan /Mitra Aktif
rupiah)
Penyajian laporan
keuangan Asset : Asset : Kewajiban :
Neraca Investasi Musyarakah 100.000 Investasi Musyarakah 50.000 Utang bagi hasil Musyarakah 0
Penyisihan kerugian 0 Penyisihan kerugian 0 Dana Syirkah Temporer 150.000
Investasi (net) 100.000 Investasi (net) 50.000 Penyisihan kerugian 0
Dana Syirkah Temporer 150.000
24
31 Desember 2013
Mencatat pendapatan, beban dan jurnal
Perusahaan memperoleh : penutup
- Pendapatan Rp85.000 Kas/Piutang 85.000
- Beban Rp100.000 Pendapatan 85.000
Beban 100.000
- Pembagian nisbah Kerugian 10.000 Kerugian 5.000 Kas/Utang 100.000
rugi sesuai nisbah Penyisihan kerugian 10.000 Penyisihan kerugian 5.000 Pendapatan 85.000
modal 2:1 untuk Penyisihan kerugian 15.000
mitra aktif dan mitra Beban 100.000
pasif
Penyajian laporan
keuangan’ Asset : Asset : Kewajiban :
Neraca Investasi Musyarakah 100.000 Investasi Musyarakah 50.000 Kewajiban bagi hasil Musyarakah 0
Penyisihan kerugian (10.000) Penyisihan kerugian (5.000) Dana Syirkah Temporer 150.000
Investasi (net) 90.000 Investasi (net) 45.000 Penyisihan kerugian (15.000)
Dana Syirkah Temporer 135.000
1 Januari 2014 Kas 90.000 Kas 45.000 Dana syirkah temporer 150.000
Pengembalian pada akhir Penyisihan kerugian 10.000 Penyisihan kerugian 5.000 Penyisihan kerugian 15.000
akad Investasi Musyarakah Investasi Musyarakah 50.000 Kas 135.000
100.000
b. Transaksi dilakukan dengan Penyerahan Aset Non kas dan Dikembalikan Pada
Akhir Akad
Transaksi (dalam ribuan Mitra Aktif Mitra pasif Perusahaan Bentukan /Mitra Aktif
rupiah)
1 Januari 2012
Mitra aktif menyerahkan Investasi Musyarakah 120.000 Aset-Non kas 120.000
aset dengan harga perolehan Akumulasi Penyusutan 20.000 Dana Syirkah T Mitra aktif
Rp100.000, akumulasi Aset Non kas 100.000 120.000
penyusutan Rp20.000, nilai Selisih penilaian aset 40.000
pasar Rp120.000
Investasi Musyarakah
Mitra menyerahkan aset 30.000 Aset-Non kas 30.000
dengan harga perolehan Akumulasi Penyusutan Dana Syirkah T Mitra pasif
Rp50.000, akumulasi 10.000 30.000
penyusutan Rp10.000, nilai Kerugian 10.000
pasar Rp30.000 Aset non kas
50.000
31 Desember 2012
Dengan asumsi : masa Beban penyusutan 40.000 Beban Penyusutan 10.000
manfaat aset 3 tahun, nisbah Akumulasi Penyusutan 40.000 Akumulasi Penyusutan
bagi hasil 3:1 dan masa 10.000
akad 2 tahun
25
Rp40.000 Beban 40.000
Kas/Utang
40.000
Pendapatan 100.000
Pend belum dibagikan
Kas 45.000 (kewajiban)
Pendapatan bagi hasil 45.000 Kas 15.000 60.000
Pendapatan bagi hasil Beban
Pembayaran bagi hasil Jika tidak dibagi langsung : 15.000 40.000
Piutang pendapatan 45.000
Bagi hasil Jika tidak dibagi langsung : Pend yang belum 60.000
Pendapatan bagi hasil 45.000 Piutang pendapatan 15.000 dibagikan
Bagi hasil Kas
Saat uang pembayaran diterima : Pendapatan bagi hasil 60.000
Kas 45.000 15.000
Piutang Pendapatan
Bagi Hasil 45.000 Saat uang pembayaran diterima :
Kas 15.000
Piutang Pendapatan
Bagi Hasil
15.000
Transaksi (dalam ribuan Mitra Aktif Mitra pasif Perusahaan Bentukan /Mitra Aktif
rupiah)
31 Desember 2013
Perusahaan mengakui Beban penyusutan 40.000 Beban penyusutan 10.000 Mencatat pendapatan, beban dan jurnal
penyusutan Akumulasi Penyusutan 40.000 Akumulasi Penyusutan penutup
10.000 Kas/Piutang 80.000
Kerugian Musyarakah 16.000 Pendapatan 80.000
Perusahaan memperoleh Penyisihan kerugian Musyarakah 16.000 Kerugian Musyarakah 4.000 Beban 100.000
pendapatan Rp80.000 dan Penyisihan kerugian Kas/Utang 100.000
beban sebesar Musyarakah 4.000 Pendapatan 80.000
Rp100.000 Selisih penilaian asset 20.000 Penyisihan kerugian 20.000
Keuntungan 20.000 Beban 100.000
Amortisasi selisih
keuntungan
1 Januari 2014
Mitra menyetorkan uang Penyisihan kerugian 16.000 Penyisihan kerugian 4.000 Kas 20.000
untuk menutup kerugian Kas 16.000 Kas 4.000 Penyisihan Kerugian 20.000
*)kas digunakan untuk menutup
Pengembalian pada akhir kerugian
akad dengan Asset non kas 60.000 Asset non kas 5.000
mengembalikan bentuk Akumulasi Penyusutan 80.000 Akumulasi Penyusutan 20.000 Dana Syirkah Temporer 30.000
26
asset. Invenstasi Musyarakah 120.000 Kerugian Musyarakah 5.000 Aset Non kas 30.000
Asumsi nilai wajar asset Keuntungan Musyarakah 20.000 Investasi Musyarakah 30.000
non kas masing-masing Dana Syirkah Temporer 120.000
untuk mitra aktif sebesar Aset Non kas 120.000
Rp60.000 dan untuk mitra
pasif sebesar Rp5.000
27