PENGUJIAN MATERIAL
MODUL 2
PENGUJIAN LENTUR
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2 yaitu transversal
bending dan longitudinal bending.(sanjaya, 2012)
A. Transversal Bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian transversal
bending dibagi menjadi tiga :
a. Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 2.1). Pengamatan dilakukan
pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika
timbul retak di manakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis
perbatasan WM dan HAZ)
Gambar 2. 1 Face Bend pada transversal Bending
(Sumber : http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-lengkung-bending-
test.html)
b. Root Bend (Bending pada akar las)
Dikatakan Rote Bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan
tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 2.2). Pengamatan dilakukan pada akar
las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM
dan HAZ).
2. Strain Hardening
Pada pengujian bending terjadi fenomena strain hardening. Strain hardening
adalah fenomena pada material yang menyebabkan material tersebut menjadi lebih
keras dan kuat ketika mengalami deformasi plastis.
3. Kekuatan Flexural
Pengukuran kekuatan flexural yang terjadi pada spesimen dilakukan melalui
persamaan berikut :
Mxc
σ=
I
Dimana :
σ = kekuatan flexural (Pa)
M = momen lentur pada penampang melintang yang ditinjau (Nm)
c = jarak dari sumbu netral ke elemen yang ditinjau (m)
I = momen inersia penampang (m4)
Untuk spesimen yang memiliki penampang berupa segi empat, maka tegangannormal
maksimumnya adalah :
pxl H
( )( )
4 2
σ= 2
bH
( )
12
Dimana :
P = beban yang bekerja (N)
L = panjang spesimen (m)
b = lebar spesimen (m)
h = tebal spesimen (m)
P l3
δ=
48 EI
Dimana :
δ = defleksi (m)
P = beban yang bekerja (N)
L = panjang spesimen (m)
E = modulus elastisitas spesimen (N/m2)
I = momen inersia penampang (m4) (Kirk, 1916)
2.3 Alat dan Bahan
1. Benda Uji (baja Beton)
4. Penggaris 100 cm
Gambar 2. 9 Penggaris
(Sumber : Laboratorium Bahan Kontruksi Teknik, Teknik Sipil UII)
5. Dial Indicator
2.6 Kesimpulan
1. Pengujian kelenturan dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik dari benda uji dan
ketahanan suatu benda uji untuk mendapat pembebanan.
2. Dengan mempelajari uji lentur atau uji bending ini, kita dapat mengetahui ketahanan suatu
benda atau material terhadap pembebanan yang diberikan.
3. Dapat. mengetahui sifat- sifat Dapat. mengetahui sifat- sifat yang terjadi pada sa yang
terjadi pada saat pembebanan mekanik at pembebanan mekanik yang dilakukan terhadap
benda uji.
4. Dapat mengetahui kekuatan lentur dan modulus elastisitas pada praktikumuji lentur ini.
2.7 Daftar Pustaka
1.Sanjaya, riki. (2012). Uji tarik. Retrieved from
http://navale@engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-lengkung-
bending@test.html
3. Kirk, M. (1916). Constraint Effect in Fracture Theory and Applications (Vol. 2nd).