Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN MATERIAL

MODUL 2
PENGUJIAN LENTUR

NAMA : RIFAT ASWADI


NIM : 18525075
Kelas : Kelas C/ Kelompok W
Asisten : MUHAMMAD IWAN NUR FAUZAN
Hari / Tanggal : Sabtu, 24 April 2021

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021
MODUL 2
PENGUJIAN LENTUR
2.1 Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengujian lentur untuk menentukan sifat mekanik bahan.
2. Mahasiswa mampu menentukan nilai kekuatan lentur dan modulus elastisitas bahan
berdasarkan hasil pengujian.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Pengujian Lentur
Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk
mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik di
weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada
beberapa factor yang harus diperhatikan, Smallman, R. l. (1999). yaitu :

1. Kekuatan tarik (Tensile Strength)

2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.

3. Tegangan luluh (yield).

Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2 yaitu transversal
bending dan longitudinal bending.(sanjaya, 2012)

A. Transversal Bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian transversal
bending dibagi menjadi tiga :
a. Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 2.1). Pengamatan dilakukan
pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika
timbul retak di manakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis
perbatasan WM dan HAZ)
Gambar 2. 1 Face Bend pada transversal Bending
(Sumber : http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-lengkung-bending-
test.html)
b. Root Bend (Bending pada akar las)
Dikatakan Rote Bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan
tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 2.2). Pengamatan dilakukan pada akar
las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM
dan HAZ).

Gambar 2. 2 Gambar 2. 2 Root Bend pada transversal Bending


( Sumber : http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-lengkung-bending-
test.html)
c. Side  Bend ( Bending pada sisi las ).
Dikatakan Side Bend jika bending dilakukan sehingga sisi las (gambar
2.3). Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi.
Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM
dan HAZ).
Gambar 2. 3 Side Bend pada transversal Bending
(Sumber : http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-lengkung-bending-
test.html)
B.  Longitudinal Bending
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah pengelasan
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian longitudinal bending dibagi
menjadi dua :
1. Face  Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 2.4). Pengamatan dilakukan
pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika
timbul retak di manakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line  (garis
perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 2. 4 Face Bend pada longitudinal Bending


(Sumber : http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-lengkung-bending-
test.html)
2. Root Bend (Bending pada akar las)
Dikatakan Root Bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan
tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 2.5). Pengamatan dilakukan pada akar
las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak di
manakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan
HAZ).(Jaka, 2012)
Gambar 2. 5 Root Band pada longitudinal Bending
(Sumber : http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-lengkung bending-
test.html)

2.2.2 Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Uji Bending


Faktor yang harus diperhatikan dalam uji bending adalah sebagai berikut
1. Titik pada pembebananTitik pembebanan pada pengujian bending dapat mempengaruhi
data yangdiperoleh. Dalam pengujian bending, nilai momen yang digunakan adalah
nilaimomen maksimum yang terjadi pada spesimen. Momen maksimum terjadi pada
jarak tertentu pada spesimen. Oleh karena itu titik yang menjadi sasaran pembebanan
haruslah titik dimana terjadinya momen maksimum padaspesimen agar momen yang
didapatkan adalah momen maksimum.
2. Jarak tumpuanJarak tumpuan yang digunakan haruslah sesuai dengan standar, tidak
terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Jarak tumpuan yang terlalu dekat dapatmenyebabkan
defleksi yang dapat terjadi terbatas karena bagian bawahspesimen telah lebih dulu
menabrak bagian mesin. Jarak tumpuan yang terlalu jauh dapat memakan waktu
yang lama. (Hibbeler, 2008)

2.2.3 Fenomena yang Terjadi pada Uji Bending


1. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk suatu material secara permanen.
Meskipun beban yang diberikan dihilangkan, material tersebut tidak dapat kembali ke
bentuk semula.

2. Strain Hardening
Pada pengujian bending terjadi fenomena strain hardening. Strain hardening
adalah fenomena pada material yang menyebabkan material tersebut menjadi lebih
keras dan kuat ketika mengalami deformasi plastis.
3. Kekuatan Flexural
Pengukuran kekuatan flexural yang terjadi pada spesimen dilakukan melalui
persamaan berikut :

Mxc
σ=
I

 Dimana :
σ = kekuatan flexural (Pa)
M = momen lentur pada penampang melintang yang ditinjau (Nm)
c = jarak dari sumbu netral ke elemen yang ditinjau (m)
I = momen inersia penampang (m4)
Untuk spesimen yang memiliki penampang berupa segi empat, maka tegangannormal
maksimumnya adalah :

pxl H
( )( )
4 2
σ= 2
bH
( )
12

Dimana :
P = beban yang bekerja (N)
L = panjang spesimen (m) 
b = lebar spesimen (m)
h = tebal spesimen (m)

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa :


Pl
M= Persamaan tersebut berasal dari metode pemotongan spesimen.
4
Spesimendipotong tepat pada 0.5 L sehingga beban yang bekerja pada spesimen adalah
P/2,dan panjang lengan spesimen adalah L/2.
4. Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada suatu material dalam arah vertikal dan horizontal
akibat adanya pembebanan yang diberikan pada material tersebut. Defleksi yang terjadi pada
penampang yang berbentuk segi empat adalah :

P l3
δ=
48 EI

 Dimana :
δ = defleksi (m)
P = beban yang bekerja (N)
L = panjang spesimen (m)
E = modulus elastisitas spesimen (N/m2)
I = momen inersia penampang (m4) (Kirk, 1916)
2.3 Alat dan Bahan
1. Benda Uji (baja Beton)

Gambar 2. 6 Benda Uji Baja Beton


(Sumber : Laboratorium Bahan Kontruksi Teknik, Teknik Sipil UII)
2. Mesin Uji Lentur

Gambar 2. 7 Mesin Uji Lentur


(Sumber : Laboratorium Bahan Kontruksi Teknik, Teknik Sipil UII)
3. Jangka Sorong

Gambar 2. 8 Jangka Sorong


(Sumber : Laboratorium Bahan Kontruksi Teknik, Teknik Sipil UII)

4. Penggaris 100 cm
Gambar 2. 9 Penggaris
(Sumber : Laboratorium Bahan Kontruksi Teknik, Teknik Sipil UII)
5. Dial Indicator

Gambar 2. 10 Dial Indicator


(Sumber : Laboratorium Bahan Kontruksi Teknik, Teknik Sipil UII)

2.4 Langkah Percobaan


1. Siapkan benda uji dan amati apakah terdapat bagian yang cacat atau tidak.
2. Ukur dimensi benda uji menggunakan jangka sorong : panjang, lebar, dan tinggi.
3. Beri tanda/titik/garis pada benda uji Beri tanda/titik/garis pada benda uji untuk memudah
untuk memudahkan pemasangan pada kan pemasangan pada tumpuan.
4. Pasang benda uji di atas kedua tumpuan dan turunkan penekan hingga menyentuh benda
uji.
5. Ukur jarak tumpuan dan Ukur jarak tumpuan dan jarak beban terhadap masing- jarak
beban terhadap masing-masing tumpuan. masing tumpuan.
6. Pasang dial indikator di bawah benda uji untuk mencatat defleksi yang terjadi.
7.Lakukan pengujian dengan dipandu teknisi/laboran/asisten dengan mencatat semua data
hasil benda uji.
2.5 Analisa dan Percobaan
Pada pratikum tentang pengujian lentur ini, metode yang digunakan yaitu three point
bending. Penggunaan metode ini kurang baik apabila dibandingka dengan matode four point
bending. Hal tersebut dikarenakan pada three point  bending,  bending, momen
maksimumnya maksimumnya berada pada satu titik, sehingga sehingga dapat menyebabkan
kesalahan dalam perhitungan karena tidak tepat pada titik tersebut. Berbeda dengan metode
four point bending yang nilai momen maksimumnya  berada dalam  berada dalam interval
tertentu, interval tertentu, sehingga kesalahan akibat sehingga kesalahan akibat ketidak
ketidak presisian dapat presisian dapat dihindari.

Pengujian bending dilakukan untuk mengetahui nilai modulus elastisitas suaty


material dan kekuatan flexural suatu material. Pada pengujian ini . Pada pengujian ini pun
terdapat pun terdapat fenomena yang dapat diamati, taitu fenomena yang dapat diamati, taitu
deformas deformasi plastis. Fenomena tersebut ditandai dengan adanya defleksi pada
spesimen ketika diberi beban secara perlahan. Pada percobaan yang telah dilaksanakan,
diperoleh data sebagai berikut :

a. jenis bendauji : baja beton


b.panjang total bendauji :43 cm
c.Diameter bendauji : 0.9x0.9 cm
d. jarak tumpuan (L): 13 cm
Tabel 2. 1 Hasil Pengujian Lentur

No Beban(kgf) Lendutan dial (…. X10 mm)


1 0 0
2 25 30
3 50 70
4 75 600
5 100 1520
6 125 2935
Pada praktikum kelenturan dengan cara memberi beban pada bagian tengah dari benda uji,
dan mendapat hasil sebagai diatas dimana benda mampu menahan 125 kgf.

Gambar 2. 11 Grafik Pengujian Lentur

2.6 Kesimpulan
1. Pengujian kelenturan dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik dari benda uji dan
ketahanan suatu benda uji untuk mendapat pembebanan.

2. Dengan mempelajari uji lentur atau uji bending ini, kita dapat mengetahui ketahanan suatu
benda atau material terhadap pembebanan yang diberikan.

3. Dapat. mengetahui sifat- sifat Dapat. mengetahui sifat- sifat yang terjadi pada sa yang
terjadi pada saat pembebanan mekanik at pembebanan mekanik yang dilakukan terhadap
benda uji.

4. Dapat mengetahui kekuatan lentur dan modulus elastisitas pada praktikumuji lentur ini.
2.7 Daftar Pustaka
1.Sanjaya, riki. (2012). Uji tarik. Retrieved from
http://navale@engineering.blogspot.co.id/2012/04/uji-bahan-uji-lengkung-
bending@test.html

2. Hibbeler, R. C. (2008). mechanic of material (7th ed.). Pretince-Hall,Inc.

3. Kirk, M. (1916). Constraint Effect in Fracture Theory and Applications (Vol. 2nd).

4.Tri Jaka, I. (2012). Materi Kuliah Pengujian Lo  Materi Kuliah PengujianLogam. Cilegon:


FT Untirta.

5. Smallman, R. l. (1999). Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasan Material. Jakarta:


Erlangga

Anda mungkin juga menyukai