Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kebidanan pada ternak sapi berkembang secara cepat dengan makin meningkatnya arti
ternak dalam pembangunan peternakan. Keberhasilan peternakan Sebagian besar tergantung pada
keberhasilan reproduksi. Kebidanan merupakan satu mata rantai penting dalam proses reproduksi
yang harus dipahami dan dikuasai oleh dokter hewan dan para petugas lapangan. Hal ini terutama
dirasakan sesudah adanya introduksi dan perkembangan pesat di bidang inseminasi buatan Toelihere
(1977) menyatakan bahwa, untuk mengurangi permasalahan reproduksi maka diperlukan
manajemen pemeliharaan yang baik. Dewasa ini telah banyak teknologi reproduksi yang
berkembang dalam upaya perkembangbiakan hewan salah satunya seperti inseminasi buatan
dimana penyebaran bibit pejantan dengan materi genetik unggul dengan mudah dapat
didistribusikan. Inseminasi buatan (IB) adalah biotekologi yang diterapan untuk
meningkatkna reproduksi dan genetika hewan ternak dengan penempatan semen secara
manual di saluran reproduksi betina. Penggunaan IB memberikan peluang bagi pejantan
unggul untuk menyebarluaskan keturunannya secara maksimal. Metode inseminasi buatan
merupakan cara terbaik untuk meningkatkan populasi ternak baik secara kualitatif maupun
kuantitaif (Toelihere, 2001). Sejumah manfaat potensial dari peggunaan IB yaitu peningkatan
efisiensi penggunaan pejantan, peningkatan potensi seleksi genetik, menurunkan biaya,
mengurangi gangguan fisik yang berlebihan terhadap sapi betina ada waktu kawin,
Keberhasian indeminasi buatan dapat dinilai dengan mengukur angka kawin per
kebuntingan (S/C), angka kebuntingan (CR), dan angka tidak minta kawin lagi (NR).
Berbekal dari permasalahan reproduksi, sangat diperlukan pengetahuan, keterampilan, dan
pemahaman yang lebih bagi dokter hewan untuk dapat memecahkan permasalahan
reproduksi. Karena hal tersebut, mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas
Udayana melakukan kegiatan di stase reproduksi veteriner yaitu, pengamatan fase-fase siklus
reproduksi dengan metode swab vagina pada mencit, koleksi oosit pada ovarium sapi, babi
dan mencit serta koleksi embrio pada mencit. Pada UPT Sentra Pengembangan dan
Pembibitan Sapi Bali Sobangan-Badung, dilakukan kegiatan pengamatan estrus, diagnosis
kebuntingan (palpasi dan USG).
1.1 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dilaksanakannya Koasistensi Reproduksi Veteriner adalah :
1. Untuk mengetahui dan dapat melakukan swab vagina pada mencit.
2. Untuk Mengetahui serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan
koleksi oosit sapi, babi, dan mencit.
3. Untuk mengetahui serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan
koleksi embrio pada mencit.
4. Untuk mengetahui dan dapat melakukan palpasi rektal sebagai pemeriksaan
terhadap sistem reproduksi sapi dan pendeteksian kebuntingan pada sapi di UPT
Sapi Bali Sobangan.

1.2 Manfaat Penulisan


Adapun beberapa manfaat dilaksanakannya Koasistensi Reproduksi Veteriner
diantaranya :
1. Mampu mendeteksi fase-fase pada siklus reproduksi hewan betina melalui swab
vagina pada mencit
2. Mampu melakukan koleksi oosit sapi, babi dan mencit melalui metode aspirasi,
slashing, dan slicing.
3. Mampu melakukan koleksi embrio melalui metode slicing oviduct dan flushing
uterus.
4. Mampu melakukan palpasi rektal sebagai pemeriksaan terhadap sistem reproduksi
sapi dan pendeteksian kebuntingan pada sapi di UPT Sapi Bali Sobangan.

Anda mungkin juga menyukai