Anda di halaman 1dari 7

LENTURAN MURNI BALOK 139

ditunjukkan. di atas, memberikan satuan tegangan a menjadi [N·m] [m] /[m 4 ] = N/m 2
= Pa.
Para pelajar diminta untuk menggambarkan kembali arti dari syarat-syarat yang di-
gunakan untuk mendapatkan persamaan-persamaan di atas. Tegangan yang diberikan
oleh persamaan-persamaan ini menunjukkan bahwa tegangan tersebut bekerja tegaklurus
pada irisan dan berubah secara tinier terhadap sumbu netral. Kenyataan-kenyataan ini
adalah sangat penting. Demikian pula tiga dimensional dari persoalan haruslah selalu
diingat.
Pembahasan yang lalu hanya berlaku untuk keadaan di mana bahan bersifat elastis.
Konsep penting dalam mendapatkan rumus-rumus lenturan dapat diringkaskan sebagai
berikut :
1. Deformasi dianggap memberikan regangan yang berubah secara tinier terhadap
sumbu netral.
2. Sifat-sifat bahan digunakan untuk menghubungkan regangan dan tegangan.
3. Syarat-syarat keseimbangan digunakan untuk menentukan letak sumbu netral dan·
tegangan-tegangan dalam (interval stresses).

Konsep-konsep ini adalah sama dengan konsep yang digunakan untuk mendapatkan
rumus-rumus puntiran.

5-5 PENGHITUNGAN MOMEN INERSIA


Dalam menggunakan rumus-rumus lenturan, maka momen inersia I dari daerah
irisan penampang terhadap sumbu netral harus ditentukan dahulu. Harga momen inersia
ditentukan dengan integrasi y 2 dA terhadap seluruh luas irisan penampang batang
dan harus ditekankan bahwa momen inersia untuk rumus lenturan ini haruslah di-
hitung terhadap sumbu netral daerah irisan penampang. Sumbu ini, menurut Pasal S-4,
haruslah melalui titik berat daerah irisan penampang. Untuk irisan-irisan yang simetris
maka sumbu netral tersebut tegaklurus pada sumbu sirnetri. Sumbu seperti itu me-
rupakan salah satu sumbu-sumbu utama* (principal axes) dari daerah irisan penampang.
Kebanyakan pembaca harus sudah mengenal metoda penentuan momen inersia I ter-
sebut. Tetapi meskipun demikian prosedur penting dari metoda ini akan ditinjau kem-
bati di bawah ini.
Langkah pertama untuk mengevaluasi momen inersia I untuk suatu daerah adalah
mendapatkan titik berat dari daerah tersebut. Kemudian suatu integrasi y 2 dA dapat
dilakukan terhadap sumbu horisontal yang melalui titik berat dari luas daerah tersebut.·
lntegrasi yang sesungguhnya terhadap daerah luas hanya diperlukan untuk beberapa
bentuk dasar seperti empatpersegi panjang, segitiga dan seterusnya. S~telah hal ini
dilakukan maka kebanyakan luas irisan penampang yang dipergunakan dalam praktek

* Sumbu-sumbu utama per definisi adalah sumbu di mana momcn lembam sikucmpat adalah maksi·
mum a tau minimum. Sumbu-sumbu ini selalu saling tegaklurus antara sesamanya. Hasil momcn iner-
sia yailg didefinisikan olch J yz dA akan mcnjadi no! untuk sumbu-sumbu utarna ini. Sumbu sirnetri
dari sua tu dacrah irisan pcnampan~ sclalu scbuah surnbu utama. U~tuk perincian selanjutnya harap
di lihat lampiran pada Bab 8.
140 MEKANIKA TEKNIK

Gambar 5-5 Daerah yang diarsir dipergunakan untuk


· mendapatkan teorema sumbu sejajar

dapat dapat dipecah-pecah menjadi gabungan bentuk-bentuk sederhana di atas. Harga


momen-momen inersia untuk beberapa bentuk sederhana bisa ditemukan pada setiap
handbook teknik sipil aan mesin (lihat pula Tabel 2 dari I..ampiran). Untuk mendapat-
kan momen inersia I untuk suatu luas yang terdiri dari beberapa bentuk sederhana,
m aka diperlukan teorema sumbu sejajar (kadang-kadang disebut rumus perpindahan ).
Teorema tersebut dikembangkan sebagai berikut.
Daerah yang diperlihatkan dalam Gambar 5-5 mempunyai momen inersia / 0 ter-
hadap sumbu horisontal yang melalui titik beratnya yaitu: / 0 = f y 2 dA, di manay di·
ukur dari sumbu titik berat. Momen inersia fzz dari daerah yang sama terhadap sumbu
horisontal z-z yang lain dedefinisikan sebagai

fzz = t (d + y)Z dA

di mana seperti sebelumnya y diukur dari sumbu yang melalui titik berat. Dengan meng-
kuadratkan besaran-besaran di dalam tanda kurung dan menempatkan konstanta-
konstanta ke luar tanda integral maka

1.:= = d 2 L
dA + 2d L y dA + Ly dA
2
= Ad2 -1· 2d L
y dA + /0

Akan tetapi, karena sumbu dari mana y diukur adalah melalui titik berat dari daerah
luas, maka f y dA a tau jiA adalah no!. Jadi

(5-2)

Persamaan ini merupakan teorema sumbu sejajar. Teorema ini dapat dinyatakan sebagai
berikut: Momen inersia suatu luas terhadap suatu sumbu adalah sama dengan momen
inersia dari luas yang sama terhadap sumbu yang sejajar yang melalui titik berat luas
tersebut, ditambah dengan hasilkali dari luas yang sama dengan kuadrat jarak antara
kedua sumbu.*

* Suatu teorema yang sama dapat pula dibuktikan untuk perkalian (untuk definisi inersia lihatlah
lampiran Bab 8)./yz:. = lyczc + Ad,d, di mana lyc.zc adalah inersia suatu luasA lcrhadap sumbulitik
bcrat Ye. Zc dan lyz adalah pcrkalian dari luas yang sama lcrhadap sl·kumpulan sumbu scjajar y, z .
.larak antara y dan Ye adalah d, dan antara z danzc adalah d,. Selanjutnya hubungan ini hl'Ikl'naan
dcngan Persamaan 5-2a.
LENTURAN MURNI BALOK 141

Contoh-contoh yang berikut menggambarkan metoda untuk menghitung!langsung


dengan mengintegrasikan dua macam luas sederhana. Kemudian akan diberikan suatu
penggunaan teorema sumbu sejajar untuk sua tu luas gabungan. Harga dari I untuk balok-
balok baja, baja siku dan pipa baja yang dibuat secara komersial diberikan dalam Tabel 3
sampai 8 dari Lampiran.

CONTOH 5-1
Hitunglah momen inersia terhadap sumbu horisontal yang melalui titik herat luas siku-
empat yang terlihat dalam Gambar S-6.

Gambar 5-6

PENYELESAIAN
Titik berat irisan ini terletak pada perpotongan kedua sumbu simetri dari luas siku-
empat. Karena itu lebih baik menulis dA dengan b dy. Jadi

I 3l+h.2, =
[zz = / =
0
fy
A
2
dA =
f +h/2
.
-h/2
y 2 b dy = b Y
3 -h.' 2
bh3
-12' (5-3)

Dengan cara yang sama diperoleh

Ungkapan-ungkapan ini sangat sering dipakai, karena balok-balok sikuempat sangat


banyak digunakan dalam praktek.

CONTOH 5-2
Hitunglah momen inersia terhadap sua tu diameter dari sua tu luas lingkaran dengan jari-
jari c, seperti yang terlihat dalam Gambar 5-7.
y

y Gambar 5-7
z
142 MEKANIKA TEKNIK

PENYELESAIAN
Karena adanya kemungkinan terjadi keraguan antara I dan Ip untuk suatu irisan lingkar-
an, maka ada baiknya untuk menyebut I sebagai momen inersia sikuempat dari luas
semacam ini.
Untuk mendapatkan I untuk suatu lingkaran, pertama-tama perhatikanlah bahwa
p 2 = z 2 + y 2 , seperti yang dapat dilihat dalam gambar. Dengan menggunakan defmisi J,
dengan memperhatikan simetri terhadap kedua sumbu dan menggunakan Persamaan 3-2
maka

4 =L~~=L~+~~=L~~+L~~
= 1,, + lyy = 21,,
J nc4
I,, = lyy = 2 = 4 (5-4)

Dalam penggunaan-penggunaan mekanis poros-poros melingkar banyak dipakai


sebagai balok, jadi Persamaan 5-4 akan banyak bermanfaat. Untuk poros berbentuk
tabung, momen inersia dari rongga dalam harus dikurangi dari momen inersia poros
melingkar di atas.

CONTOH 5·3
Tentukanlah momen inersia I terhadap sumbu horisontal untuk luas yang terlihat
dalam Gambar 5-8 yang digunakan dalam rumus lenturan.

40
10 20 10
I

I 10 Gambar 5-8

! 30
1 - 60
T
28.3

I
i 20

(Semua ukuran dalam mm)

PENYELESAIAN
Karena momen.inersia diinginkan untuk digunakan dalam rumus lenturan, maka momen
inersia ini haruslah dihadapkan pada sumbu yang melalui titik berat daerah luas. Jadi
yang mula-mula harus diten~adalah titik berat daerah luas. Ha! ini dapat dilakukan
dengan sangat mudah dengan menghitung keseluruhan irisan bagian luar dan kemudian
dengan mengurangkannya dengan rongga di dalam. Untuk baikny!l, pekerjaan ini dilaku-
kan dalam bentuk tabung. Kemudian teorema sumbu sejajar digunakan untuk memper-
oleh momen inersia /.
LENTURAN MURNI BALOK 143

y[mm]
Luas A[mm2] (dari bawah) Ay

Liias keseluruhan 40(60) = 2400 30 72000


Rongga dalam -20(30) = -600 35 -21000

"LA = 1800 mm2 "LAy = 51 000 mml

y= ~ 1 =
5
:8~ = 28,3 mm dari dasar

bh3 40(60)3
Untuk luas keseluruhan: I.= TI = - -- = 72 x 104 mm 4
12

Ad 2 = 2400(30 - 281 3) 2 = 0,69 x 104 mm 4


I,, = 72,69 x 104 mm4
. bh3 - 20(30)3
Untuk rongga dalam. I. = TI - - - - 4,50 x 104 mm 4
12

Ad2 = 600(35 - 28))2 = 2,69 x 104 mm4


Izz = 7,19 X 104 mm4

Jadi untuk irisan gabungan: lzz = (72,69- 7,19)104 = 65,50 x 104 mm 4 .


Terutama perhatikanlah bahwa dalam menggunakan teorema sumbu sejajar, masing-
masing elemen dari daerah gabungan memberikan dua faktor kepada harga total I. Sa tu
faktor adalah momen inersia luas terhadap sumbu titik beratnya, dan yang lain adalah
faktor yang disebabkan oleh pemindahan sumbunya kepada titik berat dari seluruh luas.
Pekeljaan metoda ini diperlukan sekali dalam menyelesaikan soal-~oal seperti ini dengan
tepa!.

5-6 CA TATAN TENTANG RUMUS LENTURAN


Tegangan lentur pada setiap titik sebuah irisan balok diberikan oleh Persamaan
5-la, a = -My/1. Tegangan paling besar untuk irisan yang sama dapat diperoleh dari
hubungan di atas dengan mengambil harga lYI maksimum, hingga mendapatkan Persama-
an 5-l yaitu amax =Me/!. Pada soal-soal yang sangat praktis maka tegangan maksimum
yang diberikan oleh Persamaan 5-1 adalah besaran yang dicari;jadi ini diperlukan sekali
untuk membuat pengolahan penentuan harga Umax menjadi sesederhana mungkin. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan memperhatikan bahwa kedua besaran I dan c adalah
konstan untuk irisan balok yang diketahui. Dengan demikian Jfc adalah suatu tetapan.
Lebih-lebih lagi. karena perbandingan 1/c ini hanya merupakan fungsi dari ukuran-ukur-
an irisan penampang balok, maka perbandingan tersebut secara khusus ditentukan oleh
luas irisan penampang. Pcrbandingan ini disebut modulus irisan elastis (elastic section
TABEL-TABEL 619

Tabel 2 SIFAT LUAS YANG DAPAT DIMANFAATKAN

LUAS DAN MOMEN LEMBAM LUAS TERHADAP SUMBU TITIK BERAT

SEGJEMPAT LINGKARAN

A =bh
lz la= bh3f!2
h/2

SEGITIGA SETENGAH LINGKARAN

A .c bh/2 A= rrR2/2
h la ~ bh3/36 la = O.IIOR4
h/3

TABUNG TIPIS SETENGAH TABUNG TIPJS

0 A = 2rrRavgl A = rrRavgl
avg 3
la = f./2 ~rrR~vgl 10 ""0.095rrRavgl

LUAS DAN TITIK BERAT LUAS

SEGITIGA SEGITIGA PARABOLA


a
Titik
berat
' I
2b/3 b/3 (a + L)/3 (b + L)/3
b l. b
A = hh/2 A = hL/2
PARABOLA: y ~ -ax- y == -axn PARABOLA

~~[P[1ncak. _
h~
~h
b
~
Luas segmen para-
A . hh/3 A bhf(n +I) bola adalahA = fhl

Anda mungkin juga menyukai