Makalah Kelompok

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

1.

Foto Jurnalistik

Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka, Magnum, yang terkenal
dengan teori Decisive Moment menjabarkan, "foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah
gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya
berlangsung seketika saat suatu citra muncul mengungkap sebuah cerita.". Foto jurnalistik
identik dengan pers atau profesi kewartawanan, yaitu mencari, mengumpulkan,mengolah,
dan menyebarkan berita melalui media massa.

Foto jurnalistik biasanya didukung dengan kata-kata yang terangkum dalam kalimat yang
disebut dengan teks foto / caption foto, dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan
mengungkapkan pesan atau berita yang akan disampaikan ke public. Dalam karya foto bisa
dikatakan memiliki nilai jurnalistik jika memenuhi syarat jurnalistik yaitu memenuhi kreteria
5 W dan I H (What, Who, Why, When, Where dan How). “What” atau apa yaitu peristiwa apa
yang sedang terjadi. “Who” Siapa yang menjadi objek dalam peristiwa tersebut. “Why”
kenapa, latar belakang atau penyebab terjadinya suatu peristiwa. “When” yaitu kapan
peristiwa itu terjadi. “Where” adalah tempat dimana suatu peristiwa itu terjadi. dan “How”
yaitu seperti apa proses terjadinya suatu peristiwa itu dan bagaimana penyelesaiannya.

Ada beberapa katergori yang dikelompokan dalam foto jurnalistik, antara lain :

a. Spot News adalah foto insidential, yang terjadi tanpa perencanaan sebelumnya.
Contohnya: Foto bencana, demo, kecelakaan.
b. General news adalah foto yang telah terjadwal sebelumnya.
Contohnya: Pameran seni, rapat DPR, penjamuan makan kepresidenan.
c. People in the News sdalah sebuah sajian foto tentang manusia (orang) yang menjadi
sorotan di sebuah berita. Kecenderungan yang disajikan lebih ke profil atau sosok
seseorang. Bisa karena kelucuannya, ketokohannya, atau justru salah satu dari korban
bencana.
d. Daily life adalah foto tentang segala aktifitas manusia yang mampu menggugah
perasaan dalam kesehariannya, lebih ke human interest.
Contohnya: Foto seorang anak sekolah sedang belajar.
e. Sosial & Environment adalah foto yang menggambarkan tentang sosial kehidupan
masyarakat dengan lingkungan hidupnya.
Contohnya: Kegiatan di pasar, kegiatan anak sekolah.
f. Art and Culture adalah foto yang dibuat menyangkut seni dan budaya secara luas.
Contohnya: Kabaret, pentas seni, pameran seni.
g. Science & Technology adalah foto yang menyangkut perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan di muka bumi.
Contohnya: Peluncuran satelit, foto organ.
h. Portraiture adalah foto yang menggambarkan sosok wajah seseorang baik secara
close up maupun secara medium shot. Foto ditampilkan karena kekhasan pada wajah
yang dimilikinya.
Contohnya : Foto profile seseorang.
i. Sport adalah foto-foto yang dibuat dari peristiwa olahraga dari seluruh cabang
olahraga apa saja. Baik olahraga tradisional maupun olahraga yang telah banyak
dikenal oleh awam.

Dalam fotografi jurnalistik, terdapat lima elemen foto.

a. Teknis: Dalam fotografi jurnalistik, semua kejadian terjadi dengan cepat. Elemen
teknis fotografi dalam jurnalistik sebaiknya di-auto-kan supaya tidak kehilangan
moment.
b. Posisi: Di mana posisis objek sudah jelas apakah posisi kita menguntungkan untuk
mendapatkan objek yang baik atau tidak
c. Komposisi: Apa yang ada di dalam foto yang (berhasil) kita jepret. Arbain Rambey
berkata bahwa ‘Foto yang kuat adalah foto yang tidak kekurangan data dan kelebihan
data.’.
d. Moment: Ini didapatkan tepat dengan saat kejadian itu terjadi, sehingga hasil yang
ditampilkan terasa nyata.
e. Rasa: Apa yang kita rasakan saat melihat mampu kita sampaikan secara fotografi
kepada orang-orang yang melihat foto. Sering-seringlah melihat foto yang baik agar
rasa (feeling) kita terasah.
Contoh Foto Jurnalistik

2. Foto Still Life

Jenis fotografi ini mulai dikenal pada sekitar abad je-19, yang jauh sebelumnya pada sekitar
abad ke-15 banyak diterapkan oleh para pelukis. Dalam fotografi still-life ini hampir seluruh
objek yang akan difoto adalah benda mati yang ditata sedemikian rupa menjadi bentuk visual
yang menarik. Fotografi still life dapat didefinisikan dengan ‘alam benda’ atau ‘hidup sunyi’
dan dari arti katanya still yang artinya diam atau mati, sedangkan life berarti hidup dalam
konteks memberi ”kehidupan” pada benda tersebut. Still life photography dapat diartikan
memotret benda mati tampak lebih hidup dan berbicara.

Dalam pengambilan gambar fotografi still-life terdapat dua cara yang bisa dilakukan, pertama
bisa dilakukan dengan cara wajar (candid), dimana objek tidak dirancang melainkan
dibiarkan apa adanya dengan sumber cahaya juga apa adanya, tetapi yang perlu diperhatikan
adalah komposisi dan sudut pandang yang menarik. Cara kedua fotografi still-life dirancang
dan diatur sedemikian rupa, mulai dari mengatur objek, cahaya, dimensi, karakter, dan
komposisi, sehingga hasilnya akan menarik sesuai dengan kehendak fotografer.

Hal yang paling dan harus diperhatikan dalam membuat sebuah foto adalah ide. Benda yang
akan menjadi objek pada foto still-life, sekalipun itu adalah benda sederhana, akan tanpil
lebih indah hasilnya apabila memiliki konsep yang kuat. Konsep pemotretan sama halnya
seperti seorang wartawan saat menyusus suatu berita, konsepnya harus mengandung 5W +
1H (What, Who,Where, When, Why, dan How) yakni : apa yang difoto, siapa objeknya,
dimana dan kapan pemotretannya, apa yang akan dikomunikasikan dan dengan teknik
pemotretan seperti apa yang akan digunakan. Konsep akan selalu mempengaruhi
keberhasilan dalam menghasilkan suatu karya foto melalui sebuah perencanaan yang tepat.

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dari sisi teknik foto atau kamera dalam pengambilan
foto still life:

a. Komposisi dan angle Memilih aksesoris yang membuat makanan tersebut tampak
lebih menarik, misalnya sendok yang berwarna-warni.
b. Lighting Cahaya yang secara tidak langsung datang ke makanan melalui celah jendela
misalnya, akan menambah keindahan dari makanan tersebut. Kita hanya perlu
mengatur posisi makanan agar cahaya yang menghampirinya menjadi indah.
c. Background Cari background atau latar yang bagus dan menarik dan yang pasti
kontras dengan foto makanan tersebut.
d. White Balance Mengatur white balance yang sesuai dengan foto makanan yang kita
potret. Kalau foto makanan kita lebih berwarna terang, sebaiknya menggunakan tone
warm.
e. Tripod Tripod juga diperlukan dalam mengambil gambar makanan yang akan kita
potret, tetapi harus menyesuaikan situasi tempat dan kondisi. Misal kita ingin
memotret makanan jalanan yang pengunjungnya ramai dan berdesakan, maka kita
sebaiknya tidak perlu menggunakan tripod agar tidak mengganggu kenyamanan orang
lain.
f. Detail Memperhatikan detail makanan tersebut, satu komponen pun dari makanan
tersebut sebaiknya jangan terlewatkan agar tidak mengurangi keindahan maupun
bagian dari makanan tersebut.
g. Motret Macro Motret macro adalah mengambil foto dengan jarak yang sangat dekat
untuk mendapatkan detail yang sangat tinggi pada sebuah objek berukuran kecil dan
tekstur dari foto makanan tersebut.
h. Be creative Membuat makanan tersebut lebih menarik dengan kreativitas sang
pemotret, misalnya membubuhkan minyak zaitun ke makanan agar makanan tersebut
tampak lebih berkilau.
Contoh Foto Still Life

3. Foto Makanan (Food Photography)

Food Photography adalah sebuah cabang seni fotografi yang bertujuan untuk mengabadikan
segala macam bentuk dari makanan yang disetting sedemikian rupa sehingga mampu
tergambarkan lezatnya makanan tersebut tanpa bercerita dan hanya gambar yang berbicara.
Pada awalnya aliran atau genre fotografi makanan ini merupakan bagian dari fotografi still
life, yang akirnya berkembang untuk kebutuhan komersial, dengan tujuan menghasilkan foto
makanan yang nampak lezat dan juga menarik untuk tujuan advertising untuk dijadikan
bagian dari desain kemasan, atau sebagai visual penunjang dalam buku menu, atau poster.

Cara membuat foto makanan yang menarik:

a. Perhatikan teknik pencahayaan Memotret makanan biasanya dilakukan dalam ruangan


atau studio. Karenanya lampu flash amat diperlukan, pastikan arah lampu flash bukan
dari depan objek namun dari samping atau belakang. Teknik fotografi ini mudah
dilakukan terlebih lagi bila latarbelakangnya putih karena warna putih mampu
menetralisir cahaya. Dan lebih bagus lagi bila Anda menggunakan cahaya matahari.
Teknik sederhananya adalah dengan menggunakan cermin kecil untuk memfokuskan
cahaya pada bagian-bagian tertentu dari piring untuk membantu mengurangi
bayangan yang keras atau untuk menarik perhatian pada area yang diinginkan.
b. Teknik pengambilan angle Gambar terbaik akan dihasilkan baik dengan mengambil
gambar serendah mungkin. Maksudnya ambil sudut terendah dari objek namun bukan
dari bawah objek.
c. Memotret sesegera mungkin Makanan yang baru saja selesai dimasak akan terlihat
begitu segar, jadi segera ambil gambar saat komposisi warna makanan masih terlihat
fresh di mata kamera. Gunakan minyak untuk membantu menciptakan efek mengkilat
pada makanan dengan cara mengoleskannya.
d. Gunakan warna netral untuk latar belakang objek Warna putih juga bisa mengimbangi
komposisi warna jika objek foto adalah makanan dengan bahan-bahan yang colourful.
Efek mewah juga akan terpancar jika kamu menggunakan piring putih saat
penyajiannya.
e. Fokuskan pada detail objek Misalnya kamu akan memotret sepiring steak, pastikan
bekas tanda panggangan yang berselang-seling pada daging terlihat jelas dan berada
pada posisi yang sempurna di atas piring. Atau jika kamu akan memotret sushi, maka
pastikan setiap potongan ditempatkan secara menarik. Usahakan tidak terlalu
membuat isi piring terlalu penuh yang justru akan mengurangi keindahannya.
f. Crop in tightly Usahakan untuk mengedit hasil foto dengan komposisi objek benar-
benar mendominasi frame. Step terakhir ini akan lebih mudah dilakukan jika saat
memotret kamu sudah mengambil objek foto dengan fokus yang baik. Dengan
demikian akan lebih mudah terlihat hal-hal detail pada objek foto.
Contoh Foto Food Photography

4. Advertising Photography (Foto Iklan)

Iklan hadir membawa manfaat misalnya untuk memberitahukan berita, mengucapkan rasa
sukacita dan belasungkawa, mempromosikan suatu produk, bahkan iklan saat ini digunakan
sebagai sarana untuk berpolitik. Foto-foto yang dibuat sesuai dengan teknik-teknik fotografi
yang benar dan aturan yang baik akan menghasilkan gambar yang baik pula, serta dapat
memunculkan keinginan untuk membeli bagi orang yang melihatnya, bilaman iklan tersebut
bertujuan untuk mempromosikan suatu produk.

Daya tarik sebuah foto iklan yang bersifat komersial maupun non komersial harus mampu
memikat public yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dari produk atau jasa yang disajikan,
karena pada sebuah foto iklan terdapat konsep desain yang bertujuan persuasif atau mengajak
masyarakat untuk mengikuti pembuat iklan tersebut.
Fotografi iklan harus memiliki konsep dan desain yang matang karena foto merupakan bagian
terpenting dalam sebuah pemotretan. Konsep tersebut harus mengandung 5w + 1 H
(what,who,when,why,where, dan how). Fotografi iklan dapat bersifat:

a. Hard selling: Menjual produk secara langsung.


b. Soft selling: Menjual produk tetapi kita tidak dapat melihatnya secara langsung,
biasanya yang dijual adalah sebuah pencitraan di dunia fotografi komersial, mulai dari
still life, table top, background table, product shot, dan pack shot semuanya
mempunyai satu kesamaan. Fotografi iklan ditujukan untuk memvisualisasikan
komoditas (bisa berupa produk secara nyata maupun tidak) guna memenuhi tuntutan
klien dalam mengiklankan bentuk usahanya.

Terdapat beberapa hukum yang mencangkup foto komersial dalam kebutuhan periklanan,
yaitu semakin besar ukuran sensor (ukuran film pada fotografi analog), maka foto yang
dihasilkan akan semakin baik pula. Sifat dari foto produk mempunyai jam kerja yang lama
dan cukup "slow", dalam pengertian ini foto harus dilayout dan di-style oleh fotografer dan
stylist sampai menjadi foto "matang". Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan foto ini
adalah:

a. Jenis kamera
b. Ukuran lensa
c. Luas studio
d. Lighting system
e. Pemahaman teknis fotografi dan lighting
f. Fidelity (detail-detail yang tercipta dari hightlight dan shadows)

Seorang fotografer biasanya mendapat sebuah arahan dari seorang pengarah kreatif (Creative
Director) atau pengarah seni (Art Director) dan Stylist. Fotografer bertugas memberikan
sebuah respon kepada Art Director atau Creative Director agar dapat diketahui sejauh
manakah konsep tersebut dipahami guna meminimalisir sesuatu yang tidak diinginkan.
Menurut kegunaannya, foto iklan di bagi dalam beberapa jenis:

a. Editorial Fotografi adalah foto yang dibuat untuk mengilustrasikan suatu cerita atau
ide dalam kontek sebuah penerbitan atau majalah.
b. Coorporate Fotografi biasanya foto yang dibuat digunakan sebagai alat public
relation dari korporasi-korporasi besar, biasanya berbentuk company profile.
c. Stock Fotografi adalah pembuatan stok foto untuk dijual ke agensi-agensi stok foto.
Contoh Foto Advertising Photography

5. Modeling Photography

Modeling Photography adalah membuat karya foto yang harus melibatkan model. Modeling
Photography atau fotografi model sering disamakan dengan fotografi portrait, padahal
keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan yang mendasar antara fotografi model dan
fotografi portrait adalah fotografi portrait fokus pada ekspresi karakter pada model atau
karakter manusia pada subjek yang difoto. Sedangkan secara teknis fotografi model dan
fotografi portrait seluruhnya hampir sama yaitu ekspresi dan gerakan tubuh serta
pencahayaan, latar belakang atau background.

Dalam memotret model, minimal harus munguasai unsur-unsur teknis fotografi seperti
komposisi dengan menggunakan teori Rule of Third dan pencahayaan dengan menggunakan
teori segitiga exposure. Selain daripada itu, fotografer pun harus bisa mengarahkan pose dan
ekspresi sang model. Kemampuan dan ketrampilan pada sang model dalam mengeluarkan
ekspresi dan dalam berpose menjadi unsur yang mutlak dan tidak bisa terpisahkan dari
berhasilnya sebuah karya foto model. Dalam memunculkan sebuah ekspresi dan mood pada
sang model diperlukan kedekatan emosional dan berkomunikasi yang baik antara fotografer
dan model.

Berikut teknik dasar membuat foto model:

a. Konsep. Konsep merupakan hal yang mendasar dalam membuat foto apapun. Dalam
hal ini konsep diperlukan agar si model bisa menyesuaikan kostum, make up sesuai
dengan tujuan fotografer.
b. Komposisi. Gunakan teori Rule of Third atau menempatkan subjek pada 1/3 bagian
dari frame.
c. Pencahayaan. Cahaya sangat berperan penting dalam menonjolkan ekspresi pada sang
model.
d. Latar belakang atau background. Perhatikan lokasi sekeliling model, apabila ada
sesuatu yang mengganggu maka sebaiknya disingkirkan terlebih dahulu, apabila tidak
memungkinkan untuk disingkirkan maka pilihlah lokasi atau sudut atau angle yang
lain. Perhatikan juga warna pada model dan latarbelakang sehingga menonjolkan akan
harmonisasi warna yang indah.
e. Properti. Manfaatkan properti apapun sesuai dengan kebutuhan untuk menonjolkan
suasana tertentu.
f. Waktu dan Lokasi. Waktu yang cocok untuk melakukan pemotretan diluar ruangan
adalah pagi hari dimulai dari pukul 7-10 pagi dan sore hari pada pukul 3-6 sore. Pada
waktu tersebut cahaya matahari masih lembut sehingga bayangan yang dihasilkan
tidak terlalu keras. Sedangkan untuk lokasi, carilah lokasi yang sekiranya cocok
dengan konsep yang diinginkan.
g. Interaksi dan komunikasi. Cobalah menjalin interaksi dengan cara berkomunikasi
dengan sang model. Suasana yang cair akan mendapatkan ekspresi model yang
natural, menarik, dinamis, dan tidak kaku. Diperlukan kesabaran dalam mendapatkan
momen yang baik dari ekspresi yang ditonjolkan oleh model karena perbedaan detik
saja bisa menghasilkan foto dengan mode yang berbeda dari sebelum dan sesudahnya.
h. Evaluasi, koreksi dan olah digital. Sebelum membereskan semua peralatan pemotretan
cobalah melihat hasilnya terlebih dahulu, pilihlah beberapa foto yang mendekati
sempurna kemudian cobalah untuk menggunakan olah digital agar bisa menghasilkan
karya yang sempurna, usahakan untuk memberikan warna yang natural yang sejajar
dengan warna pada model.

Macam-macam jenis pencahayaan pada model photography :

1. Board Lighting
Pada teknik ini Lampu utama diposisikan untuk menerangi (Brighter) sisi wajah yang
menghadap kamera. Digunakan untuk tujuan mengkoreksi jenis cahaya, dengan
Teknik ini akan memunculkan kontur wajah yang kuat. Pencahayaan dengan teknik
ini menerangi wajah dari sisi wajah, bagian terluas dari wajah dari hidung ke telinga
dari sudut kamera. pencahayaan ini merupakan yang terbaik bagi wajah kurus.
2. Short Light
Pada teknik ini Lampu utama menerangi sisi wajah yang berpaling dari kamera.
Teknik ini menerangi wajah dari sisi yang pendek, sisi wajah yang berpaling dari
kamera. Pencahayaan ini membuat wajah terlihat lebih langsing dalam gambar, dan
merupakan pilihan terbaik untuk sebagian besar objek.
3. Butterfly Lighting
Posisi lampu utama langsung di depan mata objek, dan menyesuaikan ketinggian
untuk
menciptakan bayangan langsung di bawah, dan sejalan dengan hidung. Cocok bagi
perempuan. Tidak dianjurkan untuk laki-laki karena cenderung menyoroti telinga.
4. Rambrandt Lighting
Pencahayaan Rembrandt Diperoleh dengan menggabungkan pencahayaan short dan
pencahayaan butterfly. Lampu utama diposisikan tinggi dan di sisi wajah yang jauh
dari
kamera. Teknik pencahayaan ini digunakan dalam foto potret studio. Kunci di
pencahayaan
Rembrandt adalah menciptakan segitiga atau berlian berbentuk cahaya di bawah mata.
Salah satu sisi wajah menyala dengan baik dari sumber cahaya utama sementara sisi
lain dari wajah menggunakan interaksi bayangan dan cahaya. Pencahayaan
Rembrandt segitiga akan menerangi hanya di bawah mata dan tidak di bawah hidung.
Posisi lampu utama biasanya sekitar 45 derajat dari sumbu kamera-subjek dan harus
sedikit lebih tinggi dari subjek.
Contoh Foto Modelling

6. Fotografi Arsitektur

Fotografi arsitektur atau fotografi bangunan merupakan hasil karya fotografi yang dapat
menampilkan tidak hanya kepentingan dokumentasi namun juga estetika dalam hal
arsitektural, seni, ekspresi, komunikasi, etika, imaginasi, abstraksi, realita, emosi, harmoni,
drama, waktu dan kejujuran serta dimensi yang tersirat. Hal terpenting dalam fotografi
arsitektur, dan cabang-cabang fotografi lainnya adalah cahaya. Karena cahaya dapat
menghasilkan bayangan yang nantinya dapat membiaskan sebuah bentuk dan dimensi yang
indah.

Secara umum Fotografi Arsitetur dapat kita bedakan menjadi beberapa sub topic:

a. Fotografi Eksterior Bangunan Fotografi eksterior merupakan pemotretan yang


bertujuan untuk memotret tampilan luar bangunan. Eksterior menggambarkan detail
tampilan luar dari bangunan itu sendiri. Menggambarkan keindahan dari seni gedung,
jembatan, dan lainnya yang dibuat oleh manusia.

Contoh Foto Eksterior

b. Fotografi Interior Bangunan Fotografi Interior adalah merekam berbagai bentuk


bagian dalam bangunan. Interior lebih memfokuskan pada detail dalam ruangan.
Fotografi interior dapat menampilkan keindahan dan kemewahan dari tataan ruang.
Interior fotografi arsitektur juga dapat dilakukan dengan cahaya ambient ditularkan
melalui jendela dan skylight, serta perlengkapan pencahayaan interior. Fotografer
arsitektur akan menggunakan pencahayaan tambahan untuk meningkatkan
pencahayaan di dalam bangunan.
Contoh Foto Interior Bangunan

Waktu pemotretan ditentukan untuk menyesuaikan arah cahaya alam yang tepat.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah masalah pencahayaan yang akan
diaplikasikan di dalam sebuah frame foto. Pencahayaan sangat perlu diperhitungkan,
apakah harus menggunakan sumber cahaya alami atau bahkan menggunakan cahaya
buatan. Pada jam-jam tertentu kemegahan bangunan tampak serasi dengan warna langit.
Di dunia fotografi ada istilah yang disebut dengan golden hour. Golden hour adalah
momentum cahaya yang dianggap terbaik, yaitu pada kisaran pukul 06.00 – 09.00 di pagi
hari, atau sore hari jelang matahari tenggelam. Pada jam-jam seperti ini warna biru
kontras dengan bangunan yang kerap dilindungi kaca berwarna silver atau biru metalik.
Penggunaan mode auto ISO pada kamera akan mempermudah Anda mendapat eksposur
pas, serta dynamic range yang baik.

7. Fotografi Wedding

Fotografi Wedding tipe ini merupakan salah satu aliran yang paling popular di kalangan
masyarakat karena setiap orang pasti ingin memiliki foto yang bagus pada momen penting
pernikahan mereka. Selain itu cabang dari genre atau aliran ini termasuk fotografi
Prewedding, fotografi Candid, termasuk dokumentasi acara resepsinya sendiri, merupakan
aliran fotografi yang tidak akan pernah hilang, dan akan selalu laku untuk dijadikan mata
pencaharian oleh fotografer baik yang bekerja individu maupun dalam tim. Tipe ini
membutuhkan fotografer yang berpengalaman dan peka karena dibutuhkan keahlian untuk
menangkap momen-momen penting sebelum acara dalam prosesi pernikahan tersebut
terlewatkan.

Contoh Foto Prewedding

8. Sport Fotografi

Foto jurnalistik merupakan sajian visual yang mengantarkan sebuah peristiwa bernilai berita
dari tempat berbeda kepada pembaca sehingga mereka seolah menyaksikan atau berada di
tempat kejadian. Foto jurnalistik olahraga adalah hasil atau karya foto jurnalistik dalam
bidang olahraga (Yunus, 2010: 50). Subjeknya merupakan kegiatan olahraga yang memiliki
nilai berita atau pesan untuk diketahui orang banyak. Foto jurnalistik olahraga yang baik
adalah foto yang mampu menimbulkan respon emosional dengan memasukkan unsur-unsur
yang mencakup kebutuhan suatu berita. Berita adalah informasi penting dan menarik
perhatian orang banyak (Yunus, 2010: 45). Penyajian berita sangat mempertimbangkan aspek
waktu dan kecepatan. Dengan demikian, penyajian berita jurnalistik harus memperhatikan
sifat-sifat berita seperti aktual, objektif, akurat, menarik perhatian, dan bertanggung jawab.
Salah satu media yang memiliki kekuatan besar dalam penyaluran informasi ialah media
cetak. Bentuk media cetak diantanya adalah surat kabar. Surat kabar merupakan media yang
digunakan untuk menyampaikan dan mencari informasi. Ada enam fungsi surat kabar, yaitu
informasi, edukasi, hiburan, mempengaruhi, cerminan sosial, dan penghubung. (Widarmanto,
2017: 10).

Hal-hal yang berkenaan dengan fotografi olahraga yang menurut Frankes (2014: 21) adalah:

a. Gerakan dan emosi. Gerakan merupakan perbuatan bergerak atau perubahan,


sedangkan emosi adalah perasaan, keadaan, dan reaksi. Dalam olahraga, gerakan dan
emosi dapat direkam dengan mengatur shutter speed pada kamera. Kecepatan rana
merupakan kunci untuk mengontrol gerak. Prinsipnya sederhana, sebagaimana yang
dikatakan Frakes (2014: 21) Semakin tinggi kecepatan rana, maka semakin besar
kemampuan kamera untuk menghentikan gerak. Keputusan menggunakan rana
kecepatan tinggi sangat berpengaruh pada gerakan dan emosi yang tampak pada
subjek yang akan difoto. Dari penjelasan Frakes di atas, dapat disimpulkan bahwa
gerakan dan emosi yang dilakukan seorang atlet dalam berolahraga dapat direkam
atau dipotret menggunakan pengaturan kecepatan rana tinggi atau high speed.
b. Gaya dan adegan dalam olahraga merupakan satu kesatuan yang menghasilkan suatu
perubahan gerak. Penggunaan teknik agar menghasilkan foto gaya dan adegan
berbanding terbalik dengan gerakan dan emosi, hal ini dilakukan dengan
memburamkan aksi atau dengan teknik panning atau kecepatan rana rendah atau slow
speed. Memburamkan aksi merupakan gerakan termudah yang dapat dibuat dalam
sebuah foto, tetapi bagian yang tersulit adalah membuat aksi buram terlihat bagus.
Pemburaman melibatkan penggunaan kecepatan rana yang cukup rendah, sehingga
gerakan subjek yang ditampilkan menjadi buram dan dengan demikian gaya dan
adegan akan terlihat melalui foto.
c. Elemen visual yang mengacu pada pernyataan Sanyoto dalam buku Nirmana (2009:
7). Banyak unsur yang membangun sebuah karya seni dan banyak pula yang harus
dipertimbangkan dalam membuat sebuah karya fotografi di ataranya unsur bentuk,
garis, pola, ruang, dan warna. Semua elemen tersebut saling menyatu dan memberi
kesan atau pengalaman tersendiri bagi masingmasing personal. salah satunya adalah
penggunaan elemen visual.

Elemen-elemen tersebut adalah:

a. Bentuk, suatu objek dapat dilihat sebagai dari wujud, baik besar atau kecil, sebagai
bangun (dua dimensi) atau sebagai bentuk (form) (tiga dimensi). Arah jatuhnya sinar
terhadap objek akan sangat mempengaruhi bagaimana bentuk yang akan tampil pada
pandangan. Sinar depan yang masuk memberi kesan (dimensi) bentuk dan
membuatnya tampak datar, sedangkan cahaya samping atau penerangan belakang
akan memperkuat penampilan (dimensi) bentuk tersebut.
b. Garis, terbentuk dari dimensi, bentuk, arah cahaya, dan kontur benda yang dapat
menggambarkan ide, proyeksi individu fotografer dan juga mood.
c. Pola, merupakan pengulangan dari elemen garis dan warna. Keberadaan pola memberi
kesan harmonis dalam gambar yang diciptakan oleh fotografer.
d. Ruang, merupakan elemen yang penting untuk menggambarkan ide dan pemikiran
dari fotografer yang mana dapat dibentuk dari cahaya yang mengenai objek, garis
yang terbentuk, dan bayangan yang tercipta. Hal ini yang membuat terciptanya ilusi
ruang dari gambar. Ruang di depan dan di belakang objek menciptakan kesan tiga
dimensi terhadap komposisi (penataan gambar). Perspektif membantu untuk
menciptakan kesan ruang. Penggunaan lensa sudut lebar untuk memperluas ruang atau
lensa tele untuk memampatkan ruang, dapat dipergunakan untuk merubah suasana
dalam foto dan pemilihan perspektif.
e. Warna, Ketika mendapatkan cahaya, bentuk/benda apa saja termasuk sebuah karya
seni akan menampakkan warna. Warna merupakan getaran atau gelombang yang
diterima indra penglihatan (Sanyoto, 2009: 11). Warna selalu memberi kesan. Warna
sangat merespon mata dan merangsang rasa. Pilihan warna dalam foto memberi
pengaruh langsung terhadap persepsi penikmatnya. Warna memberi simbol serta
identifikasi terhadap sesuatu.
Daftar Pustaka

Contoh Foto Sport

Gunawan AP. Genre Fotografi yang Diminati oleh Fotografer di Indonesia. Humaniora.


2014;5(2):1234. doi:10.21512/humaniora.v5i2.3266

‌ antoso, Budi dan Al Khazim Iqbal. 2015. Modul Praktikum Fotografi.Depok : Universitas
S
Gunadarma.

Syah Nadia.2019. Kajian Estetika Fotografi Karya Fernando Randy Dalam Tabloid Olahraga
Bola Edisi 2017-2018. Yogyakarta : Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai