Anda di halaman 1dari 8

Metode Penelitian Hukum

PERTEMUAN 5 :
TIPOLOGI PENELITIAN HUKUM

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pemahaman tipologi
penelitian hukum emperikal, Anda harus mampu:
1.1 Memahami dan menjelaskan apa itu tipologi penelitian
1.2 Memahami dan menjelaskan karakteristik penelitian hukum
emperis

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
TIPOLOGI PENELITIAN HUKUM EMPERIS

A. Pengertian Penelitian Hukum Emperis

Penelitian hukum empiris merupakan salah satu penelitian hukum yang

dapat digunakan penggiat hukum untuk memecahkan masalah-masalah

hukum yang secara nyata terjadi di dalam masyarakat. Digunakannya

penelitian hukum empiris sebagai salah satu metode penelitian dalam ilmu

hukum, karena hukum tidak lagi dikonsepsikan secara filosofis-moral sebagai

norma ius constituendum atau law as what ought to be dan tidak pula secara

positivis sebagai norma ius constitutum atau law as what it is in the books,

melainkan secara empiris yang teramati di alam pengalaman. Di sini tidak

terelakkan lagi hukum pun dikonsepsikan secara sosiologis sebagai suatu

gejala empiris yang dapat diamati dalam kehidupan. Hukum tidak lagi

dimaknakan sebagai norma-norma yang eksis secara eksklusif di dalam suatu

legitimasi yang formal.

Dari segi substansinya, hukum terlihat sebagai suatu kekuatan sosial

yang empiris ujudnya, namun yang terlihat secara sah, dan bekerja untuk

memola perilaku-perilaku aktual warga masyarakat. Sementara dari segi

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


38
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

strukturnya, hukum kini terlihat sebagai suatu institusi peradilan yang bekerja

mentransformasi masukan-masukan (materi hukum in abstracto sebagai

produk sistem politik) menjadi keluaran-keluaran (keputusan in concreto),

yang dengan cara demikian mencoba memengaruhi dan mengarahkan bentuk

serta proses interaksi sosial yang berlangsung di dalam masyarakat. Konsep

hukum yang demikian telah melahirkan model penelitian hukum yang

nondoktrinal atau dikenal dengan sebutan penelitian hukum empiris.

Persoalan-persoalan hukum seperti efektivitas hukum, kesadaran dan

kepatuhan terhadap hukum, implementasi aturan hukum, bekerjanya institusi

hukum dalam penegakan hukum, pengaruh masalah sosial terhadap hukum

dan sebagainya, dapat dikaji oleh penggiat hukum dengan menggunakan

penelitian hukum empiris.

Secara etimologi, istilah penelitian hukum normatif berasal dari bahasa

Inggris, yaitu empirical legal research, dalam bahasa Belanda disebut dengan

istilah empirisch juridisch onderzoek, sedangkan dalam bahasa Jerman

disebut dengan istilah empirische juristische recherche. Berbagai istilah

tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah penelitian

hukum empiris.

Penelitian hukum empiris oleh Soetandyo Wignjosoebroto diistilahkan

dengan penelitian hukum nondoktrinal, yaitu penelitian yang tak hanya akan

bincang tentang hukum (undang-undang) sebagai preskripsi-preskripsi yang

terekam sebagai dead letters law, tapi juga sebagai kekuatan sosial-politik

yang terstruktur di dalam organisasi penegakannya, berikut proses-prosesnya

di tengah konteks sosio-kulturalnya. Hasil penelitian yang nondoktrinal ini

jelas kalau bukan berupa imperativa (yang tentu saja bersifat formal pula).

Penelitian-penelitian nondoktrinal yang sosial dan empirik atas hukum akan

menghasilkan teori-teori tentang eksistensi dan fungsi hukum dalam

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


39
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

masyarakat, berikut perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses-proses

perubahan sosial.

Sementara Peter Mahmud Marzuki menyebut penelitian hukum empiris

dengan istilah penelitian sosio legal (socio legal research). Menurutnya,

penelitian sosio legal hanya menempatkan hukum sebagai gejala sosial.

Dalam hal demikian, hukum dipandang dari segi luarnya saja. Oleh karena

itulah di dalam penelitian sosio legal, hukum selalu dikaitkan dengan masalah

sosial. Penelitian-penelitian demikian merupakan penelitian yang

menitikberatkan pada perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya

dengan hukum.

Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, penelitian hukum empiris

atau sosiologis adalah “penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

meneliti data primer”. Data primer ini merupakan data yang langsung

diperoleh dari masyarakat. Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani

mendefinisikan penelitian hukum empiris sebagai “penelitian hukum yang

mengkaji dan menganalisis tentang perilaku hukum individu atau masyarakat

dalam kaitannya dengan hukum dan sumber data yang digunakannya berasal

dari data primer”.

Ada dua hal yang menjadi fokus kajian dalam definisi ini, yaitu : (i)

subjek yang diteliti, dan (ii) sumber data yang digunakan. Subjek yang diteliti

dalam penelitian hukum empiris, yaitu perilaku hukum (legal behavior), yaitu

perilaku nyata dari individu atau masyarakat yang sesuai dengan apa yang

dianggap pantas oleh kaidah-kaidah hukum yang berlaku. Sementara itu

sumber data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang berasal dari

masyarakat atau orang-orang yang terkait secara langsung terhadap objek

penelitian.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


40
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa penelitian hukum empiris merupakan penelitian hukum yang

ditujuankan untuk menganalisis dan mengkaji bekerjanya hukum dalam

masyarakat dan perilaku hukum masyarakat. Penelitian hukum empiris

berupaya untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana

perilaku hukum masyarakat dan bagaimana bekerjanya hukum di dalam

lingkungan masyarakat.

Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa kegunaan penelitian

penelitian hukum empiris/sosiologis adalah untuk mengetahui bagaimana

hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan hukum (law

enforcement). Karena penelitian jenis ini dapat mengungkapkan

permasalahan-permasalahan yang ada di balik pelaksanaan dan penegakan

hukum. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

dalam penyusunan suatu peraturan perundang-undangan.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


KARAKTERISTIK PENELITIAN HUKUM EMPERIS

B. Karakteristik Penelitian Hukum Emperis

Pada penelitian hukum empiris atau disebut juga penelitian hukum

sosiologis, hukum dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan

dengan variabel-variabel sosial yang lain. Apabila hukum sebagai gejala sosial

yang empiris sifatnya, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (independent variabel)

yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan sosial,

kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (socio-legal research).

Namun, jika hukum dikaji sebagai variabel tergantung/akibat (dependent variable)

yang timbul sebagai hasil dari berbagai kekuatan dalam proses sosial, kajian itu

merupakan kajian sosiologi hukum (sociology of law).

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


41
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

Hukum dalam pendekatan empiris/sosiologis diasumsikan sebagai sesuatu

yang tidak otonom sehingga keberlakuannya ditentukan oleh faktor-faktor non

yuridis. Itulah sebabnya, hukum dilihat sebagai produk interaksi sosial. Artinya

hukum itu dipatuhi oleh masyarakat sehingga efektif berlaku karena hukum

tersebut dianggap telah merupakan representasi dari rasa keadilan yang tumbuh

dan berkembang di masyarakat tersebut. Intinya, hukum bukan hanya gejala

normatif, juga gejala sosial. Dengan begitu, hukum harus berubah mengikuti

perubahan masyarakat agar tidak terjadi kekosongan hukum. Jadi, posisi hukum

adalah sebagai “pelayan” masyarakat dimana hukum harus mengikuti kemauan

masyarakat yang berkembang sebagai “tuannya”.

Apabila penelitian hukum normatif bermula dari das solen (law in books)

menuju das sein (law in actions), maka penelitian hukum sosiologis bermula dari

das sein (law in actions) menuju ke das solen (law in books). Lebih dari itu,

penelitian hukum empiris dibangun di atas dasar peta konseptual empiris-

obyektif-konstruktif yang unsur-unsurnya terdiri dari: empirisme, historical

jurisprudence, a posteriori, sintesa, induksi, korespondensi, obyektivitas,

generalisasi, konstruktif, field research, data primer, dan kuantitatif.

Peneliti dalam penelitian hukum empiris bekerja mulai dari fakta-fakta

sosial (ekonomi, politik dan lain-lain) baru menuju ke fakta-fakta hukum, karena

hukum dilihat sebagai gejala sosiologis, yaitu hukum dilihat sebagai produk

interaksi sosial. Metode ini dilaksanakan untuk memperoleh data primer sebanyak

mungkin, dengan menggunakan kuesioner, wawancara atau observasi. Apabila

interaksi sosial berubah maka hukum harus berubah pula mengikuti

perkembangan masyarakat tersebut. Bila hukum tidak berubah maka akan

terjadilah kekosongan hukum. Hal ini berbahaya karena dapat menimbulkan

disintegrasi sosial dan membuka peluang munculnya anarki karena penyelesaian

setiap konflik semata-mata didasarkan pada power dan bukan pada prinsip-prinsip

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


42
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

kebenaran dan keadilan. Itulah sebab dalam perspektif ini hukum dilihat sebagai

alat perubahan sosial karena supremasi tidak terletak pada hukum tetapi pada

interaksi masyarakat. Dalam perspektif ini, tujuan hukum adalah untuk

mewujudkan rasa keadilan yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

Merujuk pada uraian di atas, diperoleh gambaran bahwa penelitian hukum

empiris memiliki karakteristik tersendiri. Pertama, sebagai sumber datanya selain

menggunakan data primer yang diperoleh dari lapangan, juga menggunakan data

sekunder sebagai data awalnya. Artinya, penelitian hukum empiris tetap bertumpu

pada premis normatif, berbeda dengan penelitian ilmu-ilmu sosial yang hendak

mengkaji hukum, di mana hukum ditempatkan sebagai dependent variable,

sehingga premis sosial-lah yang menjadi tumpuannya. Kedua, definisi

operasionalnya dapat diambil dari peraturan perundang-undangan, khususnya

terhadap penelitian yang hendak meneliti efektivitas suatu undang-undang.

Ketiga, hipotesis kadang-kadang diperlukan, misalnya penelitian yang ingin

mencari hubungan (korelasi) antara berbagai gejala atau variabel. Keempat, akibat

dari jenis data yang digunakan, maka alat pengumpul datanya terdiri dari studi

dokumen, pengamatan (observasi), dan wawancara (interview). Kelima, penetapan

sampling harus dilakukan, terutama jika hendak meneliti perilaku hukum warga

masyarakat. Dalam penarikan sampel, hendaknya diperhatikan sifat atau ciri-ciri

populasi. Keenam, pengolahan datanya dapat dilakukan baik secara kualitatif

dan/atau kuantitatif.

Hal lain bahwa salah satu yang harus ada dalam penelitian hukum empiris

adalah adanya lokasi penelitian. Lokasi penelitian menunjuk pada tempat

dilakukan penelitian. Misalnya, kita ingin meneliti tentang kesadaran hukum

masyarakat dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Penelitian dilakukan di

Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan juga cukup luas karena terdiri

atas tujuh kecamatan. Dari ketujuh kecamatan itu, maka dipilih dua kecamatan,

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


43
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

meliputi kecamatan Pamulang dan kecamatan Ciputat. Selain itu, dalam penelitian

hukum empiris, metode analisis yang digunakan tidak hanya bersifat kualitatif

(tidak berbentuk angka), tetapi juga bersifat kuantitatif (berbentuk angka). Hal

demikian berbeda dalam penelitian hukum normatif, metode analisis yang

digunakan hanya bersifat kualitatif (tidak berbentuk angka).

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Apa terminologi dari penelitian hukum emperis menurut pendapat para


ahli ?
2. Apa kekhasan dari penelitian hukum emperis ?
3. Bagaimana proses dilakukannya penelitian hukum emperis ?
4. Apa yang anda pahami mengenai penelitian hukum yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif, apakah penelitian hukum emperis dapat dapat
dilakukan dengan kedua metode tersebut ?
5. Apa yang anda pahami dari das sein dan das sollen dalam suatu penelitian
hukum ? jelaskan dan contohkan

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


44
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku :

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,


RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.
Bruggink, J.J.H, Refleksi tentang Hukum, Alih Bahasa: Arief Sidartha, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1996.
E. Saefullah Wiradipradja, Penuntun Praktis Metode Penelitian dan Penulisan
Karya Ilmiah Hukum, Keni Media, Jakarta, 2015.
Ibrahim, J., Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang, 2007.
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2007.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta, 2014.
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djamiati, Argumentasi Hukum, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2005.
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula,
STIA-LAN Press, Jakarta, 2000.
Roni Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Jurimetri,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika
Masalahnya, Huma, Jakarta, 2002.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI, Jakarta, 1986.
------------------------ dan Sri Mamuji, Metode Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010.
Sri Mamudji dkk., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Alfabeta, Bandung,
2013.
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,
Alumni, Bandung, 1994.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


45
Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai