Anda di halaman 1dari 11

Metode Penelitian Hukum

PERTEMUAN 3 :
KARAKTERISTIK ILMU HUKUM DAN PENGARUHNYA

TERHADAP MODEL PENELITIAN HUKUM

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai karakteristik ilmu hukum
dan pengaruhnya terhadap model penelitian hukum, Anda harus mampu:
1.1 Memahami dan menjelaskan kekhasan ilmu hukum
1.2 Memahami dan menjelaskan pengaruhnya kekhasan ilmu hukum
terhadap model penelitian

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
KEKHASAN ILMU HUKUM

A. Kekhasan Ilmu Hukum

Sebelum melakukan penelitian hukum, seorang peneliti dituntut untuk

memahami kekhasan dari ilmu hukum yang digelutinya. Pemahaman yang

demikian penting mengingat ilmu hukum itu sendiri memiliki kekhasan

sebagai suatu disiplin ilmu yang tentunya juga akan mempengaruhi model

penelitian dalam rangka menemukan pengetahuan yang benar tentang hukum

dan manfaatnya bagi umat manusia.

Sebagai suatu ilmu, ilmu hukum dalam sistematika keilmuan

merupakan suatu ilmu tersendiri (sui generis). Ia tidak dapat digolongkan

dalam ilmu-ilmu sosial atau ilmu humanoria, melainkan disiplin ilmu yang

mandiri yang tidak dapat dibandingkan (diukur dan dinilai) dengan bentuk

ilmu lain yang manapun. Dikatakan sebagai ilmu yang mandiri karena ilmu

hukum memiliki karakter atau ciri yang khas. Kekhasan dari ilmu hukum

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


20
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

adalah sifatnya yang normatif dan dampak langsungnya terhadap kehidupan

manusia dan masyarakat yang terbawa oleh sifat dan problematikanya.

Disamping sifatnya yang normatif, ilmu hukum juga memiliki sifat

yang empirik, karena hukum dipandang sebagai suatu gejala perilaku dalam

masyarakat. Dengan karakter yang demikian, maka ilmu hukum (i) memiliki

suatu sifat empirik analitikal, yang berarti bahwa ia memberikan suatu

pemaparan dan analisis tentang isi (dan struktur) dari hukum yang berlaku,

(ii) mensistematisasi gejala-gekala hukum yang dipaparkan dan dianalisis,

(iii) menginterpretasi hukum yang berlaku, dan juga (iv) menilai hukum yang

berlaku. Oleh karena itu, ilmu hukum termasuk dalam kelompok ilmu praktis

yakni praktis normologis, sehingga menempati kedudukan istimewa dalam

klasifikasi ilmu.

Dalam konteks ini, ilmu hukum memandang hukum sebagai objek

kajiannya tidak hanya sebatas hukum sebagai suatu kaidah/norma, asas, atau

konsep, tetapi juga hukum juga dipandang sebagai gejala perilaku di

masyarakat. Hukum tidak saja merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-

kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan

meliputi lembaga-lembaga (institutions) dan proses-proses (process) yang

mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah tersebut dalam kenyataan. Hal ini

merupakan konsekuensi dari adagium dimana ada masyarakat, disana ada

hukum.

Dengan demikian suatu unsur pokok dalam hukum adalah bahwa

hukum adalah sesuatu yang berkenaan dengan manusia, dimana manusia

hidup dalam suatu komunitas yang disebut dengan masyarakat. Sebagai suatu

kaidah atau norma, maka ilmu hukum mengkaji norma atau kaidah yang

termuat dalam hukum positif melalui pengkajian dan penelusuran dokumen

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


21
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis, sehingga kajian yang bersifat

kepustakaan.

Sementara sebagai suatu gejala perilaku di masyarakat, ilmu hukum

mengkaji hukum dalam kerangka sosial yang bersifat empirikal sebagai suatu

gejala atau fenomena kemasyarakatan. Tujuan yang dikehendaki dengan

model penelusuran atau penjelajahan ilmu hukum yang demikian adalah

menempatkan hukum sebagai pedoman dan standar/pola perilaku yang

mengatur kehidupan dalam bermasyarakat agar tercipta ketentraman dan

ketertiban bersama.

Konsekuensi dari ciri ilmu hukum yang demikian, maka cara memperoleh

atau menemukan atau pengkajian ilmu hukum dilihat dari hakekat keilmuan

hukum dilakukan dengan dua pendekatan, yakni :

1. Pendekatan dari sudut filsafat ilmu, dimana membedakan ilmu dari

dua sudut pandang, yaitu pandangan positivik yang melahirkan ilmu

empiris dan pandangan normatif yang melahirkan ilmu normatif. Dari

sudut ini, ilmu hukum memiliki dia sisi tersebut. Pada satu sisi ilmu

hukum dengan karakter aslinya sebagai ilmu normatif dan pada sisi lain

ilmu hukum memiliki segi-segi empiris. Dari sisi normatif, ilmu hukum

dikaji melalui metodenya yang khas yaitu metode yuridis normatif, dan

dari sisi empiris dapat dikaji melalui penelitian kuantitatif atau kualitatif,

tergantung sifat datanya, yang kedua sisi tersebut merupakan suatu

proses ilmiah bukan saja berusaha memecahkan masalah-masalah

praktikal tetapi juga mengembangkan dan melahirkan teori; dan

2. Pendekatan dari sudut pandang teori hukum, dimana ilmu hukum

dibagi atas tiga lapisan utama, yakni dogmatika hukum, teori hukum, dan

filsafat hukum. Ketiga lapisan tersebut pada akhirnya memberikan

dukungan pada praktek hukum, yang masing-masing mempunyai

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


22
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

karakter yang khas dengan sendirinya juga memiliki metode yang khas.

Persoalan metode atau cara memperoleh ilmu dalam ilmu hukum

merupakan bidang kajian teori hukum. Teori hukum merupakan ilmu

eksplanasi hukum yang sifatnya inter-disipliner.

Di pandang dari kebenaran yang hendak dicapainya, ilmu hukum

dengan cirinya yang bersifat normatif menganut teori pragmatik tentang

kebenaran, yakni suatu teori adalah benar jika teori itu berfungsi secara

memuaskan. Jika suatu teori telah memperoleh cukup persetujuan dari

komunitas ilmuwan hukum, maka suatu teori akan dianggap benar

sebagaimana diajarkan oleh Thomas Kuhn. Sama halnya dengan ajaran

Popper, teori-teori dalam ilmu hukum dapat dikatakan ilmiah jika teori

tersebut terbuka pada kritik atau terbuka pada penilaian orang lain. Setiap

teori memiliki kemungkinan untuk salah.

Dalam kerangka ini, hubungan inti di dalam ilmu bukanlah hubungan

antara subjek dan objek, melainkan hubungan antara subjek dan subjek (inter-

subjektif). Dalam pandangan ini, hukum dan moral tidak dapat dipisahkan

sebagaimana dinegasikan oleh positivis. Proposisi-proposisi normatif dan

evaluatif menempati kedudukan sentral dalam moral sebagai suatu yang

kognitif. Penetapan pendirian moral hanya dapat benar jika ia dapat

dibenarkan secara rasional berkenaan dengan partisipan lain pada diskusi

moral. Moral juga sebagai suatu kebenaran dalam kajian ilmu hukum jika

nilai-nilainya telah mendapat persetujuan layaknya pada kebenaran suatu

teori.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


23
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

Tujuan Pembelajaran 1.2:


PENGARUHNYA TERHADAP MODEL PENELITIAN HUKUM

B. Pengaruhnya Terhadap Model Penelitian Hukum

Sebagaimana telah diuraikan di atas, sebagai suatu ilmu pengetahuan,

ilmu hukum merupakan ilmu yang memiliki karakter yang khas yaitu tidak

hanya mengandung dimensi normatif, tetapi juga dimensi realitas. Dalam

dimensi normatif, ilmu hukum merupakan suatu kaidah atau norma yang

dirumuskan dalam perundang-undangan yang didalamnya memuat sesuatu

yang dicita-citakan dalam tata aturan yang sistematis, rasional-logis.

Sementara dalam dimensi realitas, ilmu hukum dipandang sebagai suatu

gejala perilaku dalam masyarakat yang bersifat empirik.

Kedua dimensi dalam ilmu hukum ini merupakan produk yang berupa

teori dan teori ini berasal dari hasil penalaran yang dikaitkan dengan fakta

empirik dalam masyarakat. Jadi sumber pengetahuan dalam ilmu hukum tidak

hanya sebatas hasil penjelajahan rasio yang menghasilkan seperangkat tata

nilai yang rasional-logis, tetapi juga dipadukan dengan fakta empiris sebagai

hasil penjelajahan pengalaman indera terhadap realitas sosial manusia menuju

suatu tatanan yang tertib dan teratur.

Hal demikian dapat disimpulkan dari pikiran kritis Satjipto Rahardjo

bahwa “hukum tidak beroperasi hanya dengan bersenjatakan konsep-konsep

yang abstrak sebagai hasil penalaran rasio, tetapi ia juga adalah lembaga

pengaturan yang harus memperhatikan kenyataan kehidupan sehari-hari”.

Dalam pandangan Prof. Wilhem Delthey, “norma hukum yang merupakan

produk pemikiran manusia (ratio scripta) terdapat nilai-nilai hukum, tujuan

hukum, dan makna tersirat dalam norma”. Bahkan menurut Satjipto, “hukum

sebagai suatu ilmu secara vertikal berada di bawah dunia ide dan nilai-nilai

yang berasal dari pikiran rasio manusia, dan di atas dunia kenyataan sehari-

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


24
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

hari yang hanya dapat ditangkap melalui pengalaman inderawi dalam bentuk

pengamatan dan observasi empirik”.

Hal senada ditegaskan pula Bernard Arief Sidharta bahwa “hukum

sesungguhnya bukanlah gejala empiris murni, tetapi juga memperlihatkan

ciri-ciri normatif. Dalam suasana hukum, maka sein dan sollen justru tidak

dapat dipisahkan secara tajam yang satu dengan yang lain. Hukum adalah

suasana dari das sein yang didalamnya das sollen mendapatkan wujudnya.

Fakta (sebagai hasil pengalaman indrawi) dan kaidah (sebagai hasil penalaran

rasio) di dalam hukum selalu berjalan saling berimpitan; hukum adalah fakta

dan kaidah sekaligus”.

Oleh karena hukum sebagai suatu ilmu Pengetahuan yang dihasilkan

dari perpaduan sumber pengetahuan rasio dan empiris, maka dengan

sendirinya ilmu hukum juga memiliki metode ilmiahnya. Dengan kata lain,

kekhasan ilmu hukum pada akhirnya berpengaruh pada model penelitian yang

digunakan dalam menjawab isu hukum yang dipersoalkan peneliti. Apabila

isu hukum yang hendak dijawab terkait masalah norma atau kaidah dalam

suatu perundang-undangan, maka metodenya tentu metode normatif.

Sebaliknya jika isu hukumnya terkait gejala perilaku hukum dalam

masyarakat, maka metodenya tentu metode empiris.

Dengan demikian, dalam ilmu hukum, cara atau metode untuk

memperoleh pengetahuan dilakukan dengan dua model, yakni : (a) penelitian

hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal, dan (b) penelitian hukum

empiris/sosiologis atau penelitian hukum nondoktrinal, dengan menggunakan

cara berpikir atau penalaran, baik secara deduktif maupun secara induktif.

Kalau obyeknya murni normatif hukum maka penelitian ini disebut

sebagai penelitian hukum normatif dan tidak menggunakan metode penelitian

sosial pada umumnya karena sasaran bahan penenelitian pada data sekunder

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


25
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

terutama bahan hukum primer (hukum yang mempunyai kekuatan mengikat),

bahan hukum sekunder (bahan yang merupakan pelengkap), dan bahan

hukum tersier (berupa bahan informasi hukum) yang kemudian dianalisis

secara kualitatif dalam arti perumusan pembenaran melalui kualitas norma

hukum itu sendiri, pendapat-pendapat ahli/doktrin dan pendukung informasi

hukum.

Suatu kegiatan penelitian dengan mengambil masyarakat sebagai obyek

penelitian dengan maksud menyelidiki respon atau tingkat kepatuhan

masyarakat terhadap hukum, maka penelitian ini disebut penelitian hukum

empiris atau penelitian hukum sosiologis. Sasaran data pada data primer yaitu

data yang ditemukan langsung oleh peneliti di lapangan. Metode yang

digunakan sama dengan metode penelitian sosial pada umumnya karena

perumusan hipotesis merupak cara yang terbaik dalam penelitian ini. Analisis

pembenarannya lebih akurat menggunanakan analisis kuantitatif yang

tentunya pendekatan menggunakan metode statistik.

Penelitian hukum normatif sering disebut studi hukum dalam buku

sedangkan penelitian hukum empiris/sosiologis disebut studi hukum dalam

aksi/tindakan. Disebut demikian karena penelitian menyangkut hubungan

timbal balik antara hukum dan lembaga-lembaga sosial lain, jadi merupakan

studi sosial yang non-doktrinal dan bersifat empiris, artinya berdasarkan data

di lapangan. Kedua model ini memiliki dasar pijakan dan tujuan penelitian

hukum yang berbeda, sehingga berdampak pada pemilihan metode penelitian

hukum dan strategi penemuan hukum yang berbeda pula. Akibatnya,

paradigma penelitian yang tidak konsisten dengan tujuan penelitian, metode

penelitian dan strategi penelitian hukum dapat berakibat pada kesimpulan dan

rekomendasi penelitian hukum menjadi tidak valid. Jadi, memilih model

penelitian hukum apa yang akan dipakai bukanlah sesuatu yang berdiri

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


26
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

sendiri karena harus ditentukan terlebih dahulu apa paradigma penelitian

hukumnya dan tujuan hukumnya.

Dalam perspektif demikian, dalam dimensi ilmu hukum, model

penelitian yang digunakan tidak semata-mata berdimensi normatif, tetapi juga

berdimensi empiris. Menurut Soekanto, “jika ilmu hukum melihat hukum

sebagai objek kajiannya semata-mata hanya dari sisi normatifnya saja sebagai

suatu bangunan yang rasional-logis, maka tentunya tidak akan mampu

menggambarkan fakta empiriknya”. Oleh karena itu, hukum sebagai suatu

kaidah/norma yang rasional-logis dan hukum sebagai suatu gejala perilaku

dalam masyarakat yang empirik, kedua-duanya merupakan satu kesatuan

sumber pengetahuan dari ilmu hukum.

Dalam disertasinya Bernard L. Tanya menyatakan bahwa “ilmu hukum

tidaklah memadai jika hanya berkubang dalam paradigma normatif-dogmatis

saja, melainkan juga hendaknya ilmu hukum mempelajari hukum dengan titik

tolak manusia sebagai objeknya”. Manusia disini dimaknai sebagai suatu

realitas sosial yang merupakan objek kajian ilmu hukum sebagai bagian dari

ilmu humaniora. Dengan bertitik tolak pada manusia sebagai objek kajian

ilmu hukum, maka ilmu hukum juga harus dijelajahi dalam paradigma yang

non-dogmatis.

Dengan objek telaah (ontologi) yang berbeda tersebut, maka menurut

Satjipto, “ilmu hukum dogmatik objek telaahnya adalah semata-mata pada

teks-teks otoritatif, sedangkan ilmu hukum non-dogmatis objek telaahnya

adalah hukum dengan sekalian keterkaitannya dengan realitas-empirik”.

Dijelaskannya lebih lanjut, “hal ini berakibat kepada model penelaahan

(epistimologi) yang berbeda pula. Metode penelitian dalam ilmu hukum

dogmatik menggunakan metode penelitian hukum beserta perangkat-

perangkat penafsirannya yang murni hukum dogmatik, sedangkan ilmu

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


27
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

hukum non-dogmatik (empiris) menggunakan perangkat metode penelitian

baru yaitu tidak elergi meminjam metode yang dikembangkan ilmu lain.

Ilmu hukum dogmatik hanya melihat ke dalam hukum dan

menyibukkan diri dengan membicarakan dan melakukan analisis ke dalam,

khususnya hukum sebagai suatu bangunan peraturan yang dinilai sebagai

sistematis dan logis. Jadi kegunaan (aksiologis) ilmu hukum dogmatis ini

tidak lebih hanya menelaah bangunan logis-rasional dari deretan pasal-pasal

peraturan. Kebalikan dari itu, ilmu hukum non-dogmatik tidak berhenti

kepada menyibukkan diri dengan bangunan logis-rasional dari sebuah

peraturan. Tujuan yang hendak dicapai oleh ilmu hukum non-dogmatik

(empiris) adalah untuk mencari dan mencapai kebenaran hukum sebagai

institusi kemanusiaan dan kemasyarakatan. Hukum dilihat sebagai pranata-

pranata dalam kenyataan sosial yang ditujukan untuk menciptakan ketertiban

dan keteraturan hidup.

Sebagai contoh ilustrasinya, dalam menegakkan hukum terhadap pelaku

kejahatan yang dilakukan oleh “anak yang bermasalah dengan hukum”, tidak

semata-mata hanya dilihat dari perspektif penghukuman sebagaimana yang

ditentukan secara normatif dalam peraturan perudang-undangan yang

berorientasi pada kepastian hukum, namun harus mampu menangkap rasa

keadilan bagi si anak khususnya dan umumnya bagi masyarakat kebanyakan.

Pemidanaan anak yang bermasalah dengan hukum melalui pemenjaraan

bukanlah solusi hukum yang baik, karena justru akan memberikan stigma

sekaligus mengganggu sikap mental anak. Pendekatan pemidanaan terhadap

anak haruslah yang bersifat restoratif dan rehabilitatif. Artinya, dalam

penegakan hukum pidana anak, janganlah menggunakan kacamata kuda yang

berorientasi semata-mata pada kepastian hukum dengan aturan-aturan yang

tersusun secara sistematis dan rasional-logis, tetapi juga mampu menangkap

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


28
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

realitas sosial yang menghendaki adanya keadilan dan kemanfaatan.

Penegakan hukum haruslah responsif terhadap suasana kebatinan masyarakat.

Pemahaman yang demikian pada akhirnya mengantar peneliti kepada suatu

model penelitian yang bagaimanakah yang akan digunakan untuk menjawab

isu hukum yang mengemuka. Tentunya hanya dengan menggunakan model

penelitian hukum ala ilmu hukum, yaitu penelitian hukum normatif atau

penelitian hukum empiris/sosiologis.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan kekhasan ilmu hukum ?


2. Kenapa ilmu hukum itu khas, di mana letak kekhasannya ilmu hukum ?
3. Apa pengaruhnya terhadap model penelitian ? jelaskan
4. Apa saja model penelitian hukum ? jelaskan
5. Bagaimana menurut pendapat para ahli mengenai model penelitian ilmu
hukum ?

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku :

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,


RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.
Bruggink, J.J.H, Refleksi tentang Hukum, Alih Bahasa: Arief Sidartha, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1996.
E. Saefullah Wiradipradja, Penuntun Praktis Metode Penelitian dan Penulisan
Karya Ilmiah Hukum, Keni Media, Jakarta, 2015.
Ibrahim, J., Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang, 2007.
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2007.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta, 2014.
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djamiati, Argumentasi Hukum, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2005.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


29
Universitas Pamulang
Metode Penelitian Hukum

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula,
STIA-LAN Press, Jakarta, 2000.
Roni Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Jurimetri,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika
Masalahnya, Huma, Jakarta, 2002.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI, Jakarta, 1986.
------------------------ dan Sri Mamuji, Metode Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010.
Sri Mamudji dkk., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Alfabeta, Bandung,
2013.
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,
Alumni, Bandung, 1994.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


30
Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai