Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM ISLAM, HAM DAN DEMOKRASI


DALAM ISLAM

Dosen Pengampu : Marwin Amirullah, Dr, S.Ag, MA

Di Susun Oleh :
Kelompok V
1. Aliman Jailani (2100861201202)
2. Arniayati (2100861201184)
3. M. Febrian Hutasni (2100861201191)

PROGRAM STUDI S.1 MANAJEMEN


UNIVERSITAS BATANGHARI
TAHUN AHARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Hukum Islam,
HAM dan Demokrasi Dalam Islam" dengan tepat pada waktunya.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas . Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang Negara Italia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih Kepada Bapak Marwin Amirullah, Dr,
S.Ag, MA selaku Dosen Pengampu. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jamb, September 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ i

Daftar Isi................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................ 2
1.4 Manfaat.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3

2.1 Hukum........................................................................................... 3
2.1.1 Hukum Secara Umum........................................................ 3
2.1.2 Hukum Menurut Islam....................................................... 4
2.2 Hak Asasi Manusia (HAM)........................................................... 6
2.2.1 HAM Secara Umum........................................................... 6
2.2.2 HAM dalam Islam.............................................................. 6
2.2.3 HAM di Indonesia.............................................................. 6
2.3 Demokrasi...................................................................................... 7
2.3.1 Demokrasi Secara Umum.................................................. 7
2.3.2 Demokrasi dalam Islam..................................................... 9

BAB III PENUTUP................................................................................. 12

ii
3.1 Kesimulan...................................................................................... 12
3.2 Saran.............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah
mempunyai tempat tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan
wacana demokrasi dengan Islam sebenarnya yang telah mendorong adanya
wacana HAM dalam Islam. Karena dalam demokrasi, pengakuan terhadap
hak asasi manusia mendapat tempat yang spesial. Berbagai macam
pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan
didalamnya konsep tentang penegakan HAM.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual
Islam, banyak pengertian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah
sosial dan politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang
mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu
musyawarah (syura), persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretative yang
mandiri (ijtihad).
Hukum, Hak Asasi Manusia, dan demokrasi merupakan tiga
konsep yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan karena salah satu
syarat utama terwujudnya demokrasi adalah adanya penegakan hukum dan
perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Demokrasi akan selalu rapuh
apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan
pemenuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum
ditegakkan.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam pembuatan makalah ini, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari hukum itu?
2. Bagaimana hukum dalam pandangan Islam?
3. Apakah definisi dari HAM (Hak Asasi Manusia) itu?

1
4. Bagaimanakah HAM dalam pandangan islam?
5. Apakah definisi dari demokrasi itu?
6. Bagaimana Islam memandang demokrasi?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu hukum, HAM, dan demokrasi
2. Mengetahui apa itu hukum, HAM, dan demokrasi dalam pandangan
Islam
3. Mengetahui perbedaan antara hukum, HAM, dan demokrasi umum
dengan pandangan Islam

1.4. Manfaat
1. Bisa menjabarkan apa itu hukum, HAM, dan demokrasi
2. Bisa menjabarkan apa itu hukum, HAM, dan demokrasi dalam
pandangan Islam
3. Bisa menjelaskan perbedaan antara hukum, HAM, dan demokrasi
umum dengan pandangan Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hukum

2.1.1 Hukum Secara Umum

Hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah, atau
otoritas melalui lembaga atau institusi.

Definisi "hukum" dari Kamus Besar Bahasa Indonesia(1997):

1. Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan


dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas.

2. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan


masyarakat.

3. Patokan (kaidah, ketentuan).

4. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam


pengadilan, vonis.

Berikut ini definisi hukum menurut para ahli:

 Tullius Cicerco: “Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh


alam dalam diri manusia untuk menetapkan apa yang boleh dan apa
yang tidak boleh dalam hidup.”

 Thomas Hobbes: “Hukum adalah perintah-perintah dari orang yang


memiliki kekuasaan untuk memerintah dan memaksakan perintahnya
kepada orang lain.”

 Plato: “Hukum adalah peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun


baik yang mengikat masyarakat.”

3
 Aristoteles: “Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak
hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim.”

Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum


pidana/hukum publik, hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum
tata negara, hukum administrasi negara/hukum tata usaha negara, hukum
internasional, hukum adat, hukum agama, hukum agraria, hukum bisnis,
dan hukum lingkungan.

Indonesia merupakan negara hukum dan memiliki sistem hukum


tesendiri. Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum
hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Karena:

 Eropa: Jajahan Hindia-Belanda

 Agama: Mayoritas Islam

 Adat: Berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

2.1.2 Hukum Menurut Islam

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui


wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh
nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini
terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Juga dapat diartikan
sebagai hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam.
Yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat, manusia dengan benda dan alam semesta, tetapi juga
hubungan manusia dengan Tuhan.

Perkataan hukum yang dipergunakan sekarang dalam bahasa


Indonesia berasal dari kata hukum dalam bahasa arab. Artinya, norma
atau kaidah yakni ukuran, patokan, pedoman yang diperguanakan untuk

4
menilai tingkah laku atau perbuatan manusia dan benda. Hubungan
antara perkataan hukum dalam bahasa Indonesia tersebut diatas dengan
hukum dalam pengertian norma dalam bahasa arab itu memang erat
sekali. Setiap peraturan, apapun macam dan sumbernya mengandung
norma atau kaidah sebagai intinya. Dalam ilmu hukum Islam kaidah itu
disebut hukum. Itulah sebabnya maka didalam perkataan sehari-hari
orang berbicara tentang hukum suatu benda atau perbuatan. Yang
dimaksud, seperti telah disebut diatas, adalah patokan, tolak ukur,
kaidah atau ukuran mengenai perbuatan atau benda itu (Mohammad
Daud Ali, 1999:39).

Dalam islam, hukum islam dikenal sebagai sya’riat. Sya’riat


menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air, Dari asal kata
tersebut sya’riat Islam berarti jalan yang lurus ditempuh seorang
muslim. Menurut istilah, Sya’riat berarti aturan atau undang-undang
yang diturunkan Allah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia sebagai hamba Allah, individu, warga, dan subjek alam
semesta. Sya’riat merupakan landasan fiqih. Pada prinsipnya syari’at
adalah wahyu Allah yang terdapat dalam al- Quran dan sunah
Rasulullah. Syari’at bersifat fundamental, mempunyai lingkup lebih
luas dari fiqih, berlaku abadi dan menunjukkan kesatuan dalam islam.
Sedangkan fiqih adalah pemahaman manusiayang memenuhi syarat
tentang sya’riat. Oleh karena itu lingkupnya terbatas pada hukum yang
mengatur perbuatan manusia, dan karena merupakan hasil karya
manusia maka ia tidak berlaku abadi, dapat berubah dari masa ke masa
dan dapat berbeda dari tempat yang lain. Hal ini terlihat pada aliran-
aliran yang disebut dengan mazhab. Oleh karena itu fiqih menunjukkan
keragaman dalam hukum Islam. (Mohammad Daud Ali, 1999:45-46).

5
2.2. Hak Asasi Manusia (HAM)

2.2.1 HAM Secara Umum

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang


sejak ia dalam kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan. HAM
berlaku secara universal, artnya berlaku dimana saja bagi siapa saja dan
tidak dapat diambil orang lain. Hal ini tercantum dalam UUD 1945
Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2,
pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.

2.2.2 HAM dalam Islam

Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut


pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban
bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah SAW
pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu
haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja
menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai
kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. Sebagai contoh, negara
berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada
perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim.
Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara
diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini.

2.2.3 HAM di Indonesia

Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada


pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari
falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara pada Pancasila
dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus
memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan
falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi

6
manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya,
melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung
dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini
disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak yang dapat
dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang lain.Setiap
hak akan dibatasi oleh hak orang lain.

Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik


Indonesia, yakni:

 Undang – Undang Dasar 1945

 Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi


Manusia

 Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia

2.3 Demokrasi

2.3.1 Demokrasi secara Umum

Secara umum demokrasi adalah suatu bentuk atau mekanisme


sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan
rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang
dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang


membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan
legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling
lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan

7
agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-


lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan
melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang
berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga
perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan
legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan
bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituante) dan
yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai
hukum dan peraturan.

Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep
demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu
politik. Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut
sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian


kekuasaan dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip
trias politica dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga
harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk


diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk
masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah
seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

8
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan
sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa
mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk
rakyat.

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel


(accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan
akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu
secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan
lembaga negara tersebut.

2.3.2 Demokrasi dalam Islam

Dalam Islam ada yang dikenal dengan istilah Syura atau


musyawarah. Yang merupakan derivasi (kata turunan) dari kata kerja
‘syawara’. Dan kata ‘syawara’ mempunyai beberapa makna, antara lain
memeras madu dari sarang lebah; memelihara tubuh binatang ternak saat
membelinya; menampilkan diri dalam perang. Dan makna yang dominan
adalah meminta pendapat dan mencari kebenaran.

“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya


dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki
yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-syura: 36)

Dengan ayat tersebut, kita dapat mengerti bahwa Islam telah


memposisikan musyawarah pada tempat yang agung. Hal tersebut
menunjukan bahwa, Islam secara langsung menerapkan prinsip
pengambilan keputusan;musyawarah yang menjadi sendi utama dalam
demokrasi modern (dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat).

Yang menjadi poin penting dalam demokrasi bukan sistem trias


politiknya, yang membagi pemerintahan kedalam tiga lembaga

9
(eksekutif, yudikatif dan legislatif), melainkan sisitem checks and
balances yang berlangsung dalam pemerintahan itu. Tentunya agar bisa
berjalan maka, harus ada keterbukaan dari setiap elemen dalam
pemerintahan itu. Dan keterbukaan itu dapat diwujudkan dalam sebuah
musyawarah yang efisien dan efektif. Tentu saja dengan tujuan untuk
mensejahterakan kehidupan rakyat.

Pada dasarnya, konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan


dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Hal ini ditunjukkan dengan:

1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.

2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.

3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.

4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi


pertimbangan utama dalam musyawarah.

5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihad;


bukan pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh
Alquran dan Sunnah.

6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari
nilai-nilaiagama.

7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.

Hukum, HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini dikarenakan salah satu syarat utama terwujudnya
demokrasi ialah adanya penegakkan hukum dan perlindungan HAM.
Demokrasi akan rapuh apabila HAM setiap masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM dapat terwujud apabila
hukum ditegakkan. Dalam ajaran Islam, hukum, HAM dan demokrasi

10
disebutkan dengan jelas di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan
demikian manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dan benar apabila ia selalu berpegang
pada aturan-aturan pada Al-Quran dan As-Sunnah.

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

1. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan negara yang menjunjung tinggi


kedaulatan rakyat.

2. Demokrasi menurut Islam bisa diartikan seperti musyawarah,


mendengarkan pendapat orang lain dalam suatu forum untuk mencapai
keputusan dengan mengedepankan nilai – nilai keagamaan.

3. HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam
kandungan.

4. HAM dalam Islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu
dan kew ajiban bagi negara dan individu untuk menjaganya.

5. Hukum menurut Islam bisa diartikan sebagai hukum yang terdapat dalam
sumber-sumber seperti Al-Quran dan Al-Hadist.

3.2. Saran

1. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara


demokrasi di Indonesia dan demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik
dan buruknya.

2. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya


HAM dalam kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.

3. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara


hukum islam dan hukum yang berlaku di Indonesia dan dapat melihat
perbedaannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Awaludin, & Basri. (2009). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum
untuk Pengembangan Kepribadian. Pekanbaru: Pusat Pengembangan
Pendidikan Universitas Riau.

Azra, A. (2002). Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.


Jakarta: Perguruan Tinggi Agama Islam.

Budiarjo, P. M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Fanani, S. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo:


PT. Al-Maktabah.

Mansoer, H. (2004). Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan


Tinggi Umum. Jakarta: Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam.

13

Anda mungkin juga menyukai