Anda di halaman 1dari 7

Agrologia, Vol. 6, No.1, April 2017, Hal.

37-43

Serangan Ulat Jengkal (Hyposidra talaca Wlk.) Pada Bibit Pakoba


(Syzygium luzonense (Merr.) Merr.) Di Persemaian
1
Hanif Nurul Hidayah1), Arif Irawan1), dan Illa Anggraini 2),
1)
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado
Jl. Tugu Adipura Raya Kel. Kima Atas Kec. Mapanget Kota Manado Telp : 085697011099
2)
Pusat Litbang Hutan. Jl. Raya Gunung Batu No. 5 Bogor
1
Email : nnif44_mimi@yahoo.com

ABSTRAK

Budidaya tanaman pakoba (Syzygium luzonense (Merr.) Merr.) di persemaian ditemui kendala berupa serangan ulat
jengkal (Hyposidra talaca Wlk). Gejala yang ditimbulkan berupa lubang-lubang pada daun terutama daun muda
sampai menyerang habis daun-daun bibit pakoba. Serangan hebat dapat menyebabkan kematian bibit. Terdapat lima
blok di pembibitan pakoba yang diamati dengan jumlah total bibit sebanyak 1014 bibit. Presentase serangan rata-
rata yang diakibatkan oleh ulat ini cukup tinggi yaitu mencapai 49,34 %. Upaya pengendalian serangan ulat jengkal
dapat dilakukan dengan cara pendekatan pengendalian terpadu. Penanggulangan hama ulat jengkal yang telah
dilakukan di persemaian adalah dengan cara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif profenofos dengan
dosis setengah dari dosis normal.

Kata Kunci : insektisida, Pakoba, Persentase serangan, Ulat jengkal

Caterpillar Spread (Hyposidra talaca Wlk.) Attack On Pakoba (Syzygium


luzonense (Merr.) Merr.) Seedlings In Nursary
ABSTRACT

Obstace of pakoba (Syzygium luzonense (Merr.) Merr.) cultivation in nursery is twig caterpillar (Hyposidra talaca
WLK) attacks. The Pest symptoms was holes in the leaves especially young leaves; twig caterpillar enable to attack
all leaves of pakoba seed. Severe attacks cause death of seedlings. There are five blocks in pakoba nursery that were
observed; 1014 pakoba seedlings were grown in these blocks. The average percentage of twig caterpillar’s attack
was quite high, reached 49.34%. Twig caterpillar has been controlled by integrated pest management. Chemical
control to decrease twig caterpillars attack in nursery has been done by using half dose of insecticide profenofos.

Keywords: Insecticide, Pakoba, percentage of attacks, twig caterpillar

PENDAHULUAN Tanaman pakoba memiliki banyak


manfaat (Multi Purpose Tree Species/MPTS).
Pakoba merupakan tanaman endemik Bagian daun dan kulit kayu banyak
Sulawesi Utara yang memiliki banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk
kegunaan. Keberadaannya cukup populer menurunkan kadar gula darah, asam urat, dan
terutama dikalangan masyarakat Minahasa memulihkan kondisi setelah melahirkan. Pada
dan Bolaang Mongondow. Hasil identifikasi bagian tersebut terkandung senyawa
jenis yang dilakukan pada Laboratorium flavonoid, tanin, alkaloid dan saponin
Biologi LIPI pada bulan Juli 2016, Pakoba (Hidayah et al. 2015). Senyawa flavonoid dan
termasuk dalam family Myrtaceae dengan tanin yang dapat menurunkan kadar gula
nama ilmiah Syzygium luzonense (Merr.) darah dibuktikan oleh Studiawan dan Santosa
Merr. (2005) pada mencit yang diinduksi Aloksan,
tetapi pada penelitian ini menggunakan daun
37
Hidayah, dkk. 2017. Serangan Ulat Jengkal …
salam (Euginia polyantha Wight) yang positif hujan 2.500-3.000 mm/tahun, rerata
o
mengandung senyawa flavonoid dan tanin temperatur udara 27 C dan rerata kelembaban
Flavonoid merupakan senyawa metabolit udara relatif 73 %. Penelitian menggunakan
sekunder tumbuhan yang memiliki aktifitas bibit pakoba berumur tiga bulan.
sebagai antioksidan yang berkaitan dengan Respons yang diamati adalah gejala
aktivitas anti diabetes dan anti kanker (Jagtap serangan di persemaian, sedangkan data
dan Bapat, 2010). Tanaman ini memiliki sekunder meliputi jenis tanah, tinggi tempat,
kayu kelas kuat III dengan variasi berat jenis dan iklim. Untuk menghitung persentase
antara 0,562 – 0,747. Masyarakat sekitar serangan ulat terhadap bibit pakoba
banyak memanfaatkannya untuk bahan baku menggunakan rumus :
kayu pertukangan dan untuk pembuatan ∑
perahu (Nurrani and Tabba 2012). = 100%
Pemanfaatan pakoba tidak hanya terhenti ∑ ℎ
pada daun, kulit kayu ataupun kayunya,
melainkan buah yang dihasilkan dapat Pengambilan contoh ulat dan kegiatan rearing
dikonsumsi secara langsung atau diolah dilakukan di laboratorium dan di persemaian,
menjadi berbagai macam panganan. untuk mengetahui siklus hidupnya.
Tingginya pemanfaatan tanaman pakoba oleh Identifikasi jenis ulat menggunakan kunci
masyarakat menyebabkan semakin identifikasi dari Borror, et al. (1992).
berkurangnya populasi pakoba. Hal ini HASIL DAN PEMBAHASAN
mendorong untuk dilakukan upaya
pengembangan budidaya tanaman pakoba. a. Gejala Serangan
Balai Penelitian dan Pengembangan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ulat (larva) menyerang daun muda dari
(BP2LHK) Manado melakukan bibit pakoba pada bagian tepi daun dengan
pengembangan pembibitan pakoba di memakannya, hingga tepi daun seperti robek,
persemaian. pada serangan berat menyebabkan daun
Dalam proses pengembangan berlubang dan pucuk tanaman gundul,
pembibitan di persemaian terdapat beberapa sehingga tinggal tulang daun saja (Gambar 1).
kendala yang sering dijumpai, salah satunya Bila daun-daun muda dan pucuk telah habis
adanya serangan ulat pada bibit pakoba. Ulat maka hama ini akan meningkatkan
tersebut makin berkembang dan populasinya serangannya ke daun-daun tua dibawahnya.
meningkat, hal ini dipicu oleh banyaknya Dengan demikian bila hama ini menyerang
ketersediaan bahan pakan ulat yang melimpah tanaman bibit, maka tanaman tersebut akan
yaitu daun muda bibit pakoba dan faktor menjadi gundul (tak berdaun) sama sekali.
kelembaban yang cukup tinggi. Penelitian ini Serangan terjadi umumnya terjadi pada
bertujuan untuk mengetahui jenis ulat dan malam hari hingga menjelang pagi. Ulat
persentase serangan ulat pada bibit pakoba mulai aktif merusak tanaman pakoba sejak
umur tiga bulan di persemaian. menetas dari telur hingga menjelang prapupa.
b. Identifikasi Ulat
METODOLOGI PENELITIAN
Secara morfologi dan perilaku ulat ini
Penelitian dilakukan di persemaian sangat khas, sering disebut ulat jengkal atau
Balai BP2LHK Manado pada bulan Januari – ulat kilan, karena cara ulat berjalan dengan
Maret 2016. Kondisi biofisik di persemaian berjingkat-jingkat, ulat seperti gerak tangan
antara lain beriklim tropis, dengan ketinggian manusia ketika mengukur dengan jengkal
tempat 300 m diatas permukaan laut, tipe demi jengkal, yaitu dengan cara ujung tubuh
iklim B (Smith dan Ferguson, 1951), curah bagian belakang ditarik ke bagian depan
38
Agrologia, Vol. 6, No.1, April 2017, Hal. 37-43
sehingga tubuhnya melengkung, kemudian kekuningan. Telur diletakkan secara koloni
tubuh bagian depan bergerak maju. Ulat tidak teratur pada ketiak daun, bagian bawah
bergerak seperti itu karena ulat tidak daun, lekukan buah kakao, ranting, celah-
mempunyai kaki pada bagian tengah celah batang atau cabang pada tanaman inang
tubuhnya. Apabila ada gangguan maka ulat seperti lamtoro atau kakao. Banyak telur yang
akan meluruskan tubuhnya (posisi telentang). dihasilkan imago betina berbeda-beda,
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ulat berkisar antara 250-700 butir telur. Lama
jengkal tersebut jenis Hyposidra talaca Wlk. periode telur dari berbagai berkisar antara 5-
Klasifikasi ulat jengkal yang menyerang daun 10 hari.
pakoba adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Geometridae
Genus : Hyposidra
Spesies : Hyposidra talaca
Ulat jengkal bersifat polifag, hal ini
dapat dilihat bahwa ulat jengkal tidak hanya
menyerang bibit pakoba saja tetapi tanaman
pertanian dan tanaman perkebunanpun sering
diserang. Beberapa hasil penelitian yang Larva
menyatakan bahwa jenis tanaman yang sering Larva ulat jengkal yang baru keluar dari
diserang ulat jengkal, antara lain pada bibit telur mempunyai ukuran panjang 1,5-2 mm
Kranji (Suharti et al, 2015); tanaman Jarak dan lebar 0,2-0,5 mm, berwarna coklat muda.
Pagar (Chandra, 2008); tanaman Trembesi Setelah larva berumur satu hari warna tubuh
(Juliati et al, 2016); tanaman Sengon menjadi coklat kehitaman dengan bintik-
(Dendang et al, 2007), tanaman adas bintik putih pada ruas toraks pertama dan ruas
(Siswanto dan Wiratno, 1998), tanaman abdomen pertama sampai keempat. Larva
kakao (Setyolaksono, 2014), tanaman teh, yang baru menetas akan menggantung pada
tanaman murbai (Nuraeni dan Anggraeni, tanaman inangnya. Karena telur diletakkan
2014) dan lain-lain. secara berkoloni dan waktu menetasnya telur
Ulat jengkal dalam perkembang juga hampir bersamaan, sehingga larva juga
biakannya termasuk dalam golongan serangga akan menggantung pada tanaman inang
Holometabola, yaitu kelompok serangga yang secara berkoloni. Lama periode larva sangat
mengalami metamorfosis sempurna. Serangga beragam, yaitu berkisar antara 12-34 hari,
ini mengalami empat tahap perkembangan tergantung pada daun yang dimakan oleh
yaitu telur, larva, pupa (kepompong), dan larva tersebut.
imago. Larva mengalami empat kali ganti kulit.
Larva instar awal berwarna coklat kehitaman
Telur
(Gambar 2). Larva instar akhir berwarna
Telur dari ulat jengkal berbentuk bulat coklat sampai coklat keabu-abuan., memiliki
memanjang, dengan ukuran panjang 0,75-1 panjang tubuh berkisar antara 70-80 mm
mm dan lebar 0,5-0,75 mm (Gambar 1). Telur (Gambar 3). Larva instar akhir dari ulat
yang baru diletakkan berwarna bening, jengkal akan turun dari tanaman inang dengan
kemudian berangsur-angsur berubah menjadi cara menggantung pada benang liur yang
hijau. Warna telur akan berubah warna dihasilkannya atau berjalan melalui ranting,
menjelang menetas menjadi coklat cabang, dan batang ke tanah. Bila tanah
39
Hidayah, dkk. 2017. Serangan Ulat Jengkal …
gembur, larva akan masuk ke dalam tanah larva tersebut akan mencari serasah daun
dan selanjutnya akan berubah menjadi pupa disekitar tanaman inang untuk berubah
ditempat tersebut. Bila tanah padat, maka menjadi pupa.

Pupa oleh cahaya lampu. Lama hidup dari imago


Pupa ulat jengkal umumnya terletak ulat jengkal berkisar antara 3-6 hari. Imago
didalam tanah, tetapi ada juga yang jantan mempunyai rata-rata lama hidup yang
ditemukan di permukaan tanah. Pupa tidak relatif lebih panjang dibanding dengan imago
terbungkus kokon. Mula-mula pupa berwarna betina. Imago betina dari ulat jengkal mulai
putih coklat kehijauan, kemudian berangsur- bertelur setelah 2 hari keluar dari pupa.
angsur berubah menjadi coklat kemerahan. Perkembangan dari telur sampai menjadi
Pupa diletakkan di dalam tanah sedalam 2-5 imago memerlukan waktu sekitar 24-32 hari.
cm sekitar pangkal batang atau dibawah tajuk.
Lama periode pupa berlangsung antara 6-10 c. Presentase Serangan Ulat Jengkal
hari. Panjang pupa berkisar antara 10-15 mm, Pengamatan terhadap bibit pakoba di
dengan lebar antara 5-6 mm. persemaian dilakukan sejak terlihat gejala
Imago serangan ulat. Bibit pakoba di persemaian
Imago ulat jengkal ini berupa ngengat dibagi dalam lima blok dengan jumlah total
berwarna coklat sampai coklat keabu-abuan. yang diamati adalah sebanyak 1000 bibit
Imago jantan mempunyai tubuh yang relatif pakoba. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
lebih kecil dibandingkan imago betina. Imago Tabel 1.
ulat jengkal aktif pada malam hari dan tertarik

Tabel 1. Intensitas serangan ulat jengkal pada bibit pakoba

Jumlah bibit yang Presentase Serangan P Rata-rata


Nomor Blok Jumlah bibit
diserang ulat (%) (%)
1 469 223 47,55
2 470 203 43,19
3 25 12 48 49,34
4 25 13 52
5 25 14 56

40
Agrologia, Vol. 6, No.1, April 2017, Hal. 37-43

Dari presentase serangan yang bibit yang terdapat di persemaian mengalami


ditunjukkan pada Tabel 1, diketahui bahwa kerusakan yang cukup berat akibat dari
serangan ulat jengkal pada bibit pakoba ini serangan ulat jengkal tersebut.
tergolong tinggi. Hampir sebagian besar dari

Tingginya persentase serangan ulat (Siswanto dan Wiratno, 1998), dan tanaman
pada bibit pakoba di persemaian diduga kakao (Setyolaksono, 2014).
terjadi karena faktor curah hujan yang cukup Jenis ulat yang menyerang bibit pakoba
tinggi. Pada musim penghujan, kelembaban merupakan jenis ulat jengkal yang secara
tanah menjadi cukup tinggi dan disukai oleh taksonomi termasuk dalam famili
larva ulat untuk berkembangbiak. Geometridae, Ordo Lepidoptera, dan
Berdasarkan pengamatan dilapangan termasuk dalam jenis Hyposidra sp. Ulat
diketahui bahwa ketersediaan daun muda jengkal atau dikenal juga dengan sebutan ulat
sebagai sumber pakan yang cukup melimpah kilan sangat menyukai daun muda atau
menjadikan populasi ulat semakin meningkat, pucuk. Pada serangan yang hebat, ulat ini
ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh akan menghabiskan seluruh daun pada bibit
Setyolaksono (2014), fluktuasi populasi ulat dan menyebabkan kematian (Santoso and
jengkal sejalan dengan perubahan intensitas Antralina 2011). Pada penelitian yang
pembentukan pucuk daun muda. Apabila dilakukan oleh Siswanto dan Wiratno (1998),
pucuk daun tanaman yang terbentuk banyak, menunjukkan bahwa larva muda dari ulat ini
maka populasi ulat jengkal akan meningkat. mampu merusak sekitar 5% - 10% bibit adas
Namun, apabila pucuk daun tanaman yang berumur 3 bulan, sedangkan larva dewasa
terbentuk sedikit, maka populasi ulat jengkal mampu menyebabkan kerusakan hingga 90%
juga akan sedikit. pada bibit yang sama dalam waktu 1 (satu)
Beberapa hasil penelitian menyatakan hari.
bahwa beberapa jenis tanaman yang sering
diserang jenis ulat ini antara lain pada bibit d. Musuh Alami
Kranji (Suharti et al, 2015); tanaman Jarak Ulat jengkal memiliki beberapa
Pagar (Chandra, 2008); tanaman Trembesi musuh alami, diantaranya adalah patogen
(Juliati et al, 2016); tanaman Sengon yang menyerang ulat pada fase larva. Selain
(Dendang et al, 2007), tanaman adas itu juga dijumpai lalat parasitoid dari family
41
Hidayah, dkk. 2017. Serangan Ulat Jengkal …
Sarcophagidae yang banyak menyerang ulat terganggunya aktivitas enzim pencernaan,
pada fase pupa (Siswanto dan Wiratno, 1998). misalnya enzim protease dan invertase
Pada kondisi curah hujan yang terlalu tinggi (Dadang, 1998). Miller dan Strickler (1984).
dapat menyebabkan mortalitas yang cukup Sifat toksik pada senyawa tanaman terhadap
tinggi pada fase larva. Larva yang ulat atau serangga dapat berupa gangguan
terperangkap oleh air hujan membuatnya terhadap perkembangan serangga seacara
tidak bisa melepaskan diri dan mati. Pada fase langsung (intrinsik) atau secara tidak
pupa, kondisi kelembaban tanah yang terlalu langsung (ekstrinsik). Efek antifeedant yang
basah ataupun terlalu kering juga dapat dikandung tanaman dapat dideteksi ulat atau
meningkatkan mortalitas ulat. Terdapat serangga melalui sistem indera (efek
perilaku pupa yang berbeda pada tanah antifeedant primer) atau mempengaruhi
dengan kelembapan tinggi dan kelembapan syaraf pusat serangga yang mengatur proses
rendah. Pada tanah dengan kelembapan makan (efek antifeedant sekunder).
tinggi, larva akan menggali tanah yang tidak Sedangkan pengendalian secara kimia dapat
terlalu dalam sebagai tempat untuk berpupa. digunakan insektisida dengan dosis yang
Sedangkan pada tanah dengan kelembapan rendah agar dapat mengurangi dampak
yang rendah, larva akan menggali tanah yang negatif terhadap lingkungan serta
lebih dalam untuk menemukan kelembapan menghindari resitensi hama ulat jengkal
tanah yang sesuai dengan kebutuhannya terhadap pemberian pestisida.
sebagai tempat untuk berpupa (Setyolaksono,
2014). KESIMPULAN

e. Pengendalian Ulat Jengkal Hama yang menyerang bibit pakoba di


Upaya pengendalian ulat jengkal yang persemaian adalah jenis ulat jengkal
menyerang bibit pakoba di persemaian (Hyposidra talaca) dengan presentase
dilakukan efisien, efektif dan ekonomis serangan rata-rata sebesar 49,34%. Hama ini
dengan menggunakan pendekatan banyak muncul ketika musim penghujan
pengendalian hama terpadu (PHT). datang. Ulat jengkal menyerang bagian pucuk
Pengendalian ini memadukan beberapa daun hingga habis dan dapat menyebabkan
pengendalian yang kompatibel. Pengendalian kematian pada bibit. Penanggulangan hama
ulat ini dilakukan dengan cara kimiawi
terdiri dari karantina, fisik, mekanis,
silvikultur, kimia dan biologi. Pengendalian menggunakan insektisida berbahan aktif
secara biologi lebih disarankan untuk profenofos dengan dosis setengah dari dosis
mengendaikan ulat jengkal ini dikarenakan normal.
pengendalian menggunakan cara ini aman
bagi tanaman, hewan, manusia dan UCAPAN TERIMA KASIH
lingkungan. Beberapa bahan yang dapat
digunakan dalam pengendalian secara biologi Ucapan terima kasih diberikan kepada
antara lain daun dan biji dari tanaman Suren tim peneliti BP2LHK Manado yang telah
(Lestari dan Darwati, 2013); ekstrak daun membantu penulis dalam proses pengamatan
Bintaro (Juliati et al, 2016) dan larutan dan pemeliharaan bibit pakoba di persemaian.
ekstrak biji mahoni (Suharti et al, 2015). Cara
kerja teknik pengendalian secara biologis ini DAFTAR PUSTAKA
adalah dengan gangguan perilaku dengan
melakukan aktifitas penghambatan makan Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N.F.
(antifeedant) dan gangguan fisiologis dengan Johson. 1992. Pengenalan Pelajaran
menghambat pertumbuan karena Serangga. Edisi keenam. (Penerjemah
drh. Soetiyono Partosoedjono, MSc.).
42
Agrologia, Vol. 6, No.1, April 2017, Hal. 37-43
Gadjah Mada University Press. Miller, J.R. and K.L. Strickler. 1984. Finding
Yogyakarta. and Aceepting Host Plants. In Bell
Chandra, D. 2008. Inventarisasi Hama Dan W.J.m Carde RT. Editor. Chemical
Penyakit Pada Pertanaman Jarak Pagar Ecology of Insect.
(Jatropha curcas linn.) di Lampung Massachusetts:Sinaver, Sunderlabd.
Dan Jawa Barat. Skripsi. Institut 127-157.
Pertanian Bogor. Nuraeni, Y . dan I. Anggraeni. 2014.
Dadang. 1998. Botanical Insecticides as an Eksplorasi dan identifikasi hama dan
Alternative Pest Control Agent. Proceed penyakit tanaman murbei di Pasir
Scientific Writing ContestIII. Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan
Hiroshima Japan. Pacet, Cianjur. Tekno Hutan Tanaman.
Vol.7 No.2 Agustus 2014. Pusat
Dendang, B., Sudomo, A., Raciman, Penelitian Dan Pengembangan
E.,&Rusdi. (2007). Pengendalian Hama Peningkatan Produktivitas Hutan.
Ulat Jengkal Pada Sengon Dengan Bogor.
Ekstrak Daun Suren Dan Cuka Kayu.
Wana Benih. Balai Besa Penelitian Nurrani, Lis, and Supratman Tabba. 2012.
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman “Sifat Fisis Mekanis Kayu Pakoba Dan
Hutan.Yogyakarta. Penggunaannya Sebagai Jenis Endemik
Lokal Sulawesi Utara.” Prosiding
Departemen, Pertanian. 2002. Musuh Alami, Seminar Dan Pameran Hasil-Hasil
Hama Dan Penyakit Tanaman Kakao. Penelitian Balai Penelitian Kehutanan
2nd ed. Jakarta: Direktorat Manado 1: 23–24.
Perlindungan Perkebunan, Direktorat
Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Santoso, Joko, and Merry Antralina. 2011.
“Pengaruh Agensia Pengendali Biologi
Juliati., Mardhiansyah, M., , Arlita, T. 2016. Virus Helicoverpa Armigera Nuclear
Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Polyhedrosis ( HaNPV ) Terhadap
Bintaro (Cerbera manghas l.) sebagai Mortalitas Hama Ulat Jengkal (
Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Ectropis Bhurmitra Wlk .).” Jurnal
Hama Ulat Jengkal (Plusia sp.) pada Penelitian Teh Dan Kina 14 (2): 78–89.
Trembesi (Samanea saman
(Jacq.)Merr.) Jom faperta UR 3(1). Setyolaksono,M.P. 2014. Ulat Jengkal Pada
Tanaman Kakao.
Kinho, Julianus, Diah Irawati, D W I Arini, http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpa
Jafred Halawane, Lis Nurani, Yermias mbon/berita-301-ulat-jengkal-pada-
Kafiar, and Moody C Karundeng. 2011. tanaman-kakao.html. diakses pada 25
Tumbuhan Obat Tradisional Di April 2016, 10:01:47
Sulawesi Utara. Edited by Mahfudz. 1st
ed. Manado: Balai Penelitian Siswanto and Wiratno. 1998. Serangan Ulat
Kehutanan Manado. Jengkal Pada Tanaman Adas. Warta
Tumbuhan Obat Indonesia 4 (1):23-24.
Lestari, F dan Darwiati, W. 2012. Uji Efikasi
Ekstrak Daun Dan Biji Dari Tanaman Suharti, T., Kurniaty, R., Siregar, N dan
Suren, Mimba Dan Sirsak Terhadap Darwiati, W.2015. Identifikasi dan
mortalitas Hama Ulat Gaharu. Jurnal Teknik Pengendalian Hama dan
Penelitian Hutan Tanaman 11(3):165- Penyakit Bibit Kranji (Pongamia
171. pinnata). Jurnal Perbenihan Tanaman
Hutan 3(2):91-100.

43

Anda mungkin juga menyukai