Anda di halaman 1dari 12

Taksonomi Krathwohl (domain afektif)

Hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam


pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah.
Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Krathwohl menunjukan apa yang
mungkin dikuasai oleh siswa.
Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu:
receiving (attending), responding, valuing, organization,dan
characterization.

1. Penerimaan (Receiving/Attending)
Berhubung dengan kemauan pelajar untuk memberi perhatian.
2. Tanggapan (Responding)
Membawa maksud membentuk sesuatu sistem nilai. Apabila lebih
daripada satu nilai dinuranikan maka membolehkan beberapa nilai
digunakan.
3. Penghargaan (Valuing)
Pada peringkat ini perlakuan adalah didasarkan atas konsep dan
prinsip yang telah dinuranikan sehingga menjadi kepercayaan.
4. Organisasi (Organization)
Membawa maksud membentuk sesuatu sistem nilai. Apabila lebih
daripada satu nilai dinuranikan maka membolehkan beberapa nilai
digunakan.
5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value
or Value Complex)
Individu memiliki sistem nilai yang akan banyak mengendalikan
tingkah-lakunya sehingga akan menjadi karakteristik gaya-
hidupnya.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syujur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seribu langkah dan
seiring bahu dalam menegakan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Psikologi Pendidikan. Dalam penulisan makalah ini,
penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun
isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 08 Oktober 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Kognitif Bloo 3

B. Intelek Guilford 14

BAB III 15

A. Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.Hal tersebut
tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.Hal tersebut juga dialami oleh
siswa-siswa yang berkemampuan tinggi.Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga
mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi
proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan
mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang
tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajaR.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Bagaiamana Konsep Kognitif Bloom?

2. Bagaimana Konsep Intelek Guilford ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penulisan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui konsep Konsep Kognitif Bloom

2. Untuk mengetahui Konsep Intelek Guilford


BAB II

PEBAHASAN

A. Konsep Kognitif Bloo

Dalam ranah kognitif bloom menjelaskan konsepnya dengan beberapa tingkatan sebagai berikut

1. Pengetahuan (Knowledge) – C1

Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat kembali materi
yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang istilah; (b) pengetahuan tentang fakta
khusus; (c) pengetahuan tentang konvensi; (d) pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan; (e)
pengetahuan tentangklasifikasi dan kategori; (f) pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan
tentang metodologi. Contoh: menyatakan kebijakan.

2. Pemahaman (Comprehension) – C2

Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami materi
tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); (b)
interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi);(c) ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas
arti/memaknai data). Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran
3. Penerapan (Application) – C3

Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan
informasi dalam situasi nyata atau kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi
yang baru. Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.

4. Analisa (Analysis) – C4

Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah (domain)
kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya.
Kemampuan menganalisis dapat berupa: (a) analisis elemen (mengidentifikasi bagian-bagian materi);
(b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan); (c) analisis pengorganisasian prinsip
(mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi). Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya
Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.

5. Sintesis (Synthesis) – C5

Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi. Tingkatan
kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang unik; (b) memproduksi rencana
atau kegiatan yang utuh; dan (c) menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak.
Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa
sumber.

6. Evaluasi (Evaluation) – C6

Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan melakukan
evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk tujuan tertentu
berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom,
yaitu: (a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti
eksternal. Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban

B. Konsep Intelek Guilford

Teori Guilford banyak membicarakan struktur intelegensi seseorang yang banyak mengarah pada
kreativitas. Guilford melakukan penelitian tentang kecerdasan ini dengan meneliti orang-orang
genius pada tahun 1869. Teori Guilford menerangkan tentang inteligensi yang diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu
dan mengantisipasi masa yang akan datang. Dalam konteks ini maka belajar adalah termasuk
berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi. Konsepnya memang
kompleks, karena setiap masalah akan berbeda cara penanganannya bagi setiap orang. Untuk itu
diperlukan perilaku cerdas/inteligen, yang tentu sangat berbeda dengan perilaku
noncerdas/inteligen. Yang pertama (perilaku cerdas/inteligen) ditandai dengan adanya sikap dan
perubahan kreatif, kritis, dinamis, dan memiliki motivasi, sedangkan yang kedua keadaannya
sebaliknya.

Guilford mengeluarkan satu model untuk menjelaskan kreativitas manusia yang disebutnya
sebagai Model Struktur Intelek (Structure of Intellect). Dalam model ini, Guilford menjelaskan
bahwa kreativitas manusia pada dasarnya berkaitan dengan proses berpikir konvergen dan divergen.
Konvergen adalah cara berfikir untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar. Sedangkan
berpikir divergen adalah proses berfikir yang memberikan serangkaian alternatif jawaban yang
beraneka ragam.

Kemampuan berfikir divergen dikaitkan dengan kreativitas ditunjukkan oleh beberapa karakteristik
berikut:

• Kelancaran, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar ide-ide atau


solusi masalah dalam waktu singkat.

• Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk secara bersamaan mengusulkan berbagai


pendekatan untuk masalah tertentu.

• Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk memproduksi hal baru, ide-ide asli.

• Elaborasi, yaitu kemampuan untuk melakukan sistematisasi dan mengatur rincian


ide di kepala dan membawanya keluar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.Hal tersebut
tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.Hal tersebut juga dialami oleh
siswa-siswa yang berkemampuan tinggi.Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga
mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi
proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan
mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang
tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar.
Daftar Pustaka

https://santoson111.blogspot.com/2018/12/konsepkognitif.html?m=0

https://temanbloggerku.blogspot.com/2019/guilford.html?m=1

http://diasdiari,blogspot.com/2014/10/kognitif.html?m=1

1. Pengertian Model Perilaku Kognitif-Afektif (William)


Model tiga dimensional dari William (1970) dirancang untuk membantu
guru menentukan tugas-tugas di dalam kelas berkenaan dengan
dimensi kurikulum, dimensi strategi mengajar dan dimensi perilaku
siswa berinteraksi dalam meningkatkan pemikiran.

1. Dimensi Kurikulum
Pada dimensi ini, kurikulum meliputi mata pelajaran                    yang
terdapat didalamnya.

2. Dimensi Perilaku Guru
Pada dimensi ini perilaku guru memuat seperangkat                   strategi
mengajar dan cara mengajar, seperti: menggunakan                paradoks,
menilai sesuatu dan keterampilan menulis kreatif.

3. Dimensi Perilaku Siswa
Pada dimensi ini terpusat pada perilaku siswa, dimana               memuat
proses-proses yang diperlukan untuk mengembang-             kan bakat
kreativitas anak. Proses yang dilakukan meliputi                    aspek kognitif
dan afektif.

2. Manfaat Model Perilaku Kognitif-Afektif (William)


Berikut ini adalah manfaat model Perilaku Kognitif-Afektif (William):
1. Apabila model ini digunakan bersama dengan model-model
lainnya, maka akan memberikan sumbangan yang bermakna
terhadap peningkatan berpikir dan sikap kreatif melalui
kurikulum.
2. Dapat digunakan untuk pengembangan perorangan
(individualized) dalam kemampuan berpikir kreatif dengan
memperhatikan kemampuan anak, kekuatan dan kelemahan anak.
3. Model ini dapat digunakan sebagai patokan bagi guru yang
menginginkan pendekatan yang seimbang dalam peningkatan
berpikir dan sikap kreatif.
 

3. Contoh Sasaran dan Kegiatan Belajar


4. Kurikulum : Pengembangan bahasa
5. Strategi Mengajar : Analogi (Keterampilan menelusuri atau
meneliti)
6. Perilaku anak : Berpikir lentur (kognitif dan rasa ingin tahu)
7. Tugas : Anak diminta untuk memilih satu kata yang
tidak diketahui artinya dari suatu cerita yang                                        
baru saja dibaca dan mencari dan mencari                              
sinonimnya dengan cara tanya-jawab dengan                                      
teman dan gurunya.
 

1. Model Struktur Intelek (Guilford)


 

1. Pengertian Model Struktur Intelek (Guilford)


Guildford (1967) mengembangkan teori atau model tentang kemampuan
kognitif manusia disebut Struktut Intelek. Model struktur
intelek digambarkan dalam bentuk tiga dimensi, yaitu:

1. Operasi (proses) menjadi perhatian utama karena menyagkut


proses-proses pemikiran yang belangsung, terbagi dalam lima
kategori: kognisi, ingatan, berpikir konvergen, berikir divergen dan
evaluasi.
2. Konten (materi) menunjukkan materi yang digunakan terbagi
menjadi empat kategori: figural, simbolik, semantuc dan
behavioral (perilaku).
3. Produk meupakan hasil dari operasi (proses) tertentu yang
diterapkan pada konten (materi) tertentu, terbagi dalam enam
kategori: unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi.
 

2. Manfaat Model Struktur Intelektual Guilford


Berikut ini adalah manfaat struktur intelektual Guilford, antara lain:

1. Menunjukkan keragaman kemampuan kognitif manusia.


2. Menarik perhatian kita terhadap kemampuan-kemampuan
manusia yang perlu lebih banyak dikembangkan.
3. Meluaskan dan mendalami sasaran-sasaran belajar berdasarkan
gabungan dari tiga marta, yaitu: operasi, materi dan produk.
4. Guru dapat memberikan materi pelajarannya dengan melatih
proses-proses pemikiran yang beragam, tidak terbatas pada kognisi
dan ingatan.
 

Contoh Sasaran dan Kegiatan Belajar Siswa

Unit tentang IPA untuk Anak TK

Tujuan umum : Memperkenalkan anak sifat/ eksperimantal IPA

Mendekatkan anak tehadap hal-hal yang belum


diketahui dari IPA

Mengevaluasi apa yang telah dilakukan

Tugas : Menjajaki yang belum diketahui

Sasaran : Anak mampu mengidentifikasi 5 yang yang belum


diketahui

Menguji ke-lima zat tersebut

Melakukan evaluasi mengenai proses yang telah


dilakukan
Kegiatan : 1. Menunjukkan dan memberikan penjelasan
mengenai lima zat yang berbeda

Menstimulasi anak agar dapat mengenali zat ter- sebut

Zat diberikan kepada anak dengan petunjuk ter-


tentu

Anak diharapkan mampu menjawab pertanyaan


tertentu

Anda mungkin juga menyukai