1. Penerimaan (Receiving/Attending)
Berhubung dengan kemauan pelajar untuk memberi perhatian.
2. Tanggapan (Responding)
Membawa maksud membentuk sesuatu sistem nilai. Apabila lebih
daripada satu nilai dinuranikan maka membolehkan beberapa nilai
digunakan.
3. Penghargaan (Valuing)
Pada peringkat ini perlakuan adalah didasarkan atas konsep dan
prinsip yang telah dinuranikan sehingga menjadi kepercayaan.
4. Organisasi (Organization)
Membawa maksud membentuk sesuatu sistem nilai. Apabila lebih
daripada satu nilai dinuranikan maka membolehkan beberapa nilai
digunakan.
5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value
or Value Complex)
Individu memiliki sistem nilai yang akan banyak mengendalikan
tingkah-lakunya sehingga akan menjadi karakteristik gaya-
hidupnya.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syujur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seribu langkah dan
seiring bahu dalam menegakan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Psikologi Pendidikan. Dalam penulisan makalah ini,
penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun
isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Kognitif Bloo 3
B. Intelek Guilford 14
BAB III 15
A. Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.Hal tersebut
tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.Hal tersebut juga dialami oleh
siswa-siswa yang berkemampuan tinggi.Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga
mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi
proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan
mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang
tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajaR.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut.
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penulisan sebagai berikut.
BAB II
PEBAHASAN
Dalam ranah kognitif bloom menjelaskan konsepnya dengan beberapa tingkatan sebagai berikut
1. Pengetahuan (Knowledge) – C1
Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat kembali materi
yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang istilah; (b) pengetahuan tentang fakta
khusus; (c) pengetahuan tentang konvensi; (d) pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan; (e)
pengetahuan tentangklasifikasi dan kategori; (f) pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan
tentang metodologi. Contoh: menyatakan kebijakan.
2. Pemahaman (Comprehension) – C2
Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami materi
tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); (b)
interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi);(c) ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas
arti/memaknai data). Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran
3. Penerapan (Application) – C3
Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan
informasi dalam situasi nyata atau kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi
yang baru. Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.
4. Analisa (Analysis) – C4
Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah (domain)
kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya.
Kemampuan menganalisis dapat berupa: (a) analisis elemen (mengidentifikasi bagian-bagian materi);
(b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan); (c) analisis pengorganisasian prinsip
(mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi). Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya
Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.
5. Sintesis (Synthesis) – C5
Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi. Tingkatan
kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang unik; (b) memproduksi rencana
atau kegiatan yang utuh; dan (c) menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak.
Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa
sumber.
6. Evaluasi (Evaluation) – C6
Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan melakukan
evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk tujuan tertentu
berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom,
yaitu: (a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti
eksternal. Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban
Teori Guilford banyak membicarakan struktur intelegensi seseorang yang banyak mengarah pada
kreativitas. Guilford melakukan penelitian tentang kecerdasan ini dengan meneliti orang-orang
genius pada tahun 1869. Teori Guilford menerangkan tentang inteligensi yang diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu
dan mengantisipasi masa yang akan datang. Dalam konteks ini maka belajar adalah termasuk
berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi. Konsepnya memang
kompleks, karena setiap masalah akan berbeda cara penanganannya bagi setiap orang. Untuk itu
diperlukan perilaku cerdas/inteligen, yang tentu sangat berbeda dengan perilaku
noncerdas/inteligen. Yang pertama (perilaku cerdas/inteligen) ditandai dengan adanya sikap dan
perubahan kreatif, kritis, dinamis, dan memiliki motivasi, sedangkan yang kedua keadaannya
sebaliknya.
Guilford mengeluarkan satu model untuk menjelaskan kreativitas manusia yang disebutnya
sebagai Model Struktur Intelek (Structure of Intellect). Dalam model ini, Guilford menjelaskan
bahwa kreativitas manusia pada dasarnya berkaitan dengan proses berpikir konvergen dan divergen.
Konvergen adalah cara berfikir untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar. Sedangkan
berpikir divergen adalah proses berfikir yang memberikan serangkaian alternatif jawaban yang
beraneka ragam.
Kemampuan berfikir divergen dikaitkan dengan kreativitas ditunjukkan oleh beberapa karakteristik
berikut:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.Hal tersebut
tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.Hal tersebut juga dialami oleh
siswa-siswa yang berkemampuan tinggi.Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga
mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi
proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan
mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang
tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar.
Daftar Pustaka
https://santoson111.blogspot.com/2018/12/konsepkognitif.html?m=0
https://temanbloggerku.blogspot.com/2019/guilford.html?m=1
http://diasdiari,blogspot.com/2014/10/kognitif.html?m=1
1. Dimensi Kurikulum
Pada dimensi ini, kurikulum meliputi mata pelajaran yang
terdapat didalamnya.
2. Dimensi Perilaku Guru
Pada dimensi ini perilaku guru memuat seperangkat strategi
mengajar dan cara mengajar, seperti: menggunakan paradoks,
menilai sesuatu dan keterampilan menulis kreatif.
3. Dimensi Perilaku Siswa
Pada dimensi ini terpusat pada perilaku siswa, dimana memuat
proses-proses yang diperlukan untuk mengembang- kan bakat
kreativitas anak. Proses yang dilakukan meliputi aspek kognitif
dan afektif.