PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNG
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai “SISTEM PENGENDALIAN
INTERN PEMERINTAH”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak tantangan dan hambatan yang penulis
lalui. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab
itu, penulis meminta pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya yang dapat
membangun. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 4
BAB I
BAB II
2.1.DEFINISI SPIP................................................................................................... 7
2.2.UNSUR UNSUR SPIP........................................................................................ 7
BAB III
3.1.KESIMPULAN................................................................................................... 12
3.2.SARAN............................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
3
pemerintahan namun sistem ini tidak juga mengganggu penyelenggaraan
pemerintahan dalam mencapai efektivitas dan efisiensi. Karena itu, dalam
membangun suatu sistem pengendalian intern harus diperhitungkan cost benefit dan
efektivitas dan efisiensi dari sistem pengendalian intern tersebut. Sistem ini harus
dirancang sesuai dengan kebutuhan tiap instansi pemerintah karena setiap instansi
membutuhkan sistem pengendalian yang mungkin saja tidak sama, tergantung dari
tugas dan fungsinya masing-masing.
Sistem pengendalian intern pemerintah ini lahir dari amanat paket undang-
undang keuangan negara yaitu Pasal 58 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang memerintahkan pengaturan lebih lanjut
mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan Peraturan
Pemerintah. Dengan adanya amanat tersebut maka lahirlah Peraturan Pemerintah
nomo 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pengendalian
intern pemerintah ini penting karena dapat digunakan untuk memastikan berjalannya
roda pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengendalian yang
baik adalah pengendalian yang tidak mudah diakses oleh pihak yang tidak berhak
namun dapat dengan mudah diakses oleh pihak yang memiliki akses yang sesuai
dengan hak dan kewenangannya. Karena pentingnya sistem pengendalian intern
pemerintah maka penyelenggaraannya pun harus diperkuat agar tercipta efektifitas
dalam pelaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP adalah:
"Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan."
Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana terdapat
budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat
mendeteksi terjadinya sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir
terjadinya tindakan yang dapat merugikan negara.
5
2. Penilaian Resiko
Unsur sistem pengendalian intern kedua adalah penilaian risiko. Penilaian risiko ini
terdiri dari dua sub unsur, yakni identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam penilaian
risiko, yang pertama kali dilakukan oleh pemimpin instansi adalah menetapkan tujuan
instansi pemerintah serta tujuan pada tingkat kegiatan sebagai dasar melakukan
penilaian.
1. Tujuan instansi pemerintah harus memuat pernyataan dan arahan yang spesifik,
terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu. Tujuan instansi pemerintah
yang telah ditetapkan perlu dikomunikasikan kepada seluruh pihak di dalam
instansi. Untuk mencapai tujuan instansi pemerintah, pimpinan instansi perlu
menetapkan strategi operasional yang konsisten dan strategi manajemen
terintegrasi serta rencana penilaian risiko.
2. Penetapan tujuan pada tingkat kegiatan harus berdasarkan pada tujuan dan
rencana strategis instansi pemerintah. Tujuan pada tingkat kegiatan harus disusun
sehingga dapat saling melengkapi dan tidak bertentangan satu dengan lainnya.
Tujuan ini harus relevan dengan kegiatan utama instansi, mengandung kriteria
pengukuran, didukung oleh sumber daya yang cukup, serta perlu melibatkan
seluruh tingkat pejabat dalam penetapannya.
Setelah tujuan pada tingkat instansi dan kegiatan telah ditetapkan, berikutnya adalah
melakukan penilaian risiko yang ada melalui identifikasi dan analisis risiko.
1. Kegiatan identifikasi risiko merupakan upaya untuk menemukan atau mengetahui
risiko-risiko yang mungkin timbul dalam pencapaian tujuan instansi dan kegiatan.
Untuk dapat mengenali risiko-risiko yang relevan, kegiatan identifikasi risiko
harus menggunakan metodologi yang sesuai untuk kedua tujuan secara
komperhensif. Identifikasi perlu dilakukan dengan mekanisme yang memadai
dengan mempertimbangkan, baik dari faktor eksternal maupun internal, maupun
faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.
2. Kegiatan analisis risiko merupakan prosedur untuk mengamati sumber risiko dan
tingkat pengendalian yang telah ada untuk kemudian menilai risiko dari sisi
dampak dan kemungkinan terjadinya. Tujuan analisis risiko adalah menentukan
dampak dan kemungkinan keterjadian dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi
terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah. Penentuan tingkat risiko perlu
dilakukan dengan prinsip kehati-hatian.
Contoh :
6
Dalam lingkungan pendidikan : Pada saat mendapat tugas mata kuliah tertentu,
kelompok dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan terstruktur agar dapat
mengidentifikasi dan menganalisis risiko.
3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah untuk mengurangi
resiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian resiko. Kegiatan pengendalian
membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan.
Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan Instansi
Pemerintah. Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu Instansi Pemerintah
dapat berbeda dengan yang diterapkan pada Instansi Pemerintah lain. Perbedaan
penerapan ini antara lain disebabkan oleh :
(1) visi, misi, dan tujuan;
(2) lingkungan dan cara beroperasi;
(3) tingkat kerumitan organisasi;
(4) sejarah atau latar belakang serta budaya; dan
(5) risiko yang dihadapi.
Contoh :
Dalam lingkungan pendidikan : Dalam pengerjaan tugas, kelompok dapat membantu
agar semua tugas terarah dan mengurangi resiko dalam kelompok
7
pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lainnya di seluruh Instansi Pemerintah yang
memerlukan dalam bentuk serta dalam kerangka waktu yang memungkinkan yang
bersangkutan melaksanakan pengendalian internal dan tanggung jawab operasional.
Komunikasi atas informasi yang ada harus dilakukan secara efektif dengan
memperhatikan kriteria:
1. Sarana Komunikasi Efektif
Artinya dalam melakukan komunikasi telah menyediakan dan memanfaatkan
berbagai bentuk dan sarana komunikasi yang ada.
2. Manajemen Sistem Informasi Efektif
Artinya komunikasi dilakukan dengan mengelola, mengembangkan, dan
memperbarui sistem informasi yang ada secara terus menerus.
Contoh :
Dalam lingkungan pendidikan : Pada saat materi tugas telah terkumpul semua maka
selanjutnya materi tersebut dapat diolah dan dijadikan hasil lalu kemudian seluruh
anggota kelompok dapat berdiskusi untuk hasil dari tugas tersebut.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, menekankan pada suatu proses
penyadaran akan pengendalian, penilaian dan pengelolaan risiko dengan aktivitas
pengendalian yang dilakukan oleh setiap orang dalam organisasi. Pengendalian
internal bukan suatu kejadian atau keadaan, namun suatu rangkaian tindakan yang
mencakup seluruh kegiatan organisasi yang dilakukan orang untuk mendapatkan
keyakinan yang wajar bahwa tujuan akan dicapai. Tindakan-tindakan ini melekat dan
melingkupi ke dalam cara manajemen dan personil lain dalam organisasi menjalankan
aktivitas kegiatannnya.
Arah menuju pengendalian yang bersifat lunak (soft control) terlihat dari
dikedepankannya unsur lingkungan pendendalian, yang merupakan pondasi dan
atmosfer sistem pengendalian intern. Lingkungan pengendalian memiliki dampak
yang sangat kuat terhadap struktur kegiatan, penetapan tujuan dan penilaian risiko.
Lingkungan pengendalian juga mempengaruhi kegiatan pengendalian, sistem
informasi dan komunikasi, dan kegiatan pemantauan. Lingkungan pengendalian
dipengaruhi oleh budaya dan sejarah organisasi dan mempengaruhi kesadaran
pengendalian orang-orang dalam organisasi. Faktor-faktor pembentuk lingkungan
pengendalian termasuk integritas, nilai-nilai etik dan kompetensi orang-orang dalam
organisasi, filosofi manajemen, gaya operasi, cara manajemen melaksanakan
wewenang dan tanggung jawab, cara mengorganisir dan mengembangkan orang-
orang, serta perhatian dan arahan manajemen tertinggi mempengaruhi sistem
pengenalian intern secara keseluruhan.
3.2 SARAN
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008,
dengan segala keterbatasan yang melekat pada sistem pengendalian intern, instansi
9
pemerintah wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan dalam upaya untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif,
efisien, transparan, dan akuntabel. Dengan diterapkannya SPIP, diharapkan dapat
memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Pimpinan Instansi Pemerintah diharapkan sepenuhnya sadar akan
pentingnya sistem pengendalian intern.
10