Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS

Judul Penelitian : Analisis Pengembangan Bahasa Anak Dalam


Kegiatan Bercerita Di TPA Tunas Melati Kids
Kotabumi Lampung Utara
Waktu Pelaksanaan : Jumat, 29 Oktober 2021
Tempat Penelitian : TPA Tunas MelatiKids Kotabumi Lampung Utara

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman penitipan Tunas Melati Kids Kotabumi Selatan adalah yayasan


keluarga yang dipimpin oleh Ibu Komariah pada tahun 1997. Taman Penitipan
Anak tersebut adalah suatu bentuk layanan yang diberikan kepada masyarakat
untuk membantu masyarakat atau orang tua yang sibuk bekerja dengan demikian
orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya tidak perlu khawatir karena program
TPA disiapkan juga pengasuh dan pendidik untuk mengawasi anak anak pada
legiatan bermain baik diluar maupun didalam kelas.
Pendidikan anak usia dini jalur informal merupakan alternatif bagi keluarga
yang tidak atau belum memungkinkan anaknya masuk pendidikan jalur lainya.
Salah satu pengertian utama tentang pendidikan informal tertuang dalam UU
No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan
informal adalah pendidikan yang diselengarakan di keluarga dan lingkungan.
Sering kali terjadi kekeliruan didalam memandang dan mengenali anak, salah
satunya adalah memandang anak sebagai miniatur orang dewasa atau anak
sebagai orang dewasa kecil, pandangan tersebut sangatlah keliru, karna anak
memiliki dunianya sendiri, dunia anak berbeda dengan orang dewasa oleh karna
itu, dunia anak memerlukan respon khusus, baik dari segi pendidikan ( layanan
Pedagogis) maupun dari segi non pendidikan ( Layanan non pedagogis, seperti
perawatan, gizi dan lain-lain).
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan anak, melalui
pendidikan kita dapat mentransfer pengetahuan dan keterampilan anak sendiri
mungkin pendidikan anak haruslah memperhatikan seluruh aspek perkembangan
anak dan harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik serta di sesuaikan
dengan usia anak.
Selain sebagai penitipan anak, TPA memperhatikan pendidikan anan dan
asupan gizi anak, sehingga selepas dari TPA anak semakin mandiri dan siap untuk
meneruskan ke jenjang selanjutnya pentingnya pendidikan anak di TPA sudah
menjadi program di setiap TPA.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang ada di TPA TUNAS MELATI KIDS
adalah pengembangan bahasa anak melalui kegiatan bercerita mengingat bahwa
untuk memahami konsep dasar bahasa bukanlah merupakan suatu yang mudah
maka kegiatan berlajar melalui kegiatan bercerita haruslah menarik dan
menyenangkan.
Pada program S1 PG PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannya
menjadi tenaga
pendidik PAUD yang profesional, dapat mengembangkan program PAUD dan
bermotifasi tinggi melakukan perubahan dalam bidang pendidikan. Salah satu
mata kuliah pada program S1 PG PAUD analisis kegiatan pengembangan pada
anak usia dini membentuk mahasiswanya untuk analisis dilembaga lembaga
PAUD, salah satunya di Taman Pendidikan Anak dalam rangka memenuhi tugas
dalam mata kuliah tersebut telah dilakukan penelitian di TPA Tunas Melati Kids
yang bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan kegiatan anak yang
dianggap perlu diteliti lebih lanjut, untuk selanjutnya dianalisis secara kritis.
Kegiatan yang berkaitan bukan hanya kegiatan perkembangan dan pertumbuhan
anak semata, akan tetapi kegiatan yang berkaitan dengan seluruh aspek
perkembangan untuk perkembangan anak dan perbaikan sekaligus pengasuh
dalam mengajar atau mendidik.
B. Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi ke Taman penitipan Anak Tunas Melati Kids
Kotabumi Selatan, maka penelitian ini berfokus pada “mengembangkan bahasa
anak melalui kegiatan bercerita”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a) Mengumpulkan data mengenai
1. Alasan pendidik melakukan kegiatan bercerita untuk melatih anak
berkomunikasi dengan baik dan bisa memahami pesan dari cerita.
2. Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut untuk melatih anak dapat
berinteraksi dengan teman serta untuk membantu pengembangan
bahasanya
3. Pendidik melakukan kegiatan pengasuhan di TPA melalui kisah-kisah
yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu dalam
mengembangkan imajinasi anak, dengan imajinasi diharapkan anak
mampu bertindak seperti tokoh dan isi cerita.
b) Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan pengasuhan
adalah untuk menstimulasi keterampilan berbicara yang bertujuan untuk
memberikan informasi kepada orang lain
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan di TPA Tunas Melati Kids memiliki manfaat
diantaranya :
1. Melalui kegiatan bercerita anak dapat mengungkapkan perasaannya serta
dapat menambah kosa kata yang dimilikinya.
2. Melalui kegiatan bercerita , anak mampu mengungkapkan isi cerita serta
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bahasa secara luas.
3. Untuk melihat kemampuan anak dalam mengenal kegiatan bercerita .
4. Melalui kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik
dan menarik
BAB II LANDASAN TEORI

A. Definisi Umum Bahasa


Secara sederhana definisi atau pengertian bahasa adalah alat untuk menyampaikan
suatu hal yang terlintas di dalam hati. Akan tetapi, lebih jauh bahasa adalah
alatuntuk berinteraksi atau alat berkomunikasi. Bahasa digunakan sebagai alat
untuk menyampaikan gagasan, pikiran, konsep maupun perasaan.
Dalam studi sosiolinguistik, bahasa bisa dijadikan sebagai sebuah lambang dan
bersifat arbitrer, berupa bunyi, produktif, beragam, dinamis dan yang paling
penting adalah manusiawi.
Bahasa merupakan sebuah sistem yang berarti bahwa bahasa dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola tetap dan dapat dikaidahkan. Bahasa
mempunyai sistem berupa lambang lambang bunyi.
Setiap lambang bahasa dapat melambangkan sesuatu yang disebut dengan makna
atau konsep. Karena itulah dapat disimpulkan bahwa setiap bunyi atau perkataan
memiliki suatu makna.
B. Pengertian Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara bertutur kata dalam penyampaian cerita atau
memberikan penjelasan kepada anak secara lisan, dalam upaya memperkenalkan
atau-pun memberikan keterangan hal baru pada anak (Depdiknas, 2004).

C. Metode Bercerita
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada
orang lain dengan alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,
informasi, atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang
dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan.
Metode bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi
pengalaman belajar kepada anak. Cerita yang disampaikan harus mengandung
pesan, nasihat, dan informasi yang dapat ditangkap oleh anak, sehingga anak
dapat dengan mudah memahami cerita serta meneladani hal-hal baik yang
terkandung di dalam isi cerita yang telah disampaikan.
Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan untuk
mendengarkan cerita. Melalui metode bercerita anak akan dapat mengembangkan
kemampuan bahasanya, dapat mengulang bahasa yang didengarnya dengan
bahasa yang sederhana, sehingga metode bercerita berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara anak. Berikut definisi dan pengertian bercerita dari
beberapa sumber buku:
 Menurut Hartono (2005), bercerita adalah menyampaikan serangkaian peristiwa
yang dialami oleh sang tokoh. Tokoh dalam cerita dapat berupa manusia,
binatang, dan makhluk-makhluk lain, baik tokoh nyata maupun tokoh-tokoh
rekaan.
 Menurut Madyawati (2016), bercerita adalah salah satu keterampilan berbicara
yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara
menyampaikan berbagai macam ungkapan, perasaan yang sesuai dengan apa yang
dialami, dirasakan, dilihat, dan dibaca.
 Menurut Ismoerdijahwati (2007), bercerita merupakan seni atau teknik budaya
kuno untuk menyampaikan suatu peristiwa yang dianggap penting, melalui kata-
kata, imaji dan suara-suara.
 Menurut Gunarti dkk (2008), bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk menyampaikan pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka,
yang bisa di lakukan secara lisan dan tertulis dan merupakan sebuah metode dari
suatu kegiatan pengembangan yang ditandai dengan pendidik memberikan
pengalaman belajar kepada anak melalui pembacaan cerita secara lisan.

D. Tujuan Metode Bercerita


Metode bercerita bertujuan untuk menghibur, melatih anak berkomunikasi dengan
baik, memahami pesan dari cerita dan mampu mengungkapkan ide cerita serta
menambah wawasan dan pengetahuan bahasa secara luas. Menurut Mudini dan
Purba (2009), tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut:
 Mendorong atau menstimulasi. Maksud dari mendorong atau menstimulasi
yaitu apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada
pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inspirasi atau
membangkitkan emosi para pendengar.
 Meyakinkan. Maksud dari meyakinkan yaitu apabila pembicara berusaha
mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat yang
paling penting dalam meyakinkan adalah argumentasi. Untuk itu, diperlukan
bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat argumentasi untuk
meyakinkan pendengar.
 Menggerakkan. Maksud dari menggerakkan apabila pembicara menghendaki
adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan
persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu
resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau perbuatan itu
adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi.
 Menginformasikan. Maksud dari menginformasikan yaitu apabila pembicara
ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti
dan memahaminya. Misalnya seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas,
seorang dokter menyampaikan masalah kebersihan lingkungan, seorang polisi
menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan sebagainya.
 Menghibur. Maksud dari menghibur yaitu apabila pembicara bermaksud
menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya. Pembicaraan seperti
ini biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan
gembira lainnya.
E. Fungsi Metode Bercerita
Metode bercerita berfungsi menjadikan suasana belajar menyenangkan dan
menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau
materi pendidikan itu dapat dengan mudah diberikan. Adapun fungsi metode
bercerita antara lain adalah sebagai berikut:
 Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik. Melalui metode bercerita ini
sedikit demi sedikit dapat ditanamkan hal-hal yang baik kepada anak didik. Cerita
hendaknya dipilih dan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam
suatu pelajaran.
 Mengembangkan imajinasi anak. Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita
dapat membantu anak didik alam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan
hasil imajinasinya diharapkan mereka mampu bertindak seperti tokoh- tokoh
dalam cerita yang disajikan oleh guru.
 Membangkitkan rasa ingin tahu. Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan
dari sebuah cerita sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak berupaya
memahami isi cerita. Isi cerita yang dipahami tentu saja akan membawa pengaruh
terhadap anak didik dalam menentukan sikapnya.
F. Manfaat Metode Bercerita
Metode bercerita bermanfaat bagi perkembangan anak. Menurut Madyawati
(2016), terdapat beberapa manfaat metode bercerita yaitu sebagai berikut:
 memberikan pengalaman belajar untuk melatih pendengarannya. Dalam kegiatan
bercerita anak akan menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan
sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, di didengar. Dengan melatih
pendengarannya akan menambah kosa kata yang dimiliki anak.
 Memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan metode bercerita
memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor.
 Memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat mengatakan
perasaan, membangkitkan semangat dan menimbulkan keasyikan
tersendiri.kegiatan bercerita memberikan daya tarik bagi anak sehingga akan
menimbulkan semangat dan keasyikan dalam bercerita.
G. Bentuk dan Jenis Metode Bercerita
Menurut Dhien (2009), berdasarkan jenis media yang digunakan, metode bercerita
dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a. Bercerita tanpa alat peraga
Bercerita tanpa alat peraga yaitu kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru
atau orang tua tanpa menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan
pada anak. Bercerita tanpa alat peraga adalah bentuk cerita yang
mengandalkan kemampuan pencerita dengan menggunakan mimik (ekspresi
muka), pantomim (gerak tubuh), dan vokal pencerita sehingga yang
mendengarkan dapat menghidupkan kembali dalam fantasi dan imajinasinya.
Guru harus memperhatikan ekspresi wajah, gerak- gerik tubuh, dan suara guru
harus dapat membantu fantasi anak untuk mengkhayalkan hal-hal yang
diceritakan guru.
b. Bercerita dengan alat peraga
Metode bercerita dengan alat peraga yaitu metode bercerita menggunakan
media atau alat pendukung untuk memperjelas penuturan cerita yang akan
disampaikan. Bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah bentuk
bercerita yang mempergunakan alat peraga bantu untuk menghidupkan cerita.
Fungsi alat peraga ini untuk menghidupkan fantasi dan imajinasi sehingga
terarah sesuai dengan yang diharapkan si pencerita. Bentuk bercerita dengan
alat peraga terbagi menjadi dua, yaitu alat peraga langsung dan alat peraga
tidak langsung.Alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau
benda sebenarnya (misalnya: kelinci, kembang, piring) agar anak dapat
memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta kegunaan dari
alat tersebut. Alat peragatak langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang
bukan alat sebenarnya. Bercerita dengan alat peraga tak langsung dapat
berupa:
 Bercerita dengan benda-benda tiruan. Guru menggunakan benda-benda
tiruan sebagai alat peraga (misalnya: binatang tiruan, buah-buahan tiruan,
sayuran tiruan). Benda- benda tiruan tersebut hendaknya mempunyai
proporsi bentuk dan warna yang sesuai dengan aslinya.
 Bercerita dengan menggunakan gambar-gambar. Guru menggunakan
gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam
buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang
melukiskan jalannya cerita.
 Bercerita dengan menggunakan papan flanel. Guru menggunakan papan
flanel untuk menempelkan potongan-potongan gambar yang akan
disajikan dalam suatu cerita.
 Membacakan cerita. Guru menggunakan buku cerita dengan tujuan agar
minat anak terhadap buku semakin bertambah.
 Sandiwara boneka. Guru menggunakan berbagai macam boneka yang
akan dipentaskan dalam suatu cerita.
H. Langkah-langkah Metode Bercerita
Menurut Tarigan (2008), terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan metode bercerita yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan topik cerita yang menarik
Topik merupakan pokok pikiran atau pokok pembicaraan. Pokok pikiran
dalam cerita harus menarik agar pendengar tertarik dan senang dalam
mendengarkan cerita. Contoh topik cerita: pendidikan, sumber daya alam,
kejujuran, persahabatan dan sebagainya.
b. Menyusun kerangka cerita dengan mengumpulkan bahan-bahan
Kerangka cerita merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar
dari suatu cerita. Dalam menyusun kerangka cerita, harus mengumpulkan
bahan-bahan seperti dari buku, majalah, koran, makalah dan sebagainya,
untuk memudahkan dalam merangkai suatu cerita. Contoh kerangka cerita
dengan topik persahabatan:
1) Ada dua orang bersahabat,
2) Dua orang sahabat berselisih paham, dan
3) Penyelesaian masalah & kembali bersahabat.
c. Mengembangkan kerangka cerita
Kerangka cerita yang sudah dibuat kemudian dikembangkan sesuai dengan
pokok- pokok cerita. Contoh pengembangan kerangka cerita ada 2 orang
bersahabat sejak lama. Namanya Dina dan Ely. Mereka saling membantu satu
sama lain. Saat Dina sedang mengalami kesulitan, Ely selalu membantu dan
menghibur Dina. Begitupun sebaliknya, saat Ely sedang mengalami kesulitan,
Dina selalu membantu & menghibur Ely.
d. Menyusun teks cerita
Penyusunan teks cerita dilakukan dengan menggabungkan poin-poin dari
kerangka cerita yang telah dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitan
antar poin. Contohnya yaitu menggabungkan pengembangan kerangka cerita
poin 1 sd 3 yang telah dijelaskan di atas sehingga menjadi sebuah teks cerita
yang baik.
I. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Kelebihan metode bercerita Metode bercerita memiliki beberapa kelebihan atau
keunggulan, yaitu sebagai berikut :
1. Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak didik. Karena
anak didik akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai
situasi kisah, sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah
tersebut.
2. Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang
terjadi pada akhir cerita.
3. Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan
merenungkan maknanya.
4. Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang,
sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita.
Kekurangan metode bercerita
Metode bercerita memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan, yaitu sebagai
berikut:
1. Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah
terakumulasioleh masalah lain.
2. Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak didik.
3. Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud
sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah anak-anak TPA Tunas Melati Kids yang
berjumlah 14 anak asuh, pendidik TPA Tunas Melati Kids berjumlah 3 orang dan
pimpinan TPA Tunas Melati Kids Kotabumi Selatan Lampung Utara.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpratasi yaitu menginterpretasikan data
mengenai fenomena/ gejala yang diteliti di lapangan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Observasi adalah sistem atau rencana untuk mengamati perilaku atau dengan
kata lain sebagai pengamat dan pencatat secara sitematik terhadap gejala yang
tampak pada obyek penelitian. Obyek yang di observasi oleh peneliti adalah
siswa/siswi, pendidik dan kepala sekolah TPA Tunas Melati Kids.
b. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan
keterangan atau informasi atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah.
Wawancara adalah pertukaran informasi, opini atau pengalaman dari satu
orang ke orang lainnya. Wawancara bertujuan pasti menggali permasalahan
yang ingin diketahui. Wawancara yang diobservasi oleh peneliti adalah
pendidik dan kepala TPA Tunas Melati Kids.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian
diuraikan (analisis), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu
hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi dokumentasi tidak sekedar
mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-
kutipan tentang sejumlah dokumen, namun yang dilaporkan adalah hasil
analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. (Amirin, 2000).
BAB IV ANALISIS DATA

A. Hasil Pengamatan
1. Pemimpin TPA
a. Tabulasi Data
Aspek Wawancara dengan Pemimpin TPA
Pemrakarsa Hj. Komariah
Pendirian Tunas Melati Kids
Visi
Generasi islam berakhlak mulia, cerdas, mandiri dan
kreatif
Misi  Menanamkan nilai-nilai islam pada anak sejak
usia dini
 Mengembangkan kemampuanintelektual,
bahasa dan emosi anak
 Membiasakan anak untuk mandiri
 Mengembangkan bakat, keterampilan,
kreativitas dan potensi diri
Tujuan  Anak dapat bermain dan belajar dengan baik
dan menyenangkan
 Merangsang anak berdaya fikir, cerdas dan
berakhlakul kharimah
 Mengasuh kemandirian dan rasa percaya diri
anak
 Belajar terhadap dunia secara langsung,
berkomunikasi, bekerjasama, mendengar,
melihat, dan melakukan tindakan positif
Peraturan
Anak-anak dari usia 3-4 tahun, dengan
penerimaan siswa
persyaratan mengisi formulir, Fc kartu keluarga dan
akta kelahiran dan surat keterangan sehat
Keunggulan di TPA Menanamkan akidah sejak dini, mempunyai
Tunas Melati Kids sikap mandiri dan mampu bersosialisasi
dengan lingkungan
Jumlah anak
12 anak

Jumlah
3 orang
Pembimbing
Bentuk TPA 1. Penitiran Setengah hari (Semi Day Care )
2. Penitipan sehari penuh (Full Day Care )
3. Penitipan sewaktu - waktu (Insidental Day Care )

Target TPA Menjadi solusi bagi orang tua yang sibuk dengan
pekerjaannya tidak perlu khawatir karena program TPA
disiapkan juga pengasuh dan pendidik untuk mengawasi
anak-anak pada kegiatan bermain baik diluar atau didalam .

Klasifikasi usia 0 - 5 tahun

Waktu Hari : Senin-jumat


Operasioanal Waktu : 07.00 - 16.00
Jumlah staf
3 Orang

b. Analisis Data
Yayasan Melati Kids telah memprakasai TPA ini dan mempunyai visi
dan misi yakni: Menyiapkan Generasi islam berakhlak mulia, cerdas,
mandiri dan kreatif. Serta, Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mulai bermain mengembangkan moral, agama dan budi pekerti. Yang
juga bertujuan membantu ibu-ibu agar dapat bekerja dengan tenang
sehingga dapat tercapai prestasi kerja optimal menjadikan generasi
robbani yang berakhlakul karimah dan tidak terlantarnya pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, rohani dan sosialnya.Jumlah anak yang
dititipkan di TPA ialah 12 orang. Keunggulan di TPA ini ialah anak
belajar sesuai dengan tahapan usianya dan lebih bersih dan terjamin
keamanan serta kenyamanannya. Klasifikasi usia di TPA ini yakni usia 0-
5 tahun, dengan waktu operasionalnya mulai pukul 07.00 s/d 16.00
sepulang bekerja wali murid. TPA ini juga berbentuk:
1. Penitipan Setengah hari (Semi Day Care )
2. Penitipan sehari penuh (Full Day Care )
3. Penitipan sewaktu - waktu (Insidental Day Care )
Jumlah pembimbing/pengasuh di TPA ini berjumlah 3 orang.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis pada saat
penelitian maka diperoleh hasil dalam kegiatan becerita adalah sebagai
berikut:hasil wawancara dengan pendidik TPA Tunas Melati Kids
bahwa dalam mengembangkan kemampuan bahsa anak melalui kegiatan
bercerita dapat mengembangkan beberapa aspek kemampuan anak
bukan saja aspek kognitifnya melainkan aspek bahasa juga. Dengan
pengembangan bahasa anak, maka pengembangan kemampuan lainnya
akan terlaksana juga. Dasar kemampuan tersebut inilah akan menambah
wawasan anak selanjutnya. Memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kreativitas diri anak Dalam kegiatan ini ingin
mengembangkan bahasa anak serta menanamkan pengetahuan dan
menciptakan sesuatu dengan daya imajinasinya. Hasil wawancara dengan
pimpinan TPA Tunas Melati Kids bahwa berkeyakinan dengan
meletakkan dasar yang kuat untuk kemampuan bahasa, anak akan
menguasi kemampuan tersbut nantinya. Dengan demikian, anak akan
lebih cepat belajar yang lainnya. Kami ingin menumbuh kembangkan
semua aspek perkembangan anak terutama perkembangan bahasanya
kedalam perasaanya lewat social emosional dan semakin cepat anak
belajar yang lain dan berfikir kritis tidak hanya sekedar bermain tetapi
terarah pada suatu pencapaian perkembangan yang optimal yang
dilakukan di TPA Tunas Melati KidsDari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa bercerita dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak. Pendidik
atau pengasuh TPA
2. Pendidik atau pengasuh TPA
a. Tabulasi Data

Wawancara Wawancara
Observasi Dokumentasi
Dengan Guru Dengan Pengelola

Pendidik Untuk Agar mudah dilihat dan Terlihat semua


mempersiapkan memudahkan terpantau ketika terkoordinir dengan
ruang kelas agar pendidik dalam bercerita. baik
terlihat nyaman melakukan
ketika bercerita.
melakuakan
kegiatan bercerita

Pendidik Dalam kegiatan ini Saya berkeyakinan Tertulis dalam


mengajak anak ingin dengan meletakkan kegiatan harian di
duduk melingkar mengembangkan dasar yang kuat untuk TPA, anak terlihat
kemudian bahasa anak serta mengembangkan antusias dalam
pendidik mulai menanamkan bahasa anak melalui kegiatan bercerita
bercerita pengetahuan dan kegiatan bercerita
menciptakan
sesuatu dengan
daya
imajinasinya
Pendidik Dalam kegiatan Kami ingin menumbuh Tertulis dalam
menggunakan ini kami ingin kembangkan semua kegiatan harian di
buku cerita dan membuat anak aspek perkembangan TPA, anak cukup
alat peraga termotivasi dan anak terutama tertarik dengan
berupa gambar mengembangkan perkembangan cerita
gambar bahasa dan bahasanya
imajinasinya.

Pendidik Mengukur Mengetahui sampai


melakukan tanya kemampuan anak dimana anak dapat
jawab kepada dalam merespon cerita untuk
anak didik mengembangkan mengembangkan
tentang kegiatan bahasa melalui bahasanya.
bercerita dengan media bercerita .
gambar.
b. Analisa Data
Dalam kegiatan bercerita pendidik ingin mengembangkan bahasa anak
serta menanamkan pengetahuan dan menciptakan sesuatu dengan daya
imajinasinya.Dalam kegiatan ini kami ingin membuat anak termotivasi
dan mengukur kemampuan anak dalam mengembangkan bahasa anak
melalui bercerita.

B. Analisis Kritis
Perkembangan bahasa anak melalui kegiatan bercerita merupakan suatu kegiatan
yang bermaksud menumbuh kembangkan aspek bahasa anak sehingga sejalan
dengan itu juga dapat melatih perkembangan imajinasi dan sosial anak. Kegiatan
bercerita yang dilakukan para pendidik di TPA Tunas Melati Kids untuk
mengembangkan kemampuan mendengarkan cerita, melalui bercerita anak akan
dapat mengembangkan bahasanya, dapat mengulang bahasa yang didengarnya
dengan bahasa yang sederhana, segingga metode bercerita berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara anak.
Kegiatan pengembangan bahasa di TPA Tunas Melati Kids memiliki beberapa
langkah kegiatan dengan metode bercerita yang dilakukan oleh pendidik .
Pendidik mempersiapkan ruang kelas yang nyaman agar kegiatan pembelajaran
bercerita dengan gambar lebih disenangi anak , anak bebas berekspresi ketika
ruangan kelas telah dipersiapkan dengan rapi.
Selanjutnya pendidik mempersiapkan buku cerita serta gambar-gambar untuk
menunjang kegiatan bercerita di TPA Tunas Melati Kids , agar anak lebih tertarik
dan senang mendengarkan pendidik bercerita.
Pendidik mengajak anak duduk melingkar , dan menghadap pendidik untuk
mendengar cerita. Pendidik bercerita dengan gaya dan intonasi yang menarik ,
sehingga anak-anak mendengarkan dan memperhatikan . Setelah bercerita
pendidik melakukan tanya jawab kepada anak-anak tentang isi cerita yang sudah
disampaikan. Bermacam jawaban yang dikemukakan oleh anak . Disini pendidik
mengetahui bahwa menggunakan metode bercerita dapat merangsang anak untuk
berani mengungkapkan pendapatnya tentang apa yang sudah didengar dan
dilihatnya. Dengan metode bercerita anak dapat memperbanyak kosa kata yang
dimilikinya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari permasalahan tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa:
1. TPA Tunas Melati Kids mempunyai program pengembangna bahasa anak
melalui kegiatan bercerita
2. Pengembangan bahasa dapat di capai melalui kemampuan mendengarkan
dan menyimak cerita
3. Kegitan di TPA Tunas Melati Kids juga di siapkan sedemikian rupa
sehingga dapat mendukung pencapaian kemampuan berbahasa anak.
B. Saran
1. Dalam mengembangkan bahasa di TPA Tunas Melati Kids melibatkan
anak dalam kegitan tersebut.
2. Pengembangan bahasa melalui kegitan bercerita harus benar-benar
disesuaikan dengan perkembangan usia anak
3. Laporan ini disana sini masih ada kekekurangan kepada mahasiswa
program S1 PAUD angkatan berikutnya sangat di sarankan untuk
mengembangkan penelitian yang lebih luas pada yang sama menyangkut
koksep, metode dan wilayah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini.Jakarta: Universitas Terbuka.

Asnawati, Luluk. 2008. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini.


Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Taman kanak-kanak (TK) dan Raudhatul


Athfal(RA). Jakarta: Direktorat Jenderal Jendidikan Dasar dan Menengah.

Hartono. 2005. Pelatihan Pelatihan Penulisan Cerita atau Dongeng dan Teknik
Penyajiannya sebagai Media Pembelajaran Budi Pekerti bagi Guru Taman
Kanak-kanak Kodya Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press.

Madyawati, Lilis. 2016. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta:


Prenada Media Group.

Ismoerdijahwati, K. 2007. Metode Bercerita. Surakarta: FKIP UNS.

Gunarti, Winda, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan


Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mudini dan Purba, Salamat. 2009. Pembelajaran Berbicara. Jakarta: Depdiknas.

Dhien, Nurbiana, dkk. 2009. Materi Pokok Metode Pengembangan Bahasa.


Jakarta: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai