Anda di halaman 1dari 13

ETIKA DALAM KEHIDUPAN POLITIK DI INDONESIA

Disusun sebagai tugas struktur Mata Kuliah ; Etika Sosial dan Politik

Dosen Pengampu;

Drs. M. Ilyas Salman, M.A.

Disusun oleh;

Kelompok 7

Ardarila Tansuri

Ihza Mahendra

Jumadil

Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahamtullohi Wabarakatuh

Puji syukur Alhamdulillah penyusun haturkan kepada ALLAH atas selesainya


tugas Etika Sosial dan Politik tidak lupa pula Sholawat dan Salam semoga ALLAH
limpahkan kepada Rasulullah Muhammad Sallallahu alaihi wa salam.

Tersusunnya makalah ini tentu tidak hanya hasil pemikiran penyusun saja,
melainkan ada juga hasil pemikiran beberapa orang hebat tuntunan dan motivasi dari
dosen pengampu mata kuliah Etika Sosial dan Politik . Maka dari itu penulis
mengucapkan terimakasih atas bimbingan Bapak Drs. M. Ilyas Salman, M.A. sebagai
dosen pengampuh mata Kuliah Etika Sosial dan Politik.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun dari segi bahasanya. Oleh
karena, penyusun terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga penyusun bisa melakukan perbaikan makalah
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata penyusun berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat


khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Penyusun

Mataram, 21 September 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Etika merupakan permasalahan dan tantangan yang secara tidak langsung


harus dihadapi manusia saat ini dan seterusnya. Pada dasarnya manusia sejak
lahir telah memiliki nilai-nilai etika yang mulia. Filsafat kuno biasa berkata “Manusia
itu dilahirkan sebagai lembaran kertas yang putih, oleh pendidik dibentuk seperti
apa yang ia kehendaki” atau “Manusia itu seperti tepung cair, oleh pendidik
dicetaknya menurut apa yang ia sukai”. Akan tetapi seringkali masih adanya
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.

Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk politik, untuk menunjukkan


pemikirannya terkait politik, serta turut ikut andil dalam input maupun output dari
kegiatan politik dalam suatu pemerintahan. Dalam hal ini manusia haruslah
memiliki kriteria atau ukuran tertentu dan tujuan dalam mencapai sebuah tatanan
pemerintahan yang baik. Namun, terkadang manusia ketika dihadapi dengan
kekuasaan dimanapun dan kapanpun tidak semuanya dilakukan dengan baik dan
sering juga disalahgunakan. Oleh karena itu, sejak dulu manusia selalu berupaya
mencari jalan keluar untuk menentang dalam penyalahgunaan kekuasaan
terutama orang-orang yang memegang kekuasaan politik etika politik adalah
tentang apa yang seharusnya dilakukan pejabat bila ada sesuatu hal yang salah
atau orang yang bertindak salah. Etika yang baik akan mungkin tercipta ketika
negara telah menegaskan tata aturan yang mengarah pada setiap perilaku
warganya yang baik, guna kebaikan bersama.

Dari sinilah kita bisa mengukur apakah perilaku politik yang berkembang di
negeri ini mengarah pada kepentingan bersama (rakyat) atau justru hanya
membentuk pada kepentingan kelompok atau pribadi saja. Terkadang atas nama
kebebasan, kepentingan menjadi terfokus pada satu titik saja tanpa peduli hak
asasi orang lain. Standar etika perlu ditegakkan melalui barometer yang dapat
dipertanggungjawabkan secara empiris dan praksis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian etika politik?
2. Apa saja Prinsip dasar etika politik pancasila?.
3. Apa saja Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber etika
politik Faktor yang diteliti ?.
4. Apa Dimensi politik?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian etika politik
2. Untuk mengetahui Prinsip dasar etika politik pancasila
3. Untuk mengetahui Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai
sumber etika politik Faktor yang diteliti
4. Untuk mengetahui apa itu Dimensi politik
D. MANFAAT
1. Untuk menambah pengetahuan tentang etika politik
2. Untuk mengetahui apa saja Prinsip dasar etika politik pancasila
3. Untuk menilai apa saja Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai
sumber etika politik Faktor yang diteliti
4. Untuk mengetahui Dimensi politik
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA POLITIK


Definisi Etika
Etika merupakan suatu pemikiran kritis yang mendasar tentang ajaran-ajaran
dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas
tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau
bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan
dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika termasuk kelompok filsafat
praktis dan dibagi menjadi etika khusus yaitu etika yang membahas prinsip dalam
berbagai aspek kehidupan manusia sedangkan etika umum yaitu
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia
(Suseno, 1987).
Pengertian Politik
Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau
negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti
warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara,
politika yang berarti pemerintahan Negara dan politikos yang berarti
kewarganegaraan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang
menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan
tujuan-tujuan itu.
Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-
kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari
sumber-sumber yang ada. Untuk bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan-
kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan dan kewenangan yang akan digunakan
baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang
mungkin timbul dalam proses itu.
Pengertian Etika Politik
Secara substantive pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan
subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat
dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
pengertian ‘moral’ senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika.
Maka kewajiban moral dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban
lainnya, karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia.
Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun Negara,
etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia.
Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seorang yang baik
secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta
masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan yang buruk
dalam suatu masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika harus
senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai
manusia (Suseno, 1987:15). Sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-
pokok etika politik seperti :
1. Pemisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan negara
2. Kebebasan berfikir dan beragama
3. Pembagian kekuasaan
4. Kedaulatan rakyat
5. Negara hukum demokratis/repulikan
6. Hak-hak asasi manusia
7. Keadilan sosial
B. PRINSIP-PRINSIP DASAR ETIKA POLITIK PANCASILA
Adapun Prinsip-prinsip Dasar Etika Politik Pancasila
1. Pluralisme
Dengan pluralisme dimaksud kesediaan untuk menerima pluralitas,
artinya untuk hidup dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal
bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama,
budaya dan adat. Mengimplikasikan pengakuan terhadap kebabasan
beragama, berfikir, mencari informasi dan toleransi Memerlukan
kematangan kepribadian seseorang dan kelompok orang Terungkap dalam
Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada
orang yang boleh didiskriminasikan karna keyakinan religiusnya.
2. HAM

HAM menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib


tidak diperlakuakan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia
Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dimana manusia tidak lagi
dilindungi oleh adat/tradisi dan sebaliknya diancam oleh Negara modern
Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara,
masyarakat, meliankan karena ia manusia, jadi dari tangan pencipta
Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan
eklusivisme suku dan ras

3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri
melaikan juga demi orang lain Solidaritas dilanggar kasar oleh korupsi.
Korupsi bak kanker yang mengerogoti kejujuran, tanggung jawab, sikap
obyektif, dan kompetensi orang/kelompok orang yang korup

4. Demokrasi

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tidak ada manusia atau


sebuah elit, untuk menentukan dan memaksakan bagaimana orang lain
harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka
yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan
kemana tujuan mereka dipimpin Demokrasi adalah kedaulatan rakyat dan
keterwakilan. Jadi demokrasi memerlukan sebuah sistem penerjemah
kehendak rakyat kedalam tindakan politik Dasar-dasar demokrasi
Kekuasaan dijalankan atas dasar ketaatan terhadap hukum Pengakuan dan
jaminan terhadap HAM.

5. Keadilan Sosial

Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan


masyarakat, Keadilan sosial mencegah dari perpecahan Tuntutan keadilan
sosial tidak boleh dipahami secara ideolodis, sebagai pelaksana ide-
ide, agama-agama tertentu. Keadilan adalah yang terlaksana Keadilan
sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan dalam masyarakat.

C. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA SEBAGAI SUMBER


ETIKA POLITIK
Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan
dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila
sebagai dalam pembukaan UUD 1945.
Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai
instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Penjelasan
UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum
dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
itu memerlukan penjabaran lebih lanjut.
Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu
kemudian dinamakan Nilai Instrumental. Nilai Instrumental harus tetap mengacu
kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara
kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang
sama dan dalam batas-batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu.
Nilai Pancasila Sebagai Etika Politik
Negara Indonesia yang berdasarkan sila I, bukanlah negara “teokrasi” yang
mendasarkan kekuasaan negara dan penyelenggara negara dalam legitimasi
religius, melainkan religitimasi hukum serta legitimasi demokrasi. Walaupun dalam
negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius, namun
secaramoralitas kehidupan negara harus sesuai dengan nilai – nilai yang berasal
dari Tuhan terutama hukum serta moral dalam kehidupan negara. etika politik
menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan :
1. Asas legalitas (legitimasi hukum) yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang
berlaku.
2. Disahkan dan dijadikan secara demokraris (legistimasi demokratis) dan
3. Dilaksana dengannya (legistimasi moral) .

Makna Nilai – Nilai Pancasila Dalam Etika Politik

Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu
kesatuan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-
silanya. Karena jika dilihat satu persatu dari masing-masing sila itu dapat saja
ditemukan dalam kehidupan berbangsa yang lainnya. Namun, makna Pancasila
terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang
tidak bisa ditukar balikan letak dan susunannya. Untuk memahami dan
mendalami nilai-nilai Pancasila dalam etika berpolitik itu semua terkandung dalam
kelima sila Pancasila.

Etika yang dijiwai oleh falsafah Negara Pancasila, disebut etika Pancasila, yaitu
meliputi:

a) Etika yang berjiwa ketuhanan yang maha esa


Orang yang ber- etik seperti ini, pada prinsipnya adalah mereka yang percaya
akan adanya tuhan yang maha esa. Apa artinya ini? Yaitu mereka yang
percaya dan patuh pada perintah tuhan dan menjauhi larangannya.
Kedengarannya sangat mudah, yang berat memang prakteknya, dalam
menerapkan ajaran- ajaran itu dalam kehidupan sehari- hari.
b) Etika yang berperikemanusiaan
Yaitu etika yang menilai harkat kemanusiaan tetap lebih tinggi dari nilai
kebendaan. Dalam prakteknya, etika kemanusiaan ini tidaklah dapat
membenarkan adanya rasialisme, sikap membeda-bedakan manusia
berdasarkan warna kulitnya ( seperti yang berlaku pada beberapa Negara
bagian di Amerika serikat)
c) Etika yang dijiwai oleh rasa kesatuan nasional
Rasa kesatuan nasional ( kebangsaan) disini memperlihatkan ciri khusus dari
sifat bangsa Indonesia yang bhineka tunggal ika. Sebagai bangsa yang satu
dengan sendirinya juga cinta pada persatuan bangsa. Jadi menurut etika ini,
mereka yang bersifat separatis, suka memecah belah/ provinsialisme,
sukuisme, adalah orang- orang yang bersifat jahat.
d) Etika yang berjiwa demokrasi
Demokrasi adalah lambing persaudaraan manusia; jadi etika demokrasi adalah
etika yang persaudaraan, yang menilai manusia sebagai manusia, yang sama-
sama berhak akan kemerdekaan, kebebasan dan fasilitas- fasilitas
kemanusiaan lainya. Dengan sendirinya etika demokrasi ini bertentangan
dengan sikap- sikap yang otoriter, yang menyukai kekerasan dan kekejaman.
e) Etika yang berjiwa keadilan sosial
Keadilan social adalah manifestasi dari kehidupan masyarakat yang dilandasi
oleh jiwa kemanusiaan, jiwa yang cinta kepada persatuan, jiwa yang bersifat
demokratis, sebagai tanda syukur kepada tuhan yang maha esa. Dinamika dari
keadilan social ialah semangat mau bekerja. Dengan kata lain etika adalam
bentuk ini memberikan penilaian baik hanya kepada mereka yang mau dan giat
bekerja. Kemakmuran tidak dengan sendirinya jatuh dari langit, tetapi
kemakmuran tidak dengan sendirinya jatuh dari langit, tetapi harus
diperjuangkan. Sebab itu mereka yang menganggur, menadi pengemis (
sedang kondisi tubuhnya memungkinkan ia dapat bekerja), adalah merupakan
musuh- musuh dari keadilan social.
Banyaknya diantar mereka yang menderita sial dan ketiadaan keadilan, adalah
karena kemalangan diri sendiri, di samping karena adanya factor- factor lainya;
1) Factor kelebihan penduduk dan ketiadaan lapangan kerja;
2) Factor kelemahan manajemen kependudukan, dan sebagainya
D. DIMENSI POLITIS MANUSIA
Dimensi Politis Kehidupan Manusia
Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial,
dimensi politis mencakup lingkaran kelembagaan hukum dan negara, sistem nilai
serta ideologi yang memberikan legitimasi kepada individu tersebut. Dalam
hubungannya dengan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial,
dimensi politis manusia berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum sehingga
berkaitan juga dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Sebuah
keputusan bersifat politis jika diambil dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat sebagai suatu hal menyeluruh. Dengan demikian, dimensi politis
manusia dapat ditentukan sebagai suatu kesadaran manusia akan dirinya sendiri
sebagai anggota masyarakat sebagai keseluruhan yang menentukan alur
kehidupannya.
Dimensi politis manusia memiliki dua hal fundamental, yaitu pengertian dan
kehendak untuk bertindak. Dua segi fundamental itu dapat diamati dalam setiap
aspek kehidupan manusia. Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan dengan
tindakan moral manusia. Apabila tindakan moralitas kehidupan manusia tidak
dapat dipenuhi ketika berbenturan hal orang lain dalam masyarakat maka harus
dilakukan suatu pembatasan secara normatif. Lembaga penata normatif
masyarakat adalah hukum. Dalam suatu kehidupan masyarakat, hukum adalah
yang memberi tahukan kepada semua anggota masyarakat bagaimana mereka
harus bertindak. Hukum hanya bersifat normatif dan tidak secara efektif dan
menjamin setiap anggota masyarakat taat kepada norma. Oleh karena itu, hal
yang secara efektif dapat menentukan kekuasaan masyarakat hanyalah yang
mempunyai kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya; lembaga itu adalah
negara. Penataan efetif adalah penataan de facto, yaitu penataan yang
berdasarkan kenyataan dalam menentukan tindakan masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila
merupakan dasar negara yang menjadi tolak ukur pemikiran bangsa Indonesia
yang mengandung nilai-nilai universal yang di implementasi kan melalui sila
silanya, sedangkan Etika Berpolitik merupakan salah satu komponen penting yang
harus dimiliki dan dipahami oleh orang yang berkecimpung dalam dunia politik
ataupun politikus. Karena jika berbicara tentang politik, itu sudah pasti akan
berhubungan dengan kepentingan orang banyak yang notabenenya bukan
kepentingan orang-orang yang berperan dalam politik saja, namun juga seluruh
lapisan masyarakat yang bahkan tidak paham akan politik pun akan terkena
dampak dari setiap manuver dan kebijakan-kebijakan politik. Terlebih jika Etika
Berpolitik ini digunakan untuk menelaah bagaimana sosok pemimpin yang baik,
tentu akan menjadi penting bagi setiap orang juga untuk memahami bagaimana
Etika Berpolitik tersebut.
B. SARAN
Bagi pelaku politik atau politikus sudah selayaknya untuk belajar lebih banyak
tentang bagaimana etika berpolitik yang selayaknya agar tidak mencederai
kepentingan masyarakat. Sedangkan Bagi masyarakat seharusnya juga
memahami dan menelaah lagi bagaimana karakteristik pemimpin yang
seharusnya agar tidak salah dalam memilih pemimpin dan tidak menggunakan
cara yang tak beretika untuk menyampaikan kritikan terhadap pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Amin, Etika(Ilmu Akhlak) (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), 14.

Abdul Qadir Jailani, Negara Ideal: Menurut Konsepsi Islam (Surabaya: Bina Ilmu,
1995), 149.

Dewi, Mega Trisnawati. 2016. Dimensi Politik Manusia.

Salman, Ilyas. BUKU AJAR ETIKA SOSIAL.

http://megatriswade.blogspot.com/2016/12/dimensi-politik-manusia.html?m=1

https://duniapendidikan.co.id/etika-politik/,

Anda mungkin juga menyukai