Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOROSI

Disusun Oleh :

Nama : Ahmad Muzakki Dalimunthe


Kelas : TPJJ 2BHBJBJVJHVJHVJ
Nim : 2005131008 KHVJVJVVJV

Dosen Pengampu : Drs. Indra Fauzi

PROGRAM STUDY TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUDSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan
karunia-Nya, kepada seluruh umat manusia, yang atas izin-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “KOROSI” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Sejalan dengan dinamika bangsa ini masih terus mencari cara yang lebih efektif untuk
menghasilkan generasi baru yang cerdas, maka dari itu penulis mendukung semua itu dengan cara
mencari sesuatu yang jarang ditampilkan dan banyak dipertanyakan salah satunya dengan
membuat makalah ini, yang dapat bermanfaat dengan berbagai pokok masalah.
Dengan adanya makalah, mudah-mudahan dapat mengembangkan pengetahuan sains para
kaum pelajar untuk lebih maju dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Medan, 09 Juni 2021

Ahmad Muzakki Dalimunthe

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOROSI.................................................. ………………………………..2
B. FAKTOR TERJADINYA KOROSI................................................................................... 2
C. BENTUK-BENTUK KOROSI........................................................................................... 3
D. PROSES TERJADINYA KOROSI.................................. ………………………………...5
E. CARA PENCEGAHAN KOROSI................................... …………………………………6
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................. ……………………………….10
B. SARAN ............................................................................. ……………………………….10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita akan sering menjumpai logam. Logam yang berumur lama akan
identik dengan perkaratan. Istilah lain dalam perkaratan adalah adalah korosi. Proses korosi terjadi hampir
pada semua material terutama logam. Korosi dapat menyebabkan suatu material mempunyai keterbatasan
umur pemakaian, dimana material yang diperkirakan untuk pemakain dalam waktu lama ternyata
mempunyai umur yang lebih singkat dari umur pemakaian rata-ratanya.
Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau perkaratan
sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan
zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang
bersifat rapuh serta berpori.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya
jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya. Untuk itu kita harus
mengetahui lebih lanjut tentang korosi. Baik itu pengertian, faktor-faktor yang menyebabkan
sampai pada cara pencegahannya.

2. RUMUSAN MASALAH
Dengan adanya makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana proses terjadinya korosi ?

3. TUJUAN
Dari rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu:
1. Mengetahui proses terjadinya korosi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOROSI
Kata korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan logam atau
perkaratan. Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya
(Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam karena adanya zat
penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam (Gunaltun,
2003). Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan.
Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau perkaratan
sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan
zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang
bersifat rapuh serta berpori.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KOROSI


1. Uap air
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting untuk
berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan mempercepat
berlangsungnya proses korosi.
2. Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi. Korosi besi
terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung
campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan
perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C).
Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara
yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak dengan
permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
3. Larutan Garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan.
Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut
merupakan korosi yang utama.
4. Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan
berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi
sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.
5. Keberadaan zat pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan
sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari
hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada
permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.

6. Kontak dengan elektrolit

2
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan laju
aliran elektron sehingga korosi meningkat.
7. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin
tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya
temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif
pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek
korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin
yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan atau dikenai panas secara langsung
(seperti mesin kendaraan bermotor).
8. Tingkat keasaman (pH)
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi
reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H (aq) + 2e → H2
+ -

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
9. Metalurgi
• Permukaan logam.
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung mengalami
korosi.
• Efek galvanic coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat
pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan
potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan
terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan
logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.
10. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada
logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks
untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi,
antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida.

C. BENTUK-BENTUK KOROSI

1. Korosi Merata (Uniform Attack) : Yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam yang berbentuk
pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat
permukaan terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan-peralatan terbuka,
misalnya permukaan luar pipa.
2. Korosi Galvanik (Galvanic corrosion) : Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda
secara listrik berhubungan satu sama lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama. Dalam kasus
demikian, logam yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak berhubungan) akan terkorosi,
sebaliknya logam lain (logam mulia dengan potensial tinggi akan kurang terkorosi). Korosi galvanik

3
cenderung terlokalisir ke arah pembentukan sumuran, dan dalam sistem pipa akan terjadi kebocoran-
kebocoran. Ini hanyalah merupakan masalah perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka
banyak melibatkan pemakaian lebih dari satu macam metal. Oleh karena itu harus diusahakan pemakaian
paduan logam yang berbeda-beda, agar tidak sampai menimbulkan masalah korosi.
3. Korosi Sumuran (Pitting) : Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari permukaan
metal, terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari diameternya.
Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit diduga, sungguhpun demikian ada
situasi tertentu dimana korosi sumuran dapat diantisipasi :
• Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup (air laut) akan terbentuk beda
potensial antara mill scale dan baja hingga pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda
besar.
• Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya seperti stainless steel. Dari
segi praktis korosi sumuran terbentuk di dalam air mengandung chloride, oleh karena itu sering terjadi pada
kodisi dilingkungan laut.
4. Korosi Erosi : Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis misalnya erosi
(pengikisan). Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi ini. Korosi erosi
cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari permukaan metal oleh aksi partikel abrasive
yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan korosi membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada
lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di pantai,
dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus ini lapis
protektif dihilangkan.
5. Impingement Attack : Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan kecepatan
cukup besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa dimana perubahan arah tiba-
tiba dari aliran pada lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan bagian lain dari pipa tidak terpengaruh.
Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap situasi dimana ada impingement (timpa,bentur,tekan) air yang
biasanya mengandung gelembung udara pada kecepatan serendah 1 m/s.
6. Perusakan Cavitasi : Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung di
dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan perubahan tekanan cenderung
menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan rendah, air
bergejolak (boil) dan terbentuk dari partikel vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity pecah,
dengan membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan permukaan paduan logam.
7. Korosi Celah (Crevice Corrosion) : Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan
dengan bagian dalam celah lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah timbul dari
formasi differensial aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar crevice lebih katodic terhadap metal
di dalam celah. Arus katodic yang besar bekerja pada daerah anodic yang kecil menghasilkan serangan
korosi yang intensif.

4
D. PROSES TERJADINYA KOROSI PADA BESI
Proses tejadinya korosi pada besi melalui siklus berikut:
1. Logam besi yang kontak dengan udara dioksidasi menjadi
ion Fe2+
2. Ion Fe2+ larut dalam air dan bergerak ke katode melalui
tetesan air
3. Elektron bergerak ke katode melalui logam.
4. Elektron mereduksi oksigen dari udara dan menghasilkan
air.
5. Sebagian oksigen yang larut dalam air mengoksidasi
Fe2+ menjadi Fe3+ yang membentuk karat pada besi

Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektrokimia (redoks). Pada permukaan besi (Fe) bisa terbentuk
bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal :
1. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi
• Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen terlarut. Pada bagian
pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di bagian ini bertindak sebagai katoda (reaksi reduksi).
Pada bagian tengah tetesan oksigen terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini bertindak sebagai anoda
(reaksi oksidasi).

Fe → Fe2+ + 2e-
• Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe 3+ / besi (III) dalam senyawa besi (III)
oksida terhidrat. Dengan adanya garam (oksida asam) atau zat elektrolit akan mempercepat reaksi
perkaratan.

2. Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai E0 reduksi lebih besar dari besi
Karena E0 reduksi besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi (anoda), hal ini
dapat menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan besi. Secara keseluruhan perkaratan
besi adalah sebagai berikut :
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut akan terjadi
:
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O

5
Reaksi setengah redoksnya :
Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23 volt
Anode : Fe →Fe + 2e
2+ - 0
E = + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H + → Fe + H2O
2+ E0=+1,67 volt
Reaksi di atas berlangsung spontan
Besi (II) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida besi (III) terhidrasi.
Reaksinya :
Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23 volt
Anode : 2Fe → 2Fe + 2e
2+ 3+ - 0
E = - 0,77 volt
Reaksi sel : 2Fe +½ O2 + 2H → 2Fe + H2O
2+ + 3+ E0= + 0,46 volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkandapat mempercepat
reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di dalam akan teroksidasi lagi membentuk Fe2+ atau Fe3+ . Sedangkan
ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H + dari reaksi air hujan
dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx) yang dikenal dengan hujan asam.
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk
Fe2O3.x(H2O).
Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan, yaitu karat yang dapat
mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada umumnya logam-logam yang mempunyai potensial
elektroda negatif lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai potensial elektroda
positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret potensial bukan satu-satunya faktor yang
menyebabkan korosi. Faktor lain yang turut juga menentukan ialah lapisan pada permukaan logam.
Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam udara, akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk
pada permukaan melindungi bagian bawahnya terhadap korosi selanjutnya.
Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang sempurna di udara jika
dibandingkan dengan besi yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di permukaan besi merupakan lapisan
tipis yang berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi.

E. CARA-CARA PENCEGAHAN KOROSI


Korosi menimbulkan banyak kerugian Karena menguraikan umur berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah
besi menjadi baja tahan karat (stainless steel).akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk
kebanyakan penggunaan besi.
Kita ketahui bahwa korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui pula
bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi
besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Mengecat
Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan
air.
2. Melumuri dengan oli dan gemuk

6
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi
dengan air.
3. Dibalut denagn plastik
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan pelastik.
Pelastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4. Tin plating (pelapisan dengan timah)
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan
secara elektrolisis, yang disebut electroplating. timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang
dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air.
Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila
lapisan timah ada yang rusak,misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat
korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negativ dari pada timah (EO Fe = -
0,44 volt; E0 Sn = -0,14 volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk
suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Denagan demikian, timah mendorong korosi
besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Cromium plating (pelapisan dengan kromium)
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang
mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Chromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis.
Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang
rusak.
6. Zink Plating
Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat
membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari
korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang
tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.
Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak membentuk
lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam
yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e– Eo = –0,44 V
Fe(s) → Fe2+(g) + 2e– Eo = –0,76 V
Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng habis
maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam juga
merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon yang
mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida
yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi.

7. Proteksi katodik
Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi
yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM.
Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg
merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua
logam Mg sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada
Gambar 3.

7
Proses katodik dengan menggunakan logam Mg.

Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.

Anode : 2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e–


Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e– → 4OH–(aq)
Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu
diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.

8. Penambahan Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan
kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi dapat
dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor
katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.

1) Inhibitor anodic
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat
transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah
senyawa kromat dan senyawa molibdat.
2) Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat
salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau
pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.
3) Inhibitor campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik dan
anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai

8
inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan
fosfat.
4) Inhibitor teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan logam
dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi pada permukaan
logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi kimia) yang
melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda
negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron
mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.

9
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut akan
terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Ion Fe teroksidasi membentuk Fe2+ atau Fe3+ sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit
yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar
(SOx, NOx). Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir
terbentuk Fe2O3.x(H2O).

2. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi setiap pembaca dan dapat
dijadikan sebagai referensi untuk lebih kreatif dalam penyusunan makalah selanjutnya

10
DAFTAR PUSTAKA
http://nurafni.com/2011/05/05/korosi
http://kholdani.blogspot.com/2013/05/makalah-karya-ilmiah-remajakorosi.html
Suroso, Asih, dkk.2011. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII Semester 1. Aspirasi Purba,
Michael.2007. KIMIA untuk Kelas XII. Jakarta : Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai