Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG IMPLEMENTASI PERUBAHAN AMANDEMEN

UUD 1945 TERHADAP LEMBAGA NEGARA YAITU DPR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik

dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam bentuk

maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah

satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam

profesi

Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para

pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini sehingga kedepanya

dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat

kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-

masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.


i
DEFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………… i

DAFTAR ISI ....................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………. iii

A. LATAR BELAKANG……………………… iii

B. TUJUAN…………………………………….... iv

BAB II PEMBAHASAN……………………………… 1

A. SEBELUM AMANDEMEN……………..………… 1

B. SESUDAH DIAMANDEMEN…………………….. 2

BAB III PENUTUP………………………………….... 12

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN…………….. 13

A. KESIMPULAN……………………………….. 14

B. SARAN …………………………………. 14
C. DAFTAR PUSTAKA.................................... 16

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada lima dasar pemikiran yang melatarbelakangi perubahan UUD 1945 naskah asli

adalah, Pertama, struktur ketatanegaraan terialu bertumpu kepada MPR sebagai pelaku

kedaulatan rakyat; Kedua, terlalu besarnya kekuasaan eksekutif; Ketiga, adanya pasal-pasal “

luwes” dan multiinterpretatif; Keempat, banyak kewenangan presiden yang mengatur hal-hal

penting dengan undang-undang; Kelima, rumusan UUD 1945 naskah asli tentang semangat

penyelenggara egara tidak didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar kehidupan

demokratis, supremasi egar, pemberdayaan rakyat, HAM, dan otonomi daerah (Setjen MPR,

2003). Kenyataan sejarah menunjukkan, UUD 1945 naskah asli hanya menghasilkan dua

format politik otoriter: Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru.”

B. Tujuan
Amandemen bukan sekedar menyisipkan kata-kata atau perihal baru dalam teks. Di sisi

lain, amandemen bukan pula penggantian. Mengganti berarti melakukan perubahan total dengan

merumuskan konstitusi baru mencakup hal-hal mendasar seperti mengganti bentuk negara,,dasar

negara, maupun bentuk pemerintahan.

iii
Dalam amandemen UUD 1945 kiranya jelas bahwa tidak ada maksud-maksud mengganti

dasar egara Pancasila, bentuk egara kKesatuan, maupun bentuk pemerintahan presidensiil. Salah

satu bentuk komitmen untuk tidak melakukan perubahan terhadap hal-hal mendasar di atas

adalah kesepakatan untuk tidak melakukan perubahan atas Preambul/Pembukaan UUD adalah

semangat menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan, dan melakukan koreksi

terhadap pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan perubahan terhadap hal-hal yang

mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari amandemen UUD 1945

ialah untuk menyempurnakan UUD yang sudah ada agar tetap sesuai dengan perkembangan

zaman. Adapun amandemen yang dilakukan bertujuan untuk membawa bangsa ini menuju

perubahan yang lebih baik di berbagai bidang dengan senantiasa selalu memperhatikan

kepentingan rakyat.
iv

BAB II

PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PERUBAHANAMANDEMEN UUD

1945 TERHADAP DPR

A. SEBELUM AMANDEMEN

1. TUGAS DAN WEWENANG DPR

- Memberikan persetujuan atas RUU [pasal 20 (1)].

-Mengajukan rancangan Undang-Undang [pasal 21 (1)].

-Memberikan persetujuan atas PERPU [pasal 22 (2)].

-Memberikan persetujuan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara [pasal

23 (1)].
1

2.HAK DPR

UUD 1945 tidak menyebutkan bahwa DPR memiliki hak interpelasi, hak angket

dan hak menyatakan pendapat. UUD 1945 juga tidak menyebutkan bahwa setiap

anggota DPR memiliki hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul atau

pendapat, dan hak imunitas.

3. ALAT KELENGKAPAN DPR

Alat kelengkapan DPR sebelum adanya amandemen hanya terdiri dari

Pimpinan, Komisi-Komisi, Badan Musyawarah (Bamus), dan Badan Urusan Rumah

Tangga (BURT).

B. SESUDAH AMANDEMEN

1.TUGAS DAN WEWENANG DPR

 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan

pemerintah
2

 Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat

perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain [pasal 11 (1)**** & (2)***]

 Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta [pasal 13

(2)*]

 Menerima penempatan duta negara lain [pasal 13 (3)*]

 Memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi [pasal 14 (2)*]

 Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat

persetujuan bersama [pasal 20 (2)*]

 Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan

bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan[pasal 20 (2)*]

 Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang [pasal 22 (2)]

 Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan

rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan

agama [pasal 22D (2)***]

3
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD

terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,

pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan

 daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan

APBN, pajak, pendidikan, dan agama [pasal 22D (3)***]

 Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD

[pasal 23 (2)***]

 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban

keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan [pasal 23E

(3)***]

 Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan

pertimbangan DPD [pasal 23F (1)***]

 Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial

untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden [pasal 24A (3)***]

 Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan

pemberhentian anggota Komisi Yudisial [pasal 24B (3)***]

 Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada

Presiden untuk ditetapkan [pasal 24C (3)***]

2.FUNGSI DPR

Dpr memiliki fungsi legislasi , fungsi anggaran dan pengawasan [pasal 20A (1)**].
4

3. .HAK DPR

Anggota DPR memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan

pendapat [pasal 20A (2)**]. Anggota DPR juga memiliki hak mengajukan RUU,

mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak

imunitas, serta hak protokoler [pasal 20A (3)**].

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD,

dan DPRD, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR berhak meminta

pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk

memberikan keterangan. Jika permintaan ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan

panggilan paksa (sesuai dengan peraturan perundang-undangan). Jika panggilan paksa

ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling

lama 15 hari (sesuai dengan peraturan perundang-undangan).

5
4. ALAT KELENGKAPAN DPR

Alat kelengkapan DPR terdiri atas: Pimpinan, Komisi, Badan Musyawarah, Badan

Legislasi, Badan Urusan Rumah Tangga, Badan Kerjasama Antar-Parlemen, Panitia

Anggaran, dan alat kelengkapan lain yang diperlukan.

5. PIMPINAN

Kedudukan Pimpinan dalam DPR bisa dikatakan sebagai Juru Bicara Parlemen.

Fungsi pokoknya secara umum adalah mewakili DPR secara simbolis dalam

berhubungan dengan lembaga eksekutif, lembaga-lembaga tinggi negara lain, dan

lembaga-lembaga internasional, serta memimpin jalannya administratif kelembagaan

secara umum, termasuk memimpin rapat-rapat paripurna dan menetapkan sanksi atau

rehabilitasi.

Pimpinan DPR bersifat kolektif, terdiri dari satu orang ketua dan sebanyak-banyaknya

4 orang wakil ketua yang yang mencerminkan fraksi-fraksi terbesar. Pimpinan DPR

dipilih dari dan oleh Anggota.

6. KOMISI

Komisi adalah unit kerja utama di dalam DPR. Hampir seluruh aktivitas yang

berkaitan dengan fungsi-fungsi DPR, substansinya dikerjakan di dalam Komisi. Setiap

anggota DPR (kecuali pimpinan) harus menjadi anggota salah satu komisi. Pada
umumnya, pengisian keanggotan Komisi terkait erat dengan latar belakang keilmuan

atau penguasaan anggota terhadap masalah dan substansi pokok yang digeluti oleh

Komisi.

Saat ini DPR mempunyai 11 Komisi dengan ruang lingkup tugas dan pasangan kerja

masing-masing:

 Komisi I membidangi Pertahanan, Luar Negeri, dan Informasi.

 Komisi II membidangi Pemerintahan dalam Negeri, Otonomi Daerah, Aparatur

Negara, dan Agraria.

 Komisi III membidangi Hukum dan Perundang-undangan, Hak Asasi Manusia, dan

Keamanan.

 Komisi IV membidangi Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan,

Perikanan, dan Pangan.

 Komisi V membidangi Perhubungan, Telekomunikasi, Pekerjaan Umum,

Perumahan Rakyat, Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Tertinggal.

 Komisi VI membidangi Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM

(Usaha Kecil dan Menengah), dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

 Komisi VII membidangi Energi, Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi, dan

Lingkungan Hidup.

 Komisi VIII membidangi Agama, Sosial dan Pemberdayaan Perempuan.


 Komisi IX membidangi Kependudukan, Kesehatan, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi.

 Komisi X membidangi Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Kesenian dan

Kebudayaan.

 Komisi XI membidangi Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional,

Perbankan, Lembaga Keuangan bukan Bank.

7. BADAN MUSYAWARAH

Bamus merupakan miniatur DPR. Sebagian besar keputusan penting DPR

digodok terlebih dahulu di Bamus, sebelum dibahas dalam Rapat Paripurna sebagai

forum tertinggi di DPR yang dapat mengubah putusan Bamus. Bamus antara lain

memiliki tugas menetapkan acara DPR, termasuk mengenai perkiraan waktu

penyelesaian suatu masalah, serta jangka waktu penyelesaian dan prioritas

RUU).Pembentukan Bamus sendiri dilakukan oleh DPR melalui Rapat Paripurna pada

permulaan masa keanggotaan DPR. Anggota Bamus berjumlah sebanyak-banyaknya

sepersepuluh dari

8
anggota DPR, berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi. Pimpinan

Bamus langsung dipegang oleh Pimpinan DPR.

8. Panitia Anggara

Panitia Anggaran DPR memiliki tugas pokok melakukan pembahasan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara. Susunan keanggotaan Panitia Anggaran ditetapkan

pada permulaan masa keanggotaan DPR. Susunan keanggotaan Panitia Anggaran


terdiri atas anggota-anggota seluruh unsur Komisi dengan memperhatikan

perimbangan jumlah anggota Fraksi.

9. Badan Kehormatan

Badan Kehormatan (BK) DPR merupakan alat kelengkapan paling muda saat ini

di DPR. BK merupakan salah satu alat kelengkapan yang bersifat sementara.

Pembentukan DK di DPR merupakan respon atas sorotan publik terhadap kinerja

sebagian anggota dewan yang buruk, misalnya dalam hal rendahnya tingkat kehadiran

dan konflik kepentingan.BK DPR melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap

dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota DPR, dan pada akhirnya memberikan

laporan akhir berupa rekomendasi kepada Pimpinan DPR sebagai bahan pertimbangan

untuk menjatuhkan sanksi atau merehabilitasi nama baik Anggota. Rapat-rapat Dewan

Kehormatan bersifat tertutup.

9
Tugas Dewan Kehormatan dianggap selesai setelah menyampaikan rekomendasi

kepada Pimpinan DPR.

10. Badan Legislasi

Badan Legislasi (Baleg) merupakan alat kelengkapan DPR yang lahir pasca

Perubahan Pertama UUD 1945, dan dibentuk pada tahun 2000. Tugas pokok Baleg

antara lain: merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan

RUU untuk satu masa keanggotaan DPR dan setiap tahun anggaran. Baleg juga

melakukan evaluasi dan penyempurnaan tata tertib DPR dan kode etik anggota DPR.

Badan Legislasi dibentuk DPR dalam Rapat paripurna, dan susunan

keanggotaannya ditetapkan pada permulaan masa keanggotaan DPR berdasarkan


perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi. Keanggotaan Badan Legislasi tidak

dapat dirangkap dengan keanggotaan Pimpinan Komisi, keanggotaan Badan Urusan

Rumah Tangga (BURT), dan keanggotaan Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP).

11. Badan Urusan Rumah Tangga

Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR bertugas menentukan kebijakan

kerumahtanggaan DPR. Salah satu tugasnya yang berkaitan bidang

keuangan/administratif anggota dewan adalah membantu pimpinan DPR dalam

menentukan kebijakan kerumahtanggaan DPR,

10
termasuk kesejahteraan Anggota dan Pegawai Sekretariat Jenderal DPR

berdasarkan hasil rapat Badan Musyawarah.

12. Panitia Khusus

Panitia Khusus adalah panitia yang dibentuk oleh DPR. Komposisi keanggotaan

Panitia Khusus (Pansus) ditetapkan oleh Rapat Paripurna berdasarkan perimbangan

jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pansus bertugas melaksanakan tugas tertentu yang

ditetapkan oleh Rapat Paripurna, dan dibubarkan setelah jangka waktu penugasannya

berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai. Pansus mempertanggungjawabkan

kinerjanya untuk selanjutnya dibahas dalam Rapat Paripurna.

13. Sekretariat Jenderal

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR, dibentuk Sekretariat

Jenderal DPR yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dan personelnya terdiri

atas Pegawai Negeri Sipil. Sekretariat Jenderal DPR dipimpin seorang Sekretaris
Jenderal yang diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden atas usul

Pimpinan DPR.

Untuk meningkatkan kinerja lembaga dan membantu pelaksanaan fungsi dan


tugas DPR secara profesional, dapat diangkat sejumlah pakar/ahli sesuai dengan
kebutuhan. Para pakar/ahli tersebut berada di bawah koordinasi Sekretariat Jenderal
DPR.

11

BAB III

PENUTUP
Upaya amandemen kelima UUD 1945 ini menjelaskan bahwa dokumen konstitusi itu

bukanlah kitab suci yang tidak dapat diubah, melainkan ia merupakan man-made, produk rapat

warga bangsa dengan hikmat dan pemikiran mendalam. Tentu saja hasilnya akan tetap terbatas

dan upaya penyempurnaan terhadapnya adalah sebuah keniscayaan.

yempurnaan UUD 1945 tentu saja membutuhkan segenap pemikiran anak bangsa dan akan

banyak hal lagi ditemukan jika dialog-dialog tentang ini dilakukan. Amandemen berguna juga

dalam rangka kepentingan tertib bernegara dalam bangsa yang bhineka ini. Namun yang patut

pula dipertimbangkan bahwa demokrasi tidaklah melulu soal prosedural formal, melainkan juga

soal budaya demokrasi. Menganggap demokrasi secara prosedural sudah cukup bisa jadi hanya

sebuah jebakan elitis. Maka yang harus dikembangkan selanjutnya adalah budaya demokrasi

yang mendukung ke arah tercapainya demokrasi substantif yang lebih mudah dinikmati oleh

rakyat dan menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka.


12
BAB IV

KESIMPULA DAN SARAN

A. Kesimpulan

1.sebelum amandemen, UUD 1945 memberikan pengaturan yang dominan terhadap

lembaga kepresidenan, baik dalam jumlah pasal maupun kekuasaannya, hal ini terlihat dari

banyaknya pasal yang mengatur langsung lembaga kepresidenan yakni tiga belas dari tiga puluh

tujuh pasal UUD 1945 ( pasal 4 sampai dengan pasal 15 dan pasal 22). Ditambah lagi dengan

berbagai ketentuan yang tidak mungkin lepas dari lembaga kepresidenan, seperti; ketentuan

tentang APBN, ketentuan mengenai wewenang MPR, DPR, BPK, undang-undang organik, dsb.

Sebagai implikasi dari pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :

” kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat “

Presiden harus bertanggungjawab kepada MPR sebagai majelis yang menjalankan kedaulatan

rakyat. MPR dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya

melalui mekenisme ini.

13
2.setelah amandemen (empat kali), ketentuan yang mengatur langsung lembaga

kepresidenan hanya 19 pasal dari 72 pasal (tidak termasuk tiga pasal aturan peralihan dan dua

pasal aturan tambahan), selain itu perubahan yang sangat signifikan adalah dengan dipilihnya

Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat (pasal 6A),
sebelumnya dipilih oleh MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Penguatan sistem Presidensiil

yang dianut oleh Indonesia juga merupakan hal yang cukup signifikan berubah jika dibanding

sebelum amandemen. Dengan demikian, tidak lagi dikenal adanya pertanggungjawaban Presiden

kepada MPR. MPR tidak lagi dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden hanya

melalui sidang istimewa yang kemudian meminta pertanggungjawaban Presiden, setelah

amandemen mekanisme pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden yaitu melalui

mekanime impeachment; melalui proses konstitusional melalui Mahkamah Konstitusi dan DPR.

B. Saran

Lembaga Kepresidenan sebagai salah satu lembaga yang memegang kekuasaan Negara

mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan berbagai perubahan yang terjadi terhadap lembaga ini sebagai implikasi dari perubahan

Undang-Undang Dasar yang terjadi seiring perubahan zaman dan konstelasi bangsa dan Negara.

14

Namun, betapa pun demikian lembaga kepresidenan harus senantiasa mampu menjalankan

peranan dan fungsinya demi mewujudkan tujuan bangsa dan Negara melalui perwujudan

Lembaga Kepresidenan yang aspiratif, akomodatif dan mementingkan kepentingan Negara diatas

segalanya berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku. mekanisme check and

balances diantara ketiga kekuasaan Negara ( eksekutif, legislatif, dan yudikatif ) harus

diwujudkan demi tercapainya cita – cita bangsa dan Negara.


15

DAFTAR PUSTAKA
-Sekretariat Jenderal MPR RI. 2008. Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.

-Sekretariat Jenderal MPR RI. 2008. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.

-Sekretariat Jenderal MPR RI. 2008. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dalam Satu Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR

Tahun 2002 sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini). Jakarta:

Sekretariat Jenderal MPR RI.

Anda mungkin juga menyukai