Anda di halaman 1dari 9

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Sebagai Representatif Persatuan dan

Kebangkitan Umat Islam di Dunia

Oleh : Muhammad Bobby Wiyanda

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

wiyanda.obi98@gmail.com

Abstract

Violation and deprivation of human rights are often as a complicated problem


in the international world. Especially for the afflict problem in the muslim people in
the world. The Organization Of The Islamic Cooperation (OIC) was formed when the
international assembly in the Rabat City, Morocco on 25 September 1969 is the first
step as a rise and solidarity of Muslim countries in the world, that a movement for
humanitarian struggle and preventive effort to eliminate the discriminatory attitude,
the colonization and the occupation of Muslim countries in the world. OIC stands to
follow up the concern of Muslim World over the burning of the Al-Aqsa Mosque in
Palestine by Israeli Zionist on August 21, 1969. As a representative of the Muslims
revival, OIC stands as an intermediary in the upholding of humanity values and
rights as enshrined in the UN Charter, The OIC Charter and The Cairo Declaration
1990.

Abstrak

Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia dan perampasan hak kemanusiaan


kerap kali menjadi permasalahan pelik di dunia internasional. Terlebih
permasalahan yang menimpa Umat Islam di dunia. Organisasi Kerjasama Islam
(OKI) dibentuk bertepatan ketika pelaksanaan sidang internasional di kota Rabat,
Maroko tanggal 25 September 1969 merupakan langkah awal kebangkitan dan
solidaritas Negara Muslim di dunia yang bertemu dalam suatu pergerakan
perjuangan kemanusiaan dan upaya preventif penghapusan sikap dikriminatif,
kolonialisasi dan penjajahan terhadap negara-negara Islam di dunia. Organisasi OKI

Page | 1
berdiri atas tindak lanjut dari kepedulian umat Islam dunia atas peristiwa
pembakaran Masjid Al-Aqsa di Palestina yang dilakukan oleh zionis Israel pada 21
Agustus 1969 silam. Sebagai representatif kebangkitan umat, OKI hadir sebagai
penengah dalam rangka penegakkan nilai dan hak kemanusiaan sebagaimana yang
tertuang di dalam Piagam PBB, Piagam OKI dan Deklarasi Kairo tahun 1990.

Kata Kunci : Penjajahan, Hak Asasi Manusia, Palestina dan Solidaritas Umat Islam.

Pendahuluan

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) atau di dunia Internasional dengan


nama OIC (The Organization Of The Islamic Cooperation) didirikan atas rasa
keperihatinan negara-negara Islam terhadap berbagai kasus kemanusiaan
yang dialami oleh umat Islam. Poin pokok yang memprakarsai berdirinya OKI
yaitu peristiwa pembakaran Masjid Al-Aqsa di Palestina yang dilakukan oleh
salah satu oknum dari warga Israel di tengah maraknya konflik yang terjadi
antara Palestina dan Israel pada 21 Agustus 1969 silam. 1 Tujuan lain dari
pendirian OKI ditujukan untuk membangun solidaritas negara-negara Islam
dan membentuk kerjasama antar negara anggota dalam rangka menciptakan
perdamaian dan keamanan internasional, serta bentuk penghormatan pada
Piagam PBB dan menjunjung Hak Asasi Manusia. Organisasi ini merupakan
organisasi terbesar kedua setelah PBB dengan 57 negara anggota. 2

OKI berdiri menekankan pada persoalan di bidang politik kemanusiaan


khususnya yang terjadi di Palestina. Kemudian menjelma menjadi suatu
bentuk kerjasama organisasi internasional di antara negara Islam meliputi di

1
Lihat di laman https://kemlu.go.id/portal/id/read/129/halaman_list_lainnya/organisasi-kerja-sama-
islam-oki# diakses tanggal 24 Februari 2020, pukul 21.40 WIB.
2
57 anggota negara OKI : Afganistan, Aljazair, Chad, Guinea, Indonesia, Iran, Kuwait, Malaysia, Libya,
Lebanon, Mali, Maroko, Mauritania, Mesir, Nigeria, Pakistan, Palestina, Sudan, Senegal, Turki, Yaman,
Somalia, Arab Saudi, Tunisia, Yordania, Bahrain, Oman, Qatar, Suriah, Sierra Leone, Bangladesh, Irak,
Gabon, Gambia, Uni-Emirat Arab, Guinea-Bissau, Uganda, Burkina Faso, Albania, Kamerun, Komoro,
Maladewa, Djibouti, Benin, Brunei Darussalam, Azerbaijan, Kirigistan, Tajikistan, Turkmenistan, Togo,
Kazakhstan, Uzbekistan, Mozambik, Suriname, Guyana dan Pantai Gading.

Page | 2
bidang ekonomi, politik, social, budaya, ilmu pengetahuan serta teknologi
informasi.3 Fokus utama OKI adalah meningkatkan upaya dalam melindungi
dan menjaga negara Islam guna mewujudkan perdamaian internasional dan
harmoni antar umat manusia di seluruh belahan dunia. Perdamaian yang
menjadi landasan pergerakan OKI tersebut atas ideologi religius 4 yang kuat
antar negara muslim di dunia.5

Sejarah Pendirian OKI

OKI didirikan pada 25 September 1969 bertepatan 12 Rajab 1389 H di


kota Rabat, Maroko di dalam sidang internasional yang membahas mengenai
persoalan kasus pembakaran di Masjid Al-Aqsa yang dilakukan oleh salah
seorang oknum Israel berkewarganegaraan Australia pada 21 Agustus 1969
lalu.6 Peristiwa tersebut menimbulkan keperihatinan mendalam umat Islam di
dunia dengan membawa landasan keadilan Hak Asasi Manusia atas dasar
penghormatan pada Piagam PBB.7

Pendirian OKI tersebut atas persiapan yang dilakukan beberapa hari


sebelumnya dengan mengadakan rapat persiapan yang dihadiri oleh tujuh
negara Panitia Persiapan8 yang dipelopori oleh Raja Faisal dari Arab Saudi,
Raja Hassan II dari Maroko dan Perdana Menteri Malaysia Tun Tuanku Abdul
Rahman Putra Al-Hajj dengan mengusulkan agar diadakan sidang kemuncak

3
Lihat di laman https://kemlu.go.id/portal/id/read/129/halaman_list_lainnya/organisasi-kerja-sama-
islam-oki# diakses tanggal 24 Februari 2020, pukul 21.40 WIB.
4
Ideologi religius sebagai landasan pergerakan OKI berbasis pada solidaritas antar umat Islam dan
negara Muslim di dunia yang berdasar atas ukhuwah Islamiyah meliputi ukhuwah ubudiyah,
ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah fi ad-din al-Islam dalam QS. Al-Hujurat [49]:
10.
5
Lihat di laman http://www.oic-oci.org/page/?p_id=52&p_ref=26&lan=en diakses pada tanggal 20
Februari 2020, pukul 10.38 WIB.
6
Khadijah binti Abd. Munir, “Respon Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Terhadap Pelanggaran Hak
Asasi Manusia (HAM) Israel atas Palestina”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 47.
7
Lihat Pasal 1 (1), Piagam OKI.
8
Negara yang termasuk Panitia Persiapan antara lain : Arab Saudi, Maroko, Malaysia, Iran, Pakistan,
Somalia dan Nigeria.

Page | 3
Islam di kota Rabat, Maroko.9 Tahun 1970 diadakan pertemuan konferensi
pertama ICFM (The Islamic Council Of Foreign Ministers) yang bertempat di
Jeddah, Arab Saudi10 yang bertujuan mendirikan sekretariat permanen
dengan dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal Organisasi. 11

Tujuan Organisasi dan Piagam OKI

Tujuan OKI adalah melakukan upaya dalam mengumpulkan sumber


daya dunia Islam dan melaksanakan konsolidasi antar negara anggota guna
dapat menjalin suatu komunikasi yang kuat dalam menjalankan amanah
mewujudkan perdamaian dan keamanan dunia Islam. 12 Hal tersebut sebagai
wujud implementasi dalam memperkokoh solidaritas negara-negara Islam di
antara negara anggota mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan
teknologi, serta menghapuskan budaya rasial, perlakuan diskriminatif serta
kolonialisme untuk memperjuangkan kebebasan Palestina. 13

Piagam OKI menjadi legalitas tertinggi organisasi yang dirumuskan di


dalam dua pertemuan penting, yaitu KTT OKI tahun 1969 14 di Rabat, Maroko
dan Konferensi Tingkat Menteri OKI ke-3 tahun 1972 di Jeddah, Arab Saudi
dengan mengadopsi piagam OKI tersebut. 15 Isi dari pembukaan Piagam OKI
menyebutkan bahwa negara anggota memiliki visi mempertahankan nilai
spiritual, akhlak, sosial dan ekonomi Islam, serta menguatkan komitmen dari
Piagam PBB dan Hak Asasi Manusia secara mendasar dan membangun
kerjasama yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Tujuan dan prinsip OKI
tertera dalam rencana fundamental OKI untuk memperkuat solidaritas dan
9
Lihat di laman http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php Website Direktorat Jenderal
Kerjasama Perdagangan Internasional (DJKPI), diakses tanggal 20 Februari 2020, pukul 13.20 WIB.
10
ICFM merupakan sidang rutin Menteri Luar Negeri antar negara anggota dalam menentukan suatu
kebijakan umum organisasi dan resolusi (ICFM ke-3 melahirkan ketetapan Piagam OKI).
11
Giacomo Cavalli, “The New Organization Of The Islamic Conference Charter in Perspective On The
Federalism”, Jurnal Vol. 1, Single Issues (2009), h. 31.
12
Lihat Pasal 1 (1), Piagam OKI.
13
Khadijah binti Abd. Munir, “Respon Organisasi Kerjasama Islam (OKI) . . .”, h. 49.
14
KTT OKI tahun 1969 di Rabat, Maroko dihadiri para raja, kepala negara dan kepala pemerintahan
negara-negara Arab.
15
KTM OKI ke-3 pada Februari 1972 di Jeddah, Arab Saudi perumusan Piagam OKI yang pertama.

Page | 4
kerjasama negara-negara OKI dalam Piagam baru OKI ketika perhelatan
KTT OKI ke-11 di Dakar, Senegal pada 13 dan 14 Maret 2008. Piagam baru
OKI ini menggantikan piagam sebelumnya yang telah didaftarkan sebagai
suatu perjanjian internasional16 dengan PBB pada 1 Februari 1974.17

Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan OKI

OKI sangat menjunjung tinggi nilai Hak Asasi Manusia dan berupaya
dalam penegakkan HAM di dunia internasional, terutama di lingkup negara
dan umat Islam di dunia. Hal tersebut sejalan dengan prinsip Islam dalam
penegakkan syari’at Islam dan perlindungan HAM yang tertuang di dalam
ICFM OKI ke-17 di Amman, Yordania tahun 1988 yang menghasilkan suatu
resolusi dalam bentuk sebuah draft deklarasi HAM dalam Islam.18

Pertemuan ICFM OKI ke-18 menindaklanjuti draft yang dirumuskan


pada pertemuan ICFM di Amman, Yordania untuk mendapat rekomendasi
dari Sekretariat Jenderal OKI agar dimintai pandangan mengenai dokumen
tersebut dan pertimbangan untuk mempersiapkan final draft deklarasi HAM
dalam Islam untuk diajukan pada sidang ICFM selanjutnya. 19

Tanggal 31 Juli sampai 5 Agustus 1990 ketika pelaksanaan sidang


ICFM ke-19 di Kairo, Mesir dengan tema Perdamaian, Interdependensi dan
Pembangunan dilakukan pemeriksaan final draft oleh para pakar dan yang
dikemudian hari ditetapkan sebagai standar Hak Asasi Manusia dalam Islam
yang disebut sebagai Deklarasi Kairo 1990.20

16
Perjanjian internasional tersebut tertera dalam Pasal 102 Piagam PBB yang berbunyi bahwa segala
perjanjian dan bentuk ketetapan internasional yang dilaksanakan oleh setiap anggota PBB sesudah
piagam ini (OKI) berkekuatan hokum untuk segera didaftarkan untuk disahkan oleh Sekretariat PBB
(Pasal 1 ayat (1) dan (2) Piaham PBB).
17
Giacomo Cavalli, “The New Organization Of The Islamic Conference Charter . . .”, h. 31.
18
Resolusi Menteri Luar Negeri OKI, No. 44/17-P pada draft Document and Human Rights in Islam in
The 17th Islamic Council Of Foreign Ministers, Amman Hashemite Kingdom Of Jordan.
19
Khadijah binti Abd. Munir, “Respon Organisasi Kerjasama Islam (OKI) . . .”, h. 55.
20
Pemeriksaan final draft deklarasi dilaksanakan oleh suatu komite yang terdiri dari berbagai pakar
dan ilmuan yang berkompeten di bidangnya bertempat di Taheran, Iran tanggal 26 Desember 1989.

Page | 5
Sepak terjang OKI dalam memperjuangkan dan menegakkan HAM di
dunia internasional berlanjut dengan diadakannya kerjasama dengan PBB
dalam sebuah seminar yang berkaitan dengan isu-isu HAM pada tahun 1998
dengan tema Memperkaya Universalitas HAM : Perspektif Islam tentang Hak
Asasi Manusia sebagai bagian rangkaian perayaan 50 tahun UDHR. 21

Pencapaian OKI di Dunia Internasional

Eksistensi OKI di dunia Internasional terlihat ketika terlibat di dalam


penyelesaian konflik di Myanmar antara Muslim Rohingya dengan penduduk
pribumi Myanmar yang melakukan tindak diskriminatif dan kekerasan pada
hak-hak kemanusiaan terhadap umat Muslim Myanmar ketika itu. Berbagai
pendekatan dan perundingan telah dilakukan OKI untuk meredam kekacauan
yang terjadi terhadap Muslim Rohingya. Kendala yang dihadapi datang dari
Pemerintah Myanmar yang merasa bahwa konflik tersebut berada di bawah
kepengurusan internal negara yang bersangkutan. Namun, dengan menjalin
kerjasama PBB mediasi terhadap penyelesaian konflik di daerah tersebut
dinilai telah membawa perubahan yang cukup dan dampak yang positif
dalam mewujudkan suatu kedamaian internasional yang dicita-citakan. 22

Kasus lain yang menunjukkan keterlibatan OKI dalam penyelesaian


isu-isu HAM dalam merespon tindak pelanggaran HAM yang terjadi di daerah
Thailand Selatan tahun 2004. Konflik yang terjadi antara umat Muslim-Melayu
yang bersitegang dengan penduduk pribumi Thailand yang dilatar belakangi
oleh konflik antar ras dan agama yang terjadi hingga saat ini. OKI mengecam
tindak diskriminatif yang diderita oleh umat Islam setempat dan melakukan
berbagai tindakan preventif untuk mencegah konflik dengan melakukan mulai

21
Lihat di laman https://kemlu.go.id/portal/id/read/129/halaman_list_lainnya/organisasi-kerja-sama-
islam-oki# diakses tanggal 25 Februari 2020, pukul 00.46 WIB.
22
Lihat di laman website https://fokus.tempo.co/read/1182014/bela-rohingya-oki-gugat-myanmar-
di-pengadilan-internasional diakses tanggal 25 Februari 2020, pukul 04.43 WIB.

Page | 6
dari pencegahan secara ringan (light prevention) hingga pada tingkatan yang
lebih intens (deep prevention).23

Respon OKI Terhadap Pelanggaran HAM Israel Atas Palestina

Tindakan OKI dinilai cukup preventif dalam merespon isu-isu dari


pelanggaran HAM yang terjadi di dunia internasional. Salah satu bentuk
tindakan preventif tersebut adalah upaya penegakkan nilai-nilai Hak Asasi
Manusia dan kedaulatan Negara Palestina dengan mengecam segala tindak
diskriminatif yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

Pembukaan Sidang KTT OKI ke-10 di Putrajaya, Malaysia tanggal 16


Oktober 2003 lalu sempat membuat gaduh dunia internasional. Malaysia
sebagai negara anggota OKI melalui Perdana Menteri Malaysia Mahathir bin
Mohammad di dalam sambutannya beliau menyinggung peran Yahudi di
dunia Internasional dan negara-negara Uni-Eropa terhadap konflik antara
Palestina dan Israel. Ucapan beliau ketika menyampaikan sambutan
pembukaan KTT 2003 kala itu menyebut cara Barat dalam menyelesaikan
berbagai persoalan tidak beradab, primitif dan lebih buruk dari zaman batu.
Hal ini mengingat di mana ketika terjadi konflik di Palestina, dunia seakan
diam dan terkesan membiarkan pelanggaran HAM yang terjadi. 24

Upaya penegakkan kedaulatan Palestina dan penghapusan berbagai


tindak pelanggaran HAM ini bermula di tahun 2001 ketika pelaksanaan pada
sidang darurat ICFM OKI di Doha, Qatar. Dibentuklah komite tingkat Menteri
Luar Negeri yang bertujuan untuk mengadakan lobi terhadap AS, Rusia, Uni
Eropa, Vatikan dan PBB terhadap sikap agresi militer Israel, serta meminta
bantuan dukungan atas keadilan yang harusnya didapat warga Palestina. 25

23
Lihat di laman http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t51836.pdf diakses tanggal 25 Februari 2020.
24
Adian Husain, Tinjauan Historis Konflik Yahudi-Kristen-Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h.
xiv.
25
Komite tingkat Menteri Luar Negeri yang dibentuk pada sidang ICFM OKI pada 10 Desember 2001
di Doha, Qatar dipimpin oleh Qatar dan diikuti negara anggota lain seperti : Maroko, Syria, Malaysia,
Mali dan Sekretariat Jenderal OKI di Jeddah, Arab Saudi.

Page | 7
OKI juga melakukan aksi boikot terhadap produk Israel. Hal tersebut
terlihat dalam resolusi OKI ketika KTT-LB OKI ke-5 tanggal 7 Maret 2016 lalu
di Jakarta, Indonesia di mana menyerukan kepada seluruh negara anggota
untuk melakukan boikot terhadap produk-produk Israel sebagai wujud dari
penolakan kekejaman Israel terhadap Palestina. 26 Hal ini senada dengan
keterangan yang diberikan oleh Wakil Ketua Komite III DPR RI, Fahira Idris
yang mengatakan bahwa gerakan pemboikotan terhadap produk Israel telah
terjadi sejak tahun 2005. BDS (Boycotts Divestment and Sanction) terhadap
Israel tersebut berhasil memukul perekonomian Israel hingga perlawanan
kultural dari beberapa negara.27

Pegelaran KTT-LB OKI di Jakarta, Indonesia pada 7 dan 8 Maret 2016


menghasilkan suatu ketetapan yang memuat komitmen dan kesadaran untuk
mengakhiri segala bentuk penindasan hak-hak suatu bangsa yang dilakukan
oleh bangsa lain yang disebut sebagai Deklarasi Jakarta. 28

Kesimpulan

Upaya yang dilakukan OKI dalam memperjuangkan hak-hak Asasi


Manusia dan menghapus berbagai bentuk tindak pelanggaran HAM serta
kasus diskriminatif-kolonialisasi merupakan wujud pengimplementasian guna
membangun kesadaran negara-negara Islam di dunia dan membangun satu
solidaritas umat Islam di dunia Internasional di segala bidang. Hal tersebut
tentu sejalan dengan tujuan dan prinsip OKI yang tertera di dalam Piagam
OKI dan Deklarasi Kairo yaitu melahirkan perdamaian dan keamanan dunia
internasional, serta sebagai penghormatan terhadap penegakkan nilai-nilai
kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia di dalam UN Charter atau Piagam PBB

26
Khadijah binti Abd. Munir, “Respon Organisasi Kerjasama Islam (OKI) . . .”, h. 83.
27
Lihat di laman http://international.sindonews.com/read/833138/43/israel-ketakutan-dengan-
kampanye-boikot-internasional-1391601247 diakses tanggal 25 Februari 2020, pukul 05.49 WIB.
28
Lihat Daklarasi Jakarta, Palestina Al-Quds dan Al-Sharif.

Page | 8
(Pasal 1 ayat (1) dan (2)). Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa OKI adalah
wujud representatif kebangkitan dan solidaritas umat Islam di dunia.

Page | 9

Anda mungkin juga menyukai