Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hak Asasi Manusia adalah salah stu aspek penting seseorang dalam
bernegara. Manusia adlah sentral utama pembicaraan berbagai hak, karena pada
prinsipnya hak-hak itu dibatasi untuk kepentingan masyarakat, maka pembatasan
tersebut tidak lain hanyalah untuk kepentingan manusia itu sendiri yang menurut
tabiatnya adalah makhluk sosial, yang mau tidak mau harus melakukan interaksi
sosial dengan sesamanya.
Hak-hak manusia secara umum bertujuan dan menghendaki ditetapkannya
kaidah-kaidah umum dalam sistem konstitusi dan perundang-undangan serta hal-
hal yang mesti diikuti dalam pelaksanaannya berupa kode etik.
Kepedulian internasional terhadap hak asasi manusia merupakan gejala yang
relatif baru. Meskipun kita dapat menunjuk pada sejumlah traktat atau perjanjian
internasional yang memengaruhi isu kemanusiaan sebelum perang dunia II, baru
setelah dimasukan kedalam piagam PBBpada tahun 1945, kita dapat berbicara
mengenai adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia yang sistematis
didalam sistem internasional.
Dalam hukum hak asasi manusia dikenal berbagai jenis hak. Diantaranya
hak berbicara mengeluarkan pendapat, hak untuk hidupmendapatkan tempat
tinggal yang layakdan berbagai hak lainnya termasuk hak berpolitik atau hak
politik dan sipil.
Apayang dimaksud dengan hak politik dan hak sipil tersebut. Untuk
mengenal lebih jauh tentang apa yang dimaksud dengan hak politik dan sipil akan
dibahas dalam makalah ini.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan hak-hak politik dan sipil?
b. Hak apa sajakah yang termasuk kedalam hak politik?
c. Hak apa sajakah yang termasuk kedalam hak sipil?
d. Bagaimana batasan dalam mengunakan hak sipil dan politik?

C. Tujuan perumusan
a. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan hak-hak politik dan sipil
b. Untuk mengetahui Hak apa sajakah yang termasuk kedalam hak politik
c. Untuk mengetahui Hak apa sajakah yang termasuk kedalam hak sipil
d. Untuk mengetahui batasan dalam mengunakan hak sipil dan politik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak politik dan Hak Sipil


Hak politik dan haksipil yaitu hak-hak yang mencakup asas-asas
masyarakat, dasar-dasar hukum, tata negara, partisipasi akyat didalamnya,
pembagian kekuasaan dan batas-batas kewenangan penguasa tehadap warga
negaranya.
Meskipun pembahasannya luas hak politik ini berpusat pada kebebasan
umum yang dianggap sebagai bagian dari sendi-sendi matabat manusia dan dari
sini masuk kedalam kelompok hak asasi manusia. Dan yang terpenting adalah
kebebasan rayat, keamanan dan keadilan rakyat, demokrasi pemeintah,
pemerintahan hukum dan perlindungan peradilan.
Lahinya komunitas bangsa yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial
biasanya diikat oleh kesatuan pusaka, bahasa, sejarah dan cita-cita yang sama
yang kemudian menjadi cikal bakal sebuah kebebasan rakyat.
Kebebasan dengan semua perangkatnya ini menuntut adanya hak rakyat
untuk menentukan nasib sendiri,persamaan hakantar negara, terutama dalam
kedaulatan intern dan eksternnya, dan hak rakyat dalam kemanusiaan serta
larangan penyiksaan secara masal. Diantara hak-hak itu antara lain:
1. Hak menentukan nasib sendiri
Diantara sendi-sendi kebebasan yang mendukung kemerdekaan adalah hak
untuk menentukan nasib sendiri dalam bidang politik, ekonomi sesial dan
kebudayaan. Ini adalah hal-hal yang disebutkan dalam piagam perserikatan
bangsa-bangsa dalam pasal-pasal utamanya, yang menyatakan bahwa salah
satu tujuan bangsa-bangsa ini adalah menumbuhkembangkan hubungan baik
antar bangsa.
2. Persamaan dan kedaulatan dan hak-hak lainnya

3
3. Salah satu sendi kemerdekaan adalah hak memiliki kedaulatan intern maupun
ekstern dan memiliki persamaan diantara sesamanya dalam kedaulatan ini dan
hak-hak didalamnya.
B. Hak-Hak Politik
Lapangna hak-hak politik itu luas sekali mencakup asas-asas masyarakat,
dasar-dasar negra, tata hukum, partisipasi rakya di dalamnya, pembagian
kekuasaan dan batas-batas kewenangan penguasa terhadap warganegaranya.
Tidak diragukan lagi bahwa pembahasan secara rinci mengenai seluruh hak-
hak politik ini berada di luar topic pembahasan kita dan masuk dalam persoalan
hukum perundang-undangan umum, hukum administrasi, sistem peradilan dan
pokok-pokok pengaduan dan beracara.
Akan tetapi sebagian hak-hak tersebut berpusat pada kebebasan umum yang
dianggap sebagai bagian dari sendi-sendi kemuliaan (martabat) manusia, dan dari
sini masuk kedalam kelompok hak-hak asasi manusia. Dan yang terpenting adalah
kebebasan rakyat, keamanan dan keadilan Negara demokrasi pemerintahan,
pemerintahan hukum dan perlindungan peradilan.
Dalam bab ini kami bahas secara ringkas kaidah-kaidah umum yang
menjadi dasar bagi hak-hak asasi politik.
1. Kebebasan rakyat
Diantara kebebasan sosial yang ada sejak zaman dahulu adalah adanya
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Mula-mula berupa suku (kabilah)
yang berpusat pada ikatan keturunan dan sejenisnya seperti seperti ikatan
persahabatan dan persekutuan, setelah masyarakat itu berkembang maka
pengelompokannya didasarkan pada ikatan agama; ikatan domisili, kota atau
daerah atau pada konsep nasionalismen. Dengan demikian lahirnya komunitas
bangsa yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial itu diikat oleh kesatuan
bahasa, sejarah, pusaka serta kepentingan dan cita-citta yang sama dan kini
panatisme kebangsaan yang mengikat individu-individu menjadi satu bangsa
merupakan asas pertama kebanyakan Negara-negara modern
Kebebasan dengan semua perangkatnya ini menuntut adaya hak rakyat
untuk menentukan hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri; persamaan ha

4
kantar Negara, terutama dalam kedaulatan Indonesia intern dan eksterennya; dan
hak rakyat dalam pergaulan kemanusiaan serta larangan penyiksaan secara masal
Pertama, hak menentukan nasib sendiri
Di antara sendi-sendi kebebasan bangsa yang mendukung kemerdekaan
adalah hak untuk menentukan nasib sendiri dalam bidang politik, ekonomi, sosial
dan kebudayaan. Ini adalah hal-hal yang disebutkan dalam piagam perserikatan
bangsa bangsa dalam pasal-pasal utamanya, yang menyatakan bahwa salah satu
tujuan bangsa-bangsa ini adalah menumbuh kembangkan hubungan baik antara
bangsa atas dasar menghormati prinsip yang menetapkan persamaan ha kantar
bangsa dan bahwa tiap-tiap bangsa berhak menentukan nasibnya sendiri..”
kemudian pasal pertama dari dua perjanjian internasional khusus tentang hak-hak
sipil dan politik dan tentang hak-hak Ekonomi, Sosial dan Kebudayaan
menjelaskan tujuan tersebut, yaitu :
a. Semua bangsa mempunyai hak menentukan nasib sendiri yang menyebabkan
lahirnya kebebasan menentukan arah politik, kebebasan mengamankan
opertumbuhan ekonomi sosial dan budaya.
b. Negara-negara yang terlibat dalam perjanjian ini, termasuk Negara-negara
yang ada dibawah tanggung jawabnya baik dalam segi administrasi daerah-
daerah yang tidak memiliki hukum sendiri dan daerah-daerah diperoleh melalui
wasiat hendaklah menghormati dan menjamin hak menentukan nasib sendiri
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam piagam PBB.
Guna memperkuat prinsip kebebasan bangsa ini majlis umum PBB pada
tanggal 14 desember 1960 telah mengeluarkan keputusan dengan nama “ deklarasi
dengan Pemberin Kemerdekaan bagi Negri-negri dan Bangsa bangsa Terjajah.
Deklarasi ini menyatakan dengan tegas perlu dihentikan dengan segera dan tanpa
syarat semua penjajahan dengan segala bentuknya. Dan berisi penegasan atas hak
bangsa-bangsa dalam memperoleh kemerdekaan dan dalam mentukan nasib
sendiri, dan ketundukan suatu bangsa terhadap kekuasaan asing dianggap sebagai
pengingkaran terhadap hak-hak asasi manusia dan pertentangan dengan piagam
PBB serta merupakan penghianatan terakan penghianatan terhadap perdamaian
dan kerjasama internasional.

5
Inilah yang diserukan oleh Negara-negara besar dalam teks (perjanjian)
yang ditndatangani merekan mereka. Dan (ironisnya) itu pula yang dilupakan dan
diabaikan dalam banyak hal, khususnya dalam masalah akyat palestina yang
dibantai secara keji dan diusir dari kampungnya, karena Negara-negara itu
berpihak kepada Israel.
Kedua : persamaan dalam kedaulatan dan hak-hak lainnya.
Salah satu sendi kemerdekaan intern maupun ekstern dan memiliki
persamaan hak di antara sesamanya dalam kedaulatan ini dan dalam hak-hak
Negara lainnya.
Mengenai kedaulatan intern, yaagn dimaksud ialah hak Negara untuk
melaksanakan kedaulatannya terhadap warga negaranya , sedang yang dimaksud
kedaulatan ekstern ialah bahwa Negara tersebut tidak tunduk kepada kekuasaan
luar (asing) mana pun juga. Ibn Khaldun mendefinisikan kedaulatan ini yang
disebutnya “kerajaan” dengan mengatakan. “kerajaan secara hakiki, ialah lembaga
yang menguasai rakyat, memungut pajak, mengirim utusan, melindungi tapal
batas dan diantaranya tidak ada kekuasaan lain yang menguasai.1
Ketiga, hak-hak rakyat dalam pergaulan kemanusiaan
diantara hak-hak manusia ialah bahwa bangsa-bangsa berhak memperoleh
perlindungan terhadap eksistensinya, keperibannya dan kehidupan yang bebas
dalam suatu negri yang aman dan sentosa. Oleh kearena itu penindasan massal
melalui cara pembinasaan, pengusiran, pemerkosaan atau penyiksaan
bertentangan dengan hak-hak tersebut.
Atas dasar itu undang-undang internasional menegasksan larangan
pembinasaan terhadap suatu bangsa, terutama melalui persetujuan Majlis Ulama
PBB yang dikeluarkan tanggal 9 Desember 1948 dengan nama “persetujuan
(tentang pencegahan dan Hukuman atas Tindak Kejahatan pemusnahan secara
masal.
Konvensi ini melarang semua bentuk pembinasaan atas suatu bangsa dengan
cara pembunuhan, penganiyayan jasmani atau rohani, praktek-praktek yang
menyebabkan kehancuran jasmani, pelanggaran kehamilan dan pemindahan

1
Muqodimah Ibn Khaldun, al-Bahiyah, kairo, hal. 163

6
secara paksa terhadap anak-anak yang dilakukan dengan tujuan melenyapkan
secara keseluruhan atau sebagian terhadap kelompok suatu bangsa, satu keturunan
atau suatu agama, juga mengharuskan para Negara penandatangan agar
mengeluarkan peraturan yang diperlukan untuk menghukum perbuatan-perbuatan
semacam itu.
Keempat, larangan penghukuman secara masal
Perinsip dasar dalam undang-undang hukum pidana ialah bahwa hukuman
dilaksanakan secara individu yatitu hanya terhadap diri si pelaku kejahatan dan
orang-orang yang membantunya secara individu pula, tanpa melibatkan orang lain
untuk memikul tanggung jawab. Oleh kerena itu tidak dibenarkan oleh undang-
undang suatu Negara maupun undang-undang internasional untuk menuntut balas
kepada suatu kelompok kerana perbuatan seseorang dari meraka, sehingga orang-
orang yang tida berdosa harus ikut bertanggung jawab, baik dalam perang atau
dalam hal yang menyerupai perang seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku
makar atau pemberontakan dalam perang suku dan lain-lain.
2. Keamanan Internasional yang Adil
Di antara sumber hukum internasional adalah kebiasaan kebiasaan,
perjanjian, ijtihad (pendapat) para ahli hukum internasional. Pembahasan para
ulama dan prinsip-perinsip kedilan.2 Tidak diragukan lagi bahwa bagian yang
paling dominan dari sumberang paling dominan dari sumber-sumber tersebut
adalah perjanjian-perjanjian yang bersifat memaksa dan mengikat yang kemudian
memiliki kekuatan dengan persetujuan wina tahun 1969.
3. Demokrasi hukum (pemerintahan)
Di antara asas-asas pemerintahan demokrasi adalah menganggap rakyat
sebagai sumber kedaulatan. Kemudian darisitu bertolak anggapan bahwa
partisipasi rakyat dalam pemerintahan termasuk hak-hak asasi. Khususnya melalui
hak memilih dan hak dipilih dan menduduki jabatan. Berikut ini penjelasan umum
mengenai kedua hak tersebut.

2
Pasal 38 Peraturan Pokok Mahkamah Internasional.

7
a. Hak memilih
Hak ini diperaktekan di Negara-nagara demokrasi unutuk memilih pucuk
pimpinan dan wakil yang duduk dalam parlemen yang memegang kekuasaan
legislative atau disebut juga Dewan Perwakilan Rakyat, majlis tinggi (senat)
dan lain-lain. Hak pilih ini juga dilaksanakan kadang-kadang dibeberapa
propinsi atau Negara bagian bahkan di dewan hakim di beberapa negeri.
Terutama di sebagian negri Amerika Serikat.
Kontitusi libanon mengambil prinsip pemilihan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat. Maka ditetapkan bagi setiap prang Libanon yang telah
mencapai umur 21 tahun sebagai pemilih disertai syarat-syarat yang ditetapkan
oleh undang-undang (pasal 21)
b. Hak menduduki jabatan
Kontitusi libanon juga menyebutkan bahwa “bahwa warga Libanon berhak
untuk berhak untuk menduduki jabatan umum tidak ada perbedaan antara yang
satu dengan yang lain kecuali dari segi hak dan kelayakan berdasarkan syarat-
syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang” (pasal 12)
Hak tersebut telah ditetapkan pula oleh Deklarasi Internasional tentang Hak-
hak manusia (pasal 21) dan perjanjian Internasional Khusus tentang Hak-hak
Sipil dan Politik (pasal 25) yaitu :
 Setiap orang memiliki hak partisifasi dalam kegiatan pemerintah negerinya
secara umum baik langsung atau melalui wakil-wakilnya yang dipilih
melalui pemilihan yang bebas
 Setiap orang memiliki hak. Atas jaminan prinsipkesamaan hak, untuk
menduduki jabatan-jabatan umum negrinya.
 Sesungguhnya kehendak rakyaat adalah asas kedaulatan umum, kehendak
tersebut tercermin dalam pemilihan yang bersih yang seharusnya dijalankan
secara priodik melalui undian umum yang merata, degan pemberian suatu
secara rahasia atau dengan cara serupa lainnya yang menjamin kebebasan
bersama.
Konsep demokrsi pemerintahan dan perangkatnya seperti hak partisipasi
warga Negara dalam pemerintahan, biasanya menyebabkan lahirnya

8
sestempemerintahan biasanya, mmenyebabkan lahirnya sistem pemerintahan
oleh mayoritas rakyat dan kewajiban golongan minoritas tunnduk kepada
pemerintah. Hal ini bukan kediktaal ini tidak berarti merupakan kediktatoran
mayoritas dan penindasan terhadap minoritas, akan tetapi semua warga Negara
memperoleh hak-haknya tanpa kecuali. Oleh kecuali . oleh kerena itu
perjanjian Internasional Khusus tentang Hak-hak Sipil dan Politik
menyebutkan jaminan hak-hak minoritas dengan ungkapan yang jelas yaitu :
“Dalam Negara yang terdapat didalamnya golongan minoritas baik etnis,
agama dan bahasa, tidak boleh ada larangan bagi seorang warga monoritas
untuk menggunakan hak-haknya dalam kebudayaan, agama, pelaksanaan yearr
agama, penggunaan bahasa dan keikutsertaan dengan kelompok-kelompoknya.

B. Ruang Lingkup Hak – Hak Sipil dan Politik dalam Kerangka Ham
Kebebasan sipil dan polotik secara sederhana sering didefinisikan sebagai
kebebasan individu atau warga negara dari kekuasaan ( Power ) penguasa
(negara). Berbagai tindakan kebebasan sipil dan politik mensyaratkan ruang sipil
yang bebas dari intervensi negara, seperti hak mengemukakan pendapat,
beragama, hak berserikat dan berkumpul , hak berekspresi, hak atas privasi,hak
untuk berpindah tempat, hak atas hidup dan sebagainya.
Seluruh kategori kebebasan sipil dan politik juga harus berdiri atas prasarat
non-diskriminasi. Hak atas kebebasan sipil dan politik sering disebut sebagai hak–
hak negatif, karena pemenuhan hak – hak ini mensyaratkan suatu tindakan yang
negatif dari negara. Meski mensyaratkan absennya intervensi negara, untuk
melindungi dan memenuhi hak sipil dan politik ini negara tidak boleh hanya diam.
Negara wajib membuat suatu mekanisme proteksi dalam suatu instrumen legal
formal (perangkat hukum formal). Dalam peradaban politik modern, umumnya
kebebasan sipil dan politik ini dijamin konstitusi ( produk hukum tertinggi ) atau
dalam suatu undang – undang dan sistem hukum pidana.
Dokumen utama menyangkut kebebasan sipil dan politik ini bisa dirujuk
pada kovenan internasional hak – hak sipil dan politik PBB tahun 1966
( International Covenan on Civil and Political Right 1966 ). Dari 191 negara

9
anggota PBB, telah tercatat 155 negara telah meratifikasi kovenan ini. Negara
terakhir yang meratifikasi kovenan ini adalah Indonesia ( 1999 ). Beberapa hal
penting dalam kovenan sipil dan politik ini antara lain :
a. Kovenan ini menjelaskan jenis kategori normatif hak – hak sipil dan politik,
yaitu :
 Hak atas hidup, hukuman mati hanya untuk kejahatan berat.
 Hak untuk bebas dari siksaan atau perlakuan kejam, tak berkemanusiaan
atau merendahkan martabat.
 Hak untuk bebas dari perbudakan, perdagangan budak, dan kerja paksa.
 Hak atas kebebasan dan keselamatan pribadi ( personal ), dan penangkapan.
 Hak untuk bebas bergerak, termasuk untuk meninggalkan atau suatu negara.
 Hak untuk diperlakukan sama di depan pengadilan.
 Hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum.
 Hak untuk tidak dicampuri pribadinya, keluarga, rumah atau surat –
suratnya.
 Hak atas kebebasan berpikir, kepercayaan dan beragama.
 Hak atas kebebasan menyatakan pendapat.
 Hak untuk berkumpul secara damai.
b. Dalam kovenan ini negara peserta peratifikasi memiliki kewajiban utama untuk
menyesuaikan seluruh produk hukumnya (legislasi nasional) terhadap kovenan
ini.
c. Semua orang yang dilanggar hukumnya (dalam kovenan ini) wajib
mendapatkan Efective Remedy (Pemulihan yang Efektif) dari negara baik
melalui mekanisme administrasi ataupun yudisial. Pemulihan efektif ini bisa
berbentuk mekanisme kompensasi dan rehabilitasi ( hak atas reparasi ).
d. Semua negara yang meratifikasi wajib memberikan pertanggung jawaban
reguler di hadapan komunitas internasional, salah satunya dengan membuat
laporan rutin kepada komite HAM PBB.
Di luar ratifikasi kovenan hak – hak sipil dan politik ini, Indonesia sebetulnya
telah memiliki mekanisme hukum tentang hak – hak sipil dan politik, diantaranya:
1. Amandemen UUD 1945 , dimana diakuinya :

10
 hak atas hidup
 hak untuk berkeluarga
 hak anak bebas dari kekerasan dan diskriminasi
 hak sebagai subjek hukum
 hak atas kewarganegaraan
 hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
 hak untuk memeluk agama dan beribadah
 hak untuk menyatakan pendapat dan keyakinan
 hak untuk berserikat
 hak atas perlindungan diri pribadi
 hak bebas dari penyiksaan
 hak bebas dari diskriminasi UUD 1945 juga mengakui adanya non-
Derogable Right (hak paling fundamental yang tidak bisa dikurangi dalam
kondisi dan situasi apapun), yaitu : hak hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (hak non-
petroaktif ).
2. Tema HAM juga diatur lagi dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, dan UU No. 23
Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Namun dalam perspektif HAM, tindakan perlindungan dan pemenuhan
HAM tdak semata – mata hanya dijamin lewat teks – teks dalam suatu produk
legislasi, namun harus dioprasionalkan lewat mekanisme yudisial dan
administratif. Kelemahannya, hampir dalam semua legislasi HAM baik dalam
konstitusi maupun Undang – Undang yang kita miliki tidak memiliki perangkat
oprasional seperti yang disyaratkan kovenan sipil dan politik, yaitu sebuah
mekanisme Effective Remedy.
Jaminan perlindungan dan pemenuhan hak – hak sipil dan politik harus
melewati sebuah mekanisme yudisial atas pelanggaran yang terjadi, yaitu proses
penyelidikan kasus, pengadilan dan penghukuman pelaku yang bertanggung

11
jawab serta pemulihan ( gati rugi ) korban. Namun selama ini Effective Remedy
bagi sebuah pelanggaran hak kebebasan sipil dan politik ( yang merupakan
pelanggaran HAM ) masih mengandalkan mekanisme hukum pidana ( KUHP )
yang lama, sehingga para pengadil tidak bisa membedakan kasus – kasus pidana
biasa dan pidana yang terkait pelanggaran HAM. Maka di waktu yang akan
datang diharapkan ratifikasi kovenan hak – hak sipil dan politik ini harus memiliki
perangkat Effective Remedy. Saat ini perangkat hukum yang telah memiliki
mekanisme Effective Remedy ini adalah UU No. 26 Tahun 2000, namun
ketentuan ini hanya berlaku bagi pelanggaran yang dikategorikan pelanggaran
HAM berat saja, serta UU No. 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, namun ruang lingkupnya belum bisa menjangkau pelanggaran –
pelanggaran HAM yang sering terjadi dimasyarakat saat ini.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakikat manusia sebagai makhluk tuhan, yang memiliki hak – hak dasar
yang wajib terpenuhi dan telah dimiliki manusia sejak lahir, merupakan hak
pokok yang tak ada seorangpun yang boleh melanggarnya. Pun demikian masih
sering kita jumpai pelanggaran hak – hak dasar ini, hal ini terjadi karena beberapa
sebab, antara lain :
a. Pengetahuan dan penghormatan individu – individu yang sangat kurang
terhadap hak asasi orang lain.
b. Negara yang kurang seriun dalam menangani dalam menangani masalah–
masalah HAM. Serta
c. Perangkat hukum yang belum bisa di operasionalkan sebagainmana mestinya.
Salah satu pelanggaran HAM yang sering terjadi adalah pelanggaran
terhadap hak hak sipil dan politik. Sampai saat ini sering sekali kita dengar,lihat
atau bahkan mungkin kita alami sendiri pelanggaran pelanggaran HAM yang
terjadi di masyarakat. Sekarang ini negara bukan lagi satu satunya pelanggar
HAM seperti beberapa puluh tahun yang lalu. Pelanggar HAM saat ini lebih
banyak kelompok-kelompok sipil yang dengan dasar sentimen SARA, berbut
semena-mena terhadap orang lain. Hal ini tentunya tidak boleh dibiarkan
berkembang terus-menerus di masyarakat karena itu semua bisa semakin merusak
tatanan sosial kemasyarakatan yang saat ini sudah carut marut. Tewntunya hal ini
membutuhkan peran serta aktif dari semua individu yang ada di masyarakat agar
mampu mempertahankan hak-haknya dan juga menghormati hak-hak orang lain.
Selain itu negara beserta aparaturnya wajib menjaga hak-hak warga negaranya.
Salah satu jalannya dengan penegakkan hukum yang sesuai dengan konvensi
internasional mengenai HAM. Namun demikian kondisi penegakan HAM saat ini
masih sangat jauh dari harapan kita. Negara belum mampu menjaga hak-hak
warganya dengan baik. Salah satu sebabnya karena belum ada produk hukum

13
yang operasionalnya menerapkan prinsip-prinsip HAM dengan tepat sesuai
dengan amanat kovenan hak sipil dan politik internasional.

14

Anda mungkin juga menyukai