PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Sebagai upaya membatasi pembahasan, maka penulis memberikan beberapa rumusan
masalah, antara lain:
1. Bagaimana kekuasaan Peradilan Agama dan apakah kaitannya dengan wakaf ?
2. Bagaimana potensi pelanggaran hukum wakaf ?
3. Bagaimana sanksi administrasi dan pidana dalam perwakafan ?
4. Bagaimana contoh pelanggaran hukum wakaf ?
1
http://jateng.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=118778 diunduh tanggal 22 April 2015
1
C. Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Hukum Wakaf, tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan deskripsi tentang kekuasaan Peradilan Agama dan wakaf
2. Memberikan deskripsi tentang potensi pelanggaran hukum wakaf
3. Memberikan deskripsi tentang sanksi administrasi dan pidana dalam perwakafan
4. Memberikan deskripsi tentang contoh pelanggaran hukum wakaf
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Jaih Mubarok. Wakaf Produktif (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006). hlm. 179
3
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, Pasal 2
4
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pasal 2
3
Akan tetapi, apabila objek yang disengketakan berkaitan dengan sengketa yag
diajukan ke peradilan agama sebagaimana di atur dalam pasal 9 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006, peradilan agama berwenang untuk menetapkan status
kepemilikan benda yang disengketakan.5
Dalam penjelasan Undang-undang tersebut ditetapkan bahwa : Pertama, peradilan
agama berhak memutuskan sengketa kepemilikan suatu benda sekaligus sengketa
perdata lain apabila objek yang disengketakan berkaitan dengan sengketa ekonomi
syariah yang diajukan ke peradilan agama, dan pihak-pihak yang bersengketa
memeluk agama Islam. Kedua, pemberian kewenangan tersebut berkaitan dengan
prinsip penyelenggaraan peradilan yaitu agar dapat menghindari upaya memperlambat
atau mengulur waktu penyelesaian sengketa karena alasan sengketa milik atau
sengketa keperdataan lainnya.6
Sementara dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 ditetapkan bahwa
peradilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan, dan
menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : (1)
perkawinan, (2) waris, (3) wasiat, (4) hibah, (5) wakaf, (6) zakat, (7) infak, (8)
sedekah, dan (9) ekonomi syariah.”7
Berdasarkan hasil penelitian Legal Development Facility (LDF), kemitraan antara
Indonesia dengan Australia, perkara wakaf yang masuk dan diselesaikan di
pengadilan dalm lingkungan peradilan agama sangat sedikit jumlahnya. Selama tahun
2006, sebanyak 181.077 perkara telah diputuskan di pengadilan agama, sedangkan
perkara wakaf hanya berjumlah 21 perkara (0,01%). Perkara yang diselesaikan pada
tingkat banding berjumlah 1.521 perkara, perkara wakaf hanya 4 perkara (0,26%).8
5
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pasal 50 ayat (2)
6
Penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pasal 50 ayat (2)
7
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pasal 49
8
Lihat Providing Justice to The Justice Seeker : A Report on The Indonesian Religious Courts Access andEquity
Study-2007, Summary of Research Findings, Mahkamah Agung dan AusAID. 2008., hlm. 9. Dikutip oleh Jaih
Mubarok. Op. Cit .hlm. 181
9
Jaih Mubarok. Op. Cit. hlm. 184
4
Sementara ke depan, pelanggaran hukum wakaf akan semakin bervariatif seiring
dengan perkembangan objek wakaf yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
Dalam institusi (pranata) hukum dijelaskan bahwa hukum terdiri atas konsep dan
struktur dan konsep.10 Dalam konteks ini, yang berpotensi melakukan pelanggaran
adalah struktur hukum.
Struktur yang menjalankan hukum wakaf adalah (1) pemerintah/Menteri Agama,
(2) Wakif, (3) nazhir, (4) Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, (5) Lembaga Keuangan
Syarish-Penerima Wakaf Uang, dan (6) Badan Wakaf Indonesia.
Secara garis besar, nazhir, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, Lembaga Keuangan
Syarish-Penerima Wakaf Uang, dan Badan Wakaf Indonesia dapat dianggap
melanggar jika tidak melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Menteri agama dianggap telah melanggar hukum wakaf apabila : (1) tidak
membina serta mengawasi penyelenggaraan wakaf, (2) tidak mengikutsertakan Badan
Wakaf Indonesia dalam membina dan mengawasi penyelenggaraan wakaf, dan atau
(3) tidak memperhatikan saran dan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dalam membina dan mengawasi penyelenggaraan wakaf.11
Nazhir dianggap telah melanggar hukum wakaf apabila: (1) tidak
mengadministrasikan harta benda wakaf, (2) tidak mengelola dan mengembangkan
harta wakaf sesuai dengan fungsinya, (3) tidak mengawasi dan melindungi harta
wakaf, (4) tidak melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Badan Wakaf Indonesia,
(5) mengubah pendayagunaan harta wakaf tanpa izin tertulis dari Badan Wakaf
Indonesia, dan atau (6) mengubah status harta wakaf tanpa mendapat izin dari Badan
Wakaf Indonesia.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dianggap melanggar apabila: (1) tidak
menuangkan ikrar wakaf dalam Akta Ikrar Wakaf, (2) membuat Akta Ikrar Wakaf
tapi tidak memuat hal-hal yang telah ditetepkan dalam undang-undang, dan atau (3)
tidak meneliti kelengkapan persyaratan administrasi wakaf serta keadaan fisik objek
wakaf.
10
Lihat Jaih Mubarok. Op. Cit. hlm. 185.
11
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 63.
5
Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang dianggap melanggar apabila:
(1) tidak menerbitkan dan atau tidak menyampaikan sertifikat wakaf uang kepada
wakif dan nazhir,(2) tidak mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri agama, atau
mendaftarkan tapi lebih dari 7 (tujuh) hari terhitung sejak Sertifikat Wakaf Uang
diterbitkan, dan atau (3) tidak memberikan tembusan kepada Badan Wakaf Indonesia
atas pendaftaran wakaf uang yang disampaikan kepada Menteri Agama.
Badan Wakaf Indonesia dianggap telah melanggar hukum wakaf jika: (1) tidak
membina para nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta wakaf, (2) tidak
mengelola harta wakaf yang berskala nasional dan internasional, (3) tidak
mempertimbangkan secara baik dalam memberikan keputusan usulan perubahan
peruntukan wakaf dan statusnya, dan atau (4) tidak memberikan saran dan
pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.
Di samping itu, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf mengatur
wakaf wasiat. Dalam wasiat terdapat tiga pihak : (1) pihak yang erwasiat (mushi), (2)
pihak penerima wasiat (musha), dan (3) saksi-saksi.12
Potensi pelanggaran wakaf wasiat adalah penerima wasiat tidak mau menjadi
penerima kuasa untuk menjalankan amanat dari pihak yang mewasiatkan.13
12
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Pasal 24.
13
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Pasal 26 ayat (2) dan pasal 27
14
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama RI,
Fiqih wakaf (Jakarta , 2006). hlm. 84
15
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 68 ayat (1)
6
dan (3) penghentian sementara dari jabatan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sanksi administratif diatur dengan
peraturan pemerintah.16
Selain masalah penyelesaian sengketa, Undang-Undang wakaf juga mengatur
ketentuan pidana umum terhadap penyimpangan benda wakaf dan pengelolaannya
sebagai berikut :17
a. Bagi yang dengan sengaja meminjamkan, menghibahkan, menjual,
mewariskan, mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya tanpa izin
dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
b. Bagi yang dengan sengaja mengubah peruntukan harta benda wakaf tanpa izin
dipidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah)
c. Bagi yang dengan sengaja menggunakan atau mengambil fasilitas atas hasil
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf melebihi jumlah yang
ditentukan, dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
16
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 68 ayat (2)-(3)
17
Ibid. hlm. 84-85. Lihat juga Jaih Mubarok. Op. Cit.hlm. 188-189.
18
Jaih Mubarok. Op. Cit.hlm. 181-184.
7
1. Pengesahan Wakaf di Aceh
Pada tahun 1980-an terdapat perkara wakaf yang ditangani oleh pengadilan
dalam lingkungan peradilan agama dari tingkat pertama hingga kasasi. Perkara
tersebut diputus oleh:
Sedangkan yang menjadi nazhir-nya adalah HI (salah satu anak dari wakif).
Nazhir (inisial HI) memunyai anak yang berinisial JH. Setelah nazhir (HI)
meninggal, putranya, JH mengklaim bahwa kakeknya tidak pernah mewakafkan
kebun tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan dalam bentuk surat tertulis yang
disampaikan kepada masyarakat desa setempat (sekita: tanggal 31 Juli 1984).
Dengan alasan, tanah tersebut tidak terdaftar sebagai tanah wakaf dalam
pendaftaran wakaf di KUA setempat.
8
b. Memerintahkan Pengadilan Agama Bireun untuk membuka kembali sidang
perkara wakaf tersebut.
Karena masih tidak puas, para pihak yang kalah akhirnya mengajukan kasasi
ke Mahkamah Agung. Pada tanggal 14 Desember 1988, Mahkamah
mengeluarkan Putusan Nomor 49 K/AG/1987, yang isinya menolak permohonan
kasasi para pemohon. Hal itu berarti bahwa Mahkamah Agung menguatkan
putusan Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh dan sekaligus juga menguatkan
putusan Pengadilan Agama Bireun.
Pada tahun 1990-an terdapat perkara wakaf yang ditangani oleh pengadilan
dalam lingkungan peradilan agama dari tingkat pertama hingga kasasi. Perkara
tersebut diputus oleh: (a) Pengadilan Agama Lhoksukon Nomor 1/P/ 1990/PA-
LSK tertanggal 21 Februari 1990, (b) Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Banda
Aceh Nomor 30/1991 tertanggal 26 Mei 1992, dan (c) Mahkamah Agung Nomor
131 K/AG/1992 tertanggal 30 Januari 1993.
Pada tahun 1926, HW dan kawan-kawan dari Desa Tanjung Ara, Kecamatan
Tanah Jambo Aye, telah mewakafkan sebidang tanah yang terletak di Desa
Tanjong Ara, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara untuk kuburan
dan tempat pendidikan agama Islam.
Pada tahun 1971, MNA did( (dari Desa Tanjung Ara) menukarkan tanah wakaf
tersebut dengan tanah lain (sawah) milik TA. Tanah wakaf yang berupa sawah
dikelola oleh masyarakat, sementara tanah wakaf yang berupa kebun dikelola oleh
TA. Akan tetapi, TA tidak memfungsikan tanah tersebut sesuai dengan tujuan
wakaf karena menurutnya tanah tersebut bukan tanah wakaf, tapi tanah Musara (?).
9
Setelah memeriksa bukti dan saksi-saksi, Pengadilan Agama Lhoksukon
menetapkan:
b. Menetapkan bahwa tanah terperkara adalah tanah wakaf dari HW dan kawan-
kawan.
Karena tidak puas terhadap putusan Pengadilan Agama Lhoksukon, pihak yang
dikalahkan melakukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama Banda (PTA) Aceh.
Setelah dilakukan pemeriksaan, PTA memutuskan bahwa:
Karena tidak puas terhadap putusan Pengadilan Tinggi Agama Banda (PTA)
Aceh tersebut, pihak yang dikalahkan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.
Setelah melakukan pemeriksaan, Mahkamah Agung mengambil keputusan yang
isinya menguatkan dua putusan sebelumnya, yaitu menghukum tergugat (pada
Pengadilan tingkat pertama) untuk menyerahkan tanah wakaf kepada masyarakat
Desa Tanjong Ara dalam keadaan kosong.
10
Awalnya, HS telah mewakafkan tanah untuk makam keluarga. Karena
penduduk setempat semakin bertambah, tanah tersebut tidak hanya digunakan
untuk makam keluarga, tapi juga untuk makam penduduk setempat Setelah
meninggal, tanah tersebut dikelola oleh Ry (anak HS). Menurm pengakuan Ry,
tanah tersebut adalah tanah warisan dari ayahnya, bukan tanah wakaf. Pengakuan
tersebut dibuktikan dengan bukti kepemilikan berupa girik letter C. Nomor 5941
Persi113 Blok D II atas nama yang bersangkutan.
11
4. Sengketa Wakaf di Jawa Barat
PUTUSAN
Nomor : 56/Pdt.G/2011/PTA.Bdg.
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Tinggi Agama di Bandung yang mengadili perkara tertentu pada tingkat
banding dalam persidangan Majelis telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
perkara antara : --------------------------------------------------------------------------------
H. KOMARUDDIN Bin H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Swasta, bertempat
tinggal di Bantar Kemang RT. 01 RW. 11, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor
Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT I;------------
Hj. MAESAROH Binti H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga,
bertempat tinggal di Kampung Cikeas, RT. 02 RW. 03, Kelurahan Katulampa,
Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT
II;--------------------------------------------------------------------------------------
Hj. HABIBAH Binti H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga,
bertempat tinggal di Parung Banteng Kemang RT. 03 RW. 01, Kelurahan Katulampa,
Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT
III;-------------------------------------------------------------------------------------
Hj. DIAH Binti H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga, bertempat
tinggal di Bantar Kemang RT. 05 RW. 06, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor
Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT
IV;--------------------------------------------------------------------------------------
H. AHMAD ZAELANI Bin H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Wiraswasta,
bertempat tinggal di Bantar Kemang RT. 01 RW. 11, Kelurahan Katulampa,
Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT
V;--------------------------------------------------------------------------------------
Para Tergugat telah memberikan huasa kepada IMANUELITA ROSANA JAGOBA
WAROUW, SH., MH. Advokat, Pengacara dan penasehat Kukum pada Kantor
Hukum “ Lita Warouw dan Rekan “ yang beralamat di Jalan Kresna Nomor 9
Perumahan Indaprasta I Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 30 Desember 2010, sebagai
PEMBANDING;--------------------------------------------------- 2
MELAWAN
H. IJUDIN TAUPIKILAH, umur 72 tahun, agama Islam, selaku Ketua Dewan
Keluarga Masjid/Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jami Al-Munawaroh,
bertempat tinggal Parung Banteng RT. 03, RW. 01 Kelurahan Katulampa, Kecamatan
Bogor Timur, Kota Bogor, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 24 Juni 2010,
telah memberi kuasa kepada ANTON DEDI HERMANTO, SH., NUR RIDHOWATI,
SH. OTTO BISMARGK FATHULLAH, SH., Advokat dan Konsultan Hukum pada
Kantor Advokat & Konsultan Hukum “ Anton Dedi Hermanto, SH., & Rekan,
berkedudukan di Jalan Bungur Raya Nomor: 46 Q, Jakarta Pusat, semula sebagai
PENGGUGAT sekarang TERBANDING ;-------------------
Pengadilan Tinggi Agama tersebut ; -------------------------------------------------------
Telah mempelajari berkas perkara dan semua surat yang berhubungan dengan perkara
yang dimohonkan banding ini ;--------------------------------------------------------------
12
TENTANG DUDUK PERKARANYA
Mengutip segala uraian tentang hal ini sebagaimana termuat dalam salinan putusan
Pengadilan Agama Bogor Nomor: 464/Pdt.G/2010/PA.Bgr. tanggal 27 Desember
2010 M. bertepatan dengan tanggal 21 Muharram 1432 H. dalam perkara antara pihak
- pihak tersebut yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
Menolak eksepsi Para
Tergugat;----------------------------------------------------------------------
DALAM PROVISI:
Menyatakan provisi Penggugat tidak dapat
diterima;----------------------------------------------
DALAM POKOK PERKARA:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat
sebagian;------------------------------------------------------
2. Menetapkan sebidang tanah seluas ± 2.800 M2 (dua ribu delapan ratus meter
persegi) yang dahulunya seluas ± 5.666 M2 yang dicatat dalam buku C No. 1046
persil No. 72 S. II, tercatat pula dalam buku C No : 9/528, persil No : 72 S. II terletak
di Parung Banteng RT. 02 RW. 01, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur,
Kota Bogor dengan batas-batas:
Sebagai “ Tanah Wakaf “ yang berasal dari Hj. Arnas binti H. Thoyib kepada Masjid
Jami Al-Munawaroh dahulu Masjid Parung
Banteng;-----------------------------------------
3. Menghukum Para Tergugat yang saat ini menguasai tanah obyek sengketa tersebut
untuk menyerahkan tanah obyek sengketa sebagaimana tersebut pada point 2 (dua)
kepada
Penggugat;----------------------------------------------------------------------------------
5. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan atas sebidang tanah sebagaimana
tersebut pada point 2
(dua);-----------------------------------------------------------------------------------
13
7. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan
selebihnya;------------------------------------
TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Tergugat/ Pembanding
telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara-cara sebagaimana yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka permohonan
banding tersebut secara formal harus dinyatakan dapat diterima;-----------------
DALAM EKSEPSI
Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Agama atas dasar apa yang dipertimbangkan
dan disebutkan dalam putusan Pengadilan Agama dalam Eksepasi, Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Agama sepenuhnya dapat menyetujui untuk dijadikan sebagai
pertimbangan dan pendapat Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama, sehingga
karenanya putusan Pengadilan Agama dalam Eksepsi tersebut dapat
dikuatkan;--------------
DALAM PROVISI
Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Agama atas dasar apa yang dipertimbangkan
dan disebutkan dalam putusan Pengadilan Agama dalam Provisi, Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Agama sepenuhnya dapat menyetujui untuk dijadikan sebagai
pertimbangan dan pendapat Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama, sehingga
karenanya putusan Pengadilan Agama dalam Provisi tersebut dapat
dikuatkan;---------------
DALAM POKOK PERKARA
Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Agama atas dasar apa yang dipertimbangan
dalam putusan Pengadilan Agama dalam pokok perkara ini sepenuhnya dapat
disetujui oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama, namun Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Agama memandang perlu menambahkan pertimbangannya sendiri
serta memperbaiki amar putusannya sebagai
berikut;------------------------------------------------------------------------
14
Menimbang bahwa mengenai keberatan Pembanding dalam memori banding tanggal
27 Desember 2010 halaman 9 tentang keterangan saksi Sirodj bin Abdillah, umur 82
tahun, belum dewasa, tidak mempunyai kwalitas sebagai saksi dan tidak mampu
bersaksi disaat peristiwa wakaf tahun 1938 masih berumur 10 tahun, menurut Majelis
Hakim Pengadilan Tinggi Agama keberatan Pembanding tidak beralasan hukum oleh
karenanya harus ditolak dengan alasan sebagai berikut:
Bahwa, saksi Sirodj bin H. Abdillah, umur 82 tahun bukan satu satunya saksi
sebagai alat bukti yang dipertimbangkan oleh Pengadilan Tingkat Pertama tentang
adanya
5
peristiwa hukum wakaf, dan saksi hanya menerangkan rangkaian peristiwa-peristiwa
yang terjadi ketika itu samapai saat
ini ;----------------------------------------------------------
Bahwa pada saat saksi Sirodj bin H. Abdillah menyampaikan kesaksian di depan
sidang tanggal 21 Oktober 2010 saksi sudah dewasa dan cakap bertindak di depan
hukum;----
Bahwa, keterangan para saksi di muka persidangan, Sali bin Sairin, umur 92 tahun,
Dadat Muhammad H., umur 41 tahun, H. Utomi Bustomi umur 65 tahun, di atas
sumpahnya menerangkan bahwa objek sengketa diketahui secara umum oleh
masyarakat sekitarnya sebagai harta wakaf yang dikelola oleh pengurus Dewan
Kemakmuran Mesjid (DKM) berdasarkan pesan secara turun temurun sejak tahun
1938 dan hasilnya telah dipergunakan untuk kemakmuran mesjid
tersebut.-----------------------
Menimbang, bahwa pesan secara turun temurun tentang wakaf yang tidak ada bukti
surat wakafnya dapat dibenarkan menurut hukum sesuai dengan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI, Tanggal 25 Nopember 1975 Nomor 239K/Sip/1973 yang
menyatakan bahwa “apabila peristiwa hukum yang terjadi dahulu tidak mempunyai
surat, akan tetapi berdasarkan pesan turun temurun, sedang saksi yang langsung
menghadapi perbuatan hukum itu sudah tidak ada dan telah meninggal dunia, maka
dari pesan turun temurun itulah dapat dinilai sebagai keterangan
saksi”;--------------------------------------------
Menimbang, bahwa hal tersebut sesuai dengan pendapat dalam kitab Al Anwar Juz I
halaman 438 sebagai berikut :
.
Artinya : Apabila beberapa saksi memberi kesaksian berdasarkan apa yang mereka
dengar, maka ditetapkan wakaf itu berdasarkan kesaksian tersebut.
Menimbang, bahwa berdasarkan tambahan pertimbangan tersebut di atas, Majelis
Hakim Pengadilan Tinggi Agama berpendapat bahwa Putusan hakim tingkat pertama
dalam pokok perkara yang mengabulkan gugatan Penggugat/Terbanding sudah tepat
dan benar dan selanjutnya diambil alih oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama
untuk dijadikan alasan sendiri sebagai pertimbangan untuk memutus perkara ini
sehingga putusan Pengadilan Agama tersebut sepenuhnya dapat dikuatkan dengan
perbaikan amar lengkapnya sebagaimana tercantum dalam putusan
ini;-------------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam sidang musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
Agama, ada pendapat berbeda (Dissenting opinion) tentang ganti rugi Rp.
15
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) yang digugat oleh Penggugat, apakah menjadi
kewenangan absolute 6
Pengadilan Agama sebagaimana dimaksud oleh Pasal 49 Undang-undang No. 7
Tahun 1989 atau bukan menjadi kewenangan absolute?, Hakim Drs. H. Mohammad
Shaleh, SH., M.Hum. Sebagai Hakim Anggota berpendapat sengketa ganti rugi waris
perkara a quo bukan menjadi kewenangan Pengadilan Agama, dalam amar putusan
Pengadilan Agama seharusnya berbunyi menyatakan Pengadilan Agama tidak
berwenang dengan pertimbangan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa mengenai ganti rugi yang ditujukan pada Tergugat, baik ganti
rugi materiel yang berupa hasil tanah wakaf selama dikuasai oleh Para Tergugat
maupun ganti rugi immaterial sebesar 1 (satu) milyard, Hakim Anggota Drs. H.
Mohammad Shaleh, SH., M.Hum. tidak sependapat dengan amar Putusan Pengadilan
Agama yang menyatakan menolak gugatan tersebut, seharusnya “pernyataan menolak
gugatan” hanya untuk gugatan yang tidak cukup bukti, oleh karenanya amar putusan
Pengadilan Agama menurut Hakim Anggota tersebut harus diperbaiki sehingga
amarnya berbunyi : “Menyatakan gugatan Penggugat tentang ganti rugi materiel
maupun immateriel,bukan wewenang Pengadilan
Agama”;----------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa sekalipun ada dua pendapat yang berbeda (dissenting opinion),
namun sesuai dengan ketentuan hukum dan tata cara persidangan Pengadilan, maka
pendapat Hakim Tinggi terbanyaklah yang menjadi putusan sebagai tertuang dalam
amar putusan perkara
ini;------------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa Para Tergugat/Pembanding adalah pihak yang kalah, oleh
karenanya berdasarkan pasal 181 ayat (1) HIR, semua biaya perkara pada tingkat
pertama yang timbul karena perkara ini serta biaya perkara dalam tingkat banding
dibebankan kepada
Tergugat/Pembanding;------------------------------------------------------------------------
Mengingat akan Undang-Undang nomor 20 tahun 1947, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta dalil syar’i yang berkaitan dengan perkara
ini;-------------------
MENGADILI
- Menyatakan bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Tergugat / Pembanding
dapat
diterima ;---------------------------------------------------------------------------------------
- Menguatkan putusan Pengadilan Agama Bogor tanggal 27 Desember 2010 Masehi,
bertepatan dengan Tanggal 21 Muharram 1432 H, Nomor :464/Pdt.G/2010/PA.Bgr,
yang dimohonkan banding, dengan perbaikan sehingga amarnya berbunyi:
DALAM EKSEPSI
- Menolak Eksepsi Para
Tergugat;----------------------------------------------------------------- 7 DALAM
PROVISI
- Menyatakan Gugatan Provisi Penggugat tidak dapat diterima;-------------------------
16
terletak di Parung Banteng RT. 02 RW 01, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor
Timur, Kota Bogor dengana batas-batas :
- Sebelah Utara : Tanah H. Effendi;------------------------------------------------------
- Sebelah Selatan : Tanah Wiliana;----------------------------------------------------------
- Sebelah Timur : Kali Cideukeut;---------------------------------------------------------
- Sebelah Barat : Selokan dan Jalan Rambutan;---------------------------------------
Adalah sebagai “Tanah Wakaf” yang berasal dari Hj. Arnas binti H. Thoyib kepada
Masjid Al Munawaroh dahulu Masjid Parung Banteng;-----------------------------------
3. Menghukum Para Tergugat yang saat ini menguasai tanah obyek sengketa tersebut
untuk menyerahkan obyek sengketa sebagaimana tersebut pada point 2 (dua) kepada
Penggugat;----------------------------------------------------------------------------------------
4. Menyatakan Akta Kewarisan Nomor 08/PPPHP/2001/PA.Bgr Tanggal 31 Mei
2001 tidak mempunyai kekuatan
hukum;------------------------------------------------------------
5. Menyatakan Sah dan Berharga Sita Jaminan atas sebidang tanah sebagaimana
tersebut tersebut pada point 2 (dua) ;---------------------------------------------------------
6. Menyatakan gugatan Penggugat tentang ganti rugi tidak dapat
diterima;-----------------
7. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan
selebihnya;---------------------------------
8. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 1.616.000,-
(Satu juta enam ratus enam belas ribu rupiah) ;--------------------------------------------
- Membebankan kepada Tergugat/Pembanding untuk membayar biaya perkara
padaTingkat Banding sebesar Rp.150.000,-(Seratur lima puluh ribu
rupiah);--------------
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim pada hari Kamis
tanggal 19 Mei 2011 Masehi bertepatan dengan tanggal 15 Jumadil Tsani 1432 8
Hijriyah, oleh kami Drs. H. M. NADJMI YAQIN, SH., M.Hum. Hakim Tinggi
Pengadilan Tinggi Agama Bandung, yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Tinggi
Agama Bandung sebagai Ketua Majelis, Drs. H. MUHAMMAD SHALEH, SH.,
M.Hum. dan Drs. H. BARHAKIM SUSILA, SH. masing - masing sebagai Hakim
Anggota dan pada hari itu juga diucapkan dan dibagakan dalam persidangan yang
terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri oleh Majelis Hakim
tersebut serta dibantu oleh PIPIH, SH. sebagai Panitera Pengganti, tanpa dihadiri oleh
pihak Pembanding dan Terbanding;----
KETUA MAJELIS,
ttd
Drs. H. M. NADJMI YAQIN, SH.
HAKIM ANGGOTA, HAKIM ANGGOTA,
Ttd ttd
Drs. H. MUHAMMAD SHALEH, SH., M.Hum. Drs. H. BARHAKIM SUSILA, SH.
PANITERA PENGGANTI,
ttd
PIPIH, SH.
Rincian biaya proses :
1. Biaya Meterai ………………………… Rp. 6.000,-
2. Redaksi ……………………………… Rp. 5.000,-
3. Biaya ATK, Pemberkasan dll. Rp.139.000,-
17
J u m l a h…………………………… Rp.150.000,- 9
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
19
c. Bagi yang dengan sengaja menggunakan atau mengambil fasilitas atas hasil
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf melebihi jumlah yang
ditentukan, dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
Contoh pelanggaran hukum wakaf adalah pengesahan wakaf di Aceh, penukaran
tanah wakaf di Aceh, dan sengketa tanah kuburan di Jakarta.
20