Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wakaf adalah salah satu instrumen ekonomi dan keuangan syariah yang dikembangkan
untuk kesejahteraan umat. Namun, dalam prakteknya, wakaf tidak bisa lepas dari adanya
sengketa. Adapun sebab-sebab terjadinya sengketa tanah wakaf antara lain, banyak tanah
wakaf yang tidak ditindaklanjuti dengan pembuatan ikrar wakaf, wakaf dilakukan secara
agamis atas dasar saling percaya sehingga tidak memiliki dasar hukum dan bukti
kepemilikan, diminta kembali oleh ahli waris yang menyimpang dari akad wakaf,
pengetahuan masyarakat yang minim terhadap wakaf, penggunaan secara konsumtif dan
tidak produktif, ahli waris mengingkari ikrar wakaf dengan tidak mau memberitahu
PPAIW, dan ahli waris tidak diberi tahu orang tuanya sehingga menjualnya meski sudah
ber AIW, tidak ada bukti otentik dan dokumen tertulis, benturan antara nilai-nilai agama
dengan motivasi ekonomi dan hukum positif serta adanya penataan Ulang Wilayah oleh
pemerintah Daerah.1
Kini, wakaf merupakan salah satu kekuasaan absolut Peradilan Agama. Maka, sebagai
mahasiswa jurusan Ahwal Syakhsiyah program studi Peradilan Islam, hal tersebut
dianggap perlu menjadi bahan kajian. Itulah yang menjadi latar belakang penyusunan
makalah yang berjudul “Sengketa Wakaf dan Penyelesaiannya” ini.

B. Perumusan Masalah
Sebagai upaya membatasi pembahasan, maka penulis memberikan beberapa rumusan
masalah, antara lain:
1. Bagaimana kekuasaan Peradilan Agama dan apakah kaitannya dengan wakaf ?
2. Bagaimana potensi pelanggaran hukum wakaf ?
3. Bagaimana sanksi administrasi dan pidana dalam perwakafan ?
4. Bagaimana contoh pelanggaran hukum wakaf ?

1
http://jateng.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=118778 diunduh tanggal 22 April 2015

1
C. Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Hukum Wakaf, tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan deskripsi tentang kekuasaan Peradilan Agama dan wakaf
2. Memberikan deskripsi tentang potensi pelanggaran hukum wakaf
3. Memberikan deskripsi tentang sanksi administrasi dan pidana dalam perwakafan
4. Memberikan deskripsi tentang contoh pelanggaran hukum wakaf

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kekuasaan Peradilan Agama Dan Wakaf2


Secara umum, kekuasaan (competence) peradilan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu kekuasaan relatif (ralative comprtence) dan kekuasaan absolut (absolute
competence). Kekuasaan relatif berkaitan dengan wilayah, sementara kekuasaan
absolut berkaitan dengan orang (kewarganegaraan dan keagamaan seseorang) dan
jenis-jenis perkara.
Setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, kekuasaan
mutlak (absolut competence) Peradilan Agama diperluas.
Dari segi susunan undang-undang, ketentuan mengenai kekuasaan absolut
peradilan agama dijelaskan dalam dua tempat: (1) ketentuan yang bersifat global
ditetapkan pada bagian dua tentang kdudukan peradilan agama , dan (2) ketentuan
yang bersifat rincian ditetapkan pada bagian “kekuasaan pengadilan”
Dalam ketentuan mengenai kekuasaan absolut peradilan agama yang bersifat
global ditetapkan bahwa peradilan agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman bagi para pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata
tertentu.3
Sementara dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 ditetapkan bahwa
peradilan agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi para pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu.4
Perubahan klausul tersebut menunjukkan bahwa peradilan agama memiliki potensi
untuk memeriksa dan memutuskan perkara perdata dan pidana tertentu.
Kewenangan memeriksa dan memutuskan sengketa hak milik benda, baik yang
dilakukan oleh umat Islam atau nonmuslim adalah kekuasaan absolut pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum.

2
Jaih Mubarok. Wakaf Produktif (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006). hlm. 179
3
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, Pasal 2
4
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pasal 2

3
Akan tetapi, apabila objek yang disengketakan berkaitan dengan sengketa yag
diajukan ke peradilan agama sebagaimana di atur dalam pasal 9 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006, peradilan agama berwenang untuk menetapkan status
kepemilikan benda yang disengketakan.5
Dalam penjelasan Undang-undang tersebut ditetapkan bahwa : Pertama, peradilan
agama berhak memutuskan sengketa kepemilikan suatu benda sekaligus sengketa
perdata lain apabila objek yang disengketakan berkaitan dengan sengketa ekonomi
syariah yang diajukan ke peradilan agama, dan pihak-pihak yang bersengketa
memeluk agama Islam. Kedua, pemberian kewenangan tersebut berkaitan dengan
prinsip penyelenggaraan peradilan yaitu agar dapat menghindari upaya memperlambat
atau mengulur waktu penyelesaian sengketa karena alasan sengketa milik atau
sengketa keperdataan lainnya.6
Sementara dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 ditetapkan bahwa
peradilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan, dan
menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : (1)
perkawinan, (2) waris, (3) wasiat, (4) hibah, (5) wakaf, (6) zakat, (7) infak, (8)
sedekah, dan (9) ekonomi syariah.”7
Berdasarkan hasil penelitian Legal Development Facility (LDF), kemitraan antara
Indonesia dengan Australia, perkara wakaf yang masuk dan diselesaikan di
pengadilan dalm lingkungan peradilan agama sangat sedikit jumlahnya. Selama tahun
2006, sebanyak 181.077 perkara telah diputuskan di pengadilan agama, sedangkan
perkara wakaf hanya berjumlah 21 perkara (0,01%). Perkara yang diselesaikan pada
tingkat banding berjumlah 1.521 perkara, perkara wakaf hanya 4 perkara (0,26%).8

B. Potensi Pelanggaran Hukum Wakaf9


Sementara ini, sengketa wakaf lebih banyak disebabkan oleh ketidakjelasan hukum
karena wakaf yang dilakukan tidak disertai alat-alat bukti yang autentik (surat resmi
yang sengaja dibuat sebagai alat bukti yang dibuat oleh pihak yang berwenang secara
hukum).

5
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pasal 50 ayat (2)
6
Penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pasal 50 ayat (2)
7
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pasal 49
8
Lihat Providing Justice to The Justice Seeker : A Report on The Indonesian Religious Courts Access andEquity
Study-2007, Summary of Research Findings, Mahkamah Agung dan AusAID. 2008., hlm. 9. Dikutip oleh Jaih
Mubarok. Op. Cit .hlm. 181
9
Jaih Mubarok. Op. Cit. hlm. 184

4
Sementara ke depan, pelanggaran hukum wakaf akan semakin bervariatif seiring
dengan perkembangan objek wakaf yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
Dalam institusi (pranata) hukum dijelaskan bahwa hukum terdiri atas konsep dan
struktur dan konsep.10 Dalam konteks ini, yang berpotensi melakukan pelanggaran
adalah struktur hukum.
Struktur yang menjalankan hukum wakaf adalah (1) pemerintah/Menteri Agama,
(2) Wakif, (3) nazhir, (4) Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, (5) Lembaga Keuangan
Syarish-Penerima Wakaf Uang, dan (6) Badan Wakaf Indonesia.
Secara garis besar, nazhir, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, Lembaga Keuangan
Syarish-Penerima Wakaf Uang, dan Badan Wakaf Indonesia dapat dianggap
melanggar jika tidak melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Menteri agama dianggap telah melanggar hukum wakaf apabila : (1) tidak
membina serta mengawasi penyelenggaraan wakaf, (2) tidak mengikutsertakan Badan
Wakaf Indonesia dalam membina dan mengawasi penyelenggaraan wakaf, dan atau
(3) tidak memperhatikan saran dan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dalam membina dan mengawasi penyelenggaraan wakaf.11
Nazhir dianggap telah melanggar hukum wakaf apabila: (1) tidak
mengadministrasikan harta benda wakaf, (2) tidak mengelola dan mengembangkan
harta wakaf sesuai dengan fungsinya, (3) tidak mengawasi dan melindungi harta
wakaf, (4) tidak melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Badan Wakaf Indonesia,
(5) mengubah pendayagunaan harta wakaf tanpa izin tertulis dari Badan Wakaf
Indonesia, dan atau (6) mengubah status harta wakaf tanpa mendapat izin dari Badan
Wakaf Indonesia.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dianggap melanggar apabila: (1) tidak
menuangkan ikrar wakaf dalam Akta Ikrar Wakaf, (2) membuat Akta Ikrar Wakaf
tapi tidak memuat hal-hal yang telah ditetepkan dalam undang-undang, dan atau (3)
tidak meneliti kelengkapan persyaratan administrasi wakaf serta keadaan fisik objek
wakaf.

10
Lihat Jaih Mubarok. Op. Cit. hlm. 185.
11
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 63.

5
Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang dianggap melanggar apabila:
(1) tidak menerbitkan dan atau tidak menyampaikan sertifikat wakaf uang kepada
wakif dan nazhir,(2) tidak mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri agama, atau
mendaftarkan tapi lebih dari 7 (tujuh) hari terhitung sejak Sertifikat Wakaf Uang
diterbitkan, dan atau (3) tidak memberikan tembusan kepada Badan Wakaf Indonesia
atas pendaftaran wakaf uang yang disampaikan kepada Menteri Agama.
Badan Wakaf Indonesia dianggap telah melanggar hukum wakaf jika: (1) tidak
membina para nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta wakaf, (2) tidak
mengelola harta wakaf yang berskala nasional dan internasional, (3) tidak
mempertimbangkan secara baik dalam memberikan keputusan usulan perubahan
peruntukan wakaf dan statusnya, dan atau (4) tidak memberikan saran dan
pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.
Di samping itu, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf mengatur
wakaf wasiat. Dalam wasiat terdapat tiga pihak : (1) pihak yang erwasiat (mushi), (2)
pihak penerima wasiat (musha), dan (3) saksi-saksi.12
Potensi pelanggaran wakaf wasiat adalah penerima wasiat tidak mau menjadi
penerima kuasa untuk menjalankan amanat dari pihak yang mewasiatkan.13

C. Penyelesaian Sengketa, Sanksi Administrasi Dan Pidana Dalam Perwakafan


Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf disebutkan bahwa
penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat. Namun apabila penyelesaian sengketa tidak berhasil, sengketa dapat
diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan.14
Dalam Undang-Undang a quo pun ditetapkan bahwa : Pertama, Menteri Agama
dapat mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran tidak terdaftarnya harta
benda wakaf oleh Lembaga Keuangan Syariah dan Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf.15 Kedua, sanksi administratif berupa : (1) peringatan tertulis, (2) penghentian
sementara atau pencabutan izin kegiatan di bidang wakaf bagi Lembaga Keuangan
Syariah,

12
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Pasal 24.
13
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Pasal 26 ayat (2) dan pasal 27
14
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama RI,
Fiqih wakaf (Jakarta , 2006). hlm. 84
15
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 68 ayat (1)

6
dan (3) penghentian sementara dari jabatan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sanksi administratif diatur dengan
peraturan pemerintah.16
Selain masalah penyelesaian sengketa, Undang-Undang wakaf juga mengatur
ketentuan pidana umum terhadap penyimpangan benda wakaf dan pengelolaannya
sebagai berikut :17
a. Bagi yang dengan sengaja meminjamkan, menghibahkan, menjual,
mewariskan, mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya tanpa izin
dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
b. Bagi yang dengan sengaja mengubah peruntukan harta benda wakaf tanpa izin
dipidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah)
c. Bagi yang dengan sengaja menggunakan atau mengambil fasilitas atas hasil
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf melebihi jumlah yang
ditentukan, dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

D. Contoh Kasus Pelanggaran Hukum Wakaf18

Sudah dijelaskan bahwa sengketa wakaf termasuk kompetensi absolut pengadilan


dalam lingkungan peradilan agama. Oleh karena itu, sengketa wakaf ditangani (dalam
arti diperiksa, diputuskan, dan diselesaikan) di pengadilan dalam lingkungan peradilan
agama.

Berdasarkan sejumlah putusan yang terdapat pada pengadilan dalam lingkungan


peradilan agama, sengketa wakaf umumnya berkisar pada persoalan keabsahan wakaf
karena administrasinya belum didokumentasikan secara benar berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

16
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 68 ayat (2)-(3)
17
Ibid. hlm. 84-85. Lihat juga Jaih Mubarok. Op. Cit.hlm. 188-189.
18
Jaih Mubarok. Op. Cit.hlm. 181-184.

7
1. Pengesahan Wakaf di Aceh

Pada tahun 1980-an terdapat perkara wakaf yang ditangani oleh pengadilan
dalam lingkungan peradilan agama dari tingkat pertama hingga kasasi. Perkara
tersebut diputus oleh:

a. Pengadilan Agama Bireun Nomor 319/1984 Iertanggal 24 Desember 1984,

b. Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Banda Aceh Nomor 20/1985 tertanggal 2


September 1986, dan

c. Mahkamah Agung Nomor 49 K/AG/1987 tertangga114 Desember 1988.

Sekitar tahun 1922, seseorang yang berinisial DDA mewakafkan sebidang


tanah/kebun untuk dijadikan tempat pendidikan yang terletak di Desa Paloh,
Kemukiman SP. II. Kecamatan Peusangan, Kabupaten Aceh Utara. Dua bulan
setelah wakaf, di atas tanah tersebut dibangun masjid. kemudian diteruskan
dengan membangun madrasah oleh masyaraka setempat.

Sedangkan yang menjadi nazhir-nya adalah HI (salah satu anak dari wakif).
Nazhir (inisial HI) memunyai anak yang berinisial JH. Setelah nazhir (HI)
meninggal, putranya, JH mengklaim bahwa kakeknya tidak pernah mewakafkan
kebun tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan dalam bentuk surat tertulis yang
disampaikan kepada masyarakat desa setempat (sekita: tanggal 31 Juli 1984).
Dengan alasan, tanah tersebut tidak terdaftar sebagai tanah wakaf dalam
pendaftaran wakaf di KUA setempat.

Atas dasar peristiwa tersebut, MH dan kawan-kawan mengajukan gugatan ke


Pengadilan Agama Bireun untuk mengesahkan wakaf yang dilakukan oleh DDA.
Dengan mendatangkan saksi-saksi guna didengar keterangannya, akhirnya
majelis hakim Pengadilan Agama Bireun memandang bahwa gugatan MH dan
kawan-kawan dapat dikabulkan. Dengan demikia, tanah/kebun tersebut disahkan
kedudukannya sebagai objek wakaf. Karena tidak puas, pihak yang dikalahkan
mengajukan banding Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Banda Aceh. PTA Banda
Aceh kemudian mengeluarkan putusan sela yang isi pokoknya:

a. Menerima permohonan banding para pembanding, dan

8
b. Memerintahkan Pengadilan Agama Bireun untuk membuka kembali sidang
perkara wakaf tersebut.

Pada tahapan berikutnya, Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh menetapkan


Putusan Nomor 20 Tahun 1985 mengenai perkara wakaf diajukan banding
dengan keputusan bahwa wakaf tanah/kebun yang dilakukan oleh DDA adalah
sah. Dengan demikian, putusan Pengadilan Tim Agama Banda Aceh menguatkan
putusan Pengadilan Agama Bireun.

Karena masih tidak puas, para pihak yang kalah akhirnya mengajukan kasasi
ke Mahkamah Agung. Pada tanggal 14 Desember 1988, Mahkamah
mengeluarkan Putusan Nomor 49 K/AG/1987, yang isinya menolak permohonan
kasasi para pemohon. Hal itu berarti bahwa Mahkamah Agung menguatkan
putusan Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh dan sekaligus juga menguatkan
putusan Pengadilan Agama Bireun.

2. PENUKARAN TANAH WAKAF DI ACEH

Pada tahun 1990-an terdapat perkara wakaf yang ditangani oleh pengadilan
dalam lingkungan peradilan agama dari tingkat pertama hingga kasasi. Perkara
tersebut diputus oleh: (a) Pengadilan Agama Lhoksukon Nomor 1/P/ 1990/PA-
LSK tertanggal 21 Februari 1990, (b) Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Banda
Aceh Nomor 30/1991 tertanggal 26 Mei 1992, dan (c) Mahkamah Agung Nomor
131 K/AG/1992 tertanggal 30 Januari 1993.

Pada tahun 1926, HW dan kawan-kawan dari Desa Tanjung Ara, Kecamatan
Tanah Jambo Aye, telah mewakafkan sebidang tanah yang terletak di Desa
Tanjong Ara, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara untuk kuburan
dan tempat pendidikan agama Islam.

Pada tahun 1971, MNA did( (dari Desa Tanjung Ara) menukarkan tanah wakaf
tersebut dengan tanah lain (sawah) milik TA. Tanah wakaf yang berupa sawah
dikelola oleh masyarakat, sementara tanah wakaf yang berupa kebun dikelola oleh
TA. Akan tetapi, TA tidak memfungsikan tanah tersebut sesuai dengan tujuan
wakaf karena menurutnya tanah tersebut bukan tanah wakaf, tapi tanah Musara (?).

9
Setelah memeriksa bukti dan saksi-saksi, Pengadilan Agama Lhoksukon
menetapkan:

a. Mengabulkan gugatan para penggugat, dan

b. Menetapkan bahwa tanah terperkara adalah tanah wakaf dari HW dan kawan-
kawan.

Karena tidak puas terhadap putusan Pengadilan Agama Lhoksukon, pihak yang
dikalahkan melakukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama Banda (PTA) Aceh.
Setelah dilakukan pemeriksaan, PTA memutuskan bahwa:

a. Menghukum tergugat (pada pengadilan tingkat pertama) untuk menyerahkan


tanah wakaf kepada tergugat sesuai dengan Putusan Pengadilan Agama Nomor
1/P/90/PA-Lsk tanggal 21 Februari 1990, dan

b. Menghukum pembanding untuk membayar biaya perkara.

Karena tidak puas terhadap putusan Pengadilan Tinggi Agama Banda (PTA)
Aceh tersebut, pihak yang dikalahkan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.
Setelah melakukan pemeriksaan, Mahkamah Agung mengambil keputusan yang
isinya menguatkan dua putusan sebelumnya, yaitu menghukum tergugat (pada
Pengadilan tingkat pertama) untuk menyerahkan tanah wakaf kepada masyarakat
Desa Tanjong Ara dalam keadaan kosong.

3. Sengketa Tanah Kuburan di Jakarta

Sengketa mengenai tanah wakaf untuk makam/kuburan ini telah ditetapkan


oleh:

a. Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 3n/Pdt.G/2006 PA.JS tanggal 16


Oktober 2006, dan

b. Pengadilan Tinggi Agama (PTA Jakarta Nomor 38/Pdt.G/2007/PTA.JK


tanggal 24 Mei 2007. Akan tetapi. putusan pengadilan agamanya tidak didapatkan,
yang didapatkan hanyalah putusan pengadilan pada tingkat banding.

10
Awalnya, HS telah mewakafkan tanah untuk makam keluarga. Karena
penduduk setempat semakin bertambah, tanah tersebut tidak hanya digunakan
untuk makam keluarga, tapi juga untuk makam penduduk setempat Setelah
meninggal, tanah tersebut dikelola oleh Ry (anak HS). Menurm pengakuan Ry,
tanah tersebut adalah tanah warisan dari ayahnya, bukan tanah wakaf. Pengakuan
tersebut dibuktikan dengan bukti kepemilikan berupa girik letter C. Nomor 5941
Persi113 Blok D II atas nama yang bersangkutan.

Setelah melakukan pemeriksaan, Pengadilan Tinggi Agama (PTA Jakarta


menetapkan bahwa:

a. Membatalkan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor


311/Pdt.G/2006/PA.JS tangga116 Oktober 2006;

b. Menyatakan bahwa tanah pemakaman Kabelan VII Kampung Pecandran.


Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan seluas 4776 M2
adalah tanah wakaf yang berfungsi sebagai makam/kuburan;

c. Memerintahkan kepada pembanding untuk mendaftarakan tanah wakaf


tersebut ke kantor urusan agama (KUA) kecamatan setempat selaku Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW)."

Dari tiga kasus sengketa wakaf yang diteliti memperlihatkan bahwa:

a. Administrasi wakaf belum dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perun-


dang-undangan, terutama aspek pencatatan atau pendaftararmya;

b. Penukaran tanah wakaf berpotensi menimbulkan masalah ke depan jika tidak


sesuai dengan prosedur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

11
4. Sengketa Wakaf di Jawa Barat

PUTUSAN
Nomor : 56/Pdt.G/2011/PTA.Bdg.
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tinggi Agama di Bandung yang mengadili perkara tertentu pada tingkat
banding dalam persidangan Majelis telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
perkara antara : --------------------------------------------------------------------------------
H. KOMARUDDIN Bin H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Swasta, bertempat
tinggal di Bantar Kemang RT. 01 RW. 11, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor
Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT I;------------
Hj. MAESAROH Binti H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga,
bertempat tinggal di Kampung Cikeas, RT. 02 RW. 03, Kelurahan Katulampa,
Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT
II;--------------------------------------------------------------------------------------
Hj. HABIBAH Binti H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga,
bertempat tinggal di Parung Banteng Kemang RT. 03 RW. 01, Kelurahan Katulampa,
Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT
III;-------------------------------------------------------------------------------------
Hj. DIAH Binti H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga, bertempat
tinggal di Bantar Kemang RT. 05 RW. 06, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor
Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT
IV;--------------------------------------------------------------------------------------
H. AHMAD ZAELANI Bin H. ANWAR, Agama Islam, pekerjaan Wiraswasta,
bertempat tinggal di Bantar Kemang RT. 01 RW. 11, Kelurahan Katulampa,
Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, sebagai TERGUGAT
V;--------------------------------------------------------------------------------------
Para Tergugat telah memberikan huasa kepada IMANUELITA ROSANA JAGOBA
WAROUW, SH., MH. Advokat, Pengacara dan penasehat Kukum pada Kantor
Hukum “ Lita Warouw dan Rekan “ yang beralamat di Jalan Kresna Nomor 9
Perumahan Indaprasta I Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 30 Desember 2010, sebagai
PEMBANDING;--------------------------------------------------- 2
MELAWAN
H. IJUDIN TAUPIKILAH, umur 72 tahun, agama Islam, selaku Ketua Dewan
Keluarga Masjid/Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jami Al-Munawaroh,
bertempat tinggal Parung Banteng RT. 03, RW. 01 Kelurahan Katulampa, Kecamatan
Bogor Timur, Kota Bogor, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 24 Juni 2010,
telah memberi kuasa kepada ANTON DEDI HERMANTO, SH., NUR RIDHOWATI,
SH. OTTO BISMARGK FATHULLAH, SH., Advokat dan Konsultan Hukum pada
Kantor Advokat & Konsultan Hukum “ Anton Dedi Hermanto, SH., & Rekan,
berkedudukan di Jalan Bungur Raya Nomor: 46 Q, Jakarta Pusat, semula sebagai
PENGGUGAT sekarang TERBANDING ;-------------------
Pengadilan Tinggi Agama tersebut ; -------------------------------------------------------
Telah mempelajari berkas perkara dan semua surat yang berhubungan dengan perkara
yang dimohonkan banding ini ;--------------------------------------------------------------

12
TENTANG DUDUK PERKARANYA
Mengutip segala uraian tentang hal ini sebagaimana termuat dalam salinan putusan
Pengadilan Agama Bogor Nomor: 464/Pdt.G/2010/PA.Bgr. tanggal 27 Desember
2010 M. bertepatan dengan tanggal 21 Muharram 1432 H. dalam perkara antara pihak
- pihak tersebut yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
Menolak eksepsi Para
Tergugat;----------------------------------------------------------------------
DALAM PROVISI:
Menyatakan provisi Penggugat tidak dapat
diterima;----------------------------------------------
DALAM POKOK PERKARA:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat
sebagian;------------------------------------------------------

2. Menetapkan sebidang tanah seluas ± 2.800 M2 (dua ribu delapan ratus meter
persegi) yang dahulunya seluas ± 5.666 M2 yang dicatat dalam buku C No. 1046
persil No. 72 S. II, tercatat pula dalam buku C No : 9/528, persil No : 72 S. II terletak
di Parung Banteng RT. 02 RW. 01, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur,
Kota Bogor dengan batas-batas:

- Sebelah Utara : Tanah H. Effendi;----------------------------------------------------------


3
- Sebelah Selatan : Tanah Wiliana;-------------------------------------------------------------

- Sebelah Timur : Kali Cideukeut;-------------------------------------------------------------

- Sebelah Barat : Sekolah dan Jalan Rambutan;--------------------------------------------

Sebagai “ Tanah Wakaf “ yang berasal dari Hj. Arnas binti H. Thoyib kepada Masjid
Jami Al-Munawaroh dahulu Masjid Parung
Banteng;-----------------------------------------
3. Menghukum Para Tergugat yang saat ini menguasai tanah obyek sengketa tersebut
untuk menyerahkan tanah obyek sengketa sebagaimana tersebut pada point 2 (dua)
kepada
Penggugat;----------------------------------------------------------------------------------

4. Menyatakan Akta Kewarisan No. 08/PPPHP/2001/PA.Bgr, tanggal 31 Mei 2001


tidak mempunyai kekuatan
hukum;----------------------------------------------------------------------

5. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan atas sebidang tanah sebagaimana
tersebut pada point 2
(dua);-----------------------------------------------------------------------------------

6. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.


1.616.000,00 (satu juta enam ratus enam belas ribu
rupiah);--------------------------------------------------

13
7. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan
selebihnya;------------------------------------

Memperhatikan Akta Pernyataan Banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan


Agama Bogor tertanggal 05 Januari 2011 yang menyatakan bahwa Pembanding telah
mengajukan banding atas Putusan Pengadilan Agama tersebut dan pernyataan
permohonan banding tersebut telah diberitahukan kepada pihak Terbanding pada
tanggal 10 Januari
2011;-------------------------------------------------------------------------------------------------
-----
Memperhatikan bahwa Pembanding telah mengajukan Memori Banding tanggal 7
Pebruari 2011, yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Agama Bogor pada tanggal
7 Pebruari 2011, dan telah diberitahukan kepada Terbanding pada tanggal 14 Pebruari
2011;-------------------------------------------------------------------------------------------------
----
Memperhatikan bahwa Atas Memori Banding tersebut Terbanding telah mengajukan
Kontra Memori Banding tertanggal 23 Pebruari 2011 yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Agama Bogor pada tanggal 23 Pebruari 2011, dan telah diberitahukan
kepada Kuasa Pembanding pada tanggal 1 Maret 2011;-------------------------
Memperhatikan pula bahwa kepada masing-masing pihak telah diberi kesempatan
dengan patut untuk memeriksa dan mempelajari berkas perkara ( inzage ) sebelum
berkas perkara tersebut dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama
Bandung;------------------------------- 4

TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Tergugat/ Pembanding
telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara-cara sebagaimana yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka permohonan
banding tersebut secara formal harus dinyatakan dapat diterima;-----------------
DALAM EKSEPSI
Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Agama atas dasar apa yang dipertimbangkan
dan disebutkan dalam putusan Pengadilan Agama dalam Eksepasi, Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Agama sepenuhnya dapat menyetujui untuk dijadikan sebagai
pertimbangan dan pendapat Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama, sehingga
karenanya putusan Pengadilan Agama dalam Eksepsi tersebut dapat
dikuatkan;--------------
DALAM PROVISI
Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Agama atas dasar apa yang dipertimbangkan
dan disebutkan dalam putusan Pengadilan Agama dalam Provisi, Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Agama sepenuhnya dapat menyetujui untuk dijadikan sebagai
pertimbangan dan pendapat Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama, sehingga
karenanya putusan Pengadilan Agama dalam Provisi tersebut dapat
dikuatkan;---------------
DALAM POKOK PERKARA
Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Agama atas dasar apa yang dipertimbangan
dalam putusan Pengadilan Agama dalam pokok perkara ini sepenuhnya dapat
disetujui oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama, namun Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Agama memandang perlu menambahkan pertimbangannya sendiri
serta memperbaiki amar putusannya sebagai
berikut;------------------------------------------------------------------------

14
Menimbang bahwa mengenai keberatan Pembanding dalam memori banding tanggal
27 Desember 2010 halaman 9 tentang keterangan saksi Sirodj bin Abdillah, umur 82
tahun, belum dewasa, tidak mempunyai kwalitas sebagai saksi dan tidak mampu
bersaksi disaat peristiwa wakaf tahun 1938 masih berumur 10 tahun, menurut Majelis
Hakim Pengadilan Tinggi Agama keberatan Pembanding tidak beralasan hukum oleh
karenanya harus ditolak dengan alasan sebagai berikut:
 Bahwa, saksi Sirodj bin H. Abdillah, umur 82 tahun bukan satu satunya saksi
sebagai alat bukti yang dipertimbangkan oleh Pengadilan Tingkat Pertama tentang
adanya
5
peristiwa hukum wakaf, dan saksi hanya menerangkan rangkaian peristiwa-peristiwa
yang terjadi ketika itu samapai saat
ini ;----------------------------------------------------------

 Bahwa pada saat saksi Sirodj bin H. Abdillah menyampaikan kesaksian di depan
sidang tanggal 21 Oktober 2010 saksi sudah dewasa dan cakap bertindak di depan
hukum;----

 Bahwa, keterangan para saksi di muka persidangan, Sali bin Sairin, umur 92 tahun,
Dadat Muhammad H., umur 41 tahun, H. Utomi Bustomi umur 65 tahun, di atas
sumpahnya menerangkan bahwa objek sengketa diketahui secara umum oleh
masyarakat sekitarnya sebagai harta wakaf yang dikelola oleh pengurus Dewan
Kemakmuran Mesjid (DKM) berdasarkan pesan secara turun temurun sejak tahun
1938 dan hasilnya telah dipergunakan untuk kemakmuran mesjid
tersebut.-----------------------

Menimbang, bahwa pesan secara turun temurun tentang wakaf yang tidak ada bukti
surat wakafnya dapat dibenarkan menurut hukum sesuai dengan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI, Tanggal 25 Nopember 1975 Nomor 239K/Sip/1973 yang
menyatakan bahwa “apabila peristiwa hukum yang terjadi dahulu tidak mempunyai
surat, akan tetapi berdasarkan pesan turun temurun, sedang saksi yang langsung
menghadapi perbuatan hukum itu sudah tidak ada dan telah meninggal dunia, maka
dari pesan turun temurun itulah dapat dinilai sebagai keterangan
saksi”;--------------------------------------------
Menimbang, bahwa hal tersebut sesuai dengan pendapat dalam kitab Al Anwar Juz I
halaman 438 sebagai berikut :
.
Artinya : Apabila beberapa saksi memberi kesaksian berdasarkan apa yang mereka
dengar, maka ditetapkan wakaf itu berdasarkan kesaksian tersebut.
Menimbang, bahwa berdasarkan tambahan pertimbangan tersebut di atas, Majelis
Hakim Pengadilan Tinggi Agama berpendapat bahwa Putusan hakim tingkat pertama
dalam pokok perkara yang mengabulkan gugatan Penggugat/Terbanding sudah tepat
dan benar dan selanjutnya diambil alih oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama
untuk dijadikan alasan sendiri sebagai pertimbangan untuk memutus perkara ini
sehingga putusan Pengadilan Agama tersebut sepenuhnya dapat dikuatkan dengan
perbaikan amar lengkapnya sebagaimana tercantum dalam putusan
ini;-------------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam sidang musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
Agama, ada pendapat berbeda (Dissenting opinion) tentang ganti rugi Rp.

15
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) yang digugat oleh Penggugat, apakah menjadi
kewenangan absolute 6
Pengadilan Agama sebagaimana dimaksud oleh Pasal 49 Undang-undang No. 7
Tahun 1989 atau bukan menjadi kewenangan absolute?, Hakim Drs. H. Mohammad
Shaleh, SH., M.Hum. Sebagai Hakim Anggota berpendapat sengketa ganti rugi waris
perkara a quo bukan menjadi kewenangan Pengadilan Agama, dalam amar putusan
Pengadilan Agama seharusnya berbunyi menyatakan Pengadilan Agama tidak
berwenang dengan pertimbangan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa mengenai ganti rugi yang ditujukan pada Tergugat, baik ganti
rugi materiel yang berupa hasil tanah wakaf selama dikuasai oleh Para Tergugat
maupun ganti rugi immaterial sebesar 1 (satu) milyard, Hakim Anggota Drs. H.
Mohammad Shaleh, SH., M.Hum. tidak sependapat dengan amar Putusan Pengadilan
Agama yang menyatakan menolak gugatan tersebut, seharusnya “pernyataan menolak
gugatan” hanya untuk gugatan yang tidak cukup bukti, oleh karenanya amar putusan
Pengadilan Agama menurut Hakim Anggota tersebut harus diperbaiki sehingga
amarnya berbunyi : “Menyatakan gugatan Penggugat tentang ganti rugi materiel
maupun immateriel,bukan wewenang Pengadilan
Agama”;----------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa sekalipun ada dua pendapat yang berbeda (dissenting opinion),
namun sesuai dengan ketentuan hukum dan tata cara persidangan Pengadilan, maka
pendapat Hakim Tinggi terbanyaklah yang menjadi putusan sebagai tertuang dalam
amar putusan perkara
ini;------------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa Para Tergugat/Pembanding adalah pihak yang kalah, oleh
karenanya berdasarkan pasal 181 ayat (1) HIR, semua biaya perkara pada tingkat
pertama yang timbul karena perkara ini serta biaya perkara dalam tingkat banding
dibebankan kepada
Tergugat/Pembanding;------------------------------------------------------------------------
Mengingat akan Undang-Undang nomor 20 tahun 1947, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta dalil syar’i yang berkaitan dengan perkara
ini;-------------------
MENGADILI
- Menyatakan bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Tergugat / Pembanding
dapat
diterima ;---------------------------------------------------------------------------------------
- Menguatkan putusan Pengadilan Agama Bogor tanggal 27 Desember 2010 Masehi,
bertepatan dengan Tanggal 21 Muharram 1432 H, Nomor :464/Pdt.G/2010/PA.Bgr,
yang dimohonkan banding, dengan perbaikan sehingga amarnya berbunyi:
DALAM EKSEPSI
- Menolak Eksepsi Para
Tergugat;----------------------------------------------------------------- 7 DALAM
PROVISI
- Menyatakan Gugatan Provisi Penggugat tidak dapat diterima;-------------------------

DALAM POKOK PERKARA


l. Mengabulkan gugatan Penggugat
sebagian;--------------------------------------------------
2. Menetapkan sebidang tanah seluas 2800 M2 (Dua ribu delapan ratus meter persegi)
yang dahulunya seluas 5.666 M2 yang dicatat dalam buku C Nomor 11046 Persil
Nomor 72 S. II tercatat pula dalam buku C Nomor 9/528, persil Nomor 72 S. II

16
terletak di Parung Banteng RT. 02 RW 01, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor
Timur, Kota Bogor dengana batas-batas :
- Sebelah Utara : Tanah H. Effendi;------------------------------------------------------
- Sebelah Selatan : Tanah Wiliana;----------------------------------------------------------
- Sebelah Timur : Kali Cideukeut;---------------------------------------------------------
- Sebelah Barat : Selokan dan Jalan Rambutan;---------------------------------------
Adalah sebagai “Tanah Wakaf” yang berasal dari Hj. Arnas binti H. Thoyib kepada
Masjid Al Munawaroh dahulu Masjid Parung Banteng;-----------------------------------
3. Menghukum Para Tergugat yang saat ini menguasai tanah obyek sengketa tersebut
untuk menyerahkan obyek sengketa sebagaimana tersebut pada point 2 (dua) kepada
Penggugat;----------------------------------------------------------------------------------------
4. Menyatakan Akta Kewarisan Nomor 08/PPPHP/2001/PA.Bgr Tanggal 31 Mei
2001 tidak mempunyai kekuatan
hukum;------------------------------------------------------------
5. Menyatakan Sah dan Berharga Sita Jaminan atas sebidang tanah sebagaimana
tersebut tersebut pada point 2 (dua) ;---------------------------------------------------------
6. Menyatakan gugatan Penggugat tentang ganti rugi tidak dapat
diterima;-----------------
7. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan
selebihnya;---------------------------------
8. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 1.616.000,-
(Satu juta enam ratus enam belas ribu rupiah) ;--------------------------------------------
- Membebankan kepada Tergugat/Pembanding untuk membayar biaya perkara
padaTingkat Banding sebesar Rp.150.000,-(Seratur lima puluh ribu
rupiah);--------------
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim pada hari Kamis
tanggal 19 Mei 2011 Masehi bertepatan dengan tanggal 15 Jumadil Tsani 1432 8
Hijriyah, oleh kami Drs. H. M. NADJMI YAQIN, SH., M.Hum. Hakim Tinggi
Pengadilan Tinggi Agama Bandung, yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Tinggi
Agama Bandung sebagai Ketua Majelis, Drs. H. MUHAMMAD SHALEH, SH.,
M.Hum. dan Drs. H. BARHAKIM SUSILA, SH. masing - masing sebagai Hakim
Anggota dan pada hari itu juga diucapkan dan dibagakan dalam persidangan yang
terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri oleh Majelis Hakim
tersebut serta dibantu oleh PIPIH, SH. sebagai Panitera Pengganti, tanpa dihadiri oleh
pihak Pembanding dan Terbanding;----
KETUA MAJELIS,
ttd
Drs. H. M. NADJMI YAQIN, SH.
HAKIM ANGGOTA, HAKIM ANGGOTA,
Ttd ttd
Drs. H. MUHAMMAD SHALEH, SH., M.Hum. Drs. H. BARHAKIM SUSILA, SH.
PANITERA PENGGANTI,
ttd
PIPIH, SH.
Rincian biaya proses :
1. Biaya Meterai ………………………… Rp. 6.000,-
2. Redaksi ……………………………… Rp. 5.000,-
3. Biaya ATK, Pemberkasan dll. Rp.139.000,-

17
J u m l a h…………………………… Rp.150.000,- 9

Untuk salinan yang sama bunyinya oleh :


PANITERA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG
ttd
H. TRI HARYONO, SH.

18
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

 Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 ditetapkan bahwa peradilan agama


bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara antara
orang-orang yang beragama Islam di bidang : (1) perkawinan, (2) waris, (3) wasiat,
(4) hibah, (5) wakaf, (6) zakat, (7) infak, (8) sedekah, dan (9) ekonomi syariah.
 Sengketa wakaf masih sangat berpotensi untuk terjadi dan lebih banyak disebabkan
oleh ketidakjelasan hukum karena wakaf yang dilakukan tidak disertai alat-alat bukti
yang autentik (surat resmi yang sengaja dibuat sebagai alat bukti yang dibuat oleh
pihak yang berwenang secara hukum).
 Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf disebutkan bahwa
penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat. Namun apabila penyelesaian sengketa tidak berhasil, sengketa dapat
diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan.
Sanksi administratif berupa : (1) peringatan tertulis, (2) penghentian sementara atau
pencabutan izin kegiatan di bidang wakaf bagi Lembaga Keuangan Syariah, dan (3)
penghentian sementara dari jabatan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf. Ketentuan
lebih lanjut mengenai pelaksanaan sanksi administratif diatur dengan peraturan
pemerintah.
Adapun ketentuan pidana umum terhadap penyimpangan benda wakaf dan
pengelolaannya sebagai berikut :
a. Bagi yang dengan sengaja meminjamkan, menghibahkan, menjual, mewariskan,
mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya tanpa izin dipidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
b. Bagi yang dengan sengaja mengubah peruntukan harta benda wakaf tanpa izin
dipidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah)

19
c. Bagi yang dengan sengaja menggunakan atau mengambil fasilitas atas hasil
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf melebihi jumlah yang
ditentukan, dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
 Contoh pelanggaran hukum wakaf adalah pengesahan wakaf di Aceh, penukaran
tanah wakaf di Aceh, dan sengketa tanah kuburan di Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai