Nama Jurnal dan edisi : JOURNAL OF THE ROYAL MEDICAL
SERVICES Vol. 26 No. 1 April 2019 (JRMS April 2019; 26(1): 18-24/ DOI: 10.12816/0052894)
Judul Artikel : The Efficacy of Subconjunctival Bevacizumab in
the Management of Rubeosis Iridis and Neovascular Glaucoma Latar Belakang : Glaukoma adalah penyebab kedua kebutaan setelah katarak. Diperkirakan bahwa 67 juta di dunia memiliki glaukoma dan 6% dari pasien tersebut diklasifikasikan sebagai glaukoma sekunder. Meskipun prevalensi sebenarnya dari neovaskular glaukoma (NVG) tidak dipelajari dengan baik di Yordania tetapi umumnya terlihat selama praktik kami. di klinik oftalmologi. Di seluruh dunia, NVG menempati urutan ke 5 penyebab glaukoma sekunder dan menyumbang 5% dari kasus glaukoma sekunder. Hal inilah yang mendasari pemikiran penulis untuk melakukan penelitian agar membuktikan jalur subkonjungtiva dari anti VEGF juga tidak kalah baik di bandingkan jalur intra vitreal.
Tujuan : Untuk mengevaluasi kemanjuran bevacizumab
Subconjunctival di mata dengan iridis rubeosis dan glaukoma neovaskular di dua rumah sakit militer tersier di Yordania.
Metodologi : Sebuah studi prospektif yang dilakukan di King
Hussein Medical Center dan rumah sakit militer pangeran Rashid antara Desember 2016 dan Juni 2018. Semua mata yang ditemukan memiliki rubeosis iridis atau glaukoma neovaskular dilibatkan dalam penelitian ini. Mata dengan rubeosis iridis saja dibagi secara acak menjadi 3 kelompok; kelompok A adalah mereka yang menerima bevacizumab intra vitreal 1,25 mg / 0,05 ml, Kelompok B adalah mereka yang menerima injeksi subkonjungtiva 3,75 mg /0,15 mL bevacizumab dan Grup C yang tidak menerima bevacizumab. Mata dengan NVG dibagi secara acak menjadi dua kelompok: mereka yang menerima injeksi subconjunctival 3,75 mg / 0,15 mL bevacizumab setelah memulai agen penurun TIO (kelompok D) dan mata yang tersisa menerima obat anti glaukoma tanpa menerima injeksi (kelompok E). Mengamati NVG dan dijadwalkan untuk Ahmed glaucoma valve implant (AGV); setengah dari mereka dipilih secara acak untuk menerima injeksi subkonjungtiva 3,75 mg / 0,15 mL bevacizumab dan mata yang tersisa menjalani operasi tanpa menggunakan injeksi bevacizumab. Semua mata menjalani fotokoagulasi pan retina (PRP). Mata awalnya dinilai mengenai ketajaman visual yang paling baik, tingkat tekanan intraokular, tingkat rubeosis pada 2 minggu, 6 minggu dan 3 bulan setelah pengobatan. Hasil : Enam puluh pasien (94 mata) dengan usia rata- rata 57,1 ± 8,2 tahun dan rasio pria dan wanita 3: 2 dilibatkan dalam penelitian ini. Penyebab paling umum untuk rubeosis dan NVG adalah retinopati diabetik (67%) dan oklusi vena retina (16%). Di mata dengan rubeosis saja; pada 3 bulan injeksi bevacizumab subconjunctival mampu menginduksi regresi rubeosis pada 77% mata dibandingkan dengan 82% pada mata dengan injeksi intravitreal dan 62% pada mata yang tidak menerima injeksi. Mata dengan NVG yang menerima bevacizumab subconjunctival menunjukkan peningkatan yang signifikan pada BCVA, lebih banyak penurunan TIO, regresi rubeosis yang lebih baik dan tingkat keberhasilan operasi Ahmed Glaucoma Valve (AGV) yang lebih tinggi.
sebagai rute intravitreal dalam mengobati mata dengan rubeosis. Mata dengan glaukoma neovaskular menunjukkan peningkatan yang signifikan pada BCVA, lebih banyak penurunan TIO, regresi rubeosis yang lebih baik dan lebih banyak tingkat keberhasilan operasi AGV.
Rangkuman dan Hasil : PAda penelitian di bahas mengelompokan
Pembelajaran menjadi 3 kelompok variable terikat yang akan di teliti, kelompok pertama adalah rubeosis iridis tanpa peningkatan TIO terdapat subjek yang di berikan intravitreal anti VEGF dan subconjunctiva anti VEGF, variable terikat ke 2 adalah pasien NVG terdapat yang di berikan subconjunctiva anti VEGF dan yang tidak di berikan dan variable terikat ke 3 adalah pasien NVG yang akan di lakukan GDD, ada yang di berikan subconjungtiva anti VEGF da nada yang tidak, dengan masing masing variable kontrolnya adalah IVA, TIO, jumlah obat anti glaucoma dan Rubeosis. Pada hasil peneitian di temukan bahwa hasil dari rute pemberian intravitreal memang lebih baik tapi tidak jauh berbeda dengan pemberian subconjunctiva, hal ini dapat digunakan untuk memikirkan perimbangan komplikasi dalam menangani NVG.