Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI STRUKTUR
ACARA 3
PROYEKSI STEREOGRAFIS

DISUSUN
OLEH :

NAMA : MUH. ISKANDAR RAHMAN


NIM : 1909056012
PRODI : TEKNIK PERTAMBANGAN
ASSISTEN : EKO PRAYETNO
NIM : 1809085055

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi struktur diartikan sebagai sesuatu ilmu yang membahas suatu bentuk-bentuk
kerak bumi dan gejala-gejala pembentukannya. Dengan demikian, inti geologi struktur
adalah deformasi pada kerak bumi, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana akibat
yang ditimbukan.

Geologi struktur merupakan studi mengenal unsur-unsur struktur geologi, yaitu studi
tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan sebagainya, yang terdapat didalam suatu satuan
tektonik. Geologi struktur merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat pokok dan
mutlak dikuasai oleh seorang ahli ilmu kebumian. Tanpa adanya titik berat terhadap
pengetahuan serta wawasan yang luas terhadap ilmu ini, maka seorang ahli ilmu
kebumian akan sangat sukar menginterpretasikan data-data geologi yang ditemukan
dilapangan.

Gerakan yang berasal dari dalam bumi atau yang sering disebut gaya endogen banyak
sekali menimbulkan perubahan-perubahan batuan (deformasi) pada kerak bumi dan juga
akibat tenaga yang bekerja pada kulit bumi yaitu tenaga tektonisme, baik itu secara
mendatar (horizontal) maupun vertikal. Hasil dari gaya endogen dan tenaga yang
bekerja mengakibatkan rekahan-rekahan pada batuan yang menyebabkan akibat
terbentuknya struktur-struktur geologi seperti kekar dan sesar. Kekar dapat terjadi pada
setiap batuan dan memiliki dampak positif dan juga negatif sedangkan sesar terbentuk
akibat adanya gaya pada batuan (dapat berupa gaya yang menekan, gaya menarik,
maupun kombinasi keduanya) sehingga batuan tidak mampu lagi menahan gaya
tersebut.

Analisis sesar memiliki beberapa manfaat khususnya bagi dunia pertambangan. Dari
sesar tersebut dapat diketahui keberadaan kekar disekitarnya. Dari sesar tersebut dapat
diketahui keberadaan kekar disekitarnya. Dari kekar tersebut banyak memiliki manfaat.
Beberapa diantaranya yaitu pada tahap eksplorasi dan analisis geoteknik pada suatu
daerah.

1.2 Tujuan

Pada praktikum kali ini didapatkan tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengertian kekar dan sesar


b. Untuk menentukan hasil analisis sesar pada proyeksi stereografis
c. Untuk mengetahui manfaat analsis proyeksi stereografis
BAB II

DASAR TEORI

Sesar atau patahan adalah fraktur planar atau diskontinuitas dalam volume batuan,
dimana telah ada perpindahan signitifikan sebagai akibat dari gerakan masa batuan.
Sesar-sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng
tektonik, dengan yang  terbesar membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona
subduksi atau sesar transform.(Asikin,1978)

Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan yang cepat pada sesar aktif yang
merupakan penyebab utama gempa bumi. Menurut ilmu geofisika, sesar (Patahan)
terjadi ketika batuan mengalami tekanan dan suhu yang rendah sehingga sifatnya
menjadi rapuh (britlle) (Asikin, 1978).

Bidang Sesar adalah bidang yang mewakili permukaan fraktur pada patahan. Sebuah
jejak sesar (fault trace) atau garis sesar (fault line) adalah perpotongan dari bidang sesar
dengan permukaan tanah. Sebuah jejak sesar biasa diplot pada peta geologi untuk
mewakili suatu patahan.(Ahmad,2011)

Karena Sesar biasanya tidak berdiri tunggal atau sendiri, ahli geologi menggunakan
istilah zona sesar ketika mengacu pada zona deformasi yang kompleks terkait dengan
bidang sesar (Ahmad, 2011).

Dua buah sesar bersandingan non-vertikal biasa disebut hanging wall dan footwall.
Berdasarkan definisi, Hanging wall terjadi di atas bidang sesar dan footwall terjadi di
bawah bidang sesar. Terminologi ini datang dari dunia pertambangan: ketika mereka
sedang bekerja di tubuh mineral berbentuk tabular, penambang berdiri di atas footwall
di bawah kakinya dan dengan hanging wall berada di atas mereka (Thya, 2013).

Karena gesekan dan kekakuan batuan, batuan tidak bisa meluncur atau mengalir
melewati satu sama lain dengan mudah dan kadang-kadang semua gerakan berhenti.
Ketika ini terjadi, stres menumpuk di bebatuan dan saat mencapai tingkat yang melebihi
ambang ketegangan, energi potensial akumulasi didisipasikan oleh pelepasan
ketegangan, yang difokuskan ke sebuah bidang sepanjang di mana  gerakan relatif
tersebut ditampung (Fauzan, 2015).

Gambar 2.1 The Blue Anchor Fault di Inggris dengan beberapa sesar normal kecil di
hanging wallnya.

Tegangan terjadi secara akumulatif atau instan, tergantung pada reologi dari batuan;
kerak bawah dan mantel  yang ductile mengakumulasi deformasi secara bertahap
melalui gaya geser, sedangkan kerak atas yang brittle bereaksi dengan fraktur - lepasan
tegangan seketika – yang menyebabkan gerakan sepanjang sesar. Sebuah sesar dalam
batuan ductile juga dapat lepas seketika ketika laju regangan terlalu besar.Energi yang
dilepaskan oleh lepasan tegangan-seketika menyebabkan gempa bumi, fenomena umum
di sepanjang batas transform.(Sapiie,2009)

Slip didefinisikan sebagai gerakan relatif dari fitur geologi yang hadir di kedua sisi
bidang sesar, dan adalah vektor perpindahan. Sense of slip didefinisikan sebagai gerakan
relatif dari batuan di setiap sisi sesar sehubungan dengan sisi lain. Dalam mengukur
pemisahan horizontal atau vertikal, throw dari sesar adalah komponen vertikal
pemisahan dip dan heave dari sesar adalah komponen horisontal, seperti yang ada pada
gambar (Sapiie, 2009).
Gambar 2.2 Sesar di The Grands Causses di  Bédarieux, France. Sisi kiri bergerak ke
bawah relatif terhadap sisi kanan

Vektor slip dapat  dinilai secara kualitatif dengan mempelajari lipatan seret dari strata
di kedua sisi sesar. Arah dan besarnya heave dan throw dapat diukur hanya dengan
mencari titik perpotongan yang sama pada kedua sisi sesar disebut Piercing Point.
Dalam praktiknya, biasanya hanya mungkin untuk menemukan arah slip sesar, dan
perkiraan vektor dari throw dan heave.(Sapiie,2009)

Gambar 2.3 Sesar Mikro

Secara garis besar, sesar dibagi menjadi dua, yaitu sesar tampak dan sesar buta (blind
fault). Sesar yang tampak adalah sesar yang mencapai permukaan bumi sedangkan sesar
buta adalah sesar yang terjadi di bawah permukaan bumi dan tertutupi oleh lapisan
seperti lapisan deposisi sedimen.(Sapiie,2009)

Pengenalan sesar di lapangan biasanya cukup sulit. Beberapa kenampakan yang dapat
digunakan sebagai penunjuk adanya sesar antara lain :

1. Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan terpotong dengan tiba-tiba)


2. Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan.
3. Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores garis.
4. Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar, horses, atau
lices, milonit.
5. Silisifikasi dan mineralisasi sepanjang zona sesar.
6. Perbedaan fasies sedimen.
7. Petunjuk fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp), triangular
facet, dan terpotongnya bagian depan rangkaian pegunungan struktural.
8. Adanya boundins : lapisan batuan yang terpotong-potong akibat sesar.

Berdasarkan arah slip, Sesar secara umum dapat dikategorikan sebagai:

1. Strike-Slip : Di mana offset dominan horisontal, sejajar dengan jejak sesar.


2. Dip-Slip : Di mana offset dominan vertikal, tegak lurus dengan jejak sesar.
3. Oblique-Slip : Kombinasi Strike-Slip dan Dip-Slip

Berdasarkan arah gerak relatif hanging wall terhadap foot wall :

1. Sesar Turun/Normal : Bila hanging wall relatif turun.


2. Sesar Naik : Bila hanging wall relatif naik.

Berdasarkan ada tidaknya gerak rotasi :

1. Sesar Translasi : Bila masing-masing blok tidak terjadi gerak rotasi.


2. Sesar Rotasi : Bila ada gerak rotasi blok terhadap blok yang lain.
(Noor,2009)

Sesar merupakan kekar yang telah mengalami pergeseran melalui bidangnya,


pergeseran terjadi karena adanya gaya tektonik yang bekerja di dalam bumi. Sesar
terdapat pada semua jenis batuan dengan panjang yang bervariasi dari beberapa
milimeter sampai ratusan kilometer. Sesar dapat diklasifikasikan berdasarkan :

a. Orientasi pola tegasan utama,


b. Gerak relatifnya (Sense of diplacement) dan unsur geometrinya,
c. Rake dari net slip,
d. Separation dan slip
e. Dip of fault dan pitch of net slip
f. Tipe gerakannya.
(Asikin,1978)

Lipatan merupakan struktur pada batuan yang tampak seperti bergelombang. Lipatan
dapat dijumpai pada semua jenis batuan, namun yang paling sering dijumpai adalah
pada batuan sedimen berlapis. Bentuk gelombang yang cembung ke atas dinamakan
antiform, sementara yang cembung ke bawah dinamakan synform. (Dahlan, 2015)

Penganalisisan data kekar sangat penting dilakukan dalam hubungannya dengan


menentukan sumbu lipatan dan gaya gaya yang bekerja pada batuan daerah tersebut.
Dalam menganalisis kekar dapat dikerjakan dengan menggunakan tiga metode,yaitu: (a)
Histogram (b) Diagram kipas (c) Stereografis (Dahlan, 2015)

Dalam analisis kekar dengan histogram dan diagram kipas yang dianalisis hanyalah
jurus dan kekar dengan mengabaikan besar dan analisis arah kemiringan , sehingga
analsis ini akan mendekati kebenaran apabila kekar-kekar yang dianalisis mempunyai
dip yang cukup besar atau mendekati 90º .Gaya yang bekerja dianggap lateral, karena
arah kemiringan kekar diabaikan, maka dalam perhitungan kekar yang mempunyai arah
N180 ºE dihitung sama dengan N65 ºW . Jadi semua pengukuran dihitung ke dalam
interval N 0 ºE- N 90 ºE Dan N 0 ºW – N 90 ºW.(Dahlan,2015)

Untuk analisis statistik , data yang diperkenankan umumnya 50 data , tetapi 30 data
masih diperkenankan . Dalam analisis ini kekar gerus dan kekar tarik dipisahkan, karena
gaya yang bekerja untuk kedua jenis kekar tersebut berbeda. (Dahlan, 2015)

Berdasarkan definisi dari struktur geologi kekar, sesar, dan lipatan telah menunjukkan
bahwa adanya keterkaitan satu dengan yang lain. Misalnya sesar, sesar ialah kekar yang
mengalami pergeseran pada bidangnya, dan biasanya sesar terbentuk pada daerah
lipatan (sinklin maupun antiklin). (Polo, 1993)

Hubungan dari ketiga struktur geologi ini dapat dijelaskan melalui three stages of
deformation yang merupakan sifat deformasi suatu benda terhadap gaya berdasarkan
tingkat elastisitas benda tersebut. Ketiga tingkatan tersebut adalah :

1. Elastic
Benda dikatakan elastic jika suatu benda dikenai gaya, maka akan mengalami
deformasi, tetapi jika gaya dilepas (hilang), maka benda tersebut akan kembali lagi pada
bentuk dan ukuran semula. batas dimana suatu benda masih dapat kembali seperti
semula jika gaya dilepas, disebut elastic limit. Maka jika besar gaya yang bekerja
melebihi elastic limit, benda tersebut tidak akan kembali pada bentuk semula, jika gaya
hilang.

2. Plastic

Benda dikatakan plastic jika gaya yang bekerja mencapai elastic limit. Benda yang
terkena gaya hanya sebagian yang dapat kembali pada bentuk semula, jika gaya
dihilangkan.

3. Brittle and Ductile

Benda dikatakan brittle, jika benda sudah pecah sebelum gaya yang bekerja mencapai
titik plastis. Benda dikatakan ductile, jika benda pecah/hancur setelah gaya melewati
titik elastic.(Polo,1993)

Berdasarkan penjelasan mengenai tingkat deformasi tersebut dapat diketahui bahwa


kekar merupakan awal atau pemicu adanya sesar dan lipatan. Hal ini dikarenakan kekar
menjadi zona lemah suatu batuan yang apabila mendapat gaya yang lebih besar akan
memicu terjadinya struktur geologi sesar dan lipatan. Sedangkan sesar naik umumnya
terbentuk pada daerah lipatan berupa sinklin dan sesar turun terbentuk pada daerah
lipatan yang berupa antiklin. Hal ini dikarenakan ketika gaya tekan pada daerah lipatan
hilang, maka batuan yang terlipat akan kembali berusaha kebentuk semula, tetapi karena
adanya kekar maka terbentuklah sesar karena pergerakan yang terjadi pada bidang
kekar. (Khairil Rusman, 2016)

Dari penjelasan barusan, dapat disimpulkan bahwa analisis terhadap kekar pada suatu
tubuh batuan, selain bertujuan untuk menentukan arah gaya yang mempengaruhinya,
juga untuk mengetahui ada tidaknya kekar dan lipatan, bahkan dari analisis kekar kita
dapat mengetahui apakah suatu lipatan itu berupa sinklin atau antiklin. Selain itu kita
juga dapat mengetahui suatu sesar merupakan sesar naik, turun atau geser dari hasil
analisi kekar. (Khairil Rusman, 2016)
Untuk menentukan suatu sesar, kita dapat melakukannya dengan analisis kekar untuk
mendapatkan nilai Ө1, Ө2, Ө3. Jika kedudukan Ө1, Ө2 relatif horizontal, sedangkan Ө3
relatif vertikal sehingga menghasilkan hanging wall bergerak naik terhadap foot wall
maka sesar tersebut merupakan sesar naik. Jika kedudukan Ө2, Ө3 relatif horisontal,
sedangkan Ө1 vertikal sehingga menyebabkan hanging wall bergerak turun terhadap
foot wall maka sesar tersebut merupakan sesar turun. Jika kedudukan Ө1, Ө3 relatif
horisontal, sedangkan Ө2 vertikal, sehingga menyebabkan blok bergeser ke kanan atau
kiri maka sesar tersebut merupakan sesar geser. (Khairil Rusman, 2016)

Proyeksi stereografi merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan suatu


bidang/garis dalam suatu bidang proyeksi yang berupa bidang permukaan (horisontal)
yang melalui pusat sebuah bola. Bidang proyeksi ini berbentuk suatu lingkaran yang
kemudian disebut sebagai lingkaran primitif. Lingkaran pimitif merupakan proyeksi
struktur bidang yang kedudukannya horisontal (dip = 0o), maka penentuan bidangbidang
yang berkedudukan miring, pada Wulff Net dan scmhid Net, 0o dimulai dari lingkaran
primitif dan 90o terletak pada pusat lingkaran. Untuk struktur bidang miring yang dip-
nya 0o – 90o proyeksinya akan berbentuk busur dari suatu lingkaran yang jarijarinya
selalu lebih besar dari jari-jari lingkaran primitifnya, oleh karena itu busur lingkaran ini
disebut lingkaran besar atau stereogram dari bidang yang bersangkutan. Untuk struktur
bidang yang kedudukannya vertikal maka proyeksinya akan berupa garis lurus yang
melalui pusat lingkaran primitif. Selain lingkaran primitif dan lingkaran besar, pada
stereonet juga terdapat lingkaran kecil. Lingkaran kecil ini merupakan perpotongan
antara bidang permukaan bola (bidang proyeksi dengan bidang yang tidak melalui pusat
bola). (Sukartono, 2013)

Bila arah utara-selatan merupakan tempat kedudukan pusat lingkaran kecil dengan
jarijari yang berbeda dan lingkaran kecil bagian bawah bola diproyeksikan ke titik
zenith, maka akan menghasilkan garis-garis lengkung (busur) lingkaran kecil.
Lingkaranlingkaran kecil ini pada titik-titik perpotongannya dengan lingkaran primitif
berfungsi untuk memplot arah jurus suatu bidang atau “bearing” suatu garis,
menentukan besar sudut pitch/rake suatu struktur garis pada bidang tertentu.
(Sukartono, 2013)
Masing-masing dari proyeksi stereografis ini memiliki ciri dan hasil proyeksi yang
berbeda-beda, namun dalam analisa geometri struktur geologi, tak jarang dibutuhkan
kombinasi dari keempatnya untuk menghasilkan analisa geometri yang akurat dan lebih
praktis. Proyeksi stereografis terdiri dari beberapa macam, antara lain:

1. Equal Angle Projection

Gambar 2.4 Proyeksi Equal Angle, Wuff Net

Proyeksi ini pada dasarnya memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke bidang
proyeksi pada suatu tutuk zenith yang terletak pada sumbu vertikal melalui pusat bola
bagian puncak. Bidang-bidang dengan sudut yang sama akan digambarkan semakin
rapat ke arah pusat. Hasil penggambaran pada bidang proyeksi disebut sebagai
stereogram. Hasil dari equal angle projection adalah Wulff Net. (Sukartono, 2013)

2. Equal Area Projection

Gambar 2.5 Proyeksi Equal Area, Schmidt Net

Proyeksi ini lebih umum digunakan dalam analisis data statistik karena kerapatan hasil
ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Proyeksi equal area merupakan
proyeksi yang akan menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan
sebanding dengan sebenarnya. Hasil dari equal area projection adalah suatu stereogram
yang disebut dengan Schmidt Net.(Sukartono,2013)
3. Orthogonal Projection
Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena pada proyeksi
ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksikan tegak lurus pada bidang
proyeksi dan lingkaran hasil proyeksi akan semakin renggang ke arah pusat. Stereogram
dari proyeksi ortogonal disebut sebagai Orthographic Net (Sukartono, 2013)

Gambar 2.6 Proyeksi Kutub, Polar Net

4. Polar Projection

Gambar 2.7 Proyeksi Kutub, Polar Net

Pada proyeksi ini, baik unsur garis maupun bidang tergambar sebagi suatu titik.
Stereogram dari proyeksi kutub ini adalah Polar Net atau Billings Net. Polar Net ini
diperoleh dari equal area projection, sehingga apabila ingin mendapatkan proyeksi
bidang dari suatu titikpada Polar Net, harus menggunakan Schmidts Net.
(Sukartono,2013)

Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari material
penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama dan atau setelah
pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau hidup di bumi.
(Sukartono,2013)
Para peneliti di struktur geologi prihatin dengan orientasi dari Bidang datar dan baris
untuk sejumlah alasan. foliasi dari batu adalah struktur planar yang sering berisi struktur
linier yang disebut Lineasi . Demikian pula, sebuah kesalahan Bidang datar adalah
struktur planar yang mungkin berisi struktur linier seperti slickensides . Orientasi ini
garis dan Bidang datar pada berbagai skala dapat diplot dengan menggunakan
metodemetode Visualisasi garis dan Bidang datar bagian atas. Seperti dalam
kristalografi, Bidang datar biasanya diplot oleh tiang mereka. (Sukartono, 2013)

Tidak seperti kristalografi, belahan bumi selatan digunakan sebagai ganti dari utara
(karena struktur geologi di bawah permukaan terletak pertanyaan bumi). Dalam konteks
ini proyeksi stereografik sering disebut sebagai menurunkan proyeksi belahan bumi
sama-sudut. Yang sama-area yang lebih rendah-proyeksi belahan bumi ditentukan oleh
azimut sama-daerah proyeksi Lambert juga digunakan, terutama ketika plot harus
dikenakan analisis statistik selanjutnya seperti kepadatan contouring. (Dahlan, 2015)

Dalam kristalografi, Bidang datar biasanya diplot oleh tiang mereka. Tidak seperti
kristalografi, belahan bumi selatan digunakan sebagai ganti dari utara (karena struktur
geologi di bawah permukaan terletak pertanyaan. Dalam konteks ini proyeksi
stereografik sering disebut sebagai menurunkan proyeksi belahan bumi-sama-sudut.
Yang sama-area yang lebih rendah-proyeksi belahan bumi ditentukan oleh azimut
samadaerah proyeksi Lambert juga digunakan, terutama ketika plot harus dikenakan
analisis statistik selanjutnya seperti kepadatan contouring .Proyeksi stereografi dapat
membantu kita didalam menganalisis struktur- struktur geologi dan permasalahan-
permasalahan yang berhubungan dengan geometri struktur geologi. Misalnya untuk
menginterpretasikan arah tegasan yang bekerja pada suatu area dengan menggunakan
perhitungan arah kekar yang dominan secara statistik, menginterpretasikan plunge dari
sebuah lipatan, menginterpretasikan jenis sesar dari data kekar ataupun arah garis gores
(slicken line) yang terdapat pada singkapan batuan yang ada dilapangan. (Asikin, 1978)
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum proyeksi streografis adalah
sebagai berikut :

3.1.1 Alat

a. Alat tulis
b. Penggaris
c. Jangka
d. Busur 360o
e. Streonet

3.1.2 Bahan

a. HVS
b. Kalkir
c. Kertas Stereonet wuffel
d. Kertas Schmidt net
e. Kertas Kalsbeek net
f. Kertas Polar equal net

3.2 Prosedur Percobaan

Pada praktikum kali ini, ada dua prosedur percobaan yaitu Analisis Kekar secara
Proyeksi Stereografis dan Analisis Sesar secara Proyeksi Stereografis

3.2.1 Analisis Kekar secara Proyeksi Streografis

a. Disiapkan Pada data kekar yang terdiri strike dan dip yang akan di plot pada
diagram Schmidt net.
b. Digabungkan kertas kalkir bersama diagram schmidt net dengan paku picik agar
kertas kalkir tersebut bisa di putar.
c. Diplot data strike dan dip di kertas kalkir tersebut dengan cara membuat lingkaran
berukuran sama dengan lingkaran pada Schmidt net lalu berikan arah N,E,S, dan W.
Lalu input data strike tersebut dan diberi titik di lingkaran, lalu tanda titik pada
strke tersebut di putar kearah N. Setelah itu input data dip tersebut dengan cara
dihitung dari pusat diagram Schmidt net dengan nilai dipnya kearah W dan beri
tanda titik. lalu kembalikan lagi posisi kertas kalkir tersebut. Lakukan cara tersebut
pada seluruh data strike dan dip.
d. Diganti diagram Schmidt net dengan diagram kalsbeek net. Lalu satukan dengan
data strike dan dip yang sebelumnya sudah di input.
e. Ditambahkan kertas kalkir baru untuk pengambaran garis kontur. Cara pembuatan
garis konturnya yaitu dengan memperhatikan posisi titik pada diagram kalsbeek net.
Dengan membentuk pola segienam, hitunglah titik yang terdapat pada pola tersebut
lalu tulis angka tersebut pada kertas kalkir yang kosong. Lakukan seterusnya pada
titik yang lain.
f. Dihubungkan angka yang sama sehingga membentuk kontur g Diganti lagi diagram
kalsbeek net dengan diagram Schmidt net dan gabungkan dengan garis kontur
tersebut dan dimasukan lagi kertas kalkir baru dengan dan dibuat lingkaran.
g. Diputar nilai titik tertinggi pada garis kontur tersebut kearah east lalu di tambahkan
90o kearah west lalu beri tanda titik.
h. Dibuat garis mengikuti pola diagram Schmidt net sepanjang N dan S. lakukan pada
garis kontur yang lain di lakukan hal yang sama, sehingga akan membentuk
perpotongan antara garis shear dan garis gesh yang kemudian titik perpotongan
tersebut merupakan nilai ϭ2ϭ2’.
i. Diputar titik perpotongan tersebut kearah east lalu ditambah 90 o. Kemudian posisi
tersebut di beri garis mengikuti pola Schmidt net sepanjang N dan S. garis tersebut
merupakan garis bantu. Garis perpotongan antara garis bantu dengan garis gesh
merupakan nilai ϭ1’
j. Diputarkan titik tersebut kearah west, lalu ditambah 30o didapat nilai ϭ1. Lalu di
tambah 30o merupakan nilai ϭ3’. Titik tersebut di putar ke west lalu di tambah 30 o
didapat nilai ϭ3.
k. Dikembalikan lagi posisi kalkir pada posisi normal, dan tentukan masing nilai dari
ϭ2ϭ2’ ϭ1’ ϭ1 ϭ3’ dan ϭ3.

3.2.2 Analisis Sesar secara Proyeksi Stereografis

a. Digabung diagram Schmidt net dengan kertas kalkir yang berisikan data garis
kontur sebelumnya dan dimasukan lagi kertas kalkir baru dengan dan dibuat
lingkaran.
b. Diputar nilai titik tertinggi pada garis kontur tersebut kearah east lalu di tambahkan
90o kearah west lalu beri tanda titik.
c. Dibuat garis mengikuti pola diagram Schmidt net sepanjang N dan S. kemudian
hubungkan dengan garis lurus sepanjang N dan S lakukan pada garis kontur yang
lain di lakukan hal yang sama, sehingga akan membentuk perpotongan antara garis
shear dan garis gesh yang kemudian titik perpotongan tersebut merupakan nilai ϭ2.
d. Diarahkan sembarang perpotongan garis lurus dari dari gesh dan garis shear namun
sisi kiri dan sisi kanan tersebut mempunyai sudut yang sama.
e. Dibuat garis putus putus di pertengahannya. Perpotongan garis putus putus dengan
garis bantu tersebut diberi titik dengan nilai ϭ3.
f. Diarahkan titik ϭ3 ke arah west lalu hitung 90o ke selatan, maka titik tersebut
merupakan nilai ϭ1
g. Diinput data breksiasi kemudian di tarik garis lurus sepanjang N dan S. kemudian
pada titik ϭ2 tadi dibuat garis lagi menyambung garis breksiasi tersebut.
BAB IV

PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Data lokasi pengambilan data kekar


Lokasi pengambilan data kekar
Strike/Dip Strike/Dip Strike/Dip Strike/Dip Strike/Dip
N30°E 75° N48°E 60° N65°E 86° N93°E 60° N104°E 83°
N35°E 83° N50°E 78° N65°E 83° N95°E 39° N106°E 55°
N35°E 65° N50°E 75° N70°E 69° N97°E 78° N110°E 78°
N35°E 39° N51°E 72° N70°E 72° N98°E 69° N110°E 62°
N35°E 69° N54°E 75° N71°E 55° N100°E 69° N110°E 75°
N40°E 55° N56°E 86° N77°E 80° N100°E 80° N110°E 86°
N40°E 78° N59°E 62° N84°E 65° N100°E 75° N110°E 60°
N43°E 39° N61°E 69° N85°E 60° N100°E 69° N110°E 62°
N43°E 39° N64°E 69° N85°E 80° N100°E 69° N140°E 75°
N43°E 65° N65°E 83° N91°E 72° N102°E 62° N140°E 55°

Data arah breksiasi (BS) N 345o E


Gambar 4.1 Plotting Schmidt Net
Gambar 4.2 Plotting Kontur
Gambar 4.3 Analisis kekar menggunakan Schmidt net
Hasil analisis kekar menggunakan Schmidt net yaitu sebagai berikut:
1 = N 352o E / 17o
1’= N 318o E / 20o
2 = 2’=N 98o E / 70o
3 = N 286o E / 16o
3’= N 246o E / 7o
Gambar 4.4 Analisis sesar menggunakan schmidt net

Dari hasil analisis menggunakan schmidt net yaitu sebagai berikut :

1 = N 264o E / 18o
2 = N 122o E / 54o
3 = N 335o E / 44o
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum kali ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

a. Kekar adalah pemecahan atau pemisahan dalam formasi geologis, sedangkan Sesar
atau patahan adalah fraktur planar atau diskontinuitas dalam volume batuan, dimana
telah ada perpindahan signitifikan sebagai akibat dari gerakan masa batuan.
b. Berdasarkan hasil analisis sesar pada gambar 4.4diketahui 1 = N 76o / 2o, 2 = N
110o / 80o, 3 = N 344o / 12o.
c. Kita dapat mengetahui tentang menganalisis data kekar dan sesar, menentukan nilai
kedudukan sesar dan kekar.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya agar diperjelas pemaparan materi dan dilakukan
secara tatap muka agar para praktikan dapat paham dan mengerti materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin,Sekunder.1978.Dasar-Dasar Geologi Struktur.Departement Teknik


Geologi ITB. Bandung

Dahlan,Balfas Muhammad.2015.Geologi Untuk Penambangan Umum.


Graha Ilmu. Yogyakarta

Polo,L, dkk.1993. Analisis pola dan karakter kekar untuk menentukan


Struktur geologi sesar dan kondisi fisik batuan. UNPAD.Bandung

Rusman, Muh.Khairil.2016. Geologi Dasar.Tidak diterbitkan. Kendari

Sukartono.2013.Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai