Anda di halaman 1dari 6

ESSAY TERSTRUKTUR KE-II

MENEJEMEN BALITA SAKIT ATAU MTBS


DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Neonatus
Dalam Praktik Kebidanan
Dosen Pembimbing : Dini Eka P, M.Keb

Disusun Oleh :

Firda Izzatul Wahidah (NIM. 200550005)

PROGRAM STUDI DIPLOMAIII KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER
JL. PANGANDARAN NO.42 ANTIROGO - JEMBER

2021
1. Pengertian MTBS
Manejemen balita sakit atau MTBS adalah suatu pendekatan terpadu
untuk kesehatan anak umur 0-59 bulan secara menyeluruh di unit
rawat jalan dipuskesmas dan jaringan kesehatan lainnya. MTBS
bertujuan mengurangi kematian, kesakitan, mempromosikan
pertumbuhan perkembangan dan upaya pencegahan dari sakit dan
cedera pada anak. Pemeriksaan yang menyeluruh akan membutuhkan
waktu yang relative lebih lama sehingga para ibu diharapkan dapat
bersabar menunggu. Tata kasus balita dengan pendekatan MTBS
dibagi kedalam dua golongan umur, yang pertama yaitu untuk balita
sakit umur dua bulan sampai umur lima tahun dan yang kedua yaitu
bayi umur kurang.
Kunjungan awal atau kunjungan pertama terhadap balita yang sakit
yaitu :
1. Ibu yang membawa bayi atau balita pertama-tama melakukan
pendaftaran diloket dengan mencatat identitas anak pada formulir
rawat jalan balita sakit atau Kartu Rekam Medis (KRM), jangan lupa
tanyakan kepada ibu apakah membawa buku KIA untuk
mempermudah pencatatan identitas anak.
2. Berikutnya petugas akan melakukan pemeriksaaan dimana saat
melakukan pemeriksaan sudah ada tempat khusus jadi anak lebih
tenang dan nyaman saat akan dilakukan pemeriksaan.
3. Pemeriksaan bayi atau balita sakit harus dilakukan sesuai dengan
tahapan yang ada diformulir pencatatan MTBS.

2. Klarifikasi
Contoh kasus yaitu anak bernama salwa dengan umur 2,5 tahun datang ke
puskemas dibawa oleh ibunya karena batuk dan diare, untuk menentukan
status gizi anak tersebut petugas kesehatan melakukan diantaranya :
1. memeriksa berat badan anak
2. Mengukur tinggi badan
3. Suhu tubuh
4. Menentukan apakah kunjungan ini kunjungan pertama untuk keluhan
yang sama atau kunjungan ulang
5. Kemudian petugas kesehatan melakukan penilaian dengan memeriksa
tanda bahaya umum.
melalui pemeriksaan tersebut tenaga kesehatan mendapatkan bahwa
Anak bisa minum ,tidak muntah dan tidak kejang, anak pun tampak sadar
jika ditemukan stridor maupun kebiruan (sianosis), ujung tangan dan kaki
anak tidak terasa dingin maupun terlihat pucat dengan demikian anak
bernama salwa tidak memiliki klasifikasi penyakit yang sangat berat.
Untuk batuknya yaitu petugas mendapat frekuensi nafas anak 38
kali/menit karena, salwa berumur 2 setengah tahun maka Ia tidak bernafas
terlau cepat , tarikan dinding dada maupun wising tidak ditemukan,
saturasi oksigen 92% tergolong baik. Berdasarkan gejala-gejala tersebut
anak salwa tidak diklasifikasikan sebagai pneumonia berat maupun
pneumonia karena tidak ada tarikan dinding dada ke dalam saturasi
oksigen lebih dari 90% dan frekuensi nafas tidak cepat sehingga ini
diklasifikasikan batuk bukan pneumonia.
Selanjutnya petugas melakukan pemeriksaan untuk diare anak salwa
dan mendapati keadaan anak secara umum adalah
 Baik, matanya tidak cekung
 Anak minum seperti biasa
 Cubitan kulit perutnya kembali segera. Maka anak diklasifikan
sebagai DIARE TANPA DEHIDRASI dan DISENTRI.
Lalu petugas melajutkan Penilaian Ternyata Tidak Ada Demam baik
dari anamnesa maupun hasil perabaan pengukuran suhu, anak juga tidak
mempunyai masalah telinga dengan demikian penilaian untuk demam
ataupun masalah telinga tidak dilakukan sehingga tidak ada klasifikasi
untuk demam maupun masalah telinga.
 Salwa tidak tampak kurus
 Tidak ada pembengkakan di kedua punggung kakinya
 Berat badan menurut tinggi
 Badan terletak diantara garis –2SD sampai +2SD
 Petugas kesehatan tidak memeriksakan komplikasi medis, karena
lingkar lengan atas (LILA) anak lebih dari 12, 5 cm.
Berdasarkan bagan yang ada dibuku KIA maka anak diklasifikasikan
sebagai gizi baik, anak juga diklasifikasikan tidak anemia karena pada
pemeriksaan telapak tangannya tidak pucat. Ibu pernah tinggal di daerah
epidemi HIV terkonsentrasi Maka Petugas Kesehatan Mencari dan
Menentukan apakah anak ada klasifikasi berat atau ada klasifikasi
berwarna merah muda atau terdapat salah satu dari : Riwayat TB,
pemberian OAT berulang, gizi buruk berulang, pneumonia berulang, diare
kronik atau persisten.
Petugas tidak mendapat tanda-tanda diatas pada anak salwa maka
petugas kesehatan tidak melakukan pemeriksaan untuk HIV, Salwa sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap setiap bulan februari dan agustus ia
diberi Vit A dosis tinggi di posyandu dan tidak ada masalah atau keluhan
lain selain batuk dan diare.

3. Tindakan
1. Pada Kasus Ini Petugas Kesehatan Tidak Perlu Melakukan
Penilaian Pemberian Makan karena anak berumur lebih dari 2 tahun,
gizi baik, dan tidak anemia. Mengingat salwa memiliki klasifikasi
yang berwarna hijau dan kuning yang artinya tidak memiliki
klasifikasi segera, maka anak ini tidak perlu dirujuk ke dokter. Perawat
atau bidan yang memeriksa salwa dapat menentukan tindakan atau
pengobatan sesuai klasifikasi nya berdasarkan buku bagan.
2. Petugas kesehatan meminta ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi
karena DISENTRI dan memberi nasehat untuk segera kembali apabila
salwa mengalami hal-hal berikut:
 Tidak dapat minum atau menyusu
 Bertambah parah
 Timbul demam
 Nafas cepat
 Sukar bernafas.
3. Penting Bagi Petugas Kesehatan Untuk Memberikan Konseling
Pada Ibu Terkait Pencegahan Cidera Pada Anak karena hasil
menunjukkan bahwa anak salwa batuk bukan Karena hasil
pemeriksaan salwa menunjukkan menderita batuk bukan pneumonia,
diare tanpa dehidrasi dan disentri, sehingga obat-obatan yang
diperlukan adalah pelegga tenggorok dan pereda batuk yang aman.
Kontrimuksasol, zing, oralit 3.
4. Jangan lupa untuk memberitau ibu kapan harus membawa balita
kembali untuk mendapatkan imunisasi berikutnya Vitamin A dosis
tinggi tidak diberikan karena anak tidak membutuhkannya saat ini.
Akhirnya setelah pelayanan terhadap balita selesai dilakukan pada hari
yang sama petugas kesehatan yang memeriksa balita atau petugas
lainnya, mencatat hasil pelayanan balita sakit dalam buku registrasi
rawat jalan balita sakit sesuai dengan petunjuk pengisian, termasuk
melakukan dan mencatat konfesi klasifikasi MTBS kedalam quiz
diagnosa berdasarkan Icydten. Selanjutnya hasil pencatatan dalam
register inidapat dipilah untuk keperluan pelaporan secara berjenjang.

4. Penyuluhan
KIA/KB IMUNISASI Tata laksana bayi muda umur kurang 2 bulan
pada prinsipnya sama dengan balita sakit umur 2 bulan sampai umur 5
tahun. Perbedannya hannya terletak pada pengisian formulir pencatatan
bagan dan registrasi rawat jalan khusus untuk bayi muda, pelayanan
terhadap bayi muda di puskesmas dapat dilakukan di ruang KIA dapat
juga dirumah bayi. Bidan melalakukan kunjungan pelayanan bayi KM 1,
KM 2 atau KM 3 dan memeriksa bayi sesuai dengan langkah-langkah
penilaian formulir pencatatan bayi muda umur kurang dari 2 bulan. Ketika
kunjungan neonatal menggunakan buku KIA sebagai bahan penyuluhan
atau pemberian nasehat kepada ibu serta mencatat segala sesuatu yang
berkaitan dengan kesehatan bayi dalam buku KIA. Beberapan anak datang
kembali ke puskesmas untuk kunjungan ulang, pada waktu kunjungan
ulang petugas kesehatan dapat memeriksa (Apakah anak membaik, kondisi
berubah atau bertambah parah). Dalam hal ini gunakan pedoman
pemberian pelayanan tindak lanjut untuk balita atau untuk bayi muda
sakit.

Anda mungkin juga menyukai