Firda Izzatul Wahida LP Persalinan
Firda Izzatul Wahida LP Persalinan
diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ASKEB Persalinan dan Bayi Baru
Lahir
Disusun Oleh :
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Berjudul :
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ASKEB Persalinan dan Bayi
Baru Lahir
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir ”. Dalam penyusunan makalah ini,
kami medalam Kehamilan ngucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
Saya menyadari bahwa penyelesaian laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dalam segi pembahasan, penulisan dan penyusuna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritk dan saran dari dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir , untuk menyempurkan laporan ini..
3
Jember, 14 November 2021
Penyusun
4
DAFTAR ISI
Cover
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................3
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dan tahap persalinan.............3
2. Mahasiswa mampu memahami permulaan dan mekanisme persalinan....3
3. Mahasiswa mampu memahami perubahan Fisiologi dalam persalinan....3
4. Mahasiswa mampu memahami Perubahan Psikologi yang mempengaruhi
persalinan..........................................................................................................3
5. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi persalinan. . .3
6. Mahasiswa mampu memahami persalinan dimasa pandemic Covid-19...3
7. Mahasiswa mampu memahami rencana Asuhan dalam persalinan dengan
ketidaknyamanan yang sering terjadi...............................................................3
1.3 Ruang Lingkup..........................................................................................3
1.3.1 Sasaran...............................................................................................3
1.3.2 Tempat Praktek..................................................................................3
1.3.3 Waktu Pelaksanaan............................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
1.4.1 Bagi Institusi......................................................................................3
1.4.2 Bagi Lahan Praktek............................................................................4
1.4.3 Bagi Pasien.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Tinjauan Teori...........................................................................................5
2.1.1 Pengertian Persalinan.........................................................................5
5
2.1.2 Tahapan Persalinan............................................................................5
2.1.3 Permulaan Persalinan.........................................................................8
2.1.4 Mekanisme Persalinan...........................................................................9
2.1.5 Perubahan Fisiologi Persalinan............................................................11
2.1.6 Perubahan Psikologi Persalinan...........................................................13
2.1.7 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan...............................................19
2.1.8 Rencana Asuhan Fisiologis Persalinan dan Bayi Baru Lahir..............24
2.1.9 Persalinan pada Masa Pandemi Covid-19...........................................29
2.1.10 Rencana Asuhan pada Persalinan dengan Ketidaknyamanan yang
Sering Terjadi.................................................................................................30
2.2 Manajemen Konsep Asuhan Kebidanan (ASKEB Teori sesuai Varney)
30
2.2.1 Pengkajian data subyektif dan obyektif...........................................30
2.2.2 Interpretasi data................................................................................38
2.2.3 Diagnosa potensial...........................................................................38
2.2.4 Antisipasi penanganan segera..........................................................38
2.2.5 Intervensi..........................................................................................38
2.2.6 Implementasi....................................................................................38
2.2.7 Evaluasi............................................................................................39
6
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang signifikan terhadap sensorik dan afektif pada nyeri persalinan
(Whitburn, Jones, Davey, & Small, 2017).
Menurut WHO tahun 2010, angka kematian ibu di dunia maupun di
Indonesia akibat komplikasi persalinan masih cukup tinggi, sebanyak
536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian
ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara- negara
berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 ke- lahiran bayi hidup jika
disbanding kan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara
persemakmuran (Puspitasari, Arum, 2013). Menurut Depkes pada tahun
2010, penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait
kehamilan dan persalinan adalah perdarahan (28%). Sebab lain, yaitu
eklampsi (24%), infeksi (11%), partus lama (5%), dan abortus (5%)
(Depkes. RI, 2014). Berdasarkan SDKI 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia masih tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jika
dihitung berdasarkan angka tersebut, maka ada 16.155 orang ibu yang
meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas pada tahun 2012. Di
samping itu, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih tinggi di Indonesia.
Pada tahun 2012, angkanya adalah 32 per 1000 kelahiran hidup atau setara
dengan 144.000 (SDKI, 2012). Menurut data Derajat Kesehatan Propinsi
Jawa Timur AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 89,6 per 100.000
kelahiran hidup (Dinkes Jawa Timur, 2015). Menurut data Dinas
Kesehatan Jawa Timur, Surabaya menjadi kota penyumbang angka
kematian ibu hamil tertinggi di Jatim. Hal itu terlihat dari jumlah ibu
melahirkan yang meninggal di Surabaya hingga bulan September 2015
mencapai 32 orang.
1.2 Tujuan
2
persalinan yang aman
1.3.1 Sasaran
Sasaran dari penulisan laporan ini adalah seluruh pasien bersalin
ditempat PMB Bidan Putri, Amd. Keb.
3
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi
Asuhan kebidanan ini dapat memberikan pemahaman bagi
mahasiswa D.III Kebidanan Akademi Kebidanan Jember
mengenai asuhan kebidanan pesalinan sehingga dengan
adanya penyusunan asuhan kebidanan di harapkan siswa dapat
meningkatkan kompetensinya, yang selanjutnya akan
meningkatkan mutu kualitas institusi Akademi Kebidanan
Jember
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan
wanita tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody
show). Lendir yang disertai darah ini berasal dari lendir kanalis
servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar.
Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang
berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-
pergeseran ketika serviks membuka.
a Kala I ( Pembukaan Jalan Lahir )
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang
teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi
lengkap dapat berlangsung kurang dari satu jam pada
sebagian kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama,
dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24
jam. Rata-rata durasi total kala I persalinan pada
primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada
multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam Ibu akan
dipertahankan kekuatan moral dan emosinya karena
persalinan masih jauh sehingga ibu dapat mengumpulkan
5
kekuatan .
Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi
dalam 2 fase, yaitu:
a) Fase Laten
berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3
cm. Fase laten diawali dengan mulai timbulnya
kontraksi uterus yang teratur yang menghasilkan
perubahan serviks.
b) Fase Aktif
Dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari
4 cm menjadi 9 cm.
ase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat
kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada
primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian akan tetapi terjadi dalam waktu
yang lebih pendek
b Kala II ( Pengeluaran )
Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada
kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita
merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air besar.
Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan
anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian
6
kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan
presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu.
Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan
dan anggota badan bayi.
Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat dan
batas waktu yang dianggap normal. Batas dan lama tahap
persalinan kala II berbeda-beda tergantung paritasnya. Durasi kala
II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan
menyebabkan hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida,
waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah 25-57 menit
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Rata-rata durasi kala II yaitu
50 menit. Pada tahap ini, jika ibu merasa kesepian, sendiri, takut
dan cemas, maka ibu akan mengalami persalinan yang lebih lama
dibandingkan dengan jika ibu merasa percaya diri dan tenang
c Kala III ( Kala Uri )
Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta
lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri
agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pada tahap ini
dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim dengan cara Crede
untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta diperhatikan
kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak menyebabkan
gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan sekunder.
d Kala IV ( 2 jam setelah melahirkan )
Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam
setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang
terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik. Pada
tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga pembuluh darah
terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan
7
observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot
rahim dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga
dilakukan penjahitan luka episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan
baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama bayinya
8
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi mual dan muntah karena efek penurunan hormon
terhadap sistem pencernaan
9
PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dandengan
fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas
panggul(PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila
sutura sagitalisterdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di
antara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama
tingginya.Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati
simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium,
maka dikatakan kepala dalamkeadaan asinklitismus, ada 2
jenis asinklitismus yaitu:
o Asinklitismus posterior: Bila sutura sagitalis
mendekati simpisisdan os parietal belakang lebih
rendah dari os parietal depan.
o Asinklitismus anterior: Bila sutura sagitalis
mendekati promontorium sehingga os parietal depan
lebih rendah dari os parietal belakang.
10
o Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal
belakang lebihrendah dari os parietal depan.
o Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga
os parietal depanlebih rendah dari os parietal
belakang
2. Fleksi
a. Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong
maju tetapi kepala janin terhambat oleh serviks, dinding
panggul atau dasar panggul.
b. Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter
oksipito frontalis 12cm berubah menjadi suboksipito
bregmatika 9 cm.
c. Posisi dagu bergeser kearah dada janin. Pada
pemeriksaan dalam UUK lebih jelas teraba daripada UUB.
3. Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
a. Hyperemesis gravidarum
b. Preeklampsia/eklampsia
c. Kelainan lamanya kehamilan
d. Kehamilan ektopik
e. Kelainan plasenta atau selaput janin
f. Perdarahan antepartum
g. Kehamilan ganda
4. Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan
dengan kehamilan:
11
durasi yang lebih panjang yakni 40 detik hingga
mencapai 60 detik menjelang akhir fase aktif
2) Pembentukan Segmen Atas Rahim (SAR) dan
Segmen Bawah Rahim (SBR)
SAR dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya aktif
yaitu berkontraksi. Sedangkan SBR terbentang di
uterus bagian bawah antar istmus, dengan serviks
serta otot yang tipis dan elastis. Segmen bawah
rahim memegang peranan pasif yaitu mengadakan
relaksasi dan dilatasi sehingga menjadi saluran tipis
dan teregang yang nantinya akan dilalui oleh bayi
3) Penipisan dan Pembukaan Serviks
Pendataran pada serviks merupakan pemendekan
dari kanalis servikalis yang semula berupa sebuah
saluran sepanjang 1-2 cm, menjadi sebuah lubang
dengan pinggir yang tipis. Setelah menipis, akan
terjadi pembukaan pada serviks. Pembukaan
serviks merupakan pembesaran dari ostium
eksternum yang tadinya berupa satu lubang dengan
hanya berdiameter beberapa milimeter menjadi
lubang yang dapat dilalui oleh janin
4) Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama
pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan
janin
Sistem kardiovaskuler Tekanan darah meningkat selama kontraksi
disertai dengan peningkatan sistolik rata-rata 10-
20 mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg
(Arsinah, 2010). Begitu pula dengan denyut
jantung akan mengalami peningkatan selama
kontraksi
Metabolisme Metabolisme karbohidrat baik aerob maupun
anaerob akan meningkat. Peningkatakn
12
metabolisme disebabkan oleh ansietas dan aktvitas
otot rangka
Sistem Respirasi Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap
normal selama persalinan
Sistem renal Poliuria sering terjadi selama persalinan, yang
dikarenakan oleh kardiak output yang meningkat
serta disebabkan oleh glomerulus serta aliran
plasma ke renal. Kandung kencing harus sering
dikontrol setiap 2 jam yang bertujuan tidak
menghambat bagian terendah janin dan trauma
pada kandung kemih serta menghindari retensi
urin setelah melahirkan
Sistem Percernaan Pergerakan gastrik serta penyerapan makanan
padat berkurang, menyebabkan pencernaan hampir
terhenti selama persalinan. Makanan yang masuk
ke lambung kemungkinan besar akan tetap berada
dalam perut selama persalinan. Lambung yang
penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan
Suhu Badan Suhu badan akan sedikit meningkat selama
persalinan, suhu mencapai tingkat tertinggi selama
persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan
ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5 –
10°C. Namun jika keadaan ini berlangsung lama,
kenaikan suhu mengindikasikan dehidrasi.
Paremeter lain yang harus dilakukan adalah
selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena
ini bisa merupakan tanda infeksi
13
b. Perubahan Psikologis Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam
persalinan, terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai
berikut: 1) Perasaan tidak enak
1) Pengalaman sebelumnya
3) Lingkungan
4) Mekanisme koping
14
b. Perubahan Psikologis
1) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan
nyeri akibat kontraksi uterus yang semakin kuat dan semakin sering,
berkeringat dan mulas ini juga menyebabkan ketidaknyamanan.
4) Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya dan
tujuannya sendiri serta rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu mengeluh
bahwa bila mampu mengejan “terasa lega”. Tetapi ibu lain sangat berat
karena intensitas sensasi yang dirasakan. Efek yang dapat terjadi pada ibu
karena mengedan ,yaitu Exhaustion , ibu merasa lelah karena tekanan
untuk mengejan sangat kuat. Dua, Distress ibu merasa dirinya distress
dengan ketidaknyamanan panggul ibu karena terdesak oleh kepala janin.
Tiga, panik ibu akan panik jika janinnya tidak segera keluar dan takut
persalinannya lama.
a. Pengertian Kala III dalam Persalinan Kala III dimulai setelah lahirnya
bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
b. Perubahan Psikologis
1) Bahagia Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang
juga yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah
15
menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan aku ntuk
suami dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa
melihat anaknya
2) Cemas dan Takut Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat
persalinan karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup
dan mati
b. Perubahan Psikologis
1) Phase Honeymoon
Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan
kontak yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan
sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan
hubungan yang baru.
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan
tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan
bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam
16
proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih
tersebut.
b. Phase “ Taking hold “ Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold
ibu berusaha mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan
mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar hormon
dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal blues
adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan menangis
sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang mengerti hal ini
maka akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi. Untuk
itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu
adalah normal.
4) Bounding Attachment
5) Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap
Perkembangannya.
a. Touch ( sentuhan ).
17
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan
ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perubahan
diberikan untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan dipeluk dilengan
ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan lembut untuk menenangkan
bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau
seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.
Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat langsung
meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap kedua dari proses
18
melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini
memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun sibayi kontak kulit
agar bayi tetap hangat.
e. Voice ( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu merasa
tenang karena merasa bayinya baik ( hidup ). Bayi dapat mendengar sejak
dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat mendengar suara-suara
dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu
terhalang selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari rahim yang
melekat pada telinga. Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi
baru lahir bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan
dengan sengaja dan mereka nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri
dengan suara-suara tertentu daripada yang lain.Contoh ; suara detak
jantung ibu.
19
a. Power (Kekuatan)
Passage (jalan lahir) dibagi menjadi dua yakni bagian keras (tulang
panggul) dan bagian lunak (otot-otot dan ligamen). Bagian keras panggul
dipaparkan pada tabel dibawah ini.
20
pubis, ramus inferior ossis pubis, linea
illiopectinea, corpus pubis, tuber culum
pubicum, arcus pubis, simfisis pubis.
4) Os sacrum (tulang kelangkang) terdiri dari:
promontorium, foramen sacralia anterior, crista
sacralis, vertebra sacralis, vertebra lumbalis.
5) Os coccygeus (tulang tungging) terdiri dari
vertebra coccygeus.
Ruang Panggul 1) Pintu Atas Panggul (PAP)
Batasan PAP adalah promotorium, sayap
sakrum linea inominata, ramus superior osis
pubis dan pinggir atas syimphysis pubis.
2) Bidang tengah panggul (bidang luas dan
bidang sempit panggul)
3) Pintu bawah panggul
Terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama,
ialah garis yang menghubungkan kedua tuber
ischiadicum kiri dan kanan. Puncak dari
segitiga yang belakang adalah os sacrum,
sisinya adalah ligamentum sacro tuberosum kiri
kanan.
Bidang Hodge 1) Hodge I : sejajar pintu atas panggul
2) Hodge II : sejajar Hodge I melalui pinggir
bawah symphisis
3) Hodge III : sejajar Hodge I dan II melalui
spina isciadica
4) Hodge IV : sejajar Hodgde I, II dan III
melalui ujung os coccyges
Fator jalan lahir yang meliputi bagian lunak terdiri dari serviks, vagina dan
perineum. Berikut penjelasan dari faktor jalan lahir pada bagian lunak
Bagian Penjelasan
21
Serviks Fator jalan lahir yang meliputi bagian lunak terdiri
dari serviks, vagina dan perineum. Berikut
penjelasan dari faktor jalan lahir pada bagian lunak
Vagina Vagina bersifat elastis dan berfungsi sebagai jalan
lahir dalam persalinan normal (Sondakh, 2013).
Perineum Menurut Nurasiah (2014), perineum merupakan
bagian dari pintu bawah panggul. Daerah ini terdiri
dari dua bagian yakni region analisdisebelah
belakang dimana terdapat musculus spincter ani
externusyang mengelilingi anus dan regio
urogenital yang terdiri dari musculus balbo
cavernosus yang mengelilingi vulva, musculus insio
carvenosus dan musculus transverses perinea
superfisialis
c. Passanger
1) Janin
Faktor dari janin yang dapat mempengaruhi persalinan adalah faktor letak
janin, presentasi janin dan posisi janin. Letak janin adalah bagaimana
sumbu janin berada terhadap sumbu ibu. Letak janin dibagi menjadi tiga
yakni letak membujur, letak lintang dan letak miring (Obliique). Pada letak
membujur masih terbagi lagi atas beberapa letak yakni letak kepala (letak
puncak kepala, dahi dan muka) dan letak sungsang (letak bokong
sempurna dan letak bokong tidak sempurna).Pada faktor presentasi janin,
presentasi digunakan untuk menyebutkan bagian janin yang masuk di
bagian bawah rahim. Presentasi ini dapat diketahui dengan cara palpasi
atau pemeriksaan dalam. Jika pada pemeriksaan didapatkan presentasi
kepala, maka yang menjadi presentasi oksiput. Sementara itu, jika
22
didapatkan presentasi bokong, maka yang menjadi presentasi adalah
sakrum, sedangkan pada letak lintang, bagian yang menjadi presentasi
adalah skapula bahu. Untuk menetapkan posisi janin yang berada di bagian
bawah, indikator yang dapat digunakan adalah posisi janin. Posisi janin
dapat berada di sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadao sumbu
ibu. Sebagai contoh letak belakang kepala (LBK), ubun-ubun kecil (UUK)
kiri depan, dan UUK kanan belakang. Saat melakukan palpasi, posisi janin
didapatkan dengan menentukan letak punggung sedangkan pada
pemeriksaan dalam, posisi janin didapatkan dengan menentukan bagian
terendah janin. Pada bagian terendah tersebut, UUK untuk presentasi
belakang kepala, UUB untuk presentasi muka, sakrum untuk presentasi
bokong dan skapula untuk presentasi bahu.
2) Plasenta
e. Penolong
f. Posisi
23
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi
tegak memberi sejumlah keuntungan. Posisi tegak meliputi posisi berjalan,
berjongkok, berjalan dan duduk. Posisi tegak memungkinkan gaya
gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi uterus lebih kuat dan
efisien untuk membantu penipisan serviks, sehingga persalinan lebih cepat.
Posisi tegak juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu
dan mencegah kompresi pembuluh darah (Marmi, 2012). Selain itu, posisi
membungkuk ke depan dapat membantu mempercepat penurunan kepala
janin. Hal tersebut terjadi karena pada posisi dimana uterus mengarah ke
depan, gravitasi akan membawa sisi yang lebih berat daripada punggung
janin ke sisi bawah abdomen ibu (Sondakh, 2013).
Kala I
24
4) Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur Ibu harus berkemih paling
sedikit setiap 2 jam atau lebih sering jika ibu ingin berkemih. Jika kandung
kemih penuh dapat mengakibatkan :
Kala II
25
6) Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk mengambil
nafas diantara kontraksi
9) Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
11) Jika kepala telah lahir, usap dengan kasa dari lendir dan darah
13) Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya
14) Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
15) Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan bahu
anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.
16) Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian dengan
tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai seluruhnya lahir.
Lakakukan penilaian selintas meliputi: apakah bayi menangis/ bernafas
tanpa kesulitan, warna kulit dan bergerak aktif atau tidak.
17) Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai pernafasannya
APGAR) dalam menit pertama
Kala III
26
3) Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan menegangkan
tali pusat sementara tangan kiri dengan arah dorsokranial mencengkram
uterus.
4) Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali pusat
kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai plasenta
nampak divulva lalu tangan kanan menerima plasenta kemudian memutar
kesatu arah dengan hati-hati sehingga tidak ada selaput plasenta yang
tertinggal dalam jalan lahir
7) Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga
perineum. Lakukan perbaikan/penjahitan jika diperlukan
Kala IV
4) Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Rujukan
27
Menurut Depkes RI 2002 Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu
ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang memiliki saran lebih lengkap
diharapkan mampu menyellamatkan jiwa para ibu dan BBL. Setiap tenaga
penolong /fasilitas pelayanan kesehatan harus mengetahui lokasi fasilitas
rujukan terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetric dan
BBL seperti :
2. Transfuse darah
4. Antibiotic IV
5. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi BBL. Persiapan-
persiapan dan informasi dalam rencana rujukan
6) Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat
ibu tidak ada di rumah.
28
2.1.9 Persalinan pada Masa Pandemi Covid-19
4. Ibu dengan status ODP, PDP atau terkbersalin di rumah sakit rujukan
COVID-19,
29
5. Ibu dengan status BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19
bersalin di fasyankes sesuai kondisi kebidanan (bisa di FKTP atau
FKTRL). 6. Saat merujuk pasien ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19
sesuai dengan prosedur pencegahan COVID-19.
6. Ajarkan ibu bila kontraksi lebih sering dan kuat, istirahatlah di antara
masa kontraksi dan menarik napas dalam-dalam
30
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan .
c) Agama
Untuk mengetahui kenyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
g) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal klien, apakah lingkungan cukup
aman bagi ibu dan berguna jika dilakukan kunjungan rumah, untuk
mengetahui rumah klien dekat atau jauh dengan tempat pengobatan
2) Keluhan utama
Untuk mengetahui apa yang terjadi pada ibu saat pengkajian.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit menular
seperti sakit kuning, TBC, dan tidak mempunyai riwayat penyakit
menahun seperti sesak nafas, jantung, liver maupun penyakit menurun
seperti darah tinggi, kencing manis, asma.
a) Riwayat kesehatan sekarang
Data–data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
31
hubungannya dengan persalinan dan bayinya.
b) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit
menular seperti sakit kuning, TBC, dan tidak mempunyai
riwayat penyakit menahun seperti sesak nafas, jantung, liver
maupun penyakit menurun seperti darah tinggi, kencing manis,
asma serta tidak ada yang mempunyai keturunan kembar
dalam keluarga.
1) Riwayat Menstruasi
Data ini penting diketahui oleh tenaga kesehatan sebagai
data acuan jika pasien mengalami penyulit postpartum.
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari.
c) Volume
Data ini menjelaskan berapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan.
d) Keluhan
Data ini berisi keluhan yang dirasakan klien ketika menstruasi,
misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau jumlah
darah yang banyak. (Irianto, 2017)
2) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah sah atau tidak, karena bila melahirka tanpa status
yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses persalinan.
3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah terjadi komplikasi selama ibu
hamil, bersalin dan nifas serta apakah ibu menyusui atau tidak.
(Astutik, 2018).
32
4) Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui riwayat kehamilan ibu pada trimester I, II, III
sehingga dapat diketahui riwayat persalinan dan nifas ibu di
kemudian hari.
5) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa.
6) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi jumlah konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang.
d) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena
pada ibu persalinan daerah genetalia harus bersih untuk
mengurangi adanya infeksi
e) Keadaan psikologis
Dikaji untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya.
f) Sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
33
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa persalinan misalnya pada kebiasaan
pantang makan.
g) Penggunaan obat-obatan/rokok.
Dikaji apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan atau
tidak. (Astutik, 2018).
b. Data Objektif
Data Objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, dan
pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi status kesadaran, status gizi,
tanda-tanda vital dan lain-lain.
b) Kesadaran
Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Tingkatan
kesadaran dinyatakan sebagai berikut :
1) composmentis : Pasien sadar sepenuhnya dan memberi respons
yang adekuat terhadap semua stimulus yang diberikan. Cirinya :
bangun, respon terhadap rangsang sesuai, orientasi thd waktu, tempat,
orang sesuai
2) Apatik : Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap
keadaan sekitamya ia akan memberi respons yang adekuat bila
diberikan stimulus. Cirinya : sering tidur mudah dibangunkan, respon
sesuai .
3) Somnolen : Yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada
apatik, pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur, ia tidak responsif
terhadap stimulus ringan, tetapi masih memberkan respons terhadap
stimulus yang agak keras, kemudian tertidur lagi. Cirinya : bangun
jika ditepuk-tepuk, respon sesuai, kembali tidur
4) Delirium : Keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya
disertai disorientasi, iritatif, dan salah persepsi terhadap rangsangan
34
sensorik hingga sering terjadi halusinasi. Cirinya: respon hanya pada
rangsang nyeri, jika menginginkan sesuatu menarik-narik jari atau
mendorong tangan, tidak benar-benar bangun saat diberi rangsangan.
5) Sopor: Pada keadaan ini pasien tidak memberikan respons ringan
maupun sedang, tetapi masih memberi sedikit respons terhadap
stimulus yang kuat, refleks pupil terhada cahaya masih masih positif
(Semi Koma). Cirinya: respon hanya pada rangsang nyeri,
menampilkan gerakan refleks seperti decerebrasi, decortisasi
6) Koma : Pasien tudak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun,
refleks pupil terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran
yang paling rendah. Cirinya : tidak ada respon, lengan atau tungkai
bawah flaccid
c) Tanda Vital
(1) Tekanan Darah
Dikaji untuk mengetahui tekanan darah apakah ada peningkatan atau
tidak. 90/60 mmHg – 130/90 mmHg
(2) Suhu
Peningkatan suhu badan pada 24 jam pertama masa nifas pada
umumnya disebabkan oleh dehidrasi, tetapi pada umumnya setelah 12
jam post partum suhu tubuh kembali normal.
(3) Nadi
Denyut nadi normal pada ibu bersalin adalah 80-100 x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
(4) Respirasi
Dikaji untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit. Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal
yaitu sekitar 20-30x/menit. (Varney, 2017)
(5) DJJ : Untuk mengetahui DJJ dalam batas normal/tidak yaitu 120-
160 x/menit
(6) HPHT : Untuk mengetahui kapan ibu dapat menstruasi terakhir
kalinya
(7) TP : Tafsiran persalinan ibu
35
(8) UK : Untuk mengetahui usia kehamilan ibu TTV : Untuk
mengetahui tanda-tanda vital anak apakah dalam batas normal / tidak
2) Inspeksi
Inspeksi yaitu memeriksa dengan cara melihat atau memandan.
Pemeriksaan inspeksi antara lain :
a) Rambut
Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak.
b) Muka
Dikaji untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada
cloasma gravidarum atau tidak.
c) Mata
Dikaji untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan
sclera warna putih, simetris kanan kiri, ada oedema atau tidak.
d) Mulut, gigi dan gusi
Untuk mengetahui adakah sariawan, bagaimana kebersihan.
e) Abdomen
Untuk mengetahui nampak garis-garis di perut(striae)/tidak, nampak
bekas jahitan luka operasi/tidak, nampak linea alba dan nigra/tidak,
nampak pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan /tidak.
f) Vulva
Untuk mengetahui derajat kebersihannya, nampak oedema/tidak,
nampak kondiloma matalata dan kondiloma akuminata/tidak, terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah/tidak.
g) Perineum
Untuk mengetahui nampak cairan lendir bercampur darah keluar
h) Anus
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemoroid. (Astuti, 2018).
3) Palpasi
Menurut Astuti (2018), palpasi yaitu teknik pemeriksaan yang
menggunakan indra peraba, meliputi :
a) Leher
Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe, pembesaran
36
kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis atau tumor.
b) Dada
Dikaji untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak
konsistensi ada pembengkakan atau tidak, puting menonjol/tidak,
lecet/tidak.
c) Abdomen
Normal yaitu kokoh, berkontraksi baik, tidak berada diatas
ketinggian fundal saat masa nifas segera. Abnormal
yaitu lembek, di atas ketinggian fundal.
d) Leopold I : Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa
yang teraba di fundus, teraba lunak/keras, melenting/tidak,
menentukan TFU dan TBBJ.
e) Leopold II : Untuk menentukan apa yang teraba disamping perut
ibu keras, panjang seperti papan, dan bagian terkecil/bukan,
bagaimana sifatnya, teraba bagian 1/lebih.
f) Leopold III : Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah sudah/belum terpegang oleh PAP.
g) Leopold IV : Untuk menentukan apa bagian terdahulu sudah
masuk PAP/belum, jika sudah teraba berapa bagian apa dan masuk
hodge berapa.
h) TBBJ : Untuk mengetahui tafsiran berat janin (TFU-12)x155
= .....gram jika sudah masuk PAP (TFU-11)x155 =....gram jika belum
masuk PAP
37
c. Data Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa
seperti pemeriksaan USG, laboratorium, rontgen, ultrasonografi
(Sulistyawati, 2016).
2.2.5 Intervensi
Intervensi pencana adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh
tenaga kesehatan yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan.
Pengklasifikasian rencana dilakukan berdasarkan analisis kesehatan
(similiarity analysis) dan penilaian klinis (clinical judgement).
Rencana keperawatan yang bersifat multikategori
38
2.2.6 Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efiensi dan
aman (Arsinah dkk. 2010). Pelaksaan ini dapat dilakukan oleh bidan
secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggunga
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (Sari, 2012)
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Potter
and Perry, 2006). Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan
masalah ketidaknyamanan pasca partum yaitu dilakukan dengan
menilai kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri
(Andrmoyo, 2013)
39