Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ahmad Irsyal

Npm : G1C020080

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG


DISEMPURNAKAN

I. Pemakaian Huruf

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam bahasa indonesia terdiri atas yang berikut. Nama
masing-masing disertakan sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama

A a a J j je S s es
B b be K k ka T t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v fe
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h h Q q ki Z z zet
I i i R r er

B. Huruf Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf Vokal Di Awal Di Tengah Di Akhir
a api padi lusa
c* enak petak sore
emas kena tipe
i itu simpan murn i
o oleh kota radio
u ulang bu mi ibu
Catatan:

Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.

C. Huruf Diftong
Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata
Diftong Di Awal Di Tengah Di Akhir
ai ai n syai tan pand ai
au aula saudara boikot harim au
oi – amboi
Catatan:

Diftong yang dieja au, ai, dan oi dihafalkan sebagai vokal yang diikuti oleh
bunyi konsonan luncuran w atau y. Istilah semivokal yang kadang-kadang
dipakai untuk w dan y sudah menunjukkan keduanya bukan vokal.

D. Huruf Konsonan
Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata
Konsonan
Di Awal Di Tengah Di Akhir

b bahasa sebut adab


c cakap kaca –
d d ua ad a aba
f fakir ka fir d
g guna tiga maa
h hari sah am f
j jalan manja bali
k kami pa ksa g tua
– rakyat* h
1 lekas alas mikraj
m m aka ka m sesa k
n n ama i an bapak*
p pasang ak kesa l
q** Quran apa dia m
r raih Fur qan dau n
s sampai ba ra siap
t tali asli –
v varia mata puta r
w wanita lava lema
x** xenon haw s rapa
y yakin a t
z zeni – –
payung –
lazim –
– Catatan:
juz
+ Huruf k di sini
melambangkan bunyi hamzah.
++ Khusus untuk nama dan keperluan ilmu

E. Persekutuan

Setiap suku kata Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat didahului
atau diikuti oleh konsonan .

1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata.

2. Di samping itu, bahasa indonesia memiliki pola suku kata.

3. Pemisahan suku kata dasar adalah sebagai berikut:

a. Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan tersebut
dilakukan di antara kedua vokal itu.
b. Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemisahan tersebut
dilakukan sebelum konsonan tersebut.

c. Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan tersebut
terdapat di antara dua konsonan itu.

d. Kalau di tengah ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut dilakukan di
antara konsonan yang pertama dengan yang kedua.

e. Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk, dean partikel


yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya dalam penyukuan kata
yang dipisahkan sebagai satu kesatuan.

F. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

1. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu

a. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, ter- masuk gabungan-huruf


konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum
huruf konsonan.

b. Jika di tengah kata ada dua huruf kosonan yang berurutan,


pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan-
huruf konsonan tidak pernah diceraikan.

c. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konso- nan atau lebih,
pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kedua.
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, terma- suk awalan yang
mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, da pat dipenggal pada per- gantian baris.
II. PENULISAN HURUF

A. Huruf Besar atau Huruf Kapital


1. Huruf besar atau huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama kata awal
kalimat.
2. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan,
termasuk kata gantinya.
4. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormataan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang.
6. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
7. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa.
8. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
9. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam
geografi.
10. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
11. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel,
seperti: di, ke, dari, untuk, dan yang, yang tidak terletak pada posisi awal.
12. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan.
13. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
B. Huruf Miring

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:

1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3. Menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Catatan:
Dalam tulis tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
diberi satu garis di bawahnya.
III. PENULISAN KATA

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar dirulis satu satuan.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran,
maka kata-kata itu ditulis serangkai.
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.

Catatan:

(1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf
besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai kecuali jika diikuti oleh
kata yang bukan kata dasar.
C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-
bagiannya umumnya ditulis terpisah
2. Gabngan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca,
dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan
nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
G. Kata si dan sang
Kata di dang sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
H. Partikel
1. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai:
adapun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-
bagian kalimat yang mendampinginya.
I. Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi.
2. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan
waktu, dan (c) nilai uang.
3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen atau kamar
pada alamat.
4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
b. Bilangan pecahan
6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya: Paku Buwono X
7. Penulisan kata bilangan yang mendapatkan akhiran -an mengikuti cara yang
berikut.
Misalnya: tahun 50-an
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis degan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam pemerincian dan pemaparan.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN

Bab ini sudah dimuat dalam butir 6.5, 6.6, dan 6.7 Pedoman Umum
Pembentukan Istilah (PUPI) sehingga tidak diuraikan lagi di sini.
V. PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda Titik (.)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan
angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam
daftar pustaka.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
8. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
9. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

B. Tanda koma ( , )
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
melainkan.

3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat didahului induk kalimatnya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar


kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.

5. Tanda koma dipakai unluk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

6. Tanda koma dipakai unluk memisahkan petikan langsung dari bagian la in


dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik


susunannya dalam daftar pustaka.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen
dalam bilangan.

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pema- kaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
13. Tanda koma dapat di pakai untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terda- pat pada awal kalimat.

14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
C. Tanda Titik Koma ( ; )

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisah- kan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
perintah.

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan
pelaku dalam percakapan

4. Tanda titik dua dapat dipakai kalau rangkaian atau pemberian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan

5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.

E. Tanda Hubung (-)


1. Tanda Hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan depannya pada pergantian baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an,
dan (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
F. Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
G. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan.
Catatan :
Kalau bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai
empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk
menandai akhir kalimat.
H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat di buktikan kebenarannya.
I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa
emosi yang kuat.
J. Tanda Kurung ()
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
K. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asal.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang


sudah bertanda kurung.

L. Tanda Petik (“...”)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan


langsung.

5. Tanda baca penutup kalim at atau bagian kalimat ditempatkan di belakang


tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

M. Tanda Petik Tungga1 (‘...’)


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)

N. Tanda Ulang (...2) (angka 2 biasa)

Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.

O. Tanda Garis Miring ( / )

1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau nomor alamat.
P. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)

Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau


bagian angka tahun.

Anda mungkin juga menyukai