Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Npm : G1C020080
I. Pemakaian Huruf
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa indonesia terdiri atas yang berikut. Nama
masing-masing disertakan sebelahnya.
A a a J j je S s es
B b be K k ka T t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v fe
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h h Q q ki Z z zet
I i i R r er
B. Huruf Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf Vokal Di Awal Di Tengah Di Akhir
a api padi lusa
c* enak petak sore
emas kena tipe
i itu simpan murn i
o oleh kota radio
u ulang bu mi ibu
Catatan:
Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
C. Huruf Diftong
Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata
Diftong Di Awal Di Tengah Di Akhir
ai ai n syai tan pand ai
au aula saudara boikot harim au
oi – amboi
Catatan:
Diftong yang dieja au, ai, dan oi dihafalkan sebagai vokal yang diikuti oleh
bunyi konsonan luncuran w atau y. Istilah semivokal yang kadang-kadang
dipakai untuk w dan y sudah menunjukkan keduanya bukan vokal.
D. Huruf Konsonan
Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata
Konsonan
Di Awal Di Tengah Di Akhir
E. Persekutuan
Setiap suku kata Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat didahului
atau diikuti oleh konsonan .
a. Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan tersebut
dilakukan di antara kedua vokal itu.
b. Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemisahan tersebut
dilakukan sebelum konsonan tersebut.
c. Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan tersebut
terdapat di antara dua konsonan itu.
d. Kalau di tengah ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut dilakukan di
antara konsonan yang pertama dengan yang kedua.
F. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu
c. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konso- nan atau lebih,
pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kedua.
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, terma- suk awalan yang
mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, da pat dipenggal pada per- gantian baris.
II. PENULISAN HURUF
1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3. Menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Catatan:
Dalam tulis tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
diberi satu garis di bawahnya.
III. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar dirulis satu satuan.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran,
maka kata-kata itu ditulis serangkai.
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.
Catatan:
(1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf
besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai kecuali jika diikuti oleh
kata yang bukan kata dasar.
C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-
bagiannya umumnya ditulis terpisah
2. Gabngan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca,
dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan
nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
G. Kata si dan sang
Kata di dang sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
H. Partikel
1. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai:
adapun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-
bagian kalimat yang mendampinginya.
I. Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi.
2. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan
waktu, dan (c) nilai uang.
3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen atau kamar
pada alamat.
4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
b. Bilangan pecahan
6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya: Paku Buwono X
7. Penulisan kata bilangan yang mendapatkan akhiran -an mengikuti cara yang
berikut.
Misalnya: tahun 50-an
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis degan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam pemerincian dan pemaparan.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Bab ini sudah dimuat dalam butir 6.5, 6.6, dan 6.7 Pedoman Umum
Pembentukan Istilah (PUPI) sehingga tidak diuraikan lagi di sini.
V. PEMAKAIAN TANDA BACA
B. Tanda koma ( , )
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
melainkan.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat didahului induk kalimatnya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
5. Tanda koma dipakai unluk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen
dalam bilangan.
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pema- kaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
13. Tanda koma dapat di pakai untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terda- pat pada awal kalimat.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
C. Tanda Titik Koma ( ; )
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisah- kan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
perintah.
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan
pelaku dalam percakapan
4. Tanda titik dua dapat dipakai kalau rangkaian atau pemberian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau nomor alamat.
P. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)