Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“KANDUNGAN MERKURI PADA KOSMETIKA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Bahasa Indonesia

DISUSUN OLEH :
1. Vidya Atikasari (1808010018)
2. Nurul Marfiana (1808010019)
3. Nur Oriwijayanti (1808010008)
4. Naufal Irfan Fadila (
5. Lia Kusmawati (
6. Nelufar Zuhrufur (1808010006)
7. Zulaikhah Husein (
8. Bagus (
9. Nuraeni Intan P (1808010029)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kandungan Merkuri pada Kosmetika”
tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat
dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Purwokerto, November 2018

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik
berasal dari kata Yunani “kosmein” artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik
untuk kecantikan maupun untuk kesehatan. Masyarakat di zaman Mesir Kuno sudah
memanfaatkan merkuri pada abad ke 18. Dunia kedokteran memakai merkuri sebagai
obat sifilis, tapi sekarang semua bahan obat dokter yang mengandung merkuri sudah
ditinggalkan karena merkuri adalah logam berat yang berbahaya bagi kesehatan (BPOM,
2003).

Saat ini jenis kosmetika yang banyak digunakan masyarakat khususnya para wanita
adalah produk bleaching cream yang lebih dikenal sebagai krim pemutih. Hal ini
dikarenakan produk tersebut dapat memutihkan dan menghaluskan kulit wajah dalam
waktu singkat. Dibeberapa Negara di Afrika, efek samping kosmetik sudah merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang sulit diatasi. Di Swedia selama lima tahun 1989-1994
dilaporkan 191 kasus efek samping kosmetik dari 253 jenis kosmetik, dengan pelembab
menjadi golongan tersering menimbulkan efek samping kosmetik, sedang pengharum
merupakan bahan yang sering menimbulkan reaksi alergi. Di daerah Sub Sahara seperti
Mali, dan Senegal, penggunaan pemutih kulit mencapai 25% pada wanita dewasa, juga
pada pria. Bahan pemutih yang digunakan antara lain hidrokinon, superpoten
kortikosteroid, bahan kaustik dan sabun yang mengandung merkuri. Produk tersebut di
oleskan keseluruh tubuh sekali atau dua kali sehari sampai beberapa tahun dan mudah
didapat dipasaran dengan harga yang murah. Sedangkan di Belanda survey menemukan
sebesar 12,2% pemakai kosmetik mengeluh pernah menderita efek samping kosmetik.
(Djajadisastra, 2005).

Angka kejadian efek samping kosmetik juga cukup tinggi terjadi di Indonesia,
terbukti dengan selalu di jumpainya kasus efek samping kosmetik pada praktek seorang
dermatologi. Reaksi efek samping kosmetik yang terjadi disebabkan karena penambahan
bahan aditif untuk meningkatkan efek pemutih, disamping karena penggunaan jangka
panjang pada area yang luas pada tubuh, di iklim yang panas dan lembab yang
kesemuanya meningkatkan absorbsi melewati kulit. Penelitian yang dilakukan oleh
YPKKI (Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia) pada bulan april tahun
2002 terhadap 27 produk pemutih wajah dan anti kerut yang beredar di pasaran, ternyata
kebanyakan dari produk tersebut masih dalam kategori obat. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dari 20 merek yang
dijadikan sampel yang diteliti menunjukkan ada lima merk kosmetik pemutih wajah yang
telah terdaftar tetapi masih mengandung merkuri, meskipun kadarnya kecil. Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI (BALITBANG DEPKES RI)
telah melakukan penelitian kandungan merkuri dalam rambut pemakai krim pemutih kulit
dan diperoleh kadar merkuri dengan jumlah relatif tinggi (LITBANG DepKes RI, 2002).

1.2 Perumusan Masalah

Kosmetik yang mengandung merkuri khususnya krim malam yang dimanfaatkan


sebagai krim pemutih dapat membahayakan kesehatan bagi masyarakat yang
menggunakannya. Maka berdasarkan hal tersebut perumusan masalah yang ada yaitu
belum diketahui ada tidaknya kandungan merkuri pada sediaan krim

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada sediaan krim wajah.

1.4 Rumusan Masalah


1. Bagaimana efek kosmetik bermerkuri?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Efek Kosmetik

Efek Kosmetik terhadap Kulit merupakan sasaran utama dalam menerima


berbagai pengaruh dari penggunaan kosmetika. Ada dua efek atau pengaruh
kosmetika terhadap kulit, yaitu efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang
diharapkan adalah efek positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena
dapat menyebabkan kelainan-kelainan kulit (Tranggono, 1996). Pemakaian kosmetika
yang sesuai dengan jenis kulit akan berdampak positif terhadap kulit sedangkan
pemakaian kosmetikan yang tidak sesuai dengan jenis kulit akan berdampak negative
bagi kulit. Usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari efek samping dari
pemakaian kosmetika tersebut diantaranya adalah mencoba terlebih dahulu jenis
produk baru yang akan digunakan untuk melihat cocok tidaknya produk tersebut bagi
kulit. Setiap pemakaian produk kosmetika diharapkan dapat berkhasiat sesuai dengan
jenis produk yang kita gunakan, akan tetapi sering kali pemakaian produk kosmetika
tersebut justru membawa petaka bagi pemakainya. Efek-efek negatif yang sering kali
timbul dari pemakaian kosmetika yang salah adalah kelainan kulit berupa kemerahan,
gatal, atau noda-noda hitam.
Ada empat faktor yang mempengaruhi efek kosmetika terhadap kulit, yaitu faktor
manusia pemakainya, faktor lingkungan alam pemakai, faktor kosmetika dan
gabungan dari ketiganya.
a) Faktor manusia
Perbedaan warna kulit dan jenis kulit dapat menyebabkan perbedaan reaksi
kulit terhadap kosmetika, karena struktur dan jenis pigmen
melaminnya berbeda.
b) Faktor iklim
Setiap iklim memberikan pengaruh tersendiri terhadap kulit, sehingga
kosmetika untuk daerah tropis dan sub tropis seharusnya berbeda.

B. Efek Kosmetik Bermerkuri


Produk pemutih kulit adalah salah satu jenis produk kosmetika yang
mengandung bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat pembentukan
melanin atau menghilangkan melanin yang sudah terbentuk sehingga akan
memberikan warna kulit yang lebih putih. Keinginan seseorang untuk bisa tampil
cantik dan memiliki kulit yang putih bersih telah membuat seseorang bersikap
konsumtif. Dampak positif yang dapat diperoleh dari pemakaian kosmetika pemutih
diantaranya yaitu kulit menjadi putih bersih dan bersinar. Keterbatasan pengetahuan
tentang berbagai produ kosmetika pemutih membuat mereka tidak tahu dampak
negatif yang timbul jika tidak berhati hati. Kesalahan yang dilakukan dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan kulit.
Penggunaan kosmetik, khususnya pemutih secara berlebihan dapat
membahayakan kesehatan kulit. Kosmetika pemutih biasanya mengandung zat aktif
pemutih seperti hidroquinon dan merkuri. Hidroquinon yang banyak dipakai sebagai
penghambat pembentukan melamin yang dapat menyebabka hiperpigmentasi, pada
hal melamin berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar ultraviolet, sehingga
terhindar dari resiko terkena kanker kulit. Apabila digunakan dalam jangka waktu
yang lama dan di bawah sinar matahari secara langsung, hidroquinon dapat
mengakibatkan noda hitam dan benjolan kekuningan pada kulit yang disebut sebagai
okrosinosis yang sifatnya permanen sebagai akibat terhambatnya produksi melanin
kulit yang berfungsi melindungi kulit dari sinar ultraviolet. Pemakaian merkuri dalam
krim pemutih meskipun dapat menjadikan kulit tampak putih mulus, lamakelamaan
akan mengendap di dalam kulit. Pemakaian bertahun-tahun akan menyebabkan kulit
biru kehitaman dan memicu timbulnya kanker.
Kurangnya pengetahuan dan informasi yang bias didapatkan oleh pengguna
kosmetika pemutih dapat menyebabkan seseorang melakukan kesalahan. Pada
mulanya adalah keinginan untuk membuat kulit menjadi putih dan cantik, tetapi hasil
yang didapatkan malah sebaliknya. Tidak jarang pengguna kosmetik pemutih
mengeluh karena kulitnya merah meradang setelah menggunakan kosmetika pemutih.
mengakibatkan noda hitam dan benjolan kekuningan pada kulit yang disebut sebagai
okrosinosis yang sifatnya permanen sebagai akibat terhambatnya produksi melanin
kulit yang berfungsi melindungi kulit dari sinar ultraviolet. Pemakaian merkuri dalam
krim pemutih meskipun dapat menjadikan kulit tampak putih mulus, lamakelamaan
akan mengendap di dalam kulit. Pemakaian bertahun-tahun akan menyebabkan kulit
biru kehitaman dan memicu timbulnya kanker.
Kurangnya pengetahuan dan informasi yang bias didapatkan oleh pengguna
kosmetika pemutih dapat menyebabkan seseorang melakukan kesalahan. Pada
mulanya adalah keinginan untuk membuat kulit menjadi putih dan cantik, tetapi hasil
yang didapatkan malah sebaliknya. Tidak jarang pengguna kosmetik pemutih
mengeluh karena kulitnya merah meradang setelah menggunakan kosmetika pemutih.

C. Memilih Kosmetik yang Baik


Sebelum membeli kosmetika sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Kenali jenis kulit dengan tepat
Jenis kulit setiap orang tidak sama, oleh karena itu penting untuk mengetahui
jenis kulit sebelum memutuskan untuk membeli kosmetik yang cocok. Untuk
memastikan jenis kulit seseorang, kulit harus dibersihkan lebih dahulu dan
pemeriksaan harus dilakukan di bawah cahaya yang terang bila perlu
menggunakan kaca pembesar agar tekstur kulit, besarnya pori-pori, aliran
darah, pigmentasi, dan kelainan lain yang terdapat pada permukaan kulit dapat
terlihat. Analisis kulit sangat penting dilakukan untuk menentukan kelainan
atau masalah kulit yang timbul sehingga perlakukan yang tepat dapat
diberikan untuk memperbaikinya (BPOM RI,2007).
b. Memilih produk kosmetik yang mempunyai nomor registrasi dari Departemen
Kesehatan Suatu produk kosmetik yang tidak memiliki nomor regr istrasi,
kemungkinan memiliki kandungan zatzat yang tidak diizinkan pemakaiannya
atau memiliki kadar yang melebihi ketentuan, sehingga dapat menimbulkan
efek samping yang berbahaya. Hal yang perlu diperhatikan tersebut adalah
berkaitan dengan kandungan hidroquinon dan merkuri yang terdapat pada
produk kosmetik
(BPOM RI, 2007).
c. Hati-hati dengan produk yang sangat cepat memberikan hasil.
Suatu produk kosmetik yang memberikan hasil yang sangat cepat (misalnya
produk pemutih) tidak menutup kemungkinan produk tersebut mengandung
zat yang melebihi kadar atau standar yang sudah ditetapkan oleh Depatemen
Kesehatan dan penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter (BPOM RI,
2007).
d. Membeli kosmetik secukupnya pada tahap awal
Setiap pertama kali menggunakan produk, tidak bias diketahui apakah produk
tersebut cocok digunakan atau tidak, oleh karena itu perlu mencobanya
terlebih dahulu dalam jumlah sedikit
(BPOMRI, 2007).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kosmetika merupakan suatu bahan yang dapat digunakan untuk mempercantik atau
merawat diri. Secara definitif kosmetika diartikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari kandungan bahan dan manfaat yang dihasilkan oleh pemakaian bahan
tersebut terhadap penampilan dan kecantikan seseorang kosmetika adalah suatu
campuran bahan yang digunakan pada tubuh bagian luar dengan berbagai cara untuk
merawat dan mempercantik diri sehingga dapat menambah daya tarik dan menambah
rasa percaya diri pemakaian dan tidak bersifat mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit tertentu. Kosmetika yang beredar dipasaran Indonesia ada tiga macam, yaitu
kosmetika tradisional, kosmetika modern. Efek Kosmetik terhadap Kulit merupakan
sasaran Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 15 (30) Desember 2017 p-ISSN: 1693-
1157, e-ISSN: 2527-9041 PUSDIBANG - KS UNIMED 28 utama dalam menerima
berbagai pengaruh dari penggunaan kosmetika. Ada dua efek atau pengaruh
kosmetika terhadap kulit, yaitu efek positif dan efek negative. Pehatikan dan maknai
lebih lanjut dan baik, terhadap daftar kandungan yang terdapat pada label setiap
produk kosmetik. Lihatlah apakah jenis jenis zat diatas terkandung di dalamnya, bila
anda masih kurang yakin, anda bias mencarinya di internet tentang bahayanya bahan
tersebut. Jangan pernah dibodohi oleh kata kata ‘natural’ dan ‘organic’ pada kemasan
produk. Memang produk tersebut mengandung satu atau dua bahan organik, tetapi
kandungan bahan berbahayanya bisa berkali lipat jumlahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tranggono, Retno dkk. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Wasitaatmadja, M.S,. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI-Press.Jakarta.

Fitryane, Rannie. 2011. Kiat Cantik & Menarik. Bandung: Yrama Widya

Sari, Dian Maya. 2012. Perawatan Body Spa, Manicure dan Pedicure, Bleaching
Tangan dan Kaki, Mahendi Tangan.Universitas Negeri Medan.

Ilahi, Hikmah. 2010. Panduan Tata Rias Kecantikan Wajah Terkini.Jakarta:


Flashbooks

Anda mungkin juga menyukai