NAMA
NIM : P07220119049
INSTITUSI : POLTEKKES KEMENKES KALTIM
LAPORAN PENDAHULUAN
volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal. Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif &
Kusuma, 2013).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah
tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada
pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa
peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang lama (Desfrimadona,
2016
2.1.2. Patofisiologi
Bagan 2.1
Pathway Gagal Ginjal Kronik
27
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron-nefron rusak. Beban bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa di reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih rendah itu. (Barbara
C Long).
28
2.1.1. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi
glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).
iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling sering adalah
Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini
mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden
dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapat
28
yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding
berat.
kontstriksi uretra.
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan
didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat
(1) Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun
(2) Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN
(3) Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi,
ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan
BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek.
29
2.1.3. Penatalaksanaan
1) Dialisis
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terpi
sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja
ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk
menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini
dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini, darah dipompa
keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam mesin dialiser, darah
dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat
(suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah
30
dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di
rumah salit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan
bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu
dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
2) Koreksi hiperkalemi
menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus diingat adalah jangan
dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka
3) Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi
darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi
coroner.
4) Koreksi asidosis
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100
31
mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat
5) Pengendalian hipertensi
6) Transplantasi ginjal
2.2.1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
2) Keluhan utama
32
Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang
4) Aktifitas/istirahat :
5) Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina),
hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak
jarang pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning,
kecenderungan perdarahan.
6) Integritas ego
7) Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut),
8) Makanan/Cairan
anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
33
pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, ulserasi
9) Neurosensori
10) Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku berhati-
hati/distraksi, gelisah.
11) Pernapasan
12) Keamanan
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada
13) Seksualitas
34
14) Interaksi social
15) Penyuluhan/Pembelajaran
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif . diagnosis negatif
menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit
ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko. Sedangkan diagnosis
positif menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai
kondisi yang lebih sehat dan optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan Diagnosis
35
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai
1) Hipervolemia
2) Defisit nutrisi
3) Nausea
6) Intoleransi aktivitas
9) Nyeri akut
dan orang terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
37
Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik
(sumber: SIKI, 2018)
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
keperawatan selama 3x8 Observasi:
jam maka hipervolemia 1. Periksa tanda dan gejala
hipervolemia (edema, dispnea,
meningkat dengan kriteria
suara napas tambahan)
hasil: 2. Monitor intake dan output cairan
1. Asupan cairan 3. Monitor jumlah dan warna urin
meningkat Terapeutik
2. Haluaran urin meningkat 4. Batasi asupan cairan dan garam
3. Edema menurun 5. Tinggikan kepala tempat tidur
4. Tekanan darah membaik Edukasi
5. Turgor kulit membaik 6. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai pemberian diuretik
8. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat deuretik
9. Kolaborasi pemberian continuous
renal replecement therapy
(CRRT), jika perlu
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x8 Observasi
jam diharapkan pemenuhan 1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan nutrisi pasien 2. Identifikasi makanan yang disukai
tercukupi dengan kriteria 3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
hasil:
Terapeutik
1. intake nutrisi tercukupi 5. Lakukan oral hygiene sebelum
2. asupan makanan dan makan, jika perlu
cairan tercukupi 6. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
7. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
9. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
38
Diagnosa
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No. keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan dan jenis nutrisi yang
7. Anjurkan
dibutuhkan, jikamandi perlu dan
Diagnosa Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil 11. menggunakan sabun secukupnya
Kolaborasi pemberian medikasi
keperawatan 8. Anjurkan
sebelum minum
makan air yang cukup
3. Nausea Setelah dilakukan tindakan 9. tentang Mual
Anjurkan
Manajemen cara
menghindari meningkatkan
terpapar
keperawatan selama 3x8 Observasi asupan
suhu makanan
ekstrem
jam maka nausea membaik 1. Identifikasi pengalaman mual
dengan kriteria hasil:
5. Gangguan Setelah
1. Nafsudilakukan tindakan 2. Monitor
makan membaik Pemantauan mual respirasi
(mis. Frekuensi,
7. Resiko Setelah dilakukan asuhan Perawatan
durasi, dan Jantung
tingkat keparahan)
pertukaran gas keperawatan selama 3x8 Observasi
penurunan curah 2. Keluhan mual
keperawatan menurun
selama 3x8 Observasi:
Terapeutik
jamPucat
3. diharapkan
membaik pertukaran 1. Monitor frekuensi, irama,
jantung jam diharapkan penurunan 1. 3. Identifikasi
Kendalikan faktor
kedalaman dan
tanda lingkungan
upaya
dan gejala
napas
4. Takikardia membaik
gas tidak terganggu dengak primer penurunan curah jantung
curah jantung
(60-100 meningkat 2. penyebab
Monitor
(mis. Bau
pola napas
tak sedap,
kriteria hasil:kali/menit) (mis. Dispnea, kelelahan)
suara, dan rangsangan visual
dengan kriteria hasil: 3. Monitor saturasi oksigen
1. Tanda-tanda vital dalam 2. yang Monitor
tidaktekanan darah
menyenangkan)
1. rentang
Kekuatan nadi perifer 4.
3. Auskultasi bunyioksigen
Monitor saturasi napas
normal 4. Kurangi atau hilangkan keadaan
meningkat Terapeutik
2. Tidak terdapat otot bantu Terapeutik:
penyebab mual (mis. Kecemasan,
Tekanan darah membaik 5.
2. napas 4. Atur
Posisikan interval
ketakutan,semi-fowler
kelelahan) atau
pemantauan
respirasi
fowler sesuai kondisi pasien
3. Memlihara
100-130/60-90kebersihan
mmHg Edukasi
6.
5. Bersihkan sekret pada mulut dan
3. paru
Lelahdan bebas dari
menurun 5. Berikan
Anjurkan
hidung,
terapi oksigen
istirahat
jika perlu dan tidur
tanda-tanda distress Edukasi
7. cukup
Berikan teknik
oksigen tambahan,napasjika
pernapasan
4. Dispnea menurun 6. 6. Ajarkan
Anjurkan
perlu seringrelaksasi
membersihkan
dengan frekuensi 16-24 8. dalam mulut, kecuali jikahasil merangsang
x/menit 7. Dokumentasikan
Anjurkan
mual beraktifitas fisik sesuai
pemantauan
7. toleransi
Ajarkan
Edukasiteknik nonfarmakologis
Kolaborasi
9. untuk
8. Jelaskanmengatasi
kolaborasi tujuan
pemberian
mual(mis.
dan prosedur
antiaritmia,
Relaksasi,
pemantauan terapi musik,
jika perlu
akupresur)
8. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan 10. Informasikan
Perawatan
Kolaborasi sirkulasihasil pemantauan
tidak efektif perawatan selama 3x8 jam 8.Observasi Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian antiemetik,
maka perfusi perifer 1. Kolaborasi
Periksa penentuan
sirkulasi periferdosis
(mis.
jika perlu
oksigen
Nadi perifer, edema, pengisian
4. Kerusakan meningkat dengantindakan
Setelah dilakukan kriteria Perawatan integritas kulit
6. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen kapiler, warna, Energisuhu)
integritas kulit hasil:
keperawatan selama 3x8 Obsevasi
Aktivitas keperawatan selama 3x8 2.Observasi Monitor perubahan kulit
1.
jamdenyut nadi integritas
diharapkan perifer 1. Identifikasi penyebab
jam toleransi aktivitas 3.1. Monitor Monitor panas,
kelelahan fisik gangguan
kemerahan, nyeri
meningkat
kulit dapat terjaga dengan2. atau integritas
bengkak kulit (mis. Perubahan
meningkat dengan kriteria Monitor pola dan jam tidur
2. Warna
kriteria kulit
hasil: pucat sirkulasi,
4.Terapeutik
Identifikasiperubahan
faktor risikostatus nutrisi)
hasil:menurun Terapeutik
gangguan sirkulasi
1. Integritas kulit yang baik3. Lakukan latihan rentang gerak
1. Keluhan
3. Kelemahan lelah menurun 2. Terapeutik
otot Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
bisa dipertahankan pasif/aktif
2. Saturasi
menurun oksigen dalam
2. Perfusi jaringan baik 5.4. baring
Hindari
Libatkanpemasangan
keluarga infus atau
dalam
rentangmelindungi
3.4. Mampu
Pengisian normal
kapiler(95%-
kulit 3. Lakukan pemijataan pada area
pengambilan darah
melakukan aktifitas, jika perlu di area
100%)
membaik tulang, jika perlu
dan mempertahankanEdukasi keterbatasan perfusi
3.kelembaban
5. Frekuensi
Akral membaiknadi dalam 4. Hindari produk berbahan dasar
kulit 6. Hindari
Anjurkanpengukuran tekanan
rentangkulit
6. Turgor normal (60-100 5. alkohol
membaik melakukan
pada aktifitas
kulit kering
darah pada
secara bertahap ekstremitas dengan
kali/menit) 5. Bersihkan perineal dengan air
keterbatasan perfusi
4. Dispnea saat 7.6. hangat
Anjurkan keluarga
Lakukan pencegahan
untuk
infeksi
beraktifitas dan setelah memberikan
Edukasi penguatan positif
8.Kolaborasi
Lakukan perawatan kaki dan
beraktifitas menurun 6. Anjurkan menggunakan pelembab
kuku
(16-20 kali/menit) (mis. Lotiondengan
atau serum)
7.Edukasi
Kolaborasi ahli gizi
9. Anjurkan berhenti merokok
10.Anjurkan berolahraga rutin
11.Anjurkan mengecek air mandi
39
91
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
untun menghindari kulit terbakar
12.Anjurkan meminum obat
pengontrol tekanan darah secara
teratur
Kolaborasi
13.Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
9. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x8 Observasi
jam maka tautan nyeri 1. Identifikasi factor pencetus dan
meningkat dengan kriteria pereda nyeri
hasil: 2. Monitor kualitas nyeri
1. Melaporkan nyeri 3. Monitor lokasi dan penyebaran
terkontrol meningkat nyeri
2. Kemampuan mengenali 4. Monitor intensitas nyeri dengan
onset nyeri meningkat menggunakan skala
3. Kemampuan 5. Monitor durasi dan frekuensi
menggunakan teknik nyeri
nonfarmakologis Teraupetik
meningkat 6. Ajarkan Teknik
4. Keluhan nyeri nonfarmakologis untuk
penggunaan analgesik mengurangi rasa nyeri
menurun 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Meringis menurun Edukasi
6. Frekuensi nadi 8. Anjurkan memonitor nyeri
membaik secara mandiri
7. Pola nafas membaik 9. Anjurkan menggunakan
8. Tekanan darah analgetik secara tepat
membaik Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian obat
analgetik
92
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas
Andalas