Anda di halaman 1dari 6

Nama : Lita Niarti

NIM : 1930201265
Kelas : PGMI 07 2019
Mata Kuliah : Pendalaman IPA MI
Dosen Pengampu : Muhamad Afandi, M.Pd.I

TUGAS PERTEMUAN 12

Jelaskan apa saja pendekatan pembelajaran IPA MI dan berikan contoh penerapannya dalam
pembelajaran!

JAWAB:

1. Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Teacher Centered Approach dan Student Centered


Approach
a. Pendekatan pembelajaran teacher centered approach/pendekatan ekspositori
Dalam pendekatan ini, guru berperan lebih aktif dibandingkan peserta didiknya
karena guru mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas. Pendekatan ini biasa
disebut juga mengajar secara konvensional, seperti metode ceramah dan demonstrasi.
Akan tetapi, jika dikelola dengan baik, pendekatan ini akan memberikan suatu proses
belajar bermakna pada peserta didik. Dalam proses pembelajarannya guru
mempersiapkan bahan dengan rapi, sistematika, dan lengkap sehingga peserta didik
cukup menyimak dan mencernanya secara teratur.
b. Pendekatan pembelajaran student centered approach/heuristic
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student
centered approach) merupakan pendekatan pembelajaran aktif dimana guru berperan
sebagai fasilitator, motivator, katalisator, dan pengentrol konsep. Pada pendekatan ini,
peserta didik diposisikan sebagai pusat perhataian utama.
Pendekatan heuristik merupakan pembelajaran aktif yang menitik beratkan pada
kretifitas peserta didik. Kreatifitas guru juga dituntut dalam melaksanakan pendekatan
ini, karena guru dituntut kreatif dalam menciptakan strategi pembelajaran yang tepat
untuk merangsang kreatifitas peserta didik dalam proses pemahaman konsep melalui
pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan materi yang
diajarkan sehingga tercipta lingkungan belajar yang aktif.

2. Pendekatan Konsep dan Pendekatan Proses


a. Pendekatan konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh (Sagala, 2005).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merencanakan pembelajaran
dengan pendekatan konsep (Dahar, 2003).
1) Konsep-konsep yang diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan lengkap.
2) Prasyarat atau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlakukan dapat digunakan
dalam proses pembelajaran
3) Urutan memadai sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep yang
telah ada.

IPA tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen. Sebagai ilmu


yang tumbuh secara eksperimental, IPA mengandung baik ilmu pengetahuan deklaratif
maupun pengetahuan prosedural. Seperti halnya pengetahuan deklaratif, IPA disusun
oleh konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi. Untuk mengikuti perkembangan
IPA yang sangat pesat, belajar konsep IPA merupakan kegiatan yang paling sesuai bagi
pembentukan pengetahuan pada diri peserta didik (Dahar, 1989).

b. Pendekatan proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikab
kesempatan pada pserta didik untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai keterampilan proses.
IPA mempunyai karakteristik sebagai produk dan proses yang dikembangkan
ilmuwan dengan keterampilan proses. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA harus
menjelaskan konsep-konsep IPA dengan benar dan ditempuh dengan pendekatan proses.
Dalam pendekatan proses, pendekatan pembelajaran didasarkan pada anggapan bahwa
IPA itu terbentuk dan berkembang akibat diterapkannya suatu proses yang dikenal dengan
metode ilmiah dengan menerapkan keterampilan-keterampilan proses IPA, yaitu mulai
dari menemukan masalah hingga mengambil keputusan. Dalam perkembangannya,
pendekatan ini dikenal dengan pendekatan keterampilan proses.
Pendekatan proses bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
keterampilan proses, seperti mangamati, berhepotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan
sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung
siswa dalam kegiatan belajar mengajar

3. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif


a. Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke
khusus sebagai pendekatan pembelajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum diikuti contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu ke
dalam keadaan khusus (Sagala, 2005).
Pendekatan deduktif dalam proses pembelajaran IPA merupakan pembuktian suatu
teori yang telah ada. Pendekatan ini biasa dilaksanakan oleh peserta didik dalam sebuah
eksperimen yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu teori.
b. Pendekatan induktif
Pendekatan pembelajaran induktif menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian
disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, dan aturan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif (Sagala, 2005)
antara lain:
1) Memilih konsep, prinsip, dan aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.
2) Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip, dan aturan yang memungkinkan
peserta didik memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-
contoh itu.
3) Menyajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyaangkal perkiraan itu.
4) Menusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-
langkah terdahulu.

Pada tingkat ini, menurut Syamsudin Makmun (2003), peserta didik belajar
mengadakan kombinasi dari berbagai konsep atau pengertian dalam mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, defensiasi,
komparasi, dan kausalitas) sehingga peserta didik dapat membuat kesimpulan (konklusi)
tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule” (prinsip, dalil, aturan,
hukum, kaidah, dan sebagainya).

Proses pembelajaran IPA diharapkan menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan


ini akan mampu meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, dan eksperimen-
eksperimen dalam IPA seharusnya menggunakan pendekatan ini karena akan mam[u
meningkatkan resistasnsi peserta didik dalam memahami konsep.

4. Pendekatan Discovery-Inquiry
Penerapan pendekatan pembelajaran discovery-inquiry dalam proses pembelajaran IPA
dapat dilaksanakan di dalam dan di luar kelas. Peran guru dalam pendekatan ini adalah sebagai
fasilitator yang membimbing peserta didik menemukan suatu produk IPA.
Pendekatan discovery-inquiry sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling
melengkapi. Kemampuan yang ingin dioptimalkan dalam pendekatan ini adalah proses
mental, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir deduktif dan induktif, kemampuan
berkomunikasi, peningkatan motivasi, dan peningkatan daya resitasi peserta didik.
Pendekatan discovery-inquiry dalam pembelajaran IPA memiliki beberapa karakteristik
masing-masing.
5. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual (contextual teaching and learning/CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata peserta didik dan mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Menurut Nurhadi (2003), pembelajaran konstekatul adalah konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi dan situasi dunia nyata peserta didik.
Dalam pendekatan ini, peserta didik diajak berpikir kritis dan kreatif sehingga dapat
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan fenomena-fenomena yang
terjadi dalam konteks kehidupan keseharian mereka. Pendekatan ini juga membantu peserta
didik tumbuh dan berkembang dengan sikap saling kerja sama, saling menghormati perbedaan
untuk kreativitas, mampu mengorganisasi diri untuk mencapai standar yang tinggi dan
menggunakan penilaian autentik.
Dalam pembelajarannya, pembelajaran kontekstual dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang erat kaitannya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari peserta didik (internal), dan dari
luar dirinya atau dari lingkungan sekitarnya (eksternal). Sehubungan dengan itu, Zahorik
(1995) mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pemebajaran
konstekstual, sebagai berikut:
a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik.
b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus
(dari umum ke khusus)
c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara:
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-
apa yang dipelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang
dipelajari.

.
6. Pendekatan konstruktivisme
Menurut Bandura, 1991 dalam M.Nur, 2000 ada 5 aplikasi pendekatan konstruktivisme,
yaitu sebagai berikut:
a. Proses top-down: pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran lebih menekankan
pada pembelajaran top-down daripada bottom-up. Top-down berarti bahwa peserta didik
mulai dengan masalah-masalah yang kompleks, lengkap, gan autintik untuk dipecahkan,
dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru) keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan. Pendekatan konstruktivisme bekerja dimulai dengan
masalah (sering muncul dari pesrta didik sendiri). Selanjutnya, membantu peserta didik
menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
b. Pembelajaran kooperatif: pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran menerapkan
pembelajaran kooperatif secara luas. Hal ini berdasarkan teori bahwa peserta didik lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit dengan saling mendiskusikan
bersama temannya.
c. Pembelajaran generatif: asumsi sentral pendekatan konstruktivisme adalah belajar itu
ditemukan, meskipun ketika kita menyampaikan sesuatu kepada peserta didik, mereka
harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi yang diterimanya agar
masuk ke dalam pemahaman mereka. Strategi pembelajaran generatif mengajarkan
peserta didik metode spesifik dalam melakukan kerja mental menangani informasi baru.
Peserta didik diajak untuk membuat pertanyaan, ikhtisar, dan analogi yang telah mereka
baca, serta mengucapkan dengan kata-kata sendiri yang telah didengar. Pembelajaran ini
lebih efektif jika dikombinasi dengan pembelajaran kooperatif.
d. Pembelajaran penemuan: pembelajaran dengan penemuan merupakan komponen penting
dalam pendekatan konstruktivisme. Pembelajaran ini menekankan keterlibatan aktif
peserta didik untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui suatu
percobaan. Belajar dengan menemukan mempunyai beberapa keuntungan, yaitu memacu
keingintahuan peserta didik, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga
mereka menemukan jawabannya dan belajar memecahkan masalah secara mandiri, serta
mempunyai keterampilan berpikir kritis.
e. Pembelajaran dengan pengaturan diri (self regulated learning): salah satu kunci dari teori
belajar konstruktivisme adalah menganut visi atau wawasan peserta didik ideal sebagai
seorang pelajar yang memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri atau self regulated
learner. Self regulated learner adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang
strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan penegtahuan itu.

7. Pendekatan Science, Environment, Tecnology, Society (SETS)


Yager (1992), menyatakan definisi STS (science, tecnology, society) menurut NSTA
(National Science Teacher Association) dalam jurnal Science International sebagai belajar
dan mengajar mengenai IPA dan teknologi dalam konteks penagalaman manusia. Sebelas ciri-
ciri yang dianjurkan NSTA dalam memberikan pendekatan STS dalam mengajar, yaitu:
a. Peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya dan dampaknya.
b. Menggunakan sumber-sumber setempatnya (narasumber dan bahan-bahan) untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
c. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan
untuk memecahkan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya.
d. Perluasan untuk terjadinya belajar melebihi periode, kelas, dan sekolah
e. Memuaskan pada pengaruh IPA dan teknologi kepada individu peserta didik.
f. Pandangan mengenai IPA sebagai content lebih dari sekedar yang hanya berisi konsep-
konsep dan untuk menyelesaikan ujian.
g. Penekanan keterampilan proses IPA agar dapat digunakan oleh peserta didik dalam
mencari solusi terhadap masalahnya.
h. Penekanan kepada kesadaran mengenai karier (career), khususnya karier yang
berhubungan dengan IPA dan teknologi.
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan dalam masyarakat sebagai
usaha untuk memecahkan kembali masalah-masalah yang diidentifikasikanya.
j. Menentukan proses IPA dan teknologi dalam memengaruhi masa depan.
k. Sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar (sebagai masalah
individu)
Seiring dengan perkembangan pembelajaran sains. STS dilengkapi dengan
kata envorenment atau lingkungan. Perkembangan pendekatan STS (science, tecnology,
society) menjadi SETS (sciene, environment, tecnology, society) dipengaruhi oleh perhatian
manusia terhadap lingkungan yang ada di bumi yang sudah banyak mengalami perubahan,
yang cenderung ke arah kerusakan lingkungan akibat teknologi yang dikembangkan oleh
manusia.
Pendekatan SETS dalam pembelajaran IPA dapat dilaksanakan dengan mengajak peserta
didik mengaitkan konsep IPA dengan unsur-unsur dalam SETS. Pendekatan ini akan
mengarahkan peserta didik belajar bermakna (meaningfull learning), seperti tercantum dalam
kompetensi yang harus dicapai dalam kurikulum 2013.

Anda mungkin juga menyukai