NIM : 1930201265
Kelas : PGMI 07 2019
Mata Kuliah : Pendalaman IPA MI
Dosen Pengampu : Muhamad Afandi, M.Pd.I
TUGAS PERTEMUAN 12
Jelaskan apa saja pendekatan pembelajaran IPA MI dan berikan contoh penerapannya dalam
pembelajaran!
JAWAB:
b. Pendekatan proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikab
kesempatan pada pserta didik untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai keterampilan proses.
IPA mempunyai karakteristik sebagai produk dan proses yang dikembangkan
ilmuwan dengan keterampilan proses. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA harus
menjelaskan konsep-konsep IPA dengan benar dan ditempuh dengan pendekatan proses.
Dalam pendekatan proses, pendekatan pembelajaran didasarkan pada anggapan bahwa
IPA itu terbentuk dan berkembang akibat diterapkannya suatu proses yang dikenal dengan
metode ilmiah dengan menerapkan keterampilan-keterampilan proses IPA, yaitu mulai
dari menemukan masalah hingga mengambil keputusan. Dalam perkembangannya,
pendekatan ini dikenal dengan pendekatan keterampilan proses.
Pendekatan proses bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
keterampilan proses, seperti mangamati, berhepotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan
sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung
siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Pada tingkat ini, menurut Syamsudin Makmun (2003), peserta didik belajar
mengadakan kombinasi dari berbagai konsep atau pengertian dalam mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, defensiasi,
komparasi, dan kausalitas) sehingga peserta didik dapat membuat kesimpulan (konklusi)
tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule” (prinsip, dalil, aturan,
hukum, kaidah, dan sebagainya).
4. Pendekatan Discovery-Inquiry
Penerapan pendekatan pembelajaran discovery-inquiry dalam proses pembelajaran IPA
dapat dilaksanakan di dalam dan di luar kelas. Peran guru dalam pendekatan ini adalah sebagai
fasilitator yang membimbing peserta didik menemukan suatu produk IPA.
Pendekatan discovery-inquiry sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling
melengkapi. Kemampuan yang ingin dioptimalkan dalam pendekatan ini adalah proses
mental, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir deduktif dan induktif, kemampuan
berkomunikasi, peningkatan motivasi, dan peningkatan daya resitasi peserta didik.
Pendekatan discovery-inquiry dalam pembelajaran IPA memiliki beberapa karakteristik
masing-masing.
5. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual (contextual teaching and learning/CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata peserta didik dan mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Menurut Nurhadi (2003), pembelajaran konstekatul adalah konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi dan situasi dunia nyata peserta didik.
Dalam pendekatan ini, peserta didik diajak berpikir kritis dan kreatif sehingga dapat
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan fenomena-fenomena yang
terjadi dalam konteks kehidupan keseharian mereka. Pendekatan ini juga membantu peserta
didik tumbuh dan berkembang dengan sikap saling kerja sama, saling menghormati perbedaan
untuk kreativitas, mampu mengorganisasi diri untuk mencapai standar yang tinggi dan
menggunakan penilaian autentik.
Dalam pembelajarannya, pembelajaran kontekstual dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang erat kaitannya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari peserta didik (internal), dan dari
luar dirinya atau dari lingkungan sekitarnya (eksternal). Sehubungan dengan itu, Zahorik
(1995) mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pemebajaran
konstekstual, sebagai berikut:
a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik.
b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus
(dari umum ke khusus)
c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara:
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-
apa yang dipelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang
dipelajari.
.
6. Pendekatan konstruktivisme
Menurut Bandura, 1991 dalam M.Nur, 2000 ada 5 aplikasi pendekatan konstruktivisme,
yaitu sebagai berikut:
a. Proses top-down: pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran lebih menekankan
pada pembelajaran top-down daripada bottom-up. Top-down berarti bahwa peserta didik
mulai dengan masalah-masalah yang kompleks, lengkap, gan autintik untuk dipecahkan,
dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru) keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan. Pendekatan konstruktivisme bekerja dimulai dengan
masalah (sering muncul dari pesrta didik sendiri). Selanjutnya, membantu peserta didik
menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
b. Pembelajaran kooperatif: pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran menerapkan
pembelajaran kooperatif secara luas. Hal ini berdasarkan teori bahwa peserta didik lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit dengan saling mendiskusikan
bersama temannya.
c. Pembelajaran generatif: asumsi sentral pendekatan konstruktivisme adalah belajar itu
ditemukan, meskipun ketika kita menyampaikan sesuatu kepada peserta didik, mereka
harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi yang diterimanya agar
masuk ke dalam pemahaman mereka. Strategi pembelajaran generatif mengajarkan
peserta didik metode spesifik dalam melakukan kerja mental menangani informasi baru.
Peserta didik diajak untuk membuat pertanyaan, ikhtisar, dan analogi yang telah mereka
baca, serta mengucapkan dengan kata-kata sendiri yang telah didengar. Pembelajaran ini
lebih efektif jika dikombinasi dengan pembelajaran kooperatif.
d. Pembelajaran penemuan: pembelajaran dengan penemuan merupakan komponen penting
dalam pendekatan konstruktivisme. Pembelajaran ini menekankan keterlibatan aktif
peserta didik untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui suatu
percobaan. Belajar dengan menemukan mempunyai beberapa keuntungan, yaitu memacu
keingintahuan peserta didik, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga
mereka menemukan jawabannya dan belajar memecahkan masalah secara mandiri, serta
mempunyai keterampilan berpikir kritis.
e. Pembelajaran dengan pengaturan diri (self regulated learning): salah satu kunci dari teori
belajar konstruktivisme adalah menganut visi atau wawasan peserta didik ideal sebagai
seorang pelajar yang memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri atau self regulated
learner. Self regulated learner adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang
strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan penegtahuan itu.