IMOBILISASI
Di susun oleh :
Nama
(Nim)
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LUMAJANG
LUMAJANG, ................................
MAHASISWA
.....................................
KEPALA RUANGAN
A. Anatomi dan fisiologi sistem musculoskeletal
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan
isometrik.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal
adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,
pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,
melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.
-Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan
stabilitas
-Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis
dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.
-Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang
disatukan dengan ligamen atau membran.
-Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan
secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago
artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial.
-Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan
kartilago.
-Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang.
-Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler.
-Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh
-Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh
tertentu
dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh
secara berkesinambungan.
B. Konsep dasar tentang gangguan pemenuhan mobilisasi
1. Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya Mobilisasi menyebabkan
perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai
bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Sedangkan gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu
keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan
gerak fisik (Kim et al, 1995).
D. Manifestasi klinis
a. Gangguan sikap berjalan
b. Penurunan keterampilan motorik halus
c. Penurunan keterampilan motorik kasar
d. Penurunan rentang gerak
e. Kesulitan membolak balik posisi
f. Ketidak nyamanan melakukan aktivitas
E. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua
tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik,
peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi
isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak
ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien
untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi
isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan
otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus
mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini
menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian
dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis,
dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan
otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan
relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan
posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi
berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat
tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem
skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah
merah.
G. Komplikasi
a. Atelektasis
b. Pneumonia
c. Sulit buang air besar (BAB dan buang air kecil (BAK).
d. Distensi lambung
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X tulang
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan hubungan
tulang.
b. Laboratorium
Darah rutin, faktor pembekuan darah golongan darah crostet dan analisa.
c. Radiologis
1) Dua gambar, anterior posterior (AP) dan lateral
2) Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur
3) Memuat gambar foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang kena cidera
dan ekstremitas yang tidak terkena cidera (pada anak dilakukan 2 kali
yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan)
I. Penatalaksanaan Medis
a. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan
mobilitas pasien.
Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
3) Mempertahankan kenyamanan
b. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
1) Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk
Tujuan :
a) Mempertahankan kenyamanan
b) Menfasilitasi fungsi pernafasan
2) Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke
kiriTujuan :
a) Melancarkan peredaran darah ke otak
b) Memberikan kenyamanan
c) Melakukan huknah
d) Memberikan obat peranus (inposutoria)
e) Melakukan pemeriksaan daerah anus
3) Posisi trendelenburg adalah menempatkan pasien di tempat tidur
dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki. Tujuan : untuk
melancarkan peredaran darah.
4) Posisi dorsal recumbent adalah posisi pasien ditempatkan pada posisi
terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur
Tujuan :
a) Perawatan daerah genetalia
b) Pemeriksaan genetalia
c) Posisi pada proses persalinan
5) Posisi litotomi adalah posisi pasien yang ditempatkan pada posisi
terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas
abdomen
Tujuan :
a) Pemeriksaan genetalia
b) Proses persalinan
c) Pemasangan alat kontrasepsi
6) Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur.Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina
c. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda
Tujuan :
1) Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
2) Mempertahankan kenyamanan pasien
3) Mempertahankan kontrol diri pasien
4) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
d. Membantu pasien berjalan
Tujuan :
1) Toleransi aktifitas
2) Mencegah terjadinya kontraktur sendi
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien paska operasi seksio sesarea
harus tirah baring dulu. Mobilisasi Post Operasi yang bisa dilakukan
adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis
serta menekuk dan menggeser kaki.
b. Setelah 6-10 jam, diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah trombosis dan trombo emboli.
c. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
d. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan
0 0 Paralisis sempurna
3 50
Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahan minimal
4 75
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan
emosi, dan sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan mobilisasi
b. Risiko cedera berhubungan dengan ketidaktepatan mekanika tubuh
c. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan tirah baring
d. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan penurunan rentang gerak
e. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tekanan permukaan kulit
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi
h. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Rencana Tujuan
Rencana tindakan
1) Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi
2) Memperbaiki fungsi integumen
3) Meningkatkan fungsi kardiovaskular
4) Meningkatkan fungsi respirasi
b. Rencana tindakan
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
a) Posisi fowler
Merupakan posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk
yang biasa digunakan untuk memfasilitasi fungsi pernapasan.
b) Posisi sim
Merupakan posisi pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan.
Biasanya pasien lebih nyaman tidur dengan miring ke kanan
atau kiri.
c) Posisi trendelenburg
Merupakan posisi pasien tidur dengan bagian kepala lebih
rendah dari bagian kaki. Posisi ini bertujuan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
d) Posisi Dorsal Recumbent
Merupakan posisi dimana pasien terlentang dengan kedua lutut
fleksi diatas tempat tidur.
e) Posisi lithotomi
Merupakan posisi dimana pasien ditempatkan terlentang dengan
mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.