PERSYARATAN PENDIRIAN
RUMAH SAKIT UMUM KELAS C
Rumah sakit dapat didirikan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun bidang
Swasta. Dalam mendirikan sebuah rumah sakit baru, sangat penting memperhatikan persyaratan
rumah sakit sesuai dengan Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit serta
peraturan pendukung yang terkait salah satunya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Persyaratan yang tercantum dalam Undang – Undang tersebut mencakup persyaratan : (1) lokasi,
(2) bangunan, (3) prasarana, (4) sumber daya manusia, (5) kefarmasaian, (6) peralatan, dan (7)
keuangan atau administratif.
4.1 Lokasi
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 8 ayat
(1 ), (2), dan (3), persyaratan lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan rumah sakit. Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan
lingkungan menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan, dan
atau dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang - undangan. Sementara ketentuan mengenai tata ruang dilaksanakan sesuai
dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan atau
Kota, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan atau Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
4.2 Bangunan
Berdasarkan Undang - Undang Nomnor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 9,
persyaratan bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan
teknis bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan. Untuk persyaratan teknis bangunan rumah sakit, harus seuai dengan fungsi
memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta menjamin
perlindungan dan keselamaan bagi semua orang tanpa terkecuali penyandang cacat, anak- anak,
dan usia lanjut.
A. Administratif
Setiap penyelenggara rumah sakit wajib memiliki izin yang terdiri atas izin
pendirian dan izin operasional atau izin penyelenggaraan. Saat ini untuk memperoleh izin
mendirikan, PT SGP telah memperoleh beberapa izin prinsip dan dokumen yang menjadi
syarat mendapatkan ijin pendirian rumah. Dokumen yang dimaksud antarai adalah
sebagai berikut:
1. Dokumen ljin Lokasi Pembangunan Rumah Sakit Tipe C dari Pemerintah Kabupaten
Pasuruan, nomor: 503/31/424.077/2014.
2. Dokumen lzin Mendirikan Bangunan untuk Rumah Sakit dari Pemerintah Kabupaten
Pasuran, nomor: 645/058/424.086/2017.
3. Dokumen lzin Gangguan dari Pemerintah Kabupaten Pasuran, nomor: .
530.08/059/424.086/2017.
4. Pengesahan dokumen UKL-UPL oleh Badan Lingkungan Hidup Pemerintah
Kabupaten Pasuruan, nomor: 666/439/424.078/2015.
5. Pengesahan dokumen Amdal Lalu lintas oleh Dinas Perhubungan Pemerintah
Kabupaten Pasuruan, nomor: 551 .11/39/424.054/2015.
6. Dokumen studi kelayakan.
Setelah pendirian rumah sakit selesai, selanjutnya PT. SGP akan mengajukan izin
penyelenggaraan rumah sakit.
B. Teknis Bangunan
Persyaratan teknis bangunan rumah sakit harus sesuai dengan fungsi, kenyamanan
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut. Bangunan
rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruangan sebagai berikut:
1. Rawatjalan
2. Ruang rawat inap
3. Ruang gawat darurat
4. Ruang operasi
5. Ruang tenaga kesehatan
6. Ruang radiologi
7. Ruang laboratorium
8. Ruang sterilisasi
9. Ruang farmasi
10. Ruang pendidikan dan latihan
11. Ruang kantor dan administrasi
12. Ruang ibadah, ruang tunggu
13. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit
14. Ruang menyusui
15. Ruang mekanik
16. Ruang dapur
17. Laundry
18. Kamar jenazah
19.Taman
20. Pengelolaan sampah
21. Peralatan parkir yang mencukupi
4) Area Persalinan
Sebagai upaya pencegahan penularan infeksi maka terdapat
perssyaratan untuk area peralihan dari ruang operasi dengan ruang
lain. Persyaratan area peralian di ruang operasi adalah:
a) Alur pasien: Pintu masuk pasien pra dan pasca bedah berbeda
b) Alur petugas: Pintu masuk dan keluar petugas satu pintu
c) Alur peralatan: Pintu masuk dan keluar dari peralatan bersih
dan kotor berbeda
b. Persyaratan Ruang Operasi (Kamar Bedah)
Ruang operasi di rumah sakit memiliki beberapa persyaratan berdasarkan
aspek bentuk, ukuran serta area. Persyaratan ruang operasi dirumah sakit
adalah:
1) Bentuk
a) Sudut tidak boleh tajam (harus melengkung)
b) Lantai, dinding dan langit-langitnya harus melengkung
c) Tidak berpori atau mempunyai sambungan, warna terang, tidak
memantulkan cahaya dan mudah dibersihkan.
d) Dinding sebaiknya dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit-
langit atau dapat juga menggunakan cat tembok yang mengandung
“weather shield”
2) Ukuran
Ruang operasi yang ada harus mempunyai ukuran dengan persyaratan
minimal sebagai berikut:
a) Minimal : 48 m²
b) Maksimal : 70 m²
c) Tinggi langit-langit (plafon) minimal : 3,5 m
d) Tinggi langit-langit (plafon) maksimal : 3,65 m
e) Surgical corridor : 3 - 3,5 m
f) Service corridor : 1,5 m
Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit Departeman Kesehatan (2007),
kontruksi rumah sakit hendaknya tidak membahayakan keselamatan pasien, karyawan dan
masyarakat umun yang tinggal disekitarnya. Sebagai bagian dari upaya keselamatan (safety) dan
keamanan (security), bangunan rumah sakit hendaknya tahan terhadap kemungkinan bahaya
yang mungkin terjadi. Oleh karena itu sebaiknya:
1. Pintu keluar hendaknya terbatas pada tipe yang mengarah keluar bangunan, tangga
didalam ruangan, ramp dan tangga luar
2. Minimal tersedia dua dua buah pintu keluar yang berjauhan satu sama lain pada setiap
lantai gedung dan adatanda untuk keluar apabila dalam keadaan darurat (exit gate)
3. Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar bangunan
Semua area di RS mempunyai pencahayaan (lighting) yang cukup untuk mendukung
kenyamanan dan penyembuhan pasien serta untuk mendukung kinerja kayawan dalam
melakukan tugasnya. Selain itu, diperlukan ventilasi yang cukup untuk menjamin kenyamanan
pasien, karyawan dan masyarakat umum. Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/ SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, terdapat
beberapa aspek persyaratan yang harus dipenuhi dalam pendirian rumah sakit yaitu sebagai
berikut:
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a) Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi
dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan
keluar masuk dengan bebas.
b) Luas bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan
sehingga tersedia tempat parker yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parker
c) Lingkungan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus
menyediakan fasilitas dan atau ternologi untuk mengatasinya
d) Lingkungan rumah sakit harus merupakan Kawasan bebas rokok
e) Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas
cahaya yang cukup
f) Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak ada genangan air
dan dibuat landai menuju kesaluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima
air masuk dan disesuaikan dengan luas lahan
g) Saluran air limbah domestik atau limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-
masing dihubungkan dengan instalasi pengolahan limbah
h) Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat tertentu yang menghasilkan
sampah harus disediakan tempat sampah.
i) Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan
tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan
kesehatan, sehingga binatang pengerat dan binatang pengganggu lainya
2. Kontruksi bangunan Rumah Sakit
a) Lantai
(1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang dan mudah di bersihkan
(2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup
kearah saluran pembungan air limbah
(3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus atau lengkung agar
mudah dibersihkan.
b) Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang
tidak luntur serta menggunakan cat yang mengandung logam berat.
c) Ventilasi
(1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar atau ruang
dengan baik
(2) Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai
(3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan
baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan atau mekanis
(4) Penggunaan ventilasi buatan atau mekanis harus disesuaikan dengan peruntukan
ruangan.
d) Atap
(1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perkembanganbiakan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainya
(2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi pangkal petir.
e) Langit-langit
(1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan
(2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai
(3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
f) Kontruksi
Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air
yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes.
g) Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga,
tikus dan binatang penganggu lainya
h) Jaringan Instalasi
(1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik,
system pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lainnya harus memenuhi
persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan
(2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan
tidak boleh bertekanan nrgatif untuk menghindari pencemaran air minum
i) Lalu Lintas Antar Ruangan
Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian rupa dan
dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga meudahkan hubungan dan
komunikasih antar ruangan serta menghindari resiko terjadinya kecelakaan kontaminasi
j) Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3. Ruang bangunan
Penataan dan penggunaan ruang bangunan harus sesuai dengan fungsi setra memenuhi
persyaratan kesehatan dengan pengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat resiko
terjadinya penularan penyakit sebagai berikut:
a. Zona dengan resiko rendah
Zona resiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang computer, ruang pertemuan,
ruang perpustakaan, ruang resepsionis dan ruang Pendidikan atau pelatihan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang
2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk
konus.
3) Langit-langit harus terbuat bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang,
mudah dibersihkan, kerangka harus kuat., dan tinggi minimal 2,70 meter dari
lantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter dan ambang
bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai
5) Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ ruangan dengan
baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik,
harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis ( exhauser)
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari
lantai
b. Zona dengan resiko sedang
Zona resiko sedang meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratotium,
ruang pengindraan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang
jenazah, dengan ketentuan sebagai berikut: dinding permukaan harus rata dan berwarna
terang
c. Zona dengan resiko tinggi
Zona resiko tinggi meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi,
ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat
dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang
2) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 dari
lantai
3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter dan semua pintu
harus selalu dalam keadaan tertutup.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat , kedap air, mudah di bersihkan dan berwarna
terang
5) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan ) lampu bedah dengan
profil baja doubleNP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit
6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai
7) Ventilasi sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk
setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC
minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar
operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau
transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara system UCA (Ultra
Clean Air)
8) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus
dibuat ruang antara
9) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat kedalam ruang operasi perlu
dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup
dengan sebuah loket yang dapat dubuka dan ditutup
10) Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau atas
langit-langit
11) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis
4.3 Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
Aspek lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah
sebelum suatu investasi dijalankan. Telaah tersebut bertujuan untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan jika suatuninvestasi jadi dilakukan, baik dampak negative maupun dampak positif
yang timbul secara langsung maupun tidak langsung. Dampak lingkungan yang terjadi adalah
adanya perubahan lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik kimia, biologi dan
social. Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi sejak awal, maka dapat merusak tatanan
yang sudah ada, baikterhadap fauna, flora dan social maupun manusia itu sendiri. Pelaksanaan
tersebut sesuai dengan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup NO 17 Tahun 2001 Tentang
Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analilis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
Pembngunan rumah sakit termasuk salah satu jenis usaha yang termasuk di dalam peraturan
tersebut, karena diduga berpotensi menimbulkan dampak penting dalam bentuk limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) atau radioaktif dan berpotensi sebagai tempat penularan penyakit.
Karena RS Insan Sehat setingkat dengan rumah sakit kelas C maka tidak wajib dilengkapi
dengan studi AMDAL. Namun pihak rumah sakit wajib membuat dokumen Upaya Pengolahan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), yang pedoman teknisnya telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang
Petunjuk Umum Penyusunan Upaya Pengolahan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup.
A. Tujuan dan manfaat Dokumen UKL dan UPL
Tujuan penyusunan dokumen UKL dan UPL adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengelola kegiatan proyek agar meminimumkan dampak negative dan
meningkatkan dampak positif.
2. Mengidentifikasi mengenai komponen lingkungan yang dapat dan di prediksi akan
terkena dampak penting oleh kegiatan pra kontruksi, konstruksi dana operasional rumah
sakit.
3. Untuk menentukan jenis dan sifat serta ukuran dampak yang secara sistematik, berulang-
ulang dan terencana selama kegiatan proyek propesi.
4. Untuk rekomendasikan beberapa alternatif upaya pengelolahan yang perlu dilaksanakan.
5. Untuk merekomendasikan beberapa alternatif upaya mentauan lingkungan yang perlu
dilaksanakan terutama yang berkaitan secara langsung dengan kegiatan.
Sedangkan manfaat dari dokumen UKL dan UPL adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pedoman dalam pelasaksanaan pengelolaan kegiatan dan pemantauan lingkungan
bagi penyelenggara kegiatan.
2. Sebagai persyaratan kelengkapan dokumen untuk proyek sesuai peraturan perundangan
yang berlaku.
3. Sebagai pedoman pengawasan dilapangan bagi instansi pemerintah terkait untuk
melakukan pengelolahan kegiatan dan pemantauan dengan baik.
4.4 Prasarana
Prasarana rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselamatan
dan kesehatan kerja serta harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.
Prasarana rumah sakit tersebut meliputi :
a. Instalasi Air
b. Instalasi Mekanial dan Elektrikal
c. Injeksi Gas Medik
d. Instalasi Upa
e. Intasi Pengelolah Limbah
f. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
g. Petunjuk, Standar dan Sarana Evakuasi saat terjadi Keadaan Darurat
h. Instalasi Tata Usaha
i. Sistem Informasi dan komunikasi
j. Ambulan
4.5 Sumber daya Manusia
Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenanga medis dan penunjang
medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit, tenaga
non kesehatan, jumlah dan jenis sumber daya manusia harus sesuai dengan jenis dan
klasifikasi rumah sakit yang dituangkan dalam peraturan Mentri Kesehatan (PMK) No.
56 Tahun 2014 yaitu sebagai berikut :
4.6 Kefarmasian
Disebutkan dalam Undang – Undang nomor 44 tahun 2009 bahwa rumah sakit
harus menjamin ketersediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat,
aman dan terjangkau. Pelayanan sediaan farmasi di rumah sakit harus mengikuti standar
pelayanan kefarmasian. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi dan bahan habis
pakai dirumah sakit harus dilakaukan oleh intalasi farmasi satu pintu. Besaran harga
bekalan farmasi pada instalasi farmasi rumah sakit harus wajar dan berpatokan kepada
harga patokan yang ditetapkan pemerintah.
Sesuai dengan keputusan mentri RI nomor 1197/MENKES/SK/X/20014 tentang
standar pelayanan farmasi rumah sakit, pada Bab V Mengenai Fasilitas dan peralatan,
terdapat beberapa aspek persyaratan farmasi yang harus dipenuhi dan pensirian rumah
sakit yaitu sebagai berikut :
A. Bangunan kefarmasian
Fasilitas kebangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundang-uandangan kefarmasian yang berlaku ;
1. Lokasi harus menyatu dengan system pelayanan rumah sakit
2. Terpenuhnya luas yang cukup untuk penuelenggaraan asuhan kefarmasian
dirumah sakit
3. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manejemen, pelayanan
langsung pada pasien, dispending serta ada penanganan limbah
4. Pemisahan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas kontaminasi.
5. Persyaratan ruang tentang suhu, pencayhaan, kelembapan, tekanan dan keamanan
baik dari pencuri maupun binatang pengerat. Fasilitas kesehatan memenuhi
persyaratan ditetapkan terutama untuk perlengkapan dispending baik untuk
sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat luar atau dalam
6. Pembagian ruangan :
a. Ruang produksi, Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi , tertib, efesien
untuk meminimalkan terjadinya kontaminsasi sediaan dan dipisahkan antara
ruang produksi sediaan non steril dan ruang prosuksi sediaan steril.
b. Ruang penyimpnana, harus memperhatikan kondisi, sanitasi, temperature
sinar atau cahaya, kelembapan ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk san keamanan petugas yang terdiri dari :
1) Kondisi umum untuk ruang penyimpann obat jadi (obat produksi, bahan
baku obat, alat kesehatan dan lain-lain)
2) Kondisi khusus untuk ruang penyimpnan (obat ternolabil, alat kesehatan
dengan suhu rendah, obat muda terbakar, obat/bahan obat berbahay,
barang karantina)
c. Ruang distribusi/pelayanan yag cukup untuk seluruh kegiatan farmasi rumah
sakit : (a) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotik) ada ruang
khusus (terpisah) untuk penerimaan obat dan resep, (b) Ruang distribusi untuk
pelayanan rawat inap (satelit farmasi), (c) Ruang distribusi untuk melayani
kebutuhan ruangan ada ruang khusus (terpisah) dari ruang penerimaan barang
dan penyimpnana barang dan dilengkapi kereta dorong troli.
d. Ruang konsultasi, sebaliknya ada ruang khusus untuk memberikan konsltasi
pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pada
pasien : (a) ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan (apotik) dan (b)
ruang konsultasi untuk pelayanan rawat inap.
e. Ruang informasi obat, sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan
teknologi komukiasi dan penanganan informasi yang memadai untuk
mempermudah pelayanan informasi obat : (a) 200 tempat tidur : 20 meter , (b)
400-600 tempat tidur : 40 meter , (c0 1300 tempat tidur : 70 meter
f. Ruang arsip dokumen, harus ada ruangan khusus dan aman untuk memelihara
dan menyimpan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpnanan sesuai
hokum, aturan, persyaratan dan Teknik manajemen yang baik.
B. Peralatan kefarmasian
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispending baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk obat
luar dan dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitive pada pengukuiran dan
memenuhi persyaratan, penerapan dan kalibrasiuntuik peralatan tertentu setiaptahun.
Peralatan minimal yang harus tersedia:
1. Peralatan untuk penyimpanan , peracikan, pembuatan obat baik non steril maupun
aseptic
2. Peralatan kantor untuk administrasi danarsip
3. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat.
4. Lemari penyimpanan khusus untuk narkoba
5. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
6. Penerangan, saranaair, ventilasi dan system pembuangan limbah yang baik
7. Alarm
Macam-macam peralatan:
1. Peralatan kantor
2. Fumitur ( meja, kursi,lemari buku, rak, filing cabinet, computer, alat tulis,kantor,
telepon, dan faxilile)disesuaikan dengan kondisi rumah sakit.
3. Peralatan produksi
4. Peralatan farmasi untuk perswediaan, peracikan dan pembuatan obat, baiknon steril
maupun steril, peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan cara
pembuatan obat yang baik.
5. Peralatan penyimpanan
a. Peralatan penyimpanan kondisi umum: (a) lemari atau rak yang rapi dan
terlindung dari debu, kembaban dan cahaya yang berlebihan, (b) lantai
dilengkapi dengan palet.
b. Peralatan penyimpanan kondisi khusus: (a) lemari pendingin dan AC untuk obat
yang temolabil dengan fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi
secara berkala, (b) lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat
psikotropika, (c) peralatan untuk menyimpan obat , penanganan dan
pembuangan limbah sitotosik dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus
untuk menjamin keamanan petugas, pasien dan pengunjung.
6. Peralatan Pendistribusian
a. Pelayanan rawat jalan (apotik)
b. Pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
c. Kebutuhan ruang kepawatan atau unit lain
7. Peralatan Konsultasi
a. Buku kepustakaan bahan – bahan leafet dan brosur dan lainya
b. Meja, kursi apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk penyimpnanan rekam
medis
c. Computer
d. Telpon
e. Lemari arsip
f. Kartu arsip
8. Peralatan ruang informasi obat
a. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
b. Peralatan meja, kursi, rak buku, kotak
c. Computer
d. Telpkn – facsimile
e. Lemari arsip
f. Kartu arsip
g. TV dan VCD (disesuaikan dengan kondisi rumah sakit)
9. Peralatan ruang arsip
a. Kartu arsip
b. Lemari arsip
4.7 Peralatan
Berdasarkan undang – undang nomor 44 tahun 2009 pasal 26 ayat (1), (2), (3), (4),
persyaratan peralatan meliputi peralatan medis dan peralatan medis dan nonmedis harus
memenuhi standart pelayanan , persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan layak
pakai. Peralatan medis harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai penguji
fasilitas kesehatan dan atau institusi penguji fasilitas kesehatan yang berwenang.
Peralatan yang menggunakan sinar peng-ion harun memenuhi ketentuan dan harus
diawasi oleh lembaga yang berwenang. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis
dirumah sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien. Pengoperasian dan
pemeliharaan peralatan rumah sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
kompetensi dibidangnya, serta harus didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan
kesinambungan.
Menurut PMK No 56 tahun 2014 yang mengatur tentang standart dan klasifikasi
rumah sakit, maka sebuah rumah sakit umum kelas C dengan jumlah TT minimal 100
buah harus menyediakan sejumlah pelayanan seperti dilampirkan dalam laporan study
kelayakan ini.
4.8 Keuangan
Berdasarkan aspek keuangan , rumah sakit memerlukan biaya pendirian dan
pengoperasional seta investasi yang cukup besar. Dalam pelaksanaan kegiatannya
perlu didukung dengan ketersediaan pendanaan yang cukup dan
berkesinambungan sehinggasehingga aspek keuangan ini harus dikelola secara
professional . Aspek keuangan harus didukung oleh system menejemen keuangan
yang baik. Dalam system akuntansi harus berpedoman pada system akuntasi
( SAK . Untuk menjaga akuntabilitas harus dilakukan audit internal dan eksternal.
Audit internal dilakukan oleh satuan pengawas internal (SPI). Sedangkan Audit
Eksternal dilakukan oleh akuntan publik.
BAB VI
ANALIS KELAYAKAN USAHA
Secara umum analis lingkungan usaha merupakan kajian yang mengambarkan suatu
keadaan yang terdapat didalam suatu lingkungan internal organisasi dan lingkungan eksternal
organisasi. Namun dalam bab ini hanyaakan membahas analis lingkungan usaha dari
perspektiflingkungan eksternal organisasi. Sangatlah penting untuk diketahui pihak RS
tentang beberapa perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi terutama yang
berimplikasi terhadap bidang jasa pelayanan kesehatan antara lain (1) perubahan kebijakan dan
peraturan dibidang kesehatan, (2) perubahan teknologi dalam pelayanan kesehatan, serta (3)
persaiangan dan suplai pelayanan rumah sakit yang meliputi persaingan rumah sakit, SDM, dan
alat, yang akan membawa dampak positif apabila dapat ditangani dan disikapi secara
professional.
6.1 Analis Arah Perubahan Kebijakan dan Peraturan di Bidang Pelayanan Kesehatan
Dalam reformasi kesehatan di negara berkembang slama dua decade terakhir ini, arah
perubahan kebijakan sudah berubah kearah desetralisasi dengan di keluarkan Undang- Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian disusul dikeluarkannya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah yang kemuadian disusul
dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang – Undang tersebut mempunyai
dampak yang sangat besar terhadap pembangunan pelayanan kesehatan khususnya dalam usaha
perumahsakitan.
Kebijakan desentalisasi dalam bidang kesehatan menjadi isu utama yang sering
dibicarakan. Banyak pihak beranggapan bahwa hal ini merupakan sebuah peluang, namundisisi
lain ada juga yang beranggapan bahwa desentralisasi sebagai ancaman dengan alas an karena
penerapannya tidak menyeluruh dan konsisten atau belum siap. Disebutkan sebagai peluang
dalam artian bahwa untuk pihak pemerintah daerah akan menguntungkan, namun sebab dengan
menggunakan kewenangannya pemerintah daerah dapt mengatur bidang kesehatan sesuai dengan
aspirasi dan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan disebut sebagai ancaman, memiliki arti
bahwa dengan pemberian kewenangan yang didasarkan oleh territorial pada setiap daerah telah
mengakibatkan terjadinya “pengkotakan” yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Disamping
itu, dapat terjadi pula tumpeng tindih peraturan yang diterbitkan untuk memperjelas teknis
pelaksanaan desentralisasi dibidang kesehatan.
Dalam desentralisasi bidang kesehatan secara prinsip berarti menyerahkan urusan
kesehatn kepada pemerintah daerah. Dalam hal ini, dinas pemerintah menjadi lembaga tertinggi
yang mengurusi suatu sector yang diserahkan ke daerah. Secara garis besar dapat disebutkan
bahwa yang disebut dinas dalam PP Nomor 8 Tahun 2003 merupakan lembaga pemerintah yang
utamanya menjadi pengatur aspek teknis di wilayah kerja.
Perubahan ini perlu diambil makna konseptualnya. Salah satu konsep tersebut adalah
Good Govemance. Peran pemerintah dalam konteks Good Govemance di bidang kesehatan
adalah regulator, pemberian dana, dan pelaksanaan kegiatan. Peran sebagai regulator dalam
prosesnya dapat dibedakan menjadi: regulasi social berfokus pada market entry dan mutu
pelayanan. Sasaran yang regulasi antara lain pada : individu profesi, pada standar pelayanan,
maupun lembaga pelayanannya.
Selain itu, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan sebelum melalui
usaha perumahsakitan. Hal utama adalah menyangkut perjanjian rumah sakit, baik perjanjian
untuk pendirian maupun perjanjian untuk menyelenggaraan rumah sakit. Perjanjian rumah sakit
merupakan salah satu aspek pentingdalam pelaksanaan desentralisasi kesehatan. Dalam kasus
perjanjian rumah sakit, PP Nomor, 25 Tahun 2000 telah menegaskan bahwa fungsi pusat adalah
penetapan standart akreditasi sarana dan prasarana kesehatan.
Fungsi Pemerintah Provinsi lebih kearah pengelolaan dan pemberian ijin sarana dan
prasaranakesehatan khusus, sebagai contoh rumah sakit jiwa, rumah sakit paru, rumah sakit
mata, rumah sakit Kusta dan rumah sakit kanker. Sehingga, apabila merujuk pada PP Nomor. 25
Tahun 2000 maka kewenangan dan fungsi tersebut tanggung jawab Pemerintah Daerah. Hal ini
diperkuat dengan keluarnya SK Menkes mengenai masalah perizinzn rumah sakit didalam
undang-undang telah berbunyi bahwa perizinan merupakan wewenang tingkat kabupaten, dan
sekarang setiap daerah sedang mempersiapkan perangkat lunaknya dalam bentuk Peraturan
Daerah (Perda). Namun kemudian pada kelanjutannya terbit edaran mentri bahwa kewenangan
perizinan itu masih berada ditangan departemen. Seharusnya pemerintah pusat memberikan
petunjuk pelaksanaan kepada tiap daerah. Apabila pemerintah daerah mampu, maka pemerintah
pusat seharusnya membiarkan pelaksaannya diatur di setiap daerah, namun bila belum mampu
maka akan dikembalikan pada pusat, dan tetap berusaha mempersiapkan kapasitas agar
kedepannya mampu menjalankan.
Saat ini undang-undang tentang perumahsakitan yaitu UU No 44 Tahun 2009 mengupas
beberapa hal yang mencakup tugas dan fungsi rumah sakit (Bab 3), tanggungjawab pemerintah
(Bab 4), persyaratan rumah sakit (Bab 7), kewajiban dan hak rumah sakit (Bab 9).
Terkait dengan perizinan rumah sakit, dalam Undang-undang telah ditegaskan bahwa
perizinan rumah sakit, kelas A dan penanaman modal asing dikeluarkan oleh mentri setelah
mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan tingkat propinsi. Untuk rumah sakit kelas B
diberikan oleh Pemerintah Daerah setempat setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas
kesehatan tingkat kabupaten/ kota setempat. Sedangkan untuk rumah sakit kelas C diberikan oleh
pemerintah kabupaten/ kota setempat setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan
tingkat kabupaten / kota setempat. Dengan adanya pernyataan ini maka menjadi peluang bagi
masyarakat yang ingin mendirikan rumah sakit kelas C atau D tidak perlu mengurus izin tingkat
pemerintah pusat.
Didukung dengan dikeluarkannya peraturan Mentri Kesehatan No. 147/MENKES/PER/I/
2010 tentang perizinan rumah sakit yang kemudian disusul dengan terbitnya Peraturan Mentri
Kesehatan No. 56 Tahun 2014 Tentang Standar dan Klarifikasi Rumah Sakit, maka peryaratan
pengurusan ijin rumah sakit semakin jelas. Dalam peraturan mentri Kesehatan ini mencakup
penjelasan persyaratan untuk memperolah izin mendirikan rumah sakit, antara lain: (1) studi
kelayakan, (2) master plan, (3) status kepemilikan, (4) rekomendasi izin mendirikan, (5) izin
gangguan ( HO), (6) persyaratan pengolahan limbah, dan (7) luas tanah dan sertifikatnya.
Terkait dengan penyelenggaran rumah sakit UU No 44 Tahun 2009 menegaskan bahwa
organisasi rumah sakit dan sekurangnya terdiri dari kepala rumah sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan ( pengawasan )
internal, serta administrasi umum dan keuangan. Pernyataan ini membawa konsekuensi terhadap
struktur organisasi rumah sakit untuk menyesuaikan dengan amanat undang-undang. Bagi
seseorang yang akan menduduki jabatan kepala rumah sakit telah diamanatkan bahwa harus
seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan,
harus warga negara Indonesia, dan tidak boleh merangkap sabagai pemilik rumah sakit.
Dalam pemberian pelayanan medis kepada pasien, para tenaga medis harus berpedoman
kepada standart pelayanan yang ada di rumah sakit. Oleh karena, rumah sakit harus menyusun
beberapa standart pelayanan antara lain: (1) standar pelayanan medis (2) standart pelayanan
minimal (SPM), dan (3) standart prosedur operasional (SPO),. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia telah mengeluarkan Pedoman Penyusunan SPM dan SPO dengan harapan semua
rumah sakit mempunyai dokumen standart pelayanan ini sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan.
Selain itu, saat ini isu mengenai kasus kelalaian medis, malpraktek, evidence-bassed
medicine, hospital bylaws dan medical staf bylaws sedang merembak di dunia perumah sakitan
Indonesia. Dengan diteteapkanya UU No. 29 tahun 2004 tetang praktik klinik kedokteran yang
didalamnya mengatur tentang pembentukan sebuah konsil kedokteran Indonesia. Konsil ini yang
berfungsi untuk melindungi masyarakat sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dari tenaga dokter dan dokter gigi (baik umum
maupun spesialis) yang menjalankan praktik kedokteran untuk meningkatkan mutu pelayanan
medis. Berpedoman oada undang – undang tersebut, maka dapat melegakan para pasien terhadap
rasa takut akan malpraktek yang dilakukan dokter maupun dokter gigi (baik umum maupun
spesialis)
Evidence Based Medicine (EBM) dalam lingkup pelayanan kesehatan mengarah pada
suatu informasi yang didasarkan atas observasi yang dapat dipercayai, infential, eksperimen yang
berfungsi untuk bukti kebenaran yang dapat menerima atau menolak klaim yang diajukan pihak
yang dirugikan akibat pelayanan kesehatan. Dari EBM akan tercipta Evidence Based guidelines
(EBG) yang akan menentukan standar normative pelayanan kesehatan, sehingga suatu kasus
penyimpngan harus memberikan penjelasan yang benar sesuai dengan bukti yang ada dihadapan
majelis hokum.
Mengacu pada Undang – Undang No. 29 tahun 2004 Rumah sakit harus mempunyai
standar prosedur (SPO) dan standar pelayanan minilal (SPM)baik untuk tenaga kesehatanya,
peralatan pellayanan, maupun Gedung rumah sakitnya agar kasus seperti malpraktek dapat
dicegah .
Beberapa peraturan dan kebijakan yang dapat diterbitkan baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah adalah merupakan suatu alat pengendali kualitas pelayanankesehatan yang akan
diberikan kepada masyarakat dengan memenuhi persyaratan, perizinan, dan penataan organisasi
rumah sakit akan mnejadi kekuatan besar bagi pihak rumah sakit dalam menjamin mutu
pelayanan. Dengan terjaminya mutu pelayanan yang diberikan maka rumah sakit telah berhasil
melaksanakan Good Clinical Govermance.
6.2 Analisis perubahan teknologi dlam pelayanan kesehatan
Sifat yang melekat dari suatu produk adalah sifat keunggulannya dalam kata lain yaitu
teknologinya . dalam bisnis apapun peran teknologi sangat vital dalam menunjang keberhasilan
proses produksi. Sementara dalam bidang kesehatan , teknologi yang paling banyak digunakan
berhubungan erat dengan teknologi dibidang medis (kedokteran) yang sangat berkembang pesat
ini . oleh karena itu, teknologi yang dipakai dalam peralatan medis maupun non medis harus
selalu di update tau selalu mengikuti perkembangan teknologi modern yang sering dan umum
digunakan dalam bisnis perumah sakitan.
Kecanggihan yang dimilik oleh suatu alat medis akan memeprngaruhi pencapaian image
(citra) serta tingkat kefektifitsan dan efesiensi pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, rumah
sakit yang mempunyai peralatan medis yang canggih dan lengkap tentunya akan akan dapaat
menarik pasien lebih banyak, karena salah satu pertimbangan masyarakat saat berobat kerumah
sakit adlah kecanggihan dan kelengkapan peralatan medis yang tersedia.
Abad ke 20 ditandai dengan keadian yang menakjubkan dibidang ilmu dan teknologi,
termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan, terobosan penting dalam
bidang ilmu dan teknologi ini memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam diagnosis
dan terapi berbagai penyakit termasuk penyakit yang menjadi lebih penting secara epidemiologis
sebagai konsekuensi logis dari pembangunan disegel bidang yang telah meningkatkan konsisi
social ekonomi masyarakat. Dengan perkembangan teknologi dibidang kesehatan, banyak hal
baru yang muncul, sehingga para dokter mulai menghadapi pasien dengan kasus dan berbagai
persoalan baru, sebagai contoh kasus mengakhiri hidup. Teknologi reproduksi buatan, bayi
tabung hingga proses pembekuan embrio, hingga teknologi koning dan teknologi stemcell,
berbagai jenis tranplantasi organ bukanlah hal baru dikalangan medis tindakan operasi invasive
minimal dengan mneggunakan teknologi laparoskopi semakin banyak dilakukan. Dengan
teknologi ini resikoinfeksi, perpanjangan hari rawa, yang dialami pasien menjadi berkurang
sehingga tingkat kesembuhan yang dialami pasien menjadi ebih cepat, hari rawat menjadi lebih
pendek dan rsiko infeksi besarya luka operasoi menjadi kecil.
Dalam upaya penegakan diagnose penyakit pasien, dibutuhkan peralatan diagnostic
penunjang antara lain X-ray, CT-Scan (Computerizad Tomography), MSCT (Multi Slice
Computef Tomography) MRI (Magneric Resonace Imaging), USG (Ultra Sound Graphy) , EEg
(Electro Enchepalo Graphy) ECG ( Electro Cardiac Graphy) dan sebagainya. Yang termasuk
peralatan diagnostic canggih dan berteknologi tinggi salah satunya adalah MSCT. Alat ini sangat
diperlukan oleh dokter ahli syaraf untukmnegetahui gambaran dalam jaringan otak manusia.
Dua tahun yang lalu MSCT baru mampumenyajikan gambar sebanyak 64 potongan (slice).
Namun perkembagan selanjunta MSCT mampu mneyajikan gambar sebanyak 258 potongan .
Selain teknologi dibidang mdis, rumah sakit juga perlu menyediakan teknologi peneydia
data dan informasi yang terintegrasi dalam bentuk system informasi manajemen (SIM) Dalam
SIM dapatterdiri dari aplikasi seperti billing spftware, medical record software (rekam medis)
maupun logistic software . dengan adanya dukungan aplikasi SIM tersebut dalam system
manajemen rumah skait akan membantu bagi manajemen dalam memperolah informasi sebagai
acuan pengambilan keputusan. Oleh karena itu SIM merupakan tulungg punggung sebuah
rumah sakit sebagai Decision Support System (DSS).
Setiap rumah sakit mempunyai tujuan untuk menerpkan pelayanan prima sehingga mau
tidak mau rumah sakit akan menggunakan berbagai peralatan baik medis maupun non medis
yang baru dan modern namun disis lain dengan penerapan kemajuan teknologi tentunya harus
diseimbangkan dengan pemenuhan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan dalam
mnegoperasikan berbagai alat yang canggih tersebut. Pendidikan dan pelatihan tenaga esehatan
sangat diperlukan untuk dapat mengoperasikan peralatan yang canggih. Hal ini akan berimpliaksi
pada dana taua biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak stakeholder rumah sakit bila kemampuan
anggaran yang dimilik tidak terlalu kuat. Rumah sakit bertujuan untuk menjadirumah sakit yang
menerapkan pelayanan prima sehingga nantinya rumah sakit ini akan menggunakan berbagai
peralatan baik mdis maupun non medis yang mendukung pelayanan prima.
C. Alat
Fenomena banyaknya jumlah rumah sakit dalam suatu wilayah akan menimbulkan
suatupersaingan dalam bisnis perumahsakitan. Untuk itu, dalam meencanakan
pembangunan rumah sakit harus memperhatikan kemajuan dan perkembngan teknologi
yang sudah dimiliki oleh rumah sakit lainya.
Ketersediaan alat kesehatan khususnya alat diagnosis penyakit pasien dibutuhkan
peralatan diagnostic penunjang antara lain X-RAY, CT-Scan ( Computerized
Tomography), MSCT ( Multi Slice Computed Tomography), MRI ( Magnetic Resonance
Imanging), USG ( Ultra Sound Graphy), EEG ( Electro-Enchephalo-Graphy), atau ECG (
Electro- Cardio- Graphy) di Pasuruan masih sangat terbatas. Hal ini merupakan peluanf
bagi Rs Insan Sehat untuk menjadi rumah sakit dengan peralatan kesehatan berstandart
internasional di Pasuruan.
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil Analisa arah perubahan kebijakan dan peraturan di bidang
perumahsakitan dapat disimpulkan bahwa kebijakan yang ada memberikan peluang
dalam hal pendirian rumah sakit. Peluang tersebut adalah pengurusan perijinan rumah
sakit umun kelas C dan D cukup dilakukan tingkat Kabupaten
2. Untuk konsep jaminan mutu pelayanan, pihak rumah sakit harus memenuhi
persyaratan standart rumah sakit, perijinan rumah sakit, dan penataan tandart
pelayanan antara lain standar pelayanan medis , standar minimal (SPM), dan standar
prosedur operasional (SPO).
3. Suplai tempat tidur rumah sakit di Pasuruan Masih belum mencapai rasio standar
nasional ketersediaan tempat tidur. Kondisi inimenjadi peluang bagi pendiri untuk
mendirikan RS Insan Sehat. Pangsa pasar khusus di bidan perumahsakitan di
Pasuruan masih terbuka luas
4. Di Pasuruan, ketersediaan dokter spesialis masihsangat minim sehingga perlu upaya
khusus untuk memperoleh tenaga medis dokter yang akan bkerja di RS Insan Sehat.
D.
6.4 M
6.5 M
6.6 m