Anda di halaman 1dari 2

Nama : Umu Ramadhani Rusly

Nim : 202060014

Jurusan : Aqidah dan Filsafat Islam

Semester : 3

Riview

Kosmologi Dalam Tafsir Al-Ibriz Karya Bisri Mustafa : Relasi Tuhan, Alam dan Manusia

Biografi KH. Bisri MusthofaKH.

Bisri Musthofa, orang mengenalnya dengan Mbah Bisri Rembang, bukan Mbah Bisri
Syansuri Jombang atau pendiri NU. KH. Bisri Musthofa tinggal di Pondok Raudlat al-Thalibin
Leteh Rembang kota. Nama KH. Bisri tidak bisa dilupakan oleh generasi enam puluhan. Serpihan-
serpihan cerita yang masih lekat mengatakan bahwa KH. Bisri Musthofa terkenal sebagai singa
podium. Pada pemilu tahun 1977, kedahsyatan orasinya dapat menguras air mata massa
dan sekejap kemudian membuka mulut mereka untuk terpingkal-pingkal bersama di depan
panggung tempat ia menyampaikan pidato kampanye. KH. Bisri Musthofa dilahirkan di desa
Pesawahan, Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 1915 dengan nama asli Masyhadi. Nama Bisri ia
pilih sendiri setelah kembali menunaikan ibadah haji di kota suci Mekah. Ia adalah putra
pertama dari empat bersaudara pasangan H. Zaenal Musthofa dengan isteri keduanya yang
bernama Hj. Khatijah. Tidak diketahui jelas silsilah kedua orangtua KH. Bisri Musthofa ini,
kecuali dari catatannya yang menyatakan bahwa kedua orangtuanya tersebut sama-sama cucu
dari Mbah Syuro, seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai tokoh kharismatik di Kecamatan
Sarang. Namun, sayang sekali, mengenai Mbah Syuro ini pun tidak ada informasi yang pasti
dari mana asal usulnya.

Dari yang terdapat di materi terdapat kesimpulan,

bahwa:

1. Konsep kosmologi menurut Bisri Mustafa dalam tafsir al-Ibriz tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dengan pandangan kosmologi Jawa pada umamnya. Kosmologi yang dipandangan sebagai
kesatuan antara mikrokosmos dan makrokosmos, juga diyakini oleh Bisri. Bisri menganggap bahwa
dunia nyata adalah arena yang digunakan manusia untuk mencapai dunia yang sesungguhnya, yakni
akhirat. Dunia nyata tersebut, diangap berpusat pada manusia dalam hal pengelolaan dan
pemanfaatannya. Akan tetapi, manusia sebagai pusat dari dunia nyata, memiliki kewajiban kepada
Tuhan untuk tidak menyekutukannya Meskipun demikian, konsep-konsep ke-Islaman dalam
pandangan ini masih relitif mendominasi. Hal ini disebabkan karena disamping budaya Jawa yang
melingkupi pemikiran Bisri, ia juga dipengaruhi tradisi pesantren yang lebih menonjolkan nuansa ke-
Islaman.

2. Kecenderungan Bisri terhadap konsep-konsep pesantren, memberikan warna baru dalam


pembahasan kosmologi Jawa. Mistisisme dan kekuatan adikodrati yang dijelaskan dalam konsep ini,
teridentifikasi. secara teologis, sehingga kerancuan atas pemahaman kosmologi dalam diarahkan
pada pemahaman yang lebih religius. Meskipun demikian, konsep-konsep yang ditawarakan dalam
penelitian ini membutuhkan banyak kajian lanjutan. Hal ini didasarkan pada ketumpang-tindahan
kosmologi Jawa dengan konsep-konsep tasawuf dalam Islam

Al Ibrîz ditulis KH. Bisri Musthofa pada saat sastra dan budaya Jawa meredup dari kejayaannya.
Refleksi dan apresiasi terhadap “muatan lokal” ini dilakukan KH. Bisri Musthofa bukan tanpa
maksud, tapi bagaimana melarutkan seluruh totalitas pemikirannya sebagai orang yang besar
dalam kebudayaan pesantren Jawa dengan realitas sosial pembaca tafsir al-Ibrîz sebagai
penggunaan bahasa. Oleh karenanya, al-Ibrîz yang dikemas dalam bentuk gancaran dan
menggunakan bahasa ngoko akan mudah mendapatkan tempat bagi masyarakat yang dihadapinya.
Dari sini terlihat bahwa KH. Bisri Musthofa sangat paham akan fungsi penting bahasa dalam
melakukan penafsiran, sebab kekuatan tafsir selain pada kandungannya adalah pada cara
penyajiannya. Sebagai tafsir yang menetralisir emosi Arabisme teks al-Qur‟an ke dalam
kosmologi Jawa, KH. Bisri Musthofa juga mampu atau memilih isi penafsiran yang relevan dengan
tekstur maupun konteks budayanya sendiri dan tidak cuma men-jawa-kan bahasa Arab saja.
KH. Bisri Musthofa kerapkali mengomentari problem sosial kemasyarakatan, bahkan kondisi
negara Indonesia diselah-selah menafsirkan teks al-Qur‟an. Dengan lain kata, KH. Bisri
Musthofa menunjukkan bahwa Tafsir tidak harus melulu berisi seputar hukum syariat, surga-
neraka, atau kiamat dan malaikat.

Anda mungkin juga menyukai