Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS KE-1

INTERPROFESSIONAL COLABORATION PERAN PENATA ANESTESI PADA


SAAT KOLABORASI DENGAN TIM KESEHATAN LAIN PADA SAAT
KEJADIAN BENCANA

Dosen Pengampu :
Nia Handayani, S.Tr.Kep., MKM

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Profesional Anestesi

1. Nur Aeni 1911604104 8. Febiyati Vika Rahmita 1911604111


2. Sri Mayang Sari 1911604105 9. M. Fadhil Askari1911604112
3. Risma Hasanah 1911604106 10. Muhammad Bentara 1911604113
4. Pramudya Wandayani 1911604107 11. Ananda Moh Farid 1911604114
5. Nabila Nur Amalia 1911604108 12. M.Naufal Parigi 1911604115
6. Aprimansyah 1911604109 13. Rizqy Hakim 1911604116
7. Rahma Nafidzah 1911604110

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengaruh bencana yang terjadi tiba-tiba tidak hanya menyebabkan banyak
kematian, tetapi juga gangguan sosial besar-besaran dan kejadian luar biasa
(KLB) penyakit epidemi, serta kelangkaan bahan pangan sehingga orang yang
selamat sepenuhnya bergantung pada bantuan luar. Pengamatan sistematis yang
dilakukan terhadap pengaruh bencana alam pada kesehatan manusia menghasilkan
berbagai kesimpulan, baik tentang pengaruh bencana pada kesehatan maupun
tentang cara yang paling efektif untuk menyediakan bantuan kemanusiaan. Pada
saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan yang tergabung
dalam suatu tim.

Dalam hal ini perlu dikembangkan kolaborasi peran, melalui Interprofessional


Collaboration (IPC), agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengelolaan
resiko bencana. Sinergitas dan penguatan kelembagaan masyarakat sangat
diperlukan untuk mewujudkan kota berketahanan dan tangguh bencana dimasa
yang akan datang. Kolaborasi antar profesi kesehatan merupakan satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, termasuk dalam penanggulangan
bencana. Keterlibatan team dari berbagai institusi maupun relawan dari
masyarakat menuntut kesiapan dari masing-masing team dan pemahaman dasar
dalam penanggulangan bencana.

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini akan membahas tentang peran anestesi dan
kolaborasi dengan tim kesehatan pada saat bencana

C. Manfaat
Dibuatnya makalah ini agar pembaca dapat mengetahui peranan peranan perawat
anestesi dalam kolaborasi dengan tim kesehatan saat bencana

D. Waktu dan tempat


29 November 2021, Yogyakarta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kolaborasi Tim
Kerjasama tim merupakan suatu kelompok kecil orang dengan keterampilan
yang saling melengkapi dan berkomitmen pada tujuan bersama, sasaran-sasaran
kinerja dan pendekatan yang mereka jadikan tanggung jawab bersama. Kerjasama
tim merupakan bentuk attitude dari perawat dalam bekerja di dalam tim karena
membuat individu saling mengingatkan, mengoreksi, berkomunikasi sehingga
peluang terjadinya kesalahan dapat di hindari.

B. Manajemen Saat Bencana


Manajemen Bencana adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mengendalikan bencana dan keadaan darurat, sekaligus memberikan kerangka
kerja untuk menolong masyarakat dalam keadaan beresiko tinggi agar dapat
menghindari ataupun pulih dari dampak bencana.
Sistem manajemen saat bencana memiliki 5 indikator yaitu operasi
pertolongan terhadap korban berdasarkan triase, penilaian awal secara cepat,
surveilans penyakit menular dan gizi, bergabung dengan satgas kesehatan di pos
lapangan, dan pemberdayaan masyarakat.
Indikator operasi pertolongan terhadap korban berdasarkan triase memiliki
poin terkait sistem manajemen saat bencana dan dikatakan sesuai apabila
digunakan kartu merah, hijau, atau hitam sebagai kode identifikasi korban. Triase
ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga medis yang
berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat,
kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter bedah). Tujuan triase medik
adalah menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
Indikator penilaian awal secara cepat memiliki poin terkait sistem manajemen
saat bencana dan dikatakan sesuai apabila dilakukan serangkaian aktivitas yang
bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi kejadian, waktu terjadinya bencana, tipe
bencana yang terjadi, perkiraan jumlah korban, risiko potensial tambahan, atau
populasi yang terpapar oleh bencana.
Indikator surveilans penyakit menular dan gizi memiliki poin terkait sistem
manajemen saat bencana dan dikatakan sesuai apabila melakukan pengelolaan
lingkungan, pengendalian dengan insektisida, pengawasan makanan dan
minuman, atau pemberian makanan optimal.
Indikator bergabung dengan satgas kesehatan di pos lapangan memiliki poin
terkait sistem manajemen saat bencana dan dikatakan sesuai apabila ada dokter,
perawat, bidan, sanitarian, atau ahli gizi.
Indikator pemberdayaan masyarakat memiliki poin terkait sistem manajemen
saat bencana dan dikatakan sesuai apabila ada. Pemberdayaan masyarakat untuk
manajemen risiko bencana menuntut partisipasi mereka dalam penilaian risiko,
perencanaan mitigasi, pengembangan kapasitas, partisipasi dalam implementasi
dan pengembangan sistem untuk pemantauan dengan memastikan kepentingan
mereka.

C. Peran Tim Kesehatan pada saat kejadian Bencana


1. Peran tim kesehatan dalam manajemen bencana
Terdapat 4 area berdasarkan kompetensi keperawatan dalam manajemen
bencana yaitu:
a) Mitigasi atau pencegahan. Dalam tahap ini tenaga kesehatan membuat
perencanaan dan pengembangan kebijakan tentang resiko infeksi,
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.
b) Kesiapsiagaan. Tenaga kesehatan di area ini memiliki peran akan praktik
berbasis legal dan etik, serta berakuntabilitas. Tenaga kesehatan berbagi
informasi dan melakukan komunikasi efektif, memberikan pendidikan
kesehatan dan kesiapsiagaan.
c) Tanggap darurat. Tenaga kesehatan memberikan perawatan langsung ke
korban bencan, memberikan asuhan keperawatan kepada korban indivudu
ataupun keluarga. Tenaga kesehatan memberikan perawatan psikologis
dan peduli serta memperhatikan populasi yang rentan.
d) Pemulihan dan rehabilitasi. Di area ini, tenaga kesehatan terlibat dalam
asuhan keperawatan jangka panjang terhadap korban indivisu, keluarga
dan komunitas.
2. Peran tenaga kesehatan pada fase Impact (terjadi bencana)
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (Impact phase), waktunya bisa
terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap
serangan dimulai saat bencana menyerang sampai serang berhenti.
Peran tenaga kesehatan pada fase Impact (terjadi bencana) adalah:
a) Bertindak cepat
b) Do not promise, tenaga kesehatan seharusnya tidak menjanjikan apapun
secara pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban
selamat
c) Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan
d) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan untuk setiap kelompok yang
menanggulangi terjadinya bencana
3. Peran tenaga kesehatan ketika fase emergency
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang pertama.
Tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada
tahap emergensi ini, korban memerlukan bantuan dari tenaga medis spesialis,
tenaga kesehatan gawat darurat, awam khusus yang terampil dan tersertifikasi.
Peran tenaga kesehatan ketika fase emergency adalah :
a) Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari.
b) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan ketenaga kesehatan harian.
c) Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
d) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e) Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan.
f) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan
lingkungannya.
g) Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi
diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue,
mual muntah, dan kelemahan otot).
h) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i) Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog
dan psikiater.
j) Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.

Kompetensi seorang tenaga kesehatan dalam manajemen bencana merupakan


kemampuan mengarahkan dan memobilisasi (respon eksternal multisektoral),
dengan mengakses kebutuhan sumber daya lintas instansi kesehatan secara cepat,
tepat dan terpadu dalam kondisi bencana.

D. Kolaborasi Penata Anestesi dan Tim Kesehatan lain pada saat kejadian
Bencana
BAB III PENUTUP
(Tulis kesimpulan yang relevan)
DAFTAR PUSTAKA

Adventina Delima Hutapea, dkk. (2021). Keperawatan Bencana. Yayasan Kita


Menulis.
Hadi Irwan. (2016). Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien (Teori & Aplikasi).
Yogyakarta: Deepublish, September 2017.
Risma Nur Atika. (2020). Peran Puskesmas dalam Sistem Manajemen Bencana
Banjir. HIGEIA Journal Of Public Health Research And Development.
Univesitas Negeri Semarang.
Sithi, D. N., & Widiastuti, A. (2020). Simulasi Kesiapsiagaan Bencana Terpadu
Antar Mahasiswa Program Studi Kesehatan Di Upn” Veteran” Jakarta
Dengan Pendekatan Interprofessional Collaboration. Jurnal Pelayanan dan
Pengabdian Masyarakat (Pamas), 4(2), 72-83.
Siti Nurmawan Sinaga. (2015). Peran Petugas Kesehatan Dalam Manajemen
Penanganan Bencana Alam. Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 1
Januari 2015.

Anda mungkin juga menyukai