Anda di halaman 1dari 24

Kafilah Dzikrullah

Berhenti Belajar Berarti Berhenti Ibadah

 Beranda
 Daftar Isi
 Panduan Blog
 My Dokumen

Sabtu, 25 Mei 2013


MASA KEEMASAN, MASA KEMUNDURAN DAN MASA KEBANGKITAN
KEMBALI HUKUM ISLAM

RESUME
MASA KEEMASAN, MASA KEMUNDURAN DAN MASA
KEBANGKITAN KEMBALI HUKUM ISLAM

Disusun Oleh:

ABDUL AZIS
SP.110156

A.    MASA KEEMASAN


Setelah kekuasaan Umayyah berakhir, kendali pemerintahan Islam selanjutnya dipegang
oleh Dinasti Abbasiyah yang berlangsung sekitar 250 tahun sejak akhir abad ke-7 sampai awal
abad 10 M. Periode ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang seluruhnya masih
dibuktikan sampai saat ini.
Periode ini merupakan periode keemasan umat Islam, yang ditandai dengan
berkembangnya berbagai bidang ilmu, seperti filsafat, pemikiran ilmu kalam, hukum, tasawuf,
teknologi, pemerintahan, arsitektur, dan berbagai kemajuan lainnya. Sejalan dengan
berkembangnya pemerintahan Islam sebagai akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam ke
belahan dunia Barat dan Timur, dari daratan Spanyol (Eropa Barat) sampai perbatasan Cina (di
Asia Timur), maka terbentanglah peradaban Islam dari Granada di Spanyol sampai ke New Delhi
di India, yang dirintis sejak masa Khulafa al-Rasyidin, Khalifah Umayyah, dan Khalifah
Abbasiyah.
Perluasan wilayah ini menyebabkan munculnya masalah-masalah baru yang belum
terjadi sebelumnya, sehingga permasalahan yang dihadapi umat Islam pun makin banyak dan
kompleks. Keadaan demikian memunculkan tantangan bagi para mujtahid untuk memecahkan
hukum masalah-masalah tersebut, dan hasil ijtihad mereka kemudian dibukukan dalam kitab-
kitab fiqh (hukum). Karena itu masa ini merupakan masa perkembangan dan pembukuan kitab
fiqh, hasil ijtihad para tokoh mujtahidin. Periode ini merupakan puncak lahirnya karya-karya
besar dalam berbagai penulisan dan pemikiran, ditandai antara lain dengan lahirnya kitab
kumpulan hadits dan fiqh (hukum Islam) dari berbagai madzhab.
A. Kondisi Hukum Islam dan Perkembangannya
Belum pernah tercatat dalam sejarah perkembangan fiqih sebagaimana terjadi pada
periode ini. Kekayaan tsarwah fiqhiyah benar-benar memperlihatkan kedalaman dan orisinalitas
yang mengagumkan. Saat itu fiqih menjadi disiplin ilmu tersendiri, mulai dirintis penulisan ushul
fiqih (kaidah-kaidah fiqhiyah) dan perumusan metodologi serta kaidah-kaidah ijtihad yang
dipakai oleh para mujtahidin dan fuqaha dalam menyimpulkan hukum-hukum dari sumber fiqih.
Sejarah juga mencatat periode ini sebagai suatu fase dimana fiqih tidak sekedar berputar
di sekitar masalah-masalah pengambilan hukum atau fatwa-fatwa fuqaha sahabat, seperti yang
menjadi concern fuqaha sebelumnya, tetapi merambah ke dalam persoalan-persoalan
metodologis dan kemungkinan pencarian “rumusan alternatif” bagi pengembangan kajian fiqh.
Ada beberapa faktor yang mempunyai andil dalam menghantarkan fiqih menuju era
keemasan. Faktor-faktor itu di antaranya :
1. Adanya perhatian para khalifah Bani Abbas terhadap fiqh dan para fuqahanya.
Berbeda dengan Khulafa’ Bani Umayyah yang “memasung” para fuqaha membatasi
gerak mereka yang berani menantang kebijaksanaan pemerintah. Khulafa’ Bani Abbas malah
mendekati para fuqaha dan meletakkan mereka pada posisi yang terhormat. Perhatian yang
begitu besar, misalnya dapat dilihat ketika khalifah Harun al-Rasyid memanggil Imam Malik
untuk mengajarkan kitab Muwattha’ kepada kedua putranya, al-Amin dan al-Makmun.
2. Kebebasan berpendapat
Perhatian khulafa’ Bani Abbas yang besar terhadap fiqih dan fuqaha juga tergambar
dalam kebebasan berpendapat dan berbagai stimulasi yang diberikan untuk membangkitkan
keberanian berijtihad para fuqaha. Pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak ikut campur dalam
urusan fiqh, misalnya dengan meletakkan peraturan yang mengikat kebebasan berpikir dan tidak
pula membatasi madzhab tertentu yang mengikat para hakim, mufti atau ahli fiqh memiliki
kebebasan untuk menentukan hukum sesuai dengan metodologi dan kaidah-kaidah ijtihad yang
mereka gunakan.
3. Banyaknya fatwa pada periode ini
4. Kodifikasi ilmu
5. Tersebarnya perdebatan dan tukar pikiran diantara para Faqihi
Pada permulaan masa ini, mulailah timbul munadzarah (pertukaran fikiran) dan
perselisihan paham yang meluas yang mengakibatkan timbulnya khittah-khittah baru dalam
mentasyri’kan hukum bagi pemuka-pemuka tasyri’ itu. Terjadinya perselisihan paham di masa
sahabat itu adalah karena perbedaan paham diantara mereka dan perbedaan nash yang sampai
kepada mereka, karena pengetahuan mereka dalam soal hadis tidak bersamaan dan pula karena
perbedaan pandangan tentang mashlahah yang menjadi dasar bagi penetapan suatu hukum,
disamping itu juga adalah karena berlainan tempat.
6. Pembukuan fiqh / hukum Islam
Gagasan penulisan hukum-hukum fiqhiyah sebenarnya sudah muncul pada akhir
pemerintahan Bani Umayyah, yaitu ketika beberapa ulama mulai menulis fatwa-fatwa diantara
syeikh mereka karena khawatir lupa atau hilang. Sejak saat itu inisiatif untuk menulis hukum-
hukum syar’iyah terus berkembang. Beberapa fuqaha Madinah mulai mengumpulkan fatwa-
fatwa sahabat dan tabi’in seperti Siti Aisyah, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas sebagaimana terlihat
dalam kitab Muwattha’, karya monumental Imam Malik.
B. Kodifikasi Ilmu Pengetahuan
Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah berkembangnya ilmu
pengetahuan di dunia Islam. Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan di dunia Islam disebabkan
oleh hal-hal berikut :
1. Banyaknya mawali yang masuk Islam
Sebagian orang yang daerahnya dikuasai umat Islam menjadi penganut agama Islam.
Kemudian mereka belajar agama Islam di bawah bimbingan para imam. Di bawah pemerintahan
Harun al-Rasyid, dimulailah penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Pada
awalnya, upaya penerjemahan di utamakan pada buku-buku kedokteran, tetapi kemudian
dipelajari pula buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat.
2. Berkembangnya pemikiran karena luasnya ilmu pengetahuan
Dalam bidang ilmu kalam terjadi perdebatan, setiap kelompok memiliki cara berfikir
tersendiri dalam memahami akidah Islam. Selain itu, saat itu terjadi pula pertarungan pemikiran
antara mutakallimin, muhadditsin, dan fuqaha.
3. Adanya upaya umat Islam untuk melestarikan al-Qur’an dengan dua cara, yaitu dicatat
(dikumpulkan dalam mushaf) dan dihafal.
Pada periode ini muncul usaha untuk menghimpun hadits Nabi, sebagai acuan dalam
penetapan hukum setelah al-Qur’an. Hadits dari usaha tersebut lahirlah kitab-kitab himpunan
hadits, terutama enam kitab hadits terkemuka (al-kutub al-sittah), karya ulama penghimpun
hadits yaitu :
a. Imam Bukhari (wafat 256 H/870 M)
b. Imam Muslim (wafat 261 H/875 M)
c. Ibn Majah (wafat 273 H/877 M)
d. Abu Dawud (wafat 275 H/889 M)
e. Al-Tirmidzi (wafat 279 H/892 M)
f. Al-Nasa’i (wafat 303 H/915 M).
C. Pembentukan Madzhab-madzhab Fiqh
Dalam masa perkembangan ijtihad banyak para mujtahid ahli sunnah yang
menjelaskan/mengkhususkan perhatiannya kepada masalah fiqh. Para mujtahid mencurahkan
hampir segala hidup dan kehidupannya untuk mendalami ilmu fiqh. Baik itu untuk mengambil
istimbath ilmu fiqh, maupun dalam mengerjakannya.
Tiap-tiap mujtahid senantiasa dikelilingi oleh para siswa yang ingin mempelajari ilmu
fiqhnya, ataupun ingin mengajukan persoalan yang mereka hadapi. Para ahli fiqh ini telah
banyak mewariskan kumpulan-kumpulan hasil ijtihad mereka. Baik yang tertulis dalam buku-
buku fiqh ataupun yang berupa amanat yang senantiasa dipegang teguh oleh para siswa mereka.
Kumpulan hasil ijtihad tadi kemudian dikenal dengan aliran-aliran fiqh/al-madzhahibul
fiqhiyyah.
Thaha Jabir Fayadl al-Ulwani (1987: 87-88) menjelaskan bahwa madzhab fiqih Islam
yang muncul setelah sahabat dan khabar al-tabi’in berjumlah 13 aliran. Ketiga belas aliran ini
berafiliasi dengan aliran ahlussunnah. Namun tidak semua aliran itu dapat diketahui dasar-dasar
dan metode istimbath hukum. Adapun di antara pendiri 13 itu adalah sebagai berikut :
1. Abu Sa’id al-Hasan ibn Yasar al-Bashri (w. 110 H)
2. Abu Hanifah al-Nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi (w. 150 H)
3. Al-Auza’i Abu ‘Amr Abd al-Rahman ibn Amr ibn Muhammad (w. 157 H)
4. Sufyan ibn Sa’id ibn Masruq al-Tsauri (w. 160 H)
5. Al-Laits ibn Sa’d (w. 175 H)
6. Malik ibn Anas al-Bahi
7. Sufyan ibn Uyainah (w. 198 H)
8. Muhammad ibn Idris al-Syafi’i (w. 204 H)
9. Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal (w. 241 H)
10. Daud ibn Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H)
11. Ishaq ibn Rahawaih (w. 238 H)
12. Abu Tsaur Ibrahim ibn Khalid al-Kalabi (w. 240 H).
Aliran hukum Islam yang terkenal dan masih ada pengikutnya hingga kini hanya
beberapa di antaranya :
1. Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi. Nama lengkapnya Abu Hanifah an-Nu’man
bin Tsabit bin Zufiat al-Tamimi yang masih mempunyai pertalian hubungan kekeluargaan
dengan Ali bin Abi Thalib. Lahir di Kufah 80H/699 M pada masa pemerintahan al-Walid bin
Abdul Malik. Semasa hidupnya beliau dikenal sebagai seorang yang sangat dalam ilmunya, ahli
zuhud, sangat tawadhu’, dan sangat teguh memegang ajaran agama. Beliau wafat pada tahun 150
H/767 M pada usia 70 tahun. Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam madzhab Hanafi
adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Fatwa-fatwa sahabat
d. Qiyas
e. Istihsan
f. Urf
2. Imam Malik ibn Anas
Dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H. Imam Malik adalah seorang ulama yang sangat
terkemuka, terutama dalam ilmu hadits dan fiqh. Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam
madzhab Maliki adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Ijma ulama Madinah
d. Fatwa sahabat
e. Qiyas
f. Masalihul mursalah
3. Imam Syafi’i
Nama lengkapnya Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-Quraisyi, dilahirkan di Ghazah,
pada tahun 150 H. Beliau wafat di Mesir. Kitab-kitabnya hingga kini masih dibaca orang. Murid-
muridnya yang terkenal di antaranya adalah : Muhammad bin Abdullah bin al-Ahkam, Abu
Ibrahim bin Ismail bin Yahya al-Muzani. Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam
madzhab Syafi’i adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Ijma
d. Qiyas
e. Istidlal
4. Imam Ahmad Hanbali
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal al-
Syaibani. Beliau dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabiul Awal 164 H/780 M. Imam Ahmad bin
Hanbal banyak mempelajari dan meriwayatkan hadits. Dia berhasil menyusun kitab himpunan
hadits, yang terkenal dengan nama Musnad Ahmad Hanbali.
Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam/dalil hukum Islam (mashadir al-ahkam,
adillat al-ahkam) madzhab Hanbali adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah (hadits shahih)
c. Fatwa para sahabat
d. Hadits yang lemah (dhaif/hasan)
e. Qiyas
5. Imam Ja’far
Nama lengkapnya Imam Ja’far ash-Shaddiq (80-146 H/699-765 M), adalah Ja’far bin
Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abiding bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Beliau dilahirkan
pada tahun 80 H (699 M).
Ja’far al-Shadiq adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu, seperti ilmu
filsafat, tasawuf, fiqh, kimia dan ilmu kedokteran. Beliau adalah Imam yang keenam dari dua
belas Imam dalam madzhab Syi’ah Imamiyah. Di kalangan kaum sufi beliau adalah guru syaikh
yang besar, sedang di kalangan ahli Kimia beliau dianggap sebagai pelopor ilmu Kimia, beliau
adalah guru dari Jabir bin Hayyan, ahli Kimia dan Kedokteran Islam.
Fiqh Ja’fari adalah fiqh dalam madzhab Syi’ah pada zamannya, karena sebelum dan pada
masa Ja’far ash-Shiddiq tidak ada perselisihan. Perselisihan dan perbedaan pendapat baru
muncul sesudah masanya.
Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum/dalil hukum (mashadir al-ahkam, adillat al-
ahkam), madzhab Ja’fari adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah, yang diriwayatkan oleh Imam-imam (perawi-perawi) yang diakui oleh mereka
c. Ijma’, yang diakui oleh mereka adalah ijma’ di kalangan Syi’ah.
d. ‘Aqal (Ra’yu).
B. MASA KEMUNDURAN
1.        Sketsa Kemunduran Islam
        Seperti banyak diketahui, bahwa Islam merupakan jembatan emas bagi kemajuan Barat saat
ini. Islam memberi sumbangan ilmu pengetahuan yang tak ternilai bagi Barat. Namun pada
gilirannya kaum Nasrani dapat merebut pengetahuan yang berharga tersebut. Pada masa akhir
kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol) tepatnya pada tahun 609 H/1212 M, Kaum Nasrani
melakukan agresi besar-besaran ke Andalusia. Dengan dalih perang suci di Eropa mereka
menyerang Islam dipimpin oleh Alfonso VII , Raja Castile beserta sekutu-sekutunya. Serangan
tersebut dihadapi oleh khalifah al-Mansur Billah bersama 600000 tentara di Las Navas de Toloso
(Al ‘Uqub) sekitar 70 mil di sebelah timur Cordova.
        Dalam peperangan tersebut tentara Muwahidun mengalami kekalahan besar bahkan
menyebabkan berakhirya kekuasaan Islam di Andalusia(1235 M). Berakhirnya Islam puncaknya
ketika peperangan antara pasukan Musa, Pasukan Abdullah melawan pasukan Ferdinand,
Ferdinand mengirim pasukannya untuk menghancurkan pasukan Islam, tetapi Abdullah beserta
pasukannya terjun ke medan peperangan dengan gagah berani,pada saat itu islam yang
mengalami kemenangan dibantu oleh penduduk Granada, sehingga beberapa beneteng dapat
direbut kembali
        Pada tahun 896 H/1491 M Ferdinand bersama Isabella melibatkan diri bersama 50.000
personil dengan mendengungkan perang suci. Namun pasukan Musa mendengungkan bahwa
akan terus mempertahankan tanah ini walau hanya tinggal jasad saja , hal itu membuat semangat
tempur pasukan islam, dan mengalahkan pasukan Ferdinand. Namun dengan kelicikannya,
Ferdinand mengepung dan memblokade pasukan islam agar kelaparan. Apalagi di musim dingin
(salju), sehingga keadaan kaum muslimin menjadi kritis. Abdullah menyerang atas desakan
penduduk Granada yang kelaparan dan kedinginan. Sedangkan panglima Musa terus menyerang
dan melawan pasukan ferdinand, sehingga mati terbunuh dalam medan peperangan. Abdullah
bersama keluarganya pindah ke Maroko dan tinggal di kota Faz. Granada pada tanggal 2 Januari
1492 M dapat dikuasai kaum Nasrani dengan masuknya pasukan Castile . Dengan masuknya
pasukan Castile . Dengan demikian, Salib telah menyingkirkan bulan Sabit.
2.        Agresi Kolonial Barat
        Masa ini dimulai pada abad ke-19 ketika Eropa mendominasi dunia. Dalam abad ke 19 dan
awal abad 20 , didorong oleh kebutuhan ekonomi industri terhadap bahan-bahan baku dan
pemasarannya , dan juga oleh kompetisi politik ekonomi satu sama lain, negara-negara Eropa
menegakkan kerajaan teroterial dunia. Belanda menjajah Indonesia; Rusia mengambil Asia
Dalam; Inggris mengkonsolidasi kerajaan mereka di India dan Afrika, dan mengontrol sebagian
Timur tengah, Afrika Timur, Nigeria, dan sebagian Afrika Barat.
        Pada permulaan abad ke-20 kekuatan Eropa hampir menguasai seluruh dunia Islam .
Dengan didukung oleh pertumbuhan produksi pabrik dalam skala dan perubahan yang besar serta
dengan metode komunikasi ditandai dengan ditemukannya kapal uap, kereta api, dan telegrap.
Eropa telah siap untuk melakukan ekspansi perdagangan. Kesemuanya ini diiringi dengan
peningkatan kekuatan angkatan bersenjata dari negara-negara besar Eropa; akibatnya Aljazair
menjadi negara Arab pertama yang ditaklukkan oleh perancis (1830-1847 M). Negeri-negeri
Islam dan masyarakatnya pada waktu itu tidak lengkap lagi hidup dalam keadaan stabil serta
tidak mapan sistem kebudayaannya sehingga keperluan mereka yang mendesak adalah
bagaimana menggerakkan kekuatan agar selamat dari dominasi bangsa lain.Kerajaan
Utsmaniyah misalnya, harus mengadopsi metode-metode baru dalam pengorganisasian militer,
administrasi dan kode-kode hukum pola Eropa, dan begitu juga yang dilakukan oleh dua
penguasa otonomi dari propinsi kerajaan tersebut, Mesir dan Tunisia .
        Begitu seterusnya agresi kolonial barat yang meyebabkan perubahan demi perubahan dalam
kejayaan Islam , banyak yang ternetralisir dengan sistem kebudayaan barat.
3.        Penetrasi Barat Terhadap Dunia Islam
        Pengaruh Eropa terhadap dunia Islam menyadarkan para pemimpin kerajaan Utsmaniyah
untuk mengadakan perubahan . Begitu pun pada masa Sultan Mahmud II padatahun 1820-an,
sejumlah kecil para pejabat yang menyadari perlu adanya perubahan mengambil keputusan –
keputusan yang cukup penting.
        Di Kairo, sepeninggal tentara Perancis, kekuasaan diambillah oleh Muhammad Ali (1805-
48), orang Turki dari Macedonia yang dikirim oleh kerajaan Utsmaniyah melawan Perancis  .
Dari uraian-uraian di atas, dapat ditarik gambaran bahwa pada abad ke-19 dan awal abad ke-20
dunia Islam hampir seluruhnya berada dalam koloni barat , kecuali Hijaz , Persia, dan
Afghanistan . Dunia Islam lainnya yang membentang dari Maroko hingga Indonesia merupakan
negeri-negeri kolonial yang dijadikan “sapi perahan” untuk kemakmurann bangsa barat.
       FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN ISLAM
        Setelah mengetahui asas kebangkitan peradaban Islam kini kita perlu mengkaji sebab-sebab
kemunduran dan kejatuhannya. Dengan begitu kita dapat mengambil pelajaran dan bahkan
menguji letak kelemahan, kekuatan, kemungkinan dan tantangan (SWOT).  Kemunduran suatu
peradaban tidak dapat dikaitkan dengan satu atau dua faktor saja. Karena peradaban adalah
sebuah organisme yang sistemik, maka jatuh bangunnya suatu perdaban juga bersifat sistemik.
Artinya kelemahan pada salah satu organ atau elemennya akan membawa dampak pada organ
lainnya. Setidaknya antara satu faktor dengan faktor lainnya – yang secara umum dibagi menjadi
faktor eksternal dan internal – berkaitan erat sekali. Untuk itu, akan dipaparkan faktor-faktor
ekternal terlebih dahulu dan kemudian faktor internalnya.
        Untuk menjelaskan faktor penyebab kemunduran umat Islam secara eksternal kita rujuk
paparan al-Hassan yang secara khusus menyoroti kasus kekhalifahan Turkey Uthmani, kekuatan
Islam yang terus bertahan hingga abad ke 20. Faktor-faktor tersebut adalah sbb:
1.        Faktor ekologis dan alami
    Kondisi tanah di mana negara-negara Islam berada adalah gersang, atau semi gersang,
sehingga penduduknya tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu. Kondisi ekologis ini
memaksa mereka untuk bergantung kepada sungai-sungai besar, seperti Nil, Eufrat dan Tigris.
Secara agrikultural kondisi ekologis seperti ini menunjukkan kondisi yang miskin. Kondisi ini
juga rentan dari sisi pertahanan dari serangan luar. Faktor alam yang cukup penting adalah
Pertama, Negara-negara Islam seperti Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain mengalami berbagai
bencana alam. Antara tahun 1066-1072 di Mesir terjadi paceklik (krisis pangan) disebabkan oleh
rusaknya pertanian mereka. Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi wabah penyakit yang
mematikan di Mesir, Syria dan Iraq. Kedua, letak geografis yang rentan terhadap serangan
musuh. Iraq, Syria, Mesir merupakan target serangan luar yang terus menerus. Sebab letak
kawasan itu berada di antara Barat dan Timur dan sewaktu-waktu bisa menjadi terget invasi
pihak luar.
2.        Faktor eksternal.
    Faktor eksternal yang berperan dalam kajatuhan peradaban Islam adalah Perang Salib, yang
terjadi dari 1096 hingga 1270, dan serangan Mongol dari tahun 1220-1300an. “Perang Salib”,
menurut Bernard Lewis, “pada dasarnya merupakan pengalaman pertama imperialisme barat
yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai
medium psikologisnya.” Sedangkan tentara Mongol menyerang negara-negara Islam di Timur
seperti Samarkand, Bukhara dan Khawarizm, dilanjutkan ke Persia (1220-1221). Pada tahun
1258 Mongol berhasil merebut Baghdad dan diikuti dengan serangan ke Syria dan Mesir.
Dengan serangan Mongol maka kekhalifahan Abbasiyah berakhir.
3.        Hilangnya Perdagangan Islam Internasional dan munculnya kekuatan Barat    Pada tahun 1492
Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulai petualangannya. Dalam upayanya mencari
rute ke India ia menempuh jalur yang melewati negara-negara Islam. Pada saat yang sama
Portugis juga mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-negara Islam. Di saat itu
kekuatan ummat Islam baik di laut maupun di darat dalam sudah memudar. Akhirnya pos-pos
pedagangan itu dengan mudah dikuasai mereka. Pada akhir abad ke 16 Belanda, Inggris dan
Perancis telah menjelma menjadi kekuatan baru dalam dunia perdagangan. Selain itu, ternyata
hingga abad ke 19 jumlah penduduk bangsa Eropa telah meningkat dan melampaui jumlah
penduduk Muslim diseluruh wilayah kekhalifahan Turkey Uthmani. Penduduk Eropa Barat
waktu itu berjumlah 190 juta, jika ditambah dengan Eropa timur menjadi 274 juta; sedangkan
jumlah penduduk Muslim hanya 17 juta. Kuantitas yang rendah inipun tidak dibarengi oleh
kualitas yang tinggi.
    Sebagai tambahan, meskipun Barat muncul sebagai kekuatan baru, Muslim bukanlah
peradaban yang mati seperti peradaban kuno yang tidak dapat bangkit lagi. Peradaban Islam
terus hidup dan bahkan berkembang secara perlahan-lahan dan bahkan dianggap sebagai
ancaman Barat. Sesudah kekhalifahan Islam jatuh, negara-negara Barat menjajah negara-negara
Islam. Pada tahun 1830 Perancis mendarat di Aljazair, pada tahun 1881 masuk ke Tunisia.
Sedangkan Inggris memasuki Mesir pada tahun 1882. Akibat dari jatuhnya kekhalifahan Turki
Uthmani sesudah Perang Dunia Pertama, kebanyakan negara-negara Arab berada dibawah
penjajahan Inggris dan Perancis, demikian pula kebanyakan negara-negara Islam di Asia dan
Afrika. Setelah Perang Dunia Kedua kebanyakan negara-negara Islam merdeka kembali, namun
sisa-sisa kekuasaan kolonialisme masih terus bercokol. Kolonialis melihat bahwa kekuatan Islam
yang selama itu berhasil mempersatukan berbagai kultur, etnik, ras dan bangsa dapat
dilemahkan. Yaitu dengan cara adu domba dan tehnik divide et impera sehingga konflik intern
menjadi tak terhindarkan dan akibatnya negara-negara Islam terfragmentasi menjadi negeri-
negeri kecil.
    Itulah di antara faktor-faktor eksternal yang dapat diamati. Namun analisa al-Hassan di atas
berbeda dari analisa Ibn Khaldun. Bagi Ibn Khaldun justru letak geografis dan kondisi ekologis
negara-negara Islam merupakan kawasan yang berada di tengah-tengah antara zone panas dan
dingin sangat menguntungkan. Di dalam zone inilah peradaban besar lahir dan bertahan lama,
termasuk Islam yang bertahan hingga 700 tahun, India, China, Mesir dll. Menurut Ibn Khaldun
faktor-faktor penyebab runtuhnya sebuah peradaban lebih bersifat internal daripada eksternal.
Suatu peradaban dapat runtuh karena timbulnya materialisme, yaitu kegemaran penguasa dan
masyarakat menerapkan gaya hidup malas yang disertai sikap bermewah-mewah. Sikap ini tidak
hanya negatif tapi juga mendorong tindak korupsi dan dekadensi moral. Lebih jelas Ibn Khaldun
menyatakan:
    Tindakan amoral, pelanggaran hukum dan penipuan, demi tujuan mencari nafkah meningkat
dikalangan mereka. Jiwa manusia dikerahkan untuk berfikir dan mengkaji cara-cara mencari
nafkah, dan untuk menggunakan segala bentuk penipuan untuk tujuan tersebut. Masyarakat lebih
suka berbohong, berjudi, menipu, menggelapkan, mencuri, melanggar sumpah dan memakan
riba.Tindakan-tindakan amoral di atas menunjukkan hilangnya keadilan di masyarakat yang
akibatnya merembes kepada elit penguasa dan sistem politik. Kerusakan moral dan penguasa dan
sistem politik mengakibatkan berpindahnya Sumber Daya Manusia (SDM) ke negara lain
(braindrain) dan berkurangnya pekerja terampil karena mekanimse rekrutmen yang terganggu.
Semua itu bermuara pada turunnya produktifitas pekerja dan di sisi lain menurunnya sistem
pengembangan ilmu pengertahuan dan ketrampilan.
    Dalam peradaban yang telah hancur, masyarakat hanya memfokuskan pada pencarian
kekayaan yang secepat-cepatnya dengan cara-cara yang tidak benar. Sikap malas masyarakat
yang telah diwarnai oleh materialisme pada akhirnya mendorong orang mencari harta tanpa
berusaha. Secara gamblang Ibn Khaldun menyatakan:
 …..mata pencaharian mereka yang mapan telah hilang…. jika ini terjadi terus menerus, maka
semua sarana untuk membangun peradaban akan rusak, dan akhirnya mereka benar-benar akan
berhenti berusaha. Ini semua mengakibatkan destruksi dan kehancuran peradaban.
    Pada Intinya, dalam pandangan Ibn Khaldun, kehancuran suatu peradaban disebabkan oleh
hancur dan rusaknya sumber daya manusia, baik secara intelektual maupun moral. Contoh yang
nyata adalah pengamatannya terhadap peradaban Islam di Andalusia. Disana merosotnya
moralitas penguasa diikuti oleh menurunnya kegiatan keilmuan dan keperdulian masyarakat
terhadap ilmu, dan bahkan berakhir dengan hilangnya kegiatan keilmuan. Di Baghdad
keperdulian al-Ma’mun, pendukung Mu’tazilah dan al-Mutawakkil pendukung Ash’ariyyah
merupakan kunci bagi keberhasilan pengembangan ilmu pengetahuan saat itu.
Jatuhnya suatu peradaban dalam pandangan Ibn Khaldun ada 10, yaitu:
1.      Rusaknya moralitas penguasa
2.      Penindasan penguasa & ketidak adilan
3.      Despotisme atau kezaliman
4.      Orientasi kemewahan masyarakat
5.      Egoisme
6.      Opportunisme    
7.      Penarikan pajak secara berlebihan
8.      Keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat
9.      Rendahnya peran masyarakat terhadap agama
10.  Penggunaan pena & pedang secara tidak tepat.
Kesepuluh poin ini lebih mengarah kepada masalah-masalah moralitas masyarakat
khususnya penguasa. Nampaknya, Ibn Khaldun berpegang pada asumsi bahwa karena kondisi
moral di atas itulah maka kekuatan politik, ekonomi dan sistem kehidupan hancur dan pada
gilirannya membawa dampak terhadap terhentinya pendidikan dan kajian-kajian keislaman,
khususnya sains. Menurutnya “ketika Maghrib dan Spanyol jatuh, pengajaran sains di kawasan
Barat kekhalifahan Islam tidak berjalan.” Namun dalam kasus jatuhnya Baghdad, Basra dan
Kufah ia tidak menyatakan bahwa sains dan kegiatan saintifik berhenti atau menurun, tapi
berpindah ke bagian Timur kekhalifahan Baghdad, yaitu Khurasan dan Transoxania.

C.     MASA KEBANGKITAN KEMBALI


Setelah mengalami masa kebekuan dan kelesuan pemikiran selama beberapa abad, para
pemikir Islam berusaha keras untuk membangkitkan Islam kembali, termasuk di dalamnya hal
pemikiran hukumnya. Kebangkitan kembali ini timbul sebagai reaksi terhadap sikap taqlid yang
membawa kemunduran dunia Islam secara keseluruhan. Maka kemudian muncullah gerakan-
gerakan baru.
Fenomena-fenomena yang muncul pada akhir abad ke-13 H merupakan suatu wujud
kesadaran dari kebangkitan hukum Islam. Bagi mayoritas pengamat, sejarah kebangkitan dunia
Islam pada umumnya dan hukum Islam khususnya, terjadi karena dampak Barat. Mereka
memandang Islam sebagai suatu massa yang semi mati yang menerima pukulan-pukulan yang
destruktif atau pengaruh-pengaruh yang formatif dari barat. Fase kebangkitan kembali ini
merupakan fase meluasnya pengaruh barat dalam dunia Islam akibat kekalahan-kekalahan dalam
lapangan politik yang kemudian diikuti dengan bentuk-bentuk benturan keagamaan dan
intelektual melalui berbagai saluran yang beraneka ragam tingkat kelangsungan dan
intensitasnya. Periode kebangkitan ini berlangsung mulai sejak abad ke 19, yang merupakan
kebangkitan kembali umat islam, terhadap periode sebelumnya, periode ini ditandai dengan
gerakan pembaharuan pemikiran yng kembali kepada kemurnian ajaran islam. Tanda-tanda
kemajuan :
1.      Di bidang perundang-undangan
Periode ini dimulai dengan berlakunya Majalah al Ahkam al Adliyah yaitu Kitab Undang-
undang Hukum perdata Islam pemerintahan Turki Usmani pada Tahun 1876 M.
2.      Di bidang pendidikan
Diperguruan-perguruan agama islam di Mesir, Pakistan, maupun di Indonesia dalam cara
menpelajari fiqh tidak hanya dipelajari tertentu, tetapi juga dipelajari secara perbandingan,
bahkan juga dipelajari hukum adat dan juga sistem hukum eropa.Dengan demikian diharapkan
wawasan pemikiran dalam hukum dan mendekatkan pada hukum islam dan hukum yang selama
ini berlaku.
a)      Fiqh Kaum Pembaharu
Ketika Islam memasuki periode perkembangan peradaban yang ditengarai makin
meluasnya wilayah kekuasaan Islam, di sana-sini terjadi akulturasi budaya antar bangsa, dan
adanya persentuhan agama Islam dengan pengetahuan agama lain, maka ajaran Islam mulai
dipahami dan diamalkan dengan semangat rasionalisme seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya pemikiran Islam. Muhammad al-Bahy menetapkan tiga pola upaya
intelektualisasi ajaran Islam  yang melahirkan pemikiran Islam.  Pertama, usaha menggali dan
memahami hukum-hukum agama dari sumbernya baik yang terkait dengan pengaturan 
hubungan manusia dengan Tuhan, maupun pengaturan hubungan sesama manusia, termasuk
dalam usaha ini adalah mencari solusi hukum Islam bagi permasalahan baru yang belum terjadi
pada masa Nabi Muhammad.  Kedua, usaha menyelaraskan prinsip-prinsip ajaran Islam (aspek
normativitas) agar tetap aktual dalam setiap zaman.  Ketiga, usaha menggali argumen (rasional
religius) untuk mempertahankan  akidah Islam sekaligus menolak paham-paham lain yang
bertentangan, menjelaskan posisi Islam secara umum, dan juga menggali faktor-faktor yang
dapat menjadi motivasi dalam memberdayakan pemikiran untuk menjaga spirit Islam agar
ajarannya tetap eksis dan utuh.
Atas dasar kenyataan di atas, Ahmad Amin mendiskripkan adanya tiga pola dan metode
yang dilakukan umat Islam dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam.  Pertama, kaum
tektualis-literalis yang berusaha memahami agama atas dasar teks al-Qur’an dan Hadis secara
ketat.  Kedua,  kaum rasionalis yang berusaha memahami ajaran Islam dengan pendekatan dan
kekuatan akal untuk menyingkap ajaran Islam secara kontekstual.  Ketiga, kaum intuitif yang
berusaha memahami ajaran Islam lewat pendekatan  kashf dan ilham dalam rangka mengungkap
rahasia agama secara batin.
Sejalan dengan pemikiran di atas, A. Mukti Ali (w. 2004) menyimpulkan bahwa dilihat
dari segi pendekatan, terdapat tiga macam pola pendekatan yang dilakukan kaum muslimin
dalam memehami ajaran agama Islam yaitu pendekatan  naqly (tradisional), pendekatan  aqly
(rasional) dan pendekatan  kashf  (mistis).
Dalam perjalanan sejarah, ajaran Islam mengalami penyimpangan-penyimpangan yang
disebabkan oleh kesalahan dalam memahami dan mengamalkannya ataupun adanya penolakan
masyarakat untuk menyesuaikan dengan prinsip-prinsip al-Qur’an dan  Hadis yang benar,
sehingga mendorong munculnya usaha-usaha pemurnian dan pembaharuan pemikiran Islam oleh
pembaharu (mujaddid). Demikian itu karena sejak permulaan sejarahnya, Islam telah
mempunyai  tradisi pembaharuan (tajdid), sehingga orang Islam segera memberi jawaban dan
merespon terhadap apa saja yang dipandang menyimpang dari ajaran Islam.
Pembaharuan dalam Islam mengandung tiga prinsip yang bersifat sistemik, yaitu; 
Pertama,  sesuatu yang diperbaharui telah ada eksistensinya secara faktual.  Kedua,  sesuatu yang
diperbaharui telah lama berlangsung atau telah mensejarah. Ketiga, sesuatu yang diperbaharui
dikembalikan pada keadaan semula dalam kemurniannya. Dengan demikian, dalam konteks
pembaharuan Islam yang di dalamnya antara lain tercakup konsep tentang purifikasi ajaran,
karena misi pembaharuan (tajdid) yang esensial adalah untuk memurnikan ajaran Islam dan
memformulasikan secara permanen validitas dan ketidakberubahan normativitas Islam kendati
pada aspek historisitas bersifat dinamis dan responsif, tetapi prinsip di atas terkait pula dengan
fungsi pembaharuan dalam Islam yang mengandung tiga fungsi pokok;  Pertama,  al-i’adah yaitu
mengembalikn ajaran Islam kepada kondisi kemurnian dan keasliannya.  Kedua,  al-‘ibanah yaitu
menyeleksi atau mensahkan ajaran Islam dari segala macam unsur-unsur lain yang telah
mengotorinya.  Ketiga, al-ihya’ yaitu mendinamisasikan spiritual ajaran Islam sehingga mampu
merespons dengan benar dan tepat, baik terhadap perubahan maupun dinamika kehidupan.
Berdasarkan pengertian pembaharuan di atas, upaya-upaya pembaharuan dalam Islam
cenderung didasarkan pada keyakinan bahwa telah terjadi berbagai macam anomaly atau
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan ajaran Islam yang disebabkan oleh kesalahan
memahami dan mengamalkan doktrin Islam, karena ajaran untuk  kembali kepada al-Qur’an dan
al-Sunnah serta praktik-praktik dan konvensi-konvensi keberagaman generasi salaf merupakan
doktrin pokok kaum pembaharu. Mereka memandang, bahwa era kehidupan Islam dan metode
keberagaman masa Nabi dan generasi salaf (minhaj tadayyun al-salaf) adalah cara Islam yang
istimewa serta merupakan model keberagaman yang ideal, itulah sebabnya usaha-usaha yang
dilakukan kaum pembaharu, meski dalam formulasi yang berbeda-beda sesuai dengan konteks
yang dihadapi, namun memiliki benang merah kesatuan inspirasi dan arah dan keaslian dengan
membersihkan hal-hal yang dipandang bid’ah.
b)      Pembaharuan dan Pengaruhnya
Fungsi pembaharuan Islam adalah untuk menjaga kemurnian ajaran (al-muhafadhah ‘ala
al-qadim al-shalih) dan memotivasi semangat kebebasan  individual untuk menempatkan akal
pikiran dengan segala konsekuensinya menjadi semakin tinggi. Hal itu mutlak diperlakukan bagi
usaha dinamisasi ajaran Islam agar menjadi fungsional (al-Abu Azam Al Hadi akhdhu bi al-jadid
al-aslah), karena hakekat kebebasan untuk memahami ajaran Islam adalah inti dari ijtihad
sebagai lawan taqlid yang menjadi agenda kedua para pembaharu.
Muhammad ‘Abduh (1849-1905 M.) dan Muhammad Rashid Ridha (1865-1935 M.),
melancarkan usaha pembaharuan dengan jalan memodernisasikan ajaran Islam di Mesir.
Beberapa pengikutnya kelak dikenal dengan golongan Salafiyyah. Muhammad Abduh berupaya
memodernisasikan ajaran Islam yang asli dengan penyesuaian perkembangan modern, usaha
penyesuaian tersebut membutuhkan usaha baru untuk meniscayakan dibukanya pintu ijtihad.
a.    Madzhab Skriptualisme
Mazhab berpikir skriptualisme mempunyai landasan penilaian berdasarkan teks atau wahyu
(kitab suci), bahwa hanya dengan wahyu-lah kita bisa memberikan penilaian terhadap sebuah
realitas dan dengan wahyu pulalah kita bisa mengatakan bahwa sesuatu itu benar dan salah,
tanpa wahyu maka mustahil kita bisa memberikan sebuah penilaian.
Ada beberapa problem dalam mazhab skriptualisme antara lain:
          i.            Sifat klaim akan selalu muncul terhadap pemahaman  ayat, padahal pemahaman kita
terhadap ayat tidak terlepas dari subyektifitas penafsir, sehingga tidak perlu adanya sifat otoritas
tafsir dan klaim kebenaran dari penafsiran terhadap kitab tertentu dan klaim kebenaran.
        ii.            Agama yang memiliki kitab suci bukan cuma satu agama tapi banyak agama dan masing
orang-orang yang memeluk agama yang berbeda sama-sama mengklaim bahwa merekalah
pemilik kebenaran, pertanyaan kemudian, mungkinkah agama-agama itu bila sekiranya
mengandung nilai kebenaran akan terjadi hal yang sifatnya kontradiksi, dan kalau memang
mereka sama-sama meyakini kebenaran agama mereka dan kitab suci mereka, lalu kenapa mesti
terjadi pengkafiran bahkan pembantaian, bahkan dalam sejarah keagamaan di dunia ini telah
meninggalkan duka hitam yang sangat besar kepada ummat manusia, karena ratusan juta
manusia telah menjadi korban pertikaian dan peperangan antar agama, yang sama-sama
mengklaim pewaris kebenaran.
Dari dua problem diatas dan beberapa pertanyaan untuk mazhab skriptualisme, akan
mengantarkan kita kepada suatu pemahaman bahwa ayat-ayat dan kitab suci bukanlah landasan
penilaian dalam mengambil kesimpulan, akan tetapi Al-Qur’an ditempatkan sebagai data-data
yang sifatnya metafisika dimana penelitian yang sifatnya emperikal tidak mampu menelitinya.
c)      Madzhab Liberalisme
Kata liberal berasal dari bahasa asing (Inggris) yang berarti bebas, tidak picik (pikiran). 
Kemudian kata liberal ini telah menjadi kata baku bahasa Indonesia yang mengandung arti
“Pandangan bebas, luas dan terbuka”. Menurut Arkoun, secara terminology mazhab liberalisme
adalah aliran hukum yang sangat menekankan penggunaan rasio (akal). Aliran ini tak terikat
dengan bunyi teks, tapi berusaha menangkap makna hakikinya, makna ini dianggap sebagai ruh
agama Islam, tema umum Islam (maqashid al-syari’ah). Dengan  arti kata bahwa mazhab ini
berusaha mendobrak kebekuan pemikiran Islam, seklaigus merupakan fiqh baru yang dapat
menjawab masalah-masalah baru akibat perubahan masyarakat. Mereka meninggalkan makna
lahir dari teks untuk menemukan makna dari dalam konteks.
Sejarah munculnya mazhab liberal ini dapat dilacak pada mazhab ahl al-ra’y di kalangan
sahabat nabi, dua cara yang dilakukan para sahabat yang melahirkan dua mazhab besar di
kalangan sahabat-sahabat ‘Alawi dan mazhab ‘Umari yang akhirnya mewariskan kepada kita
sebagai Syiah dan ahl Sunnah. Mazhab fiqh liberalisme sering diidentikkan dengan  rasionalisme
yaitu aliran Mu’tazilah dan Syiah. Dimana mazhab ini lebih menekankan rasio (akal) dalam
memahami ayat-ayat al-Quran.
Aliran ini  tidak terikat dengan bunyi teks, melainkan berusaha menangkap makna
hakikinya, maka peranan akal dalam ijtihad sangat dominan. Perbedaannya bahwa rasional
dalam fiqh adalah suatu pemikiran yang ada hubungannya dengan nash-nash, namun apabila
tidak ada hubungannya maka tidak disebut rasional tetapi liberal.
Akar-Akar Liberalisme Islam
Akar-akar gerakan liberalisme Islam di Timur Tengah bisa ditelusuri hingga awal abad
ke-19, ketika apa yang disebut “gerakan kebangkitan” (harakah al-nahdhah) di kawasan itu
secara hampir serentak dimulai. Pada awalnya, kecenderungan liberalisme tokoh-tokoh
pembaharu Muslim di kawasan Arab dipicu oleh semangat pemberontakan terhadap
kolonialisme Eropa pada satu sisi, dan terhadap keterbelakangan kaum Muslim pada sisi lain.
Karenanya, misi para pembaru Muslim pada –meminjam istilah Albert Hourani— masa-masa
liberal (liberal age) itu adalah pembebasan dari cengkeraman penjajahan dan pembebasan dari
kebodohan. Dua misi ini terus berjalan secara beriringan hingga masa pertengahan abad ke-20,
ketika sebagian besar negara-negara Muslim mendapatkan kemerdekaannya. Sementara misi
kedua, proyek pembebasan dari kebodohan, masih terus berlanjut sampai sekarang.
Salah satu agenda penting dari misi kedua itu adalah memahami dan menafsirkan
kembali ajaran-ajaran agama (Islam). Apa yang dilakukan tokoh-tokoh awal kebangkitan, seperti
Muhammad Ibn Abd al-Wahab (1703-1791) di Jazirah Arab, Muhammad Ibn Ali al-Sanusi
(1787-1860) di Aljazair dan Libia, Rifa’at Rafi’ al-Thahtawi (1801-1873) di Mesir, dan
Khairuddin al-Tunisi (1822-1889) di Tunisia, tak lain dari upaya melakukan pembacaan ulang
terhadap tradisi-tradisi Islam serta membangun kembali pemahaman keagamaan kaum Muslim
secara benar dan bermakna. Sebagian gagasan rekonstruktif itu mendapatkan respons dari
masyarakat Muslim, tapi sebagian lainnya, mengalami tantangan, khususnya dari ulama ortodoks
yang dalam hal ini menjadi lawan serius dari gerakan pembaruan Islam.
Secara umum, para pembaharu Arab di masa-masa awal kebangkitan meyakini bahwa
Islam adalah agama yang cocok bagi setiap masa dan tempat (shâlih li kulli zamân wa makân).
Islam juga mampu beradaptasi dengan dunia modern, termasuk dengan pencapaian ilmu
pengetahuan dan dalam beberapa hal nilai-nilai Barat. Jika terjadi konflik antara ajaran Islam
dengan pencapaian modernitas, maka yang harus dilakukan, menurut mereka, bukanlah menolak
modernitas, tetapi menafsirkan kembali ajaran tersebut. Di sinilah inti dari sikap dan doktrin
Islam Liberal.

Diposkan oleh Abdul Azis di 08.07


Reaksi: 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

5 komentar:

1.

Anonim26 November 2014 09.11

boleh tw referensix dr mn?


Balas

2.

Anonim19 Mei 2015 19.52

Posting lo jelek... Mati aja lo

Balas

3.

Anonim19 Mei 2015 19.53

binal juga ciwai nie

Balas

4.

Pasukan Komando Bendera Hitam6 Februari 2016 05.15

DEKLARASI PERANG PENEGAKKAN DINUL ISLAM


DISELURUH DUNIA
Bismillahir Rahmanir Rahiim
Dengan Memohon Perlindungan dan Izin
Kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
Rabb Pemelihara dan Penguasa Manusia,
Raja Manusia yang Berhak Disembah Manusia.
Rabb Pemilik Tentara Langit dan Tentara Bumi

Pada Hari Ini : Yaumul Jum'ah 6 Jumadil Akhir 1436H


Markas Besar Angkatan Perang
Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu

Mengeluarkan Pengumuman kepada


1. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Afrika
2. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Eropa
3. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Asia
4. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Asia Tenggara
5. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Amerika
6. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Australia
7. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di Kutup Utara
8. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di Kutup Selatan
9. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) diseluruh Dunia

PENGUMUMAN DEKLARASI PERANG SEMESTA


Terhadap Seluruh Negara yang Tidak
Menggunakan Hukum Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.
Perang Penegakkan Dinuel Islam ini Berlaku disemua Pelosok Dunia.

MULAI HARI INI


YAUMUL JUM'AH 6 JUMADIL AKHIR 1436H
BERLAKULAH PERANG AGAMA
BERLAKULAH PERANG DINUL ISLAM ATAS DINUL BATHIL
BERLAKULAH HUKUM PERANG ISLAM DISELURUH DUNIA
MEMBUNUH DAN TERBUNUH FISABILILLAH

"Dan BUNUHLAH mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan USIRLAH mereka
dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya
dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali
jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu),
maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika
mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan
(sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari
memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang
zalim.”
(Q.S: al-Baqarah: 191-193).

BUNUH SEMUA TENTARA , POLISI, INTELIJEN , MILISI SIPIL ,HAKIM DAN


BUNUH SEMUA PEJABAT SIPIL Pemerintah Negara Yang Memerintah dengan
Hukum Buatan Manusia (Negara Kufar).

BUNUH SEMUA MEREKA-MEREKA MENDUKUNG NEGARA-NEGARA KUFAR


DAN MELAKUKAN PERMUSUHAN TERHADAP ISLAM.
JANGAN PERNAH RAGU MEMBUNUH MEREKA sebagaimana mereka tidak pernah
ragu untuk MEMBUNUH, MENGANIAYA DAN MEMENJARAKAN UMMAT
ISLAM YANG HANIF.

INTAI, BUNUH DAN HANCURKAN Mereka ketika mereka sedang ada dirumah
mereka jangan diberi kesempatan lagi.
GUNAKAN SEMUA MACAM SENJATA YANG ADA DARI BOM SAMPAI
RACUN YANG MEMATIKAN.

JANGAN PERNAH TAKUT KEPADA MEREKA, KARENA MEREKA SUDAH


SANGAT KETERLALUAN MENENTANG ALLAH AZZIZUJ JABBAR ,
MENGHINA RASULULLAH SAW, MENGHINA DAN MEMPERBUDAK UMMAT
ISLAM.
BIARKAN MEREKA MATI SEPERTI KELEDAI KARENA MEREKA ADALAH
THOGUT DAN PENYEMBAH THOGUT

HANCURKAN LULUHKAN SEMUA PENDUKUNG PEREKONOMIAN NEGARA-


NEGARA KUFAR
DARI HULU HINGGA HILIR

HANYA SATU UNTUK KATA UNTUK BERHENTI PERANG,


MEREKA MENYERAH DAN MENJADI KAFIR DZIMNI.
DAN BERDIRINYA KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH.
KHALIFAH IMAM MAHDI.

Kemudian jika mereka berhenti dari memusuhi kamu, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi
Maha Penyayang.

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan sehingga ketaatan itu hanya
semata-mata untuk Allah.
Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
maka tidak ada permusuhan (lagi),
kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
Al-Baqarah : 192-193

SAMPAIKAN PESAN INI KESELURUH DUNIA,


KEPADA SEMUA ORANG YANG BELUM TAHU ATAU BELUM MENDENGAR

MARKAS BESAR ANGKATAN PERANG


KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
PANGLIMA ANGKATAN PERANG PANJI HITAM
Kolonel Militer Syuaib Bin Sholeh

Balas

5.

Pasukan Komando Bendera Hitam6 Februari 2016 05.15

BENTUKLAH PASUKAN MILITER PADA SETIAP ZONA ISLAM


SAMBUTLAH UNDANGAN PASUKAN KOMANDO BENDERA HITAM
Negara Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu

Untuk para Rijalus Shaleh dimana saja kalian berada,


bukankah waktu subuh sudah dekat? keluarlah dan hunuslah senjata kalian.

Dengan memohon Ijin Mu Ya Allah Engkaulah Pemilik Asmaul Husna, Ya Dzulzalalil


Matien kami memohon dengan namaMu yang Agung
Pemilik Tentara langit dan Bumi perkenankanlah kami menggunakan seluruh Anasir
Alam untuk kami gunakan sebagai Tentara Islam untuk Menghancurkan seluruh
Kekuatan kekufuran, kemusyrikan dan kemunafiqan yang sudah merajalela di muka bumi
ini hingga Dien Islam saja yang berdaulat , tegak perkasa dan hanya engkau saja Ya
Allah yang berhak disembah !

Firman Allah: at-Taubah 38, 39


Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu jika dikatakan orang kepadamu:
“Berperanglah kamu pada jalan Allah”, lalu kamu berlambat-lambat (duduk) ditanah?
Adakah kamu suka dengan kehidupan didunia ini daripada akhirat? Maka tak adalah
kesukaan hidup di dunia, diperbandingkan dengan akhirat, melainkan sedikit
sekali. Jika kamu tiada mahu berperang, nescaya Allah menyiksamu dengan azab yang
pedih dan Dia akan menukar kamu dengan kaum yang lain, sedang kamu tiada melarat
kepada Allah sedikit pun. Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Berjihad itu adalah satu perintah Allah yang Maha Tinggi, sedangkan mengabaikan Jihad
itu adalah satu pengingkaran dan kedurhakaan yang besar terhadap Allah!

Firman Allah: al-Anfal 39


Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah lagi, dan jadilah agama untuk Allah.

Peraturan dan undang-undang ciptaan manusia itu adalah kekufuran, dan setiap
kekufuran itu disifatkan Allah sebagai penindasan, kezaliman, ancaman, kejahatan dan
kerusakan kepada manusia di bumi.

Allah Memerintahkan Kami untuk menghancurkan dan memerangi Pemerintahan dan


kedaulatan Sekular-Nasionalis-Demokratik-Kapitalis yang mengabdikan manusia kepada
sesama manusia karena itu adalah FITNAH

Firman Allah: al-Hajj 39, 40


Telah diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, disebabkan mereka
dizalimi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa untuk menolong mereka itu. Iaitu
orang-orang yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran, melainkan karena mengatakan:
Tuhan kami ialah Allah

Firman Allah: an-Nisa 75


Mengapakah kamu tidak berperang di jalan Allah untuk (membantu) orang-orang
tertindas. yang terdiri daripada lelaki, perempuan-perempuan dan kanak-kanak .
Dan penindasan itu lebih besar dosanya daripada pembunuhan(al-Baqarah 217)

Firman Allah: at-Taubah 36, 73


Perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagai mana mereka memerangi kamu
semuanya. Ketahuilah bahawa Allah bersama orang-orang yang taqwa. Wahai Nabi!
Berperanglah terhadap orang-orang kafir dan munafik dan bersikap keraslah terhadap
mereka.
Firman Allah: at-Taubah 29,
Perangilah orang-orang yang tidak beriman, mereka tiada mengharamkan apa yang
diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan tiada pula beragama dengan agama yang benar,
(iaitu) diantara ahli-ahli kitab, kecuali jika mereka membayar jizyah dengan tangannya
sendiri sedang mereka orang yang tunduk..

Bentuklah secara rahasia Pasukan Jihad Perang setiap Regu minimal dengan 3 Anggota
maksimal 12 anggota per desa / kampung.
Siapkan Pimpinan intelijen Pasukan Komando Panji Hitam secara matang terencana,
lakukan analisis lingkungan terpadu.

Apabila sudah terbentuk kemudian Daftarkan Regu Mujahid


ke Markas Besar Angkatan Perang Pasukan Komando Bendera Hitam
Negara Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu

Wahai para Ikwan Akhir Zaman, Khilafah Islam sedang membutuhkan


para Mujahid Tangguh untuk persiapan tempur menjelang Tegaknya Khilafah yang
dijanjikan.

Mari Bertempur dan Berjihad dalam Naungan Pemerintah Khilafah Islam, berpalinglah
dari Nasionalisme (kemusyrikan)

email : seleksidim@yandex.com

Dipublikasikan
Markas Besar Angkatan Perang
Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Who i Am

Abdul Azis
Berusaha Mencapai kebahagian di dunia untuk menuju Kebahagian sesungguhnya di
Syurga

Motto :
KhoirUnnas 'An fauhum Linnas
Lihat profil lengkapku
Lencana Facebook
Abdul Azis

Personal file
 ►  2012 (2)

 ▼  2013 (5)
o Januari (1)
o Mei (3)
o Desember (1)

 ►  2014 (1)

 ►  2015 (2)

Buat Lencana Anda

Anda mungkin juga menyukai