Anda di halaman 1dari 11

TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

KAJIAN TEKNOEKONOMI
PERANGKAT PENCACAH RADIOIMMUNOASSAY (RIA) IP.8

Joko Waluyo*), Hari Nurcahyadi **), Agus Ariyanto***)

Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir – BATAN*)


Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir – BATAN**)
Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka – BATAN***)

ABSTRAK
KAJIAN TEKNOEKONOMI PERANGKAT PENCACAH RADIOIMMUNOASSAY
(RIA) IP.8. Kajian ini mempunyai tujuan untuk menentukan nilai ekonomis dari suatu
perangkat pencacah RIA IP.8. Hal ini diperlukan sebagai bahan pertimbangan kelayakan
investasi bagi para investor yang ingin mengembangkan usaha untuk memproduksi perangkat
ini. Pada kajian ini dilakukan beberapa tahapan kegiatan. Tahap awal yaitu penyiapan larutan
standar Aflatoksin B1 yang bersifat karsinogenik sebagai bahan kit RIA yang akan dilakukan
ujicoba pencacahan. Tahap selanjutnya adalah ujicoba mesin pencacah kit RIA IP.8 dengan
menggunakan sampel kit RIA Aflatoksin B1. Tahap akhir adalah melakukan perhitungan
teknoekonomi berdasarkan seluruh biaya yang digunakan dalam pembuatan, penyiapan dan
pengujian perangkat pencacah RIA IP.8 serta asumsi-asumsi yang diperlukan. Kajian
teknoekonomi dengan asumsi modal yang digunakan 70% berasal dari pinjaman bank,
diperoleh hasil sebagai berikut: Net Present Value (NPV) 1.873.632.901, Internal Rate of
Return (IRR) 45,5%, Payback Period (PP) 3 tahun, Benefit/Cost Ratio (B/C) 3,8 sehingga
peluang investasi ini layak dipertimbangkan untuk dilakukan.

ABSTRACT

TEKNOEKONOMI ENUMERATOR STUDY THE RADIOIMMUNOASSAY (RIA)


IP.8. This study has the objective to determine the economic value of an enumerator device
IP.8 RIA. It is necessary for consideration the feasibility of investment for investors who want
to develop the business to manufacture these devices. In this study conducted a few stages.
The early stages of the preparation of standard solutions which are carcinogenic aflatoxin B1
as a RIA kit will do tests enumeration. The next step is testing thrasher IP.8 RIA kit using
RIA kit Aflatoxins B1 samples. The final stage is to perform calculations based on the total
cost teknoekonomi used in the manufacture, preparation and testing of the enumerators RIA
IP.8 and assumptions required. Studies teknoekonomi assuming capital employed 70% from
bank loans, obtained the following results: Net Present Value (NPV) 1873632901, Internal
Rate of Return (IRR) of 45.5%, Payback Period (PP) 3 years, Benefit / Cost Ratio (B / C) 3.8
so this investment opportunity worth considering to do.

Joko W, Hari N, Agus A. 449 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

1. PENDAHULUAN
insulin, tiroksin, enzim dan lain-lain.
Di kalangan masyarakat masih ada
Prinsip pemeriksaan RIA adalah kompetisi
anggapan bahwa radiasi adalah sesuatu
antara antigen (bahan biologiyang
yang berbahaya, tidak bermanfaat dan
diperiksa) dengan antigen radioaktif dalam
malah merugikan bagi kehidupan manusia.
memperebutkan antibodi yang jumlahnya
Oleh karena khawatir akan dampak yang
sangat terbatas. Saat ini juga dikenal teknik
ditimbulkan, maka banyak orang yang
lain yang serupa dengan RIA yang disebut
menjauhi segala sesuatu yang berhubungan
immunoradiometric assay (IRMA). Dalam
dengan radiasi. Akan tetapi yang perlu
teknik ini yang ditandai dengan radioaktif
diketahui adalah radiasi juga mempunyai
bukan antigen, tetapi antibodinya.
dampak positip yang bermanfaat bagi
kehidupan. Salah satu radiasi yang Radioisotop yang digunakan dalam
dimanfaatkan di bidang kedokteran adalah teknik kedokteran nuklir berumur paro
radiasi yang ditimbulkan oleh bahan (T1/2) sangat pendek, mulai dari beberapa
Radiopharmacheutical. menit sampai beberapa hari saja. Di
samping berwaktu paro pendek, juga
Sifat radiasi tidak dapat dideteksi
berenergi rendah dan diberikan dalam
secara langsung oleh sistem panca indera
dosis yang kecil, mengingat ada efek
manusia baik dilihat, dicium, didengar,
samping dari radiasi yang merugikan
maupun dirasakan. Untuk dapat
terhadap tubuh apabila radioisotope
mengendalikan bahaya radiasi adalah
tersebut tinggal terlalu lama di dalam
dengan mengetahui besarnya radiasi yang
tubuh. Sistem pencacah RIA terdiri dari
dipancarkan oleh suatu sumber radiasi,
Detektor Scintilasi NaI(Tl), tegangan
baik melalui pengukuran maupun
tinggi, penguat awal, penguat linier,
perhitungan. Berdasarkan hal tersebut,
Penganalisa saluran tunggal dan pencacah.
manusia memerlukan peralatan khusus
yang mampu mendeteksi keberadaan Pemanfaatan teknik nuklir terutama
radiasi dan mengukur besar radiasi yang adalah yang bertujuan untuk kedamaian
dipancarkan. Setelah diketahui keberadaan dan kesejahteraan telah banyak digunakan
dan berapa besarnya, maka selanjutnya dan diaplikasikan. Salah satu contohnya
radiasi dapat digunakan untuk hal-hal yang adalah pemanfaatan teknik nuklir dalam
bermanfaat dalam berbagai bidang bidang kesehatan peternakan dan
kehidupan. pertanian. Aplikasi teknik nuklir dengan
teknik Radioimmuno Assay (RIA) di
Pencacah RIA adalah alat di bidang
bidang kesehatan digunakan dalam
kedokteran nuklir dan dibidang peternakan
diagnosis beberapa penyakit seperti
untuk menganalisis zat-zat yang ada di
Hepatitis B, Kelenjar Gondok, Kanker
dalam cairan tubuh, diantaranya urin,
payudara dan dibidang peternakan teknik
hormon, dan lain-lain atau kultur media
RIA dapat digunakan untuk mendeteksi
yang berkadar rendah dan matriksnya
hormon progesteron, merupakan satu cara
komplek. Teknik pengukuran RIA
untuk memberi dukungan dalam rangka
berdasarkan pada reaksi immunologi
peningkatan efisiensi reproduksi ternak,
dengan menggunakan radioisotop sebagai
terutama yang berkaitan dengan adanya
perunutnya.
kelainan saluran reproduksi, dan dilakukan
Teknik RIA adalah termasuk studi melalui deteksi konsentrasi hormon
invitro, pertama kali ditemukan pada tahun progesterone dalam susu atau serum. (Totti
1960 oleh Yallow dan Berson. Teknik ini Ciptosumirat). Sedangkan dibidang pangan
digunakan untuk mengetahui kandungan teknik RIA juga dapat diaplikasikan untuk
zat biologik tertentu dalam tubuh yang penentuan kandungan Aflatoksin B1 dalam
jumlahnya sangat kecil, misalnya hormon bahan pangan dan produk pangan.

Joko W, Hari N, Agus A. 450 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

2. PERANGKAT PENCACAH RIA IP.8


Pencacah RIA IP.8 merupakan alat Pembuatan sistem pencacahan RIA
pencacah gamma buatan BATAN Sample Changer meliputi modul
digunakan untuk mengukur radioaktifitas elektronik, sistem mekanik dan uji gerak.
dalam sempel yang diukur menggunakan Adapun koneksi ke komputer
metode RIA. Alat ini menggunakan menggunakan interface USB card dan
detektor radiasi gamma yang dirangkai bahasa yang digunakan visual basic. dalam
dengan suatu sistem instrumentasi dan perekayasaan ini akan dibuat sistem
banyak diaplikasikan di bidang kedokteran cuplikan samplenya dengan teknologi
nuklir terutama untuk menganalisis automatisasi. Sistem automatisasi tersebut
dikontrol melalui driver yang terkoneksi
cuplikan bahan biologis berkadar rendah
dengan matriksnya komplek yang terdapat dengan Komputer.
dalam cairan tubuh diantaranya urin,
hormone, dan lain-lain.

COUNTER
Detektor PENGKONDISI -PENGATUR
SINYAL DAN K
Dan WINDOW DAN
SCA O
Preamp ENERGI M
P
U
T
E
R
KOMUNIKASI
MODUL MODUL SERIAL
HV LV USB

SAMPLE CHANGER

Gambar 1. Blok Rancangan

Detektor yang digunakan adalah dengan torsi 0,64 Nm, Detektor diberi catu
NaI(TI) yang banyak dipasaran dengan daya tegangan tinggi sebesar 1000 V.
ukuran yang cukup besar. Kolimator, Pulsa-pulsa yang keluar dari detektor perlu
dudukan detektor dan posisi motor diolah dan diteruskan ke level SCA dengan
penggerak vial disesuaikan dengan ukuran lebar pulsa sebesar 0,5 μs kemudian
detektor tersebut. Motor yang digunakan dicacah oleh komputer melalui module
adalah motor Servo satu fasa 220 Volt AC counter USB.

Joko W, Hari N, Agus A. 451 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

TRAY SAMPLE CHANGER SAMPLE


Gerak
Putar
Gerak Naik Gerak Turun
D
E
MODUL ELEKTRONIK T
E
K
usb T
O
Komputer
R

Gambar 2. Sistem Alat

Sistem gerak sample changer


3. KIT RIA AFLATOKSIN B1
dikendalikan oleh motor dan mekanisasi
Aflatoksin khususnya AFB1 adalah
dari sample changer, yaitu karousel. Vial
merupakan mikotoksin yang bersifat racun
berbentuk lingkaran dengan hole
dan karsinogenik. Dari berbagai penelitian
sebanyak 50 buah. Gerakan dibuat secara
ditemukan bahwa efek toksik aflatoksin
berurutan dan pendeteksian sample
pada hewan (juga diasumsikan dapat
dilakukan secara turun naik Triger untuk
terjadi pada manusia) dapat berupa efek
menggerakkan motor melalui
kronis dan akut. Efek kronik dapat timbul
KOMPUTER dirancang driver motor.
bila aflatoksin terkonsumsi dalam kadar
Komponen utama rancangan driver motor
rendah sampai dengan sedang secara terus
ini adalah transistor 2N2222 dan relay
menerus. Efek kronis ini secara klinis
omron MY2 yang tegangan kerjanya 12 V.
agak sulit dikenali namun dapat dikenali
Transistor 2N2222 pada rangkaian ini
beberapa simpton seperti adanya
sebagai pengatur jalan masukan untuk
penurunan kemampuan sistim penceranan,
mengfungsikan relay. Dan relaynya
dan juga penurunan penyerapan makanan
bekerja sebagai on-off nya motor.
dan lambatnya pertumbuhan. Sementara
Sistem mekanik sample changernya
itu, efek akut dapat timbul bila aflatoksin
dibuat tanpa banyak menggunakan switch.
terkonsumsi dalam kadar sedang sampai
Sistem ini juga berfungsi sebagai kontrol
dengan yang cukup tinggi. Efek akut ini
jalan tray sample changer. Sistem
dapat berupa hemorrhage, kerusakan akut
elektronik yang dibuat merupakan sistem
pada hati (seperti necrosis, cirrhosis dan
pencacah nuklir non pencitraan, yaitu
carcinoma), edema, penurunan
modul pengkondisi sinyal dan pengolah
kemampuan sistim penceranan, dan juga
sinyal, modul tegangan tinggi, dan modul
penurunan penyerapan makanan dan
counter timer. Adapun modul berupa card,
metobolisme tubuh dan juga kematian
yaitu : modul usb tipe devasys, modul i2c
dalam 72 jam. Penelitian dibeberapa
ADDA dari innovative electronic serta low
negara di Asia dan Afrika memberikan
voltage dari power supply computer.
bukti adanya korelasi positif antara diet
Sistem elektroniknya handal karena
yang mengandung aflotoksin dengan
mampu mengeluarkan pulsa TTL sebesar
adanya kasus kanker hati. Berdasarkan
0,5 s sehingga dengan mudah dapat dibaca
beberapa penemuan diatas pada tahun 1988
oleh komputer.Sistem interfacingnya
International Agency for Research on
menggunakan teknologi terkini yaitu USB
Cancer (IARC) menetapkan aflatoksin B1
sehingga pemrosesan data dapat dengan
sebagai bahan yang bersifat karsinogenik.
cepat dikirim atau diterima Komputer.

Joko W, Hari N, Agus A. 452 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

Bahan pangan dan pakan ternak subtansi. Asosiasi reversibel antara


yang mempunyai resiko tinggi antibodi dengan antigen korespondennya
terkontaminasi aflatoksin adalah biji-bijian disebut reaksi imunologis. Kekuatan
seperti jagung, kacang tanah dan biji ikatan antigen dan antibodi melibatkan
kapas. Kontaminasi aflatoksin juga dapat ikatan hidrogen dan hidrofobik. Antigen
ditemukan dalam susu, telur dan produk dikarakterisasikan oleh imunogenisitasnya
daging. Kontaminasi ini merupakan atau antigenisitasnya yang mampu
kontaminasi terikut yang disebabkan oleh menginisiasi produksi antibodi pada hewan
terkontaminasinya pakan ternak oleh dan selanjutnya berinteraksi atau mengikat
aflotoksin. Dalam rangka penyediaan antibodi. Molekul peptida kecil seperti
bahan pangan dan pakan ternak yang sehat mikotoksin dan molekul kecil non peptida
dan tidak membahayakan kesehatan fikotoksin bukan imunogenik yang disebut
manusia Food and Drug Administration juga sebagai hapten. Apabila hapten
(FDA) telah menetapkan kadar aflatoksin terkonjugasi dengan protein maka sifatnya
yang diperbolehkan dalam makanan dan menjadi imunogenik. Metoda imunogenik
pakan ternak. Misalnya kadar aflatoksin yang sensitif dikembangkan dengan
yang diperbolehkan dalam semua bahan melibatkan teknik penandaan untuk
makanan kecuali susu adalah < 20 ng/g, mengukur pembentukan kompleks yang
sementara untuk susu adalah < 0,5 ng/g. sifatnya analitis seperti mikotoksin dan
Untuk pakan ternak selain jagung yang fikotoksin yang konsentrasinya terdapat
diperbolehkan adalah < 20 ng/g. pada skala ug-mg/ml.
Kandungan aflatoksin yang diperbolehkan Beberapa teknik penandaan yang
pada jagung sebagai pakan ternak adalah digunakan dalam immunoassay yaitu
antara 20 – 300 ng/g. , tergantung jenis dan seperti radioimunoassay (RIA), enzyme
tujuan penggunaan ternak. immunoassay (EIA) dan enzyme linked
Penentuan aflatoksin pada bahan immunoabsorbent assay (ELISA).
pangan dan berbagai komoditi pertanian Keseluruhan tampilan perangkat
dapat dilakukan dengan beberapa cara. immunoassay fungsinya tidak hanya
Pemeriksaan visual untuk menduga adanya berprinsip pada imnunologis tetapi juga
kontaminasi dilakukan berdasarkan adanya pada sifat reagen, sifat matriks cuplikan,
spora dari kelompok jamur A. flavus, tetapi rancangan assay, dan percobaan. Prinsip
hal bukanlah merupakan suatu metoda dasar ini menentukan sensitivitas,
pengujian yang baku bahan bahan spesifisitas, akurat, dan presisi dari assay
terkontaminasi. Teknik analisa dengan (pengujian).
KCKT dan KLT merupakan teknik yang RIA merupakan salah teknik
akurat dan sangat berguna untuk immunochemical assay yaitu teknik
pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif pengukuran yang didasarkan pada reaksi
aflatoksin. Oleh karena kedua metoda imunologi dan menggunakan radioisotop
analisa ini membutuhkan cuplikan yang sebagai perunut (Gambar 3). Teknik ini
cukup murni maka kedua metoda merupakan teknik analisis yang didasarkan
memerlukan prosedur pemurnian yang pada prinsip immunologi dan
cukup panjang dan rumit serta mahal untuk menggunakan perunut radioaktif .
suatu analisa cuplikan.
Imunokimia adalah metoda yang
berdasarkan kemampuan antibodi
mengikat secara spesifik pada berbagai

Joko W, Hari N, Agus A. 453 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

RADIO IMMUNO ASSAY

Pengukuran

Immunologi sebagai
dasar reaksi antigen

Radioisotop digunakan sebagai


perunut

Gambar 3. Prinsip RIA menggunakan perunut radioaktif

3.1 Pembuatan Perunut Aflatoksin B1 dengan dioksan sampai 2,8 ml, kemudian
Pembuatan perunut AfB1-CMO-125I 50 ul larutan tersebut dimasukkan ke
Histamin dilakukan dengan penandaan dalam larutan histamin bertanda 125I dan
tidak langsung. Penandaan dilakukan dua diaduk selama 2 jam. Setiap 1 jam pH
tahap, pertama histamin ditandai dengan diperiksa dan pH campuran tetap dijaga
125
I kemudian dikonjugasikan dengan pada pH 8. Selanjutnya hasil konjugasi ini
AfB1-CMO yang sudah diaktifasi. dimurnikan dengan ekstraksi pelarut.

3.1.1 Penandaan histamin dengan 125I 3.1.3 Pemurnian konjugat AfB1-CMO-


Sejumlah10 ul histamin (22 ug/ml) 125
I – histamin
ditambah 20 ul Na125I (~ 2 mCi) dan 10 ul Hasil konjugasi AfB1-O- CMO dengan
125
khlora-min-T (5 mg/ml), kemudian I- Histamin diasamkan dengan 1 ml
campuran dikocok dengan vorteks selama HCl 0,1 N dan diekstraksi dengan 1 ml
1 menit. Reaksi dihentikan dengan etil asetat (ekstrak I). Fasa air ditambah 1
penambahan 10 ul larutan Na metabisulfit ml NaOH 0,1 N dan 1 ml natrium
(30 mg/ml) dan diperiksa rendemen metabisulfit (1 mg/ml) dalam 0,5 M dapar
penandaan . Bila rendemen histamin fosfat dan selanjutnya dieksraksi lagi
bertanda 125I lebih dari 45 %, dilanjutkan dengan 0,5 ml etil asetat (ekstrak II).
dengan konjugasi dengan AfB1-CMO Jumlah radioaktifitas yang terdapat pada
yang sudah diaktifasi. ekstrak I dan II di bagi radioaktifitas awal
dikalikan 100 % adalah rendemen
3.1.2 Konjugasi AfB1-CMO dengan penandaan. Ekstrak I dan II tidak dicampur
125
I-histamin karena biasanya tingkat imunologinya
Sebanyak 2 mg AfB1-CMO diaktifasi berbeda. Masing-masing ekstrak
dengan cara dilarutkan dalam 50 ul selanjutnya diperiksa kemurnian
dioksan bebas air lalu ditambah dengan 10 radiokimianya menggunakan
ul tributilamin yang telah dilarutkan dalam kromatografi lapis tipis silika gel dengan
dioksan (1:5) dan didinginkan sampai 10 fase gerak campuran toluen - metanol –
C. Selanjutnya campuran ditambah asam asetat dengan perbandingan
dengan 10 ul isobutilkloroformat (1:10 (75:24:1)[5].
dalam dioksan) dan diinkubasi selama 30
menit pada temperatur 10 C dengan
pengadukan. Campuran di atas diencerkan

Joko W, Hari N, Agus A. 454 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

3.2 Pembuatan Larutan Standar


Aflatoksin B1
Sebanyak 0,15 mg AfB1 dilarutkan
dalam 1,5 ml metanol sehingga didapatkan
larutan AfB1 dengan konsentrasi 0,1 mg/ml
disebut sebagai larutan stok A. Dari larutan
stok A diambil 50 ul diencerkan dengan
2450 ul dapar fosfat salin 0,05 M pH 7,5
sehingga diperoleh larutan standar AfB1
konsentrasi 2000 ng/ml (larutan stok B). Gambar 4. Coated tube Aflatoksin B1
Sebanyak 2000 ng/ml larutan stok standar
AFB1 (stok B) diencerkan menjadi
beberapa konsentrasi berikut : 1 ng/ml, 2,5
ng/ml, 5 ng/ml, 10 ng/ml ,20 ng/ml, 40
ng/ml dan 80 ng/ml menggunakan larutan
dapar fosfat 0,05 M pH 7,4 sebagai matrik
atau pelarutnya.

3.3 Imobilisasi Antibodi Aflatoksin B1


Pada Permukaan Bagian Dalam
Tabung Polistiren Gambar 5. Kit RIA Aflatoksin B1
Diambil 300 ul poliklonal antibodi
aflatoksin B1 yang telah diketahui titernya Selanjutnya kit RIA Aflatoksin B1 siap
dilarutkan dalam 60 ml dapar bikarbonat di ujicobakan menggunakan alat pencacah
0,05 M pH 8,5 (titer 1 : 2000). 750 ul dari gamma buatan PRPN-BATAN.
larutan diatas di dispensing kedalam
tabung polistiren berdasar bintang 4. ANALISA TEKNOEKONOMI
sehingga didapatkan sebanyak 930 tabung. Kajian teknoekonomi dilakukan
Selanjutnya tabung-tabung tersebut di dengan tujuan untuk membantu pengguna
inkubasikan semalam pada temperatur 4 dalam memanfaatkan hasil litbang
°C. Setelah itu buang cairan dalam tabung BATAN terhadap produk-produk terpilih
lalu dicuci dengan 1 ml larutan pencuci yang siap didayagunakan dilengkapi
(campuran akuades yang mengandung 0,1 dengan kajian teknoekonomi dan untuk
% tween 20). Tabung-tabung yg sudah memberi gambaran kelayakan dilihat dari
disalut dengan antibodi selanjutnya sisi teknis dan dilihat dari sisi ekonomi.
dibloking dengan 750 ul dapar bikarbonat Kelayakan teknis diperhitungkan dari umur
0,05 M pH 8,5 yang mengandung 1 % teknis produk dan masa penggunaan
BSA dan 0,05 % sodium azida dan di teknologi dikaitkan dengan perkembangan
inkubasi semalam pada temperatur 4 °C. teknologi pada umumnya, serta umur
Dekantasi cairan didalam tabung-tabung komponen pendukung produk yang
tersebut dan dikering kan pada temperatur berkaitan juga dengan besarnya biaya
kamar. Selanjutnya tabung-tabung coated perawatan yang harus dikeluarkan dan
tube siap untuk digunakan. ketersediaan komponen komponen
pendukung tersebut dipasar lokal.
Kelayakan ekonomi tidak terlepas dari
biaya (cost) dan manfaat (benefits) yang
dihasilkan oleh proses industri tanpa
mengurangi kualitas dan unjuk kerja alat
atau produk. Dalam hal pemilihan dan
penggunaan suatu teknologi harus selalu

Joko W, Hari N, Agus A. 455 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

mempertimbangkan faktor ekonomi. Suatu Internal Rate of Return (IRR)


proses industry dapat berlangsung kontinu Internal Rete of Return adalah discount
bila memenuhi persyaratan efisiensi dan rate yang menyampaikan nilai sekarang
efektif usaha seperti tenaga kerja, (pesent value) dari arus kas masuk dan
teknologi, sarana dan prasarana, pasar atau nilai investasi suatu usaha.
pemasaran dan mampu mengantisipasi IRR adalah discount rate yang
serta menghadapi tantangan menghasilkan NPV sama dengan nol.
perubahan/inovasi. Persamaan yang digunakan adalah
Kajian teknoekonomi produk hasil NPV
litbang BATAN dimaksudkan untuk
memberikan informasi baik ke IRR = r1+(r2-r1) x -------------
produsen/pengembang, dan pengusaha
NPV + (NPV )
yang tertarik untuk memproduksi massal 1 2
produk hasil litbangyasa BATAN, maupun Dimana,
ke konsumen sebagai pengguna produk r1 = discount rate  NPV positif
hasil litbang BATAN, sehingga r2 = sembarang discount rate R2 > R1
produsen/pengembang, dan pengusaha mungkin NPV negatif (NPV2)
tertarik untuk berinvestasi. Apakah
investasi layak dijalankan, hal tersebut Apabila,
dapat dilihat dari beberapa criteria Biaya modal suatu usaha > IRR  NPV
kelayakan finasial. negatif  usaha tidak layak
Ukuran kelayakan usaha yang umum Biaya modal suatu usaha < IRR  NPV
digunakan adalah Net Present Value positif  usaha sangat layak
(NPV), Internal Rate of Ratio (IRR),
Benefit Cost Ratio (BCR), dan Payback
Periode (PP). Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Analisis manfaat terhadap biaya biasanya
Net Present Value (NPV) menggunakan metode Benefit Cost Ratio.
Net Present Value adalah nilai Persamaan yang digunakan adalah
sekarang dari arus kas usaha pada masa
yang akan datang yang didiskontokan (PV) B
dengan biaya modal rata-rata yang BCR =
digunakan kemudian dikurangi dengan (PV) C
nilai investasi yang telah dikeluarkan.
Dimana,
(C)t
NPV = Σ ------------- - (Co)t (PV) B = Nilai sekarang benefit
t (PV) C = Nilai sekarang biaya
t=0 (1+i)
Semakin tinggi rasio manfaat
Dimana, dibandingkan biaya akan semakin menarik.
(C)t = Aliran kas masuk tahun ke t Apabila,
(Co)t = Aliran kas keluar tahun ke t BCR > 1 Layak
n = Umur unit usaha hasil proyek BCR < 1 tidak layak
i =Arus pengembalian(rate of return) BCR = 0 Tidak untung
t = Waktu
Artinya, Payback Periode (Periode
NPV positif layak Pengembalian)
NPV negatif tidak layak Periode pengembalian yaitu jangka
waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan modal suatu proyek,
dihitung dari aliran kas bersih per tahun.

Joko W, Hari N, Agus A. 456 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

Semakin cepat investasi dikembalikan harga jual perunitnya. Komponen


semakin baik proyek tersebut. Persamaan pengeluaran antara lain terdiri dari : biaya
yang digunakan adalah tetap atau biaya investasi, biaya produksi,
biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan
biaya lainnya.
Dimana, Dari data dan asumsi tersebut
C = Aliran kas masuk selanjutnya dilakukan perhitungan analisa
Co = Aliran kas keluar keuangan dengan menggunakan perangkat
Kajian teknoekonomi ini dilakukan lunak untuk simulasi kelayakan usaha
untuk investasi selama 5 (lima) tahun berbasis Exel sehingga diperoleh hasil
dengan data-data masukan dan asumsi- seperti terlihat pada Tabel Kajian
asumsi sebagai berikut : Teknoekonomi perangkat pencacah RIA
- Biaya atau aset tetap adalah sebesar IP.8.
Rp. 1.125.000.000,- dengan asumsi Tabel 1. Fixed Asset
biaya modal terdiri dari biaya sendiri
sebesar 30% dan sisanya adalah biaya
pinjaman dari Bank sebesar 70%
dengan bunga 12%. Jangka waktu
penyelesaian proyek adalah 10 bulan.
Biaya Pemasaran adalah 30% terhadap
penjualan.
- Kapasitas produksi yang dapat
dihasilkan adalah sebanyak 2 (dua) unit Tabel 2. Upah Langsung
dalam satu bulan dengan demikian
dalam satu tahun mesin pencacah ini
kapasitas produksinya sebanyak 24
(dua puluh empat) buah. Harga jualnya
adalah sebesar Rp. 200.000.000,- / unit Tabel 3. Harga Bahan Baku
dengan kenaikan 10% tiap tahunnya.

Nilai keuntungan dapat diperoleh dari


selisih antara penerimaan dikurangi dengan
pengeluaran. Komponen penerimaan
diperoleh dari jumlah unit yang diproduksi
kemudian dapat dijual dikalikan dengan

Tabel 4. Upah Tak Langsung

Joko W, Hari N, Agus A. 457 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

Tabel 5. Biaya Gaji (Operasional)

Tabel 6. Asumsi Biaya Operasi

Tabel 7. Proyeksi Laba Rugi

Joko W, Hari N, Agus A. 458 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


TEKNOEKONOMI ISSN 1978-2918

Tabel 8. Hasil Perhitungan Kelayakan (NPV, IRR, Payback Period, dan B/C Ratio)

5. SIMPULAN

Berdasarkan uraian dan hasil analisa yang Company – Newyork, Collier


telah dilakukan, diketahui bahwa perangkat Macmillan Publisher – London,
pencacah RIA IP.8 dengan Teknik (1983), pp: 98-108.
Radioimmunoassay kit RIA dapat 2. TJIPTOSUMIRAT, T., “Aplikasi
digunakan untuk menganalisis zat-zat yang Teknik Nuklir Untuk Peningkatan
ada di dalam cairan tubuh, diantaranya Penampilan Reproduksi Ternak
urin, hormon, dan lain-lain atau kultur Ruminansia Besar”, Presentasi Ilmiah
media yang berkadar rendah dan Peneliti Madya Bidang Pertanian
matriksnya komplek. Teknik pengukuran PATIR-BATAN, 2010.
RIA berdasarkan pada reaksi immunologi 3. ARIYANTO, A., “Prinsip
dengan menggunakan radioisotop sebagai Radioimmunoassay dan Spesifikasi
perunutnya. Kit Ria Progesteron Produksi
Dari analisa perhitungan keuangan BATAN”, Workshop KIT RIA
diperoleh hasil Net Present Value (NPV) Progesteron, Hotel Sahid Makassar,
1.873.632.901, Internal Rate of Return 2010.
(IRR) 45,5%, Payback Period (PP) 3 tahun, 4. ZUBIR, Z., “Studi Kelayakan
Benefit/Cost Ratio (B/C) 3,8 sehingga dari Usaha”, Lembaga Penerbit Fakultas
data-data tersebut peluang investasi ini Ekonomi UI, 2006.
layak untuk dilakukan karena memenuhi 5. ANONYM, Self-Coating
persyaratan antara lain : NPV diatas nol, Progesteron Radioimmunoassay
IRR diatas bunga bank, B/C Ratio diatas 1, (RIA) kit, a Protocol Prepared by the
PP dibawah umur investasi. Animal Production Unit, FAO/IAEA
Agriculture Laboratory, Seibesdorf,
Austria (1995).
6. DAFTAR PUSTAKA

1. BOGART, R. And TAYLOR, R.E.,


“Scientific Farm Animal Production,
2nd Edition”, Macmillan Publishing

Joko W, Hari N, Agus A. 459 Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir

Anda mungkin juga menyukai