KAJIAN TEKNOEKONOMI
PERANGKAT PENCACAH RADIOIMMUNOASSAY (RIA) IP.8
ABSTRAK
KAJIAN TEKNOEKONOMI PERANGKAT PENCACAH RADIOIMMUNOASSAY
(RIA) IP.8. Kajian ini mempunyai tujuan untuk menentukan nilai ekonomis dari suatu
perangkat pencacah RIA IP.8. Hal ini diperlukan sebagai bahan pertimbangan kelayakan
investasi bagi para investor yang ingin mengembangkan usaha untuk memproduksi perangkat
ini. Pada kajian ini dilakukan beberapa tahapan kegiatan. Tahap awal yaitu penyiapan larutan
standar Aflatoksin B1 yang bersifat karsinogenik sebagai bahan kit RIA yang akan dilakukan
ujicoba pencacahan. Tahap selanjutnya adalah ujicoba mesin pencacah kit RIA IP.8 dengan
menggunakan sampel kit RIA Aflatoksin B1. Tahap akhir adalah melakukan perhitungan
teknoekonomi berdasarkan seluruh biaya yang digunakan dalam pembuatan, penyiapan dan
pengujian perangkat pencacah RIA IP.8 serta asumsi-asumsi yang diperlukan. Kajian
teknoekonomi dengan asumsi modal yang digunakan 70% berasal dari pinjaman bank,
diperoleh hasil sebagai berikut: Net Present Value (NPV) 1.873.632.901, Internal Rate of
Return (IRR) 45,5%, Payback Period (PP) 3 tahun, Benefit/Cost Ratio (B/C) 3,8 sehingga
peluang investasi ini layak dipertimbangkan untuk dilakukan.
ABSTRACT
1. PENDAHULUAN
insulin, tiroksin, enzim dan lain-lain.
Di kalangan masyarakat masih ada
Prinsip pemeriksaan RIA adalah kompetisi
anggapan bahwa radiasi adalah sesuatu
antara antigen (bahan biologiyang
yang berbahaya, tidak bermanfaat dan
diperiksa) dengan antigen radioaktif dalam
malah merugikan bagi kehidupan manusia.
memperebutkan antibodi yang jumlahnya
Oleh karena khawatir akan dampak yang
sangat terbatas. Saat ini juga dikenal teknik
ditimbulkan, maka banyak orang yang
lain yang serupa dengan RIA yang disebut
menjauhi segala sesuatu yang berhubungan
immunoradiometric assay (IRMA). Dalam
dengan radiasi. Akan tetapi yang perlu
teknik ini yang ditandai dengan radioaktif
diketahui adalah radiasi juga mempunyai
bukan antigen, tetapi antibodinya.
dampak positip yang bermanfaat bagi
kehidupan. Salah satu radiasi yang Radioisotop yang digunakan dalam
dimanfaatkan di bidang kedokteran adalah teknik kedokteran nuklir berumur paro
radiasi yang ditimbulkan oleh bahan (T1/2) sangat pendek, mulai dari beberapa
Radiopharmacheutical. menit sampai beberapa hari saja. Di
samping berwaktu paro pendek, juga
Sifat radiasi tidak dapat dideteksi
berenergi rendah dan diberikan dalam
secara langsung oleh sistem panca indera
dosis yang kecil, mengingat ada efek
manusia baik dilihat, dicium, didengar,
samping dari radiasi yang merugikan
maupun dirasakan. Untuk dapat
terhadap tubuh apabila radioisotope
mengendalikan bahaya radiasi adalah
tersebut tinggal terlalu lama di dalam
dengan mengetahui besarnya radiasi yang
tubuh. Sistem pencacah RIA terdiri dari
dipancarkan oleh suatu sumber radiasi,
Detektor Scintilasi NaI(Tl), tegangan
baik melalui pengukuran maupun
tinggi, penguat awal, penguat linier,
perhitungan. Berdasarkan hal tersebut,
Penganalisa saluran tunggal dan pencacah.
manusia memerlukan peralatan khusus
yang mampu mendeteksi keberadaan Pemanfaatan teknik nuklir terutama
radiasi dan mengukur besar radiasi yang adalah yang bertujuan untuk kedamaian
dipancarkan. Setelah diketahui keberadaan dan kesejahteraan telah banyak digunakan
dan berapa besarnya, maka selanjutnya dan diaplikasikan. Salah satu contohnya
radiasi dapat digunakan untuk hal-hal yang adalah pemanfaatan teknik nuklir dalam
bermanfaat dalam berbagai bidang bidang kesehatan peternakan dan
kehidupan. pertanian. Aplikasi teknik nuklir dengan
teknik Radioimmuno Assay (RIA) di
Pencacah RIA adalah alat di bidang
bidang kesehatan digunakan dalam
kedokteran nuklir dan dibidang peternakan
diagnosis beberapa penyakit seperti
untuk menganalisis zat-zat yang ada di
Hepatitis B, Kelenjar Gondok, Kanker
dalam cairan tubuh, diantaranya urin,
payudara dan dibidang peternakan teknik
hormon, dan lain-lain atau kultur media
RIA dapat digunakan untuk mendeteksi
yang berkadar rendah dan matriksnya
hormon progesteron, merupakan satu cara
komplek. Teknik pengukuran RIA
untuk memberi dukungan dalam rangka
berdasarkan pada reaksi immunologi
peningkatan efisiensi reproduksi ternak,
dengan menggunakan radioisotop sebagai
terutama yang berkaitan dengan adanya
perunutnya.
kelainan saluran reproduksi, dan dilakukan
Teknik RIA adalah termasuk studi melalui deteksi konsentrasi hormon
invitro, pertama kali ditemukan pada tahun progesterone dalam susu atau serum. (Totti
1960 oleh Yallow dan Berson. Teknik ini Ciptosumirat). Sedangkan dibidang pangan
digunakan untuk mengetahui kandungan teknik RIA juga dapat diaplikasikan untuk
zat biologik tertentu dalam tubuh yang penentuan kandungan Aflatoksin B1 dalam
jumlahnya sangat kecil, misalnya hormon bahan pangan dan produk pangan.
COUNTER
Detektor PENGKONDISI -PENGATUR
SINYAL DAN K
Dan WINDOW DAN
SCA O
Preamp ENERGI M
P
U
T
E
R
KOMUNIKASI
MODUL MODUL SERIAL
HV LV USB
SAMPLE CHANGER
Detektor yang digunakan adalah dengan torsi 0,64 Nm, Detektor diberi catu
NaI(TI) yang banyak dipasaran dengan daya tegangan tinggi sebesar 1000 V.
ukuran yang cukup besar. Kolimator, Pulsa-pulsa yang keluar dari detektor perlu
dudukan detektor dan posisi motor diolah dan diteruskan ke level SCA dengan
penggerak vial disesuaikan dengan ukuran lebar pulsa sebesar 0,5 μs kemudian
detektor tersebut. Motor yang digunakan dicacah oleh komputer melalui module
adalah motor Servo satu fasa 220 Volt AC counter USB.
Pengukuran
Immunologi sebagai
dasar reaksi antigen
3.1 Pembuatan Perunut Aflatoksin B1 dengan dioksan sampai 2,8 ml, kemudian
Pembuatan perunut AfB1-CMO-125I 50 ul larutan tersebut dimasukkan ke
Histamin dilakukan dengan penandaan dalam larutan histamin bertanda 125I dan
tidak langsung. Penandaan dilakukan dua diaduk selama 2 jam. Setiap 1 jam pH
tahap, pertama histamin ditandai dengan diperiksa dan pH campuran tetap dijaga
125
I kemudian dikonjugasikan dengan pada pH 8. Selanjutnya hasil konjugasi ini
AfB1-CMO yang sudah diaktifasi. dimurnikan dengan ekstraksi pelarut.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Kelayakan (NPV, IRR, Payback Period, dan B/C Ratio)
5. SIMPULAN