Anda di halaman 1dari 8

PERAN LEMBAGA PERMODALAN DALAM PEMBIAYAAN

SEKTOR AGRlBlSNlS DlTlNGKAT PERTANIAN RAKYAT


Dl SUMATERA SELATAN

Mustopa Marli Batubara 1

Abstract

The approach of fhis writing , through basic mefod research conducted to find the
answer over the problem of financing agrobiz sector, aspecially community farming
spread widely over village area in South Sumatera. Financing agrobiz secfors over
community farming is worth to afford by developing capital institution which functions
fhe available institution exist, before such as cooperation , farmers group, and other
enterprise institutionby adopting the partnershipsjoint venture with financial or banking
insfifution,and other enterprise body/organization.

Key words : Financing agrobiz sectors and Community farming.

Sampai saat ini banyak ketahanan pangan dan kesejahteraan


kalangan menilai bahwa sektor perta- masyarakat di Sumatera Selatan.
nian memiliki banyak permasalahan, Berlakunya Undang-undang No.
namun disisi lain, sektor pertanian 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
sebagaimana diketahui memiliki peran daerah yang ditindaklanjuti dengan
yang sangat penting dalam per- Peraturan Pemerintah No. 33 tahun
ekonomian Indonesia diantaranya 2004 tentang Perimbangan keuangan
sebagai penghasil devisa, sektor yang pemerintah pusat dan provinsi dan
terbesar menyerap tenaga kerja (sekiiar kabupatenl kota menimbulkan peruba-
73% dari angkatan kerja nasional) dan han yang fundamental dalam keseluru-
menampung 90% usaha kecil han sistem kewenangan pemerintahan
menengah. termasuk dalam proses pelayanan yang
Sektor pertanian merupakan berhubungan dengan penanaman
salah satu dari care business di modal. Disamping itu, persaingan dalam
Sumatera Selatan dan merupakan salah menarik investasi di dalarn negeri
satu pilar penyokong pertumbuhan cenderung meningkat semakin tajam
perekonomian nasional. Selain itu, pada berbagai sektor terutama sektor
terbukti sektor ini masih dapat bertahan PMDN dan PMA.
dimasa krisis, dan mampu memberikan sektor pertanian terutama pada
kontribusi yang cukup besar bagi pertanian rakyat temyata sulit sekali
ditemukan investor menanamkan

1 Dosen T e t a ~Universitas Muhammadiyah Palembanq 69


Fordema Volume 7 Nomor 1, Juni 2007: 69 - 76

modalnya pada sektor ini sehingga tahun 2005 atau hanya 53% dari
sangat sulit menempatkan pertanian total kredit perbankan.
sebagai sektor ekonomi yang berdiri 3. Peran BPD masih relatif kecil. Kredir
sendiri, dimana berdasarkan cakupan pertanian 61% dilayani oleh bank
pelaku maupun keterkaitan antar pemerintah 27 % olah bank swasta
kelembagaan akan berkaitan dengan nasional, 7% oleh bank asing
kebijakan moneter, infrastruktur, (campuran) dan 4% oleh bank
pengembangan surnber daya manusia pembangunan daerah.
serta kebijakan perdagangan dalam Berdasarkan latar belakang,
maupun luar negeri. secara garis besar maka permasalah-
Secara umum kelembagaan annya adalah: Apakah lembaga
keuangan menjalankan fungsi permodalan di tingkat pedesaan dapat
pembiayaan di Indonesia meliputi Bank berfungsi dalam pembiayaan sektor
~ r n u m- Milik Negara (BUMN), bank agribisnis terutama pertanian rakyat
swasta nasional, bank asing, Bank yang sebagian besar berada di wilayah
Pembangunan Daerah (BPD), Bank pedesaan terutama di Sumatera
Perkreditan Rakyat (BPRJ, dan lembaga Selatan.
keuangan non bank. Namun, banyaknya Sebelum membahas lebih lanjut
lembaga keuangan tersebut yang serius mengenai agribisnis, perlu dikemukakan
dan konsisten dalam ~embiavaansektor batasan mengenai agribisnis itu sendiri.
pertanian masih sangat terbatas. Data Sampai saat ini, berbagai pihak
berikut manunjukkan kondisi dan mengartikan agribisnis dengan cara
perkembangan penyaluran kedit yang berbeda-beda. Misalnya, sebagian
termasuk kredit untuk sektor pertanian ; besar kalangan mengidentikkan
I.Jumlah kredit lebih rendah daripada agribisnis dengan agroindustri. Pihak
himpunan di bank secara nasional lain menganggap bahwa agribisnis
jumlah himpunan dana di perbankan berupa perusahan-perusahaan pertain-
Rp. 1.018 triliun tahun 2005, namun an skala besar dan karenanya
jumlah kredit yang disalurkan hanya berorientasi pada keuntungan.
sebesar Rp. 6359 triliun. Di lnterpretasi seperti di atas
Sumatera Selatan tahun 2005 jumlah terlalu membatasi agribisnis dalam
himpunan dana di perbankan Rp. pengertian yang sempit. Definisi
14,6 triliun sedangkan yang agribisnis yang lebih has dikemukakan
tersalurkan berupa kredit sebesar oleh Downwy dan Erickson (1987)
Rp. 9,6 triliun (65%) dalam ha1 ini yaiutu sebagai berikut : " Agribusiness
menunjukkan masih ada kesen- include all those business and
jangan yang besar antara potensi amangement activities performed by
suplai dengan utilitasnya (kredit). firm that provide inputs to the farm
2. Proporsi kredit untuk sektor sector, produce farm product and or
pertanian masih rendah. Secara process, transporf, finance, handle, or
nasional hanya Rp. 33,4 triliun pada market farm product ".
Peran Lembaaa Permodalan Dalam Pembiavaan ........................... us too ha Marli B

Agribisnis merupakan sistem agribisnis dan non agribisnis.


yang utuh dan saling berkaitan diantara Permasalahan-permasalahan klasik
seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subs- seperti manajemen, sistem informasi,
istem agribisnis huh, subsistem agribis- pemasaran, perijinan dan agunan agar
nis usahatanil budidaya, subsistem bisa muncul baik pada nasabah
agribisnis hilir, subsistem jasa agribisnis maupun non agribisnis.
penunjang agribisnis) yang terkait Namun demikian pembiayaan terhadap
langsung dengan pertanian. sektor agribisnis dinilai mengandung
Menyangkut lingkup sektor resiko yang relatif tinggi antara lain
agribisnis sebagai sektor yang perlu karena faktor-fakor seperti harga yang
dibiayai bila mengacu definisi agribisnis tidak stabil (sering berfhktuasi) dan sifat
meliputi : poduk yang tidak tahan lama (mudah
1. Subsistem agribisnis hulu (up-stream rusak). Disamping ha1 tersebut, faktor
agribusiness) yang meliputi usahal force majeurseperti hama, penyakit dan
industri yang menghasilkan sarana bencana alam yang mengakibatkan
produksi pertanian seperti gagal panen merupakan faktor yang
pembibitan, agrokimia, pestisida, paling dominan pengaruhnya terhadap
alaff mesin pertanian, makanan kinerja pembiayaan agribisnis.
ternak dan lain-lain. Pembiayaan sektor agribisnis
2. Subsistem agribisnis usahatani (on- bukanlah ha1 baru, yang secara singkat
farm agribusiness) yang meliputi dapat diuraikan berikut :
kegiatan budidaya pertanian
termasuk perkebunan, kehutanan, 1. Sebelum Deregulasi Perbankan
perternakan dan perikanan. 1983
3. Subsistem aaribisnis hilir idown- Pada masa ini, dimana tingkat
stream agrib&ness) yang meliputi suku bunga dan penetapan pagu kredit
berbagai kegiatan pengolahan ditetapkan sepenuhnya diatur oleh
produk primer menjadi produk antara pemerintah, lembaga perbankan yang
(infermediary product) maupun diberi tugas sebagai agan
kegiatan pengolahan produk primer pembangunan dengan tugas utama
antara menjadi produk akhir (finished memberikan kredit kepada sektor
product). koperasi, tani dan nelayan seperti
4. Subsistem jasa penunjang agribisnis lembaga perbankan Bank Rakyat
(suppoding services) yang meliputi Indonesia (BRI).
kegiatan usaha dalam mendukung Tugas BRI menyalurkan kredit
usaha agribisnis seperti program Bimbingan masal (Bimas)
perdagangan produk agribisnis. dengan bantuan kredit likuiditas dari
Bank lndonesia dalam rangka
Pada prinspnya tidak terdapat mewujudkan pembangunan pertanian
perbedaan yang signifikan dalam pada umumnya dan program
memulai kelayakan usaha sektor swasembada beras pada khususnya.
Fordema Volume 7 Nomor 1, Juni 2007: 69 - 76

Pada program ini muncul permasalahn Perubahan mendasar lainnya


yaitu tingginya non performing loan adalah sejak diundangkannya UU No. 7
(tunggakan) yang antara lain tahun 1992, dimana bank-bank
disebabkan oleh: pengucuran dana pemerintah berubah status menjadi
pada pelaksanaannya cende~ng bank umum, sehingga portofolio kredit
diberikan untuk memenuhi target mengalami perubahan, namun
pemerintah dan kurang dikaitkan pemberian kredit sektor agribisnis tetap
dengan kemampuan peminjam untuk menjadi prioritas. Selanjutnya, sejak Juli
membayar kembali pinjaman yang 1993 pemerintah Republik Indonesia
diterima, kualitas tanah yang sebagai pemegang saham terbesar
diusahakan oleh para petani seringkali telah memutuskan bahwa BRI dalam
lebih rendah dari jenisl kualitas tanah pembiayaan kepada sektor agribisnis
yang ditentukan, dan permasalahan lain diperkenankan memberikan kredit di
terdapat banyak penerima kredit bukan atas Rp. 50 miliar sampai dengan
dari kalangan petani yang berhak, tetapi maksimal 85% dari batas maksimum
justru dari oknum-oknum yang sama pemberian kredit (BMPK) sebagaimana
sekali fidak ada hubungannya dengan yang ditentukan oleh Bank Indonesia,
kegiatan pertanian. namun secara keseluruhan portofolio
Kredit Bimas kemudian kredit BRI minimal 80% harus tetap
dihentikan sejak mush tanam 1985 dan berada pada usaha kecil menengah.
diganti dengan kredit usahatani yang
pemberiannya disalurkan melalui kantor Pernbahasan
cabang BRI kepada KUD untuk Proses industrialisasi nasional
diberikan kepada petani anggota. yang gencar, cepat dan berhasil dengan
beberapa dekade terakhir ternyata
2. Setelah Era Deregulasi Perbankan belum mengait kebelakang (backward
I983 lingkage) yakni ke sektor pertanian.
Deregulasi perbankan tahun lnilah yang mengakibatkan tertinggalnya
1983 yang berisi penghapusan sistem sektor pertanian dari industri. Tidak saja
pagu pinjaman, kebebasan penentuan dalam struktur PDB, tetapi juga dalam
suku bunga, dan pengurangan kredit struktur masyarakat yang bergerak
likuiditas Bank Indonesia, telah dibidang industri. Nilai tukar petani yang
memberikan kesempatan sekaligus belum juga membaik, produktivitas dan
tantangan kepada perbankan terutama efisiensi yang rendah, serta sikap
BRI untuk melakukan reorientasi mental dan budaya yang masih
keberadaan perbankan dari yang tradisional membawa sektor pertanian
semula hanya sebagai lembaga rakyat pada ketertinggalan.
perantara keuangan yang non profit Pada sisi lain, menghadapi
orienfed menjadi lembaga keuangan perubahan struktur perdagangan bebas
yang berorientasi pada proft oriented. yaitu dengan perubahan pasar dunia
melalui WTO serta kesepakatan-
Fordema Volume 7 Nomor 1, Juni 2007: 69 - 76

kesejahteraan. Subsistem usahatani dampak krisis ekonomi nasional tahun


merupakan subsistem proses biologis 1998, ekonomi mengalami kontraksi
yang mendapat nilai tambah lebih kecil sebesar 13,68%. Sementara sektor
dibandingkan dengan yang lain dinilai pertanian tetap tumbuh sebesar 0,22%,
dari satuan waktu. Oleh karena itu, para dan sektor pertanian memiliki peran
investor relatif tidak begitu tertarik pada strategis dalam mengatasi
sistem ini, lebih-lebih apabila tidak ada permasalahan struktural pembangunan
kebijakan yang menciptakan cost of nasional yang ditunjukkan oleh
capital yang lebih rendah dibandingkan kontribusi kedua terbesar (18,84%)
dengan subsistem lain. dalam pembentukan GDP nasional.
Skim kredit seperti kredit Selanjutnya, sumbangan sektor
usahatani (KUT) bagi petanian rakyat pertanian terutama yang berorientasi
yang telah dikucurkan kepada sebagian ekspor akan lebih tahan terhadap
petani nampaknya belum ada gejolak krisis ekonomi (komoditas yang
ketegasan atas aturan yang paling berperan seperti halnya karet
membedakan KUT sebagai kredit alam) (Nancy, Chairil Anwar dan Sinung
investasi dan kredit modal kerja atau Hendratno. 1998).
kredit konsumsi. Mengingat banyaknya Kemudian, Batubara, M.M
penyalahgunaan kredit oleh petani 2004, fenomena yang terjadi pasca
dimana pada sektor pertanian krisis moneter berdampak positif bagi
kebutuhan pertanian akan biaya diawal petani karet di lapangan yaitu terdapat
musim tahun dibarengi dengan masa semakin meningkatnya petani karet
paceklik yang membutuhkan dana untuk dalam melakukan penanaman karet
konsumsi. Selain itu, kredit yang skala baru dengan permodalanl investasi
kecil untuk pertanian kurang cost secara swadayal mandiri. Petani karet
effective meskipun tingkat mampu rnenginvestasikan ke kebun
pengembalian baik. karet baru sebesar 12% dari
Penyaluran KUT melalui bank pendapatan rumah tangga, secara
yang besarnya sesuai RDKK selama ini keseluruhan petani karet tersebut
pencairannya sering tidak sesuai mampu menyisihkan pendapatan untuk
dengan waktu tanam, sehingga terjadi ditabung sebesar 15% dari pendapatan
penyimmpangan penggunaan kebutu- untuk investasi ke usahatani kembali
han dana yang produktif kepada dan sumber daya manusia (berupa
kebutuhan konsumtif. pendidikan anak-anak).
Disisi lain, sektor agribisnis Kondisi pertanian yang
khususnya pada pertanian rakyat yang berorientasi ekspor ternyata tidak diikuti
telah lama dilakukan sebagai usaha oleh pertanian yang komoditasnya lebih
rakyat serta usaha kecil dan menengah ditekankan kepada kebutuhan konsumsi
relatif mampu bertahan dalam dalam negeri seperti komoditas pangan.
menghadapi krisis ekonomi. Hal ini Penelitian pengembangan produk padi
dapat dilihat, diantaranya: Akibat dengan sistem budidaya organik oleh
Fordema Volume 7 Nomor 1, Juni 2007: 69 - 76

Kepustakaan Didalam Kondisi Krisis


Moneter. Jurnal Ekonomi dan
Batubara, M.M. 2004. Kemampuan Keuangan Indonesia. Voi. XLVl
Ekonomi Petani Karet Dalam No. 4 Tahun 1998. Hal 427 -
Melakukan lnvestasi Sebagai 435.
UpaYa Peningkatan
Pendapatan Usahatani (Kasus Pusat Penelitian SEP dan Balitbang
pada Petani Binaan UPP Partanian. 1993. Persfektif
TCSDP di Sumatera Selatan). Pengembangan Agribisnis di
Disertasi. PPs Unpad. Bandung. Indonesia. Prosiding.
Penyunting; Tahlim Sudaryanto,
Danusaputro, M., Yusuf. M. Cotler dan Effendi Pasandaran dan
Pandu Suharto. 1997. Achmad Jauhari. Bogor. 74 hal.
Moneterisasi Pedesaan
(Bunga Rampai Keuangan Tim Penyusun Master Plan FP Unsri.
Indonesia). Edisi Ke-2. lnstitut 2005. Master Plan Lumbung
Bankir Indonesia. Jakarta. Pangan Sumatera Selatan.
Kerjasama; Fakultas Pertanian
Downey. W.D dan Steiien. P. Erickson. Universitas Sriwijaya dan
1987. Agribusiness Bappeda Provinsi Sumatera
Management. McGraw Hill. Selatan. Palembang.

Tim Peneliti FP UMP. 2006. Laporan


Mohd Nasir. 1998. Metode Penelitian. Penelitian Program Padi
Ghalia Indonesia. Jakarta. Organik. Kerjasama; Fakultas
Pertanian Universitas
Nancy, Cicilia, Chaiil Anwar dan Sinung Muhammadiyah Palembang
Hendratno. 1998. Tingkat dengan Dinas Pertanian
Kesejahteraan Petani Karet Kabupaten Musi Rawas.

Anda mungkin juga menyukai