Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

BLOK KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM


KARDIOVASKULAR
EFEK OBAT PADA KONTRAKSI OTOT JANTUNG

OLEH:
Nama: Achmad Ridhana
NIM: 2010911310026
Kelompok: 20

ASISTEN PRAKTIKUM:
M. Ihrammuf Tezar (NIM. 1810911310014)

DOSEN KOORDINATOR PRAKTIKUM:


dr. Alfi Yasmina M.Kes, M.Pd.Ked, Ph.D

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
A. Hasil Eksperimen
1. Eksperimen 1

2. Eksperimen 2
3. Eksperimen 3

4. Eksperimen 4
5. Eksperimen 5

6. Eksperimen 6
7. Eksperimen 7
B. Pembahasan
Pada praktikum ini, diberikan beberapa obat yang mempengaruhi kerja
jantung. Pada percobaan pertama, tikus diberikan phenylephrine yang
merupakan agonis dari reseptor alfa. Obat-obat yang bekerja agonis dengan
reseptor alfa banyak mempengaruhi mata sehingga terjadi midriasis. Namun,
obat ini juga bisa bekerja pada sistem kardiovaskuler, yaitu di jantung dan
pembuluh darah. Phenylephrine meningkatkan kontraktilitas jantung,
menurunkan denyut jantung, dan juga menaikkan tekanan darah. Maka dari
itu, pada percobaan pertama injeksi phenylephrine terlihat grafik pada HR
meningkat dibandingkan sebelumnya. Glyceryl trinitrate atau nitrogliserin
dosis tinggi akan menyebabkan venodilatasi dan dilatasi arteriol perifer
sehingga tekanan sistolik maupun diastolik menurun, curah jantung berkurang,
dan sebagai mekanisme kompensasi akan meningkatkan frekuensi denyut
jantung Noradrenalin bekerja pada reseptor α dan juga β, dimana apabila
bekerja di reseptor β akan berefek pada peningkatan kontraktilitas jantung, dan
juga meningkatkan denyut jantung1. Verapamil merupakan obat yang
tergolong dalam calcium channel blocker. Kontraksi jantung dipengaruhi oleh
meningkatnya ion Ca2+ ke dalam sitosol akan meningkatkan kontraksi,
sehingga apabila diberi obat yang bersifat calcium channel blocker, ion
kalsium tidak akan bisa masuk ke sitosol sehingga kontraksi tidak akan terjadi.
Selain itu, obat CCB akan juga akan menghambat konduksi nodus AV. Sebagai
kompensasinya, jantung meningkatkan denyutnya. Adrenalin atau epinefrin
bekerja pada reseptor α dan juga β. Adrenalin akan meningkatkan kontraksi
jantung dan memperpendek waktu relaksasi. Akibatnya, curah jantung
bertambah. Pada saat awal pemberian adrenalin secara injeksi, tekanan darah
akan naik secara drastic dan kemudian berangsur turun sampai di bawah
normal kemudian akan Kembali ke tekanan darah normal. Atenolol merupakan
obat anti-hipertensi yang bersifat β-blocker. Reseptor β terdapat di jantung dan
juga otot polos. Atenolol bersama beberapa obat lainnya, seperti asebutolol,
metropolol, dan bisoprolol termasuk dalam β-blocker yang cardioselective,
artinya obat-obat itu hanya akan bekerja pada reseptor β1 yang terdapat di
jantung. Sehingga untuk pasien yang memiliki riwayat asma atau
bronkospasme, obat-obatan itu aman untuk dikonsumsi. Pada jantung, terdapat
reseptor β yang dapat menyebabkan peningkatan konduksi atrium dan ventrikel
dan meningkatkan kontraktilias otot jantung baik di atrium maupun di
ventrikel. Selain itu reseptor ini juga terletak di nodus SA sehingga
menyebabkan denyut jantung meningkat. Apabila reseptor ini diblokir, maka
efeknya akan berupa denyut jantung menurun, kontraktilitas otot jantung
berkurang, dan menurunkan tekanan darah. Renin merupakan disekresi oleh
jukstagromerular dan akan memecah angiotensinogen menjadi Angiotensin-1
yang tidak aktif. Selanjutnya, A1 akan dikonversi oleh ACE (Angiotensin
Converting Enzyme) menjadi Angiotensin-2. A2 bekerja pada berbagai
reseptor yaitu otot polos vaskuler, korteks adrenal, jantung, dan juga system
saraf pusat. Akibatnya, curah jantung dan denyut jantung meningkat. Losartan
merupakan obat yang memiliki sifat Angiotensin-Receptor Blocker, sehingga
A2 tidak akan bekerja dan menyebabkan penurunan curah jantung dan juga
denyut jantung. Obat-obatan ARB cenderung lebih efektif digunakan karena ia
bekerja untuk menghambat kerja angiotensin secara lebih menyeluruh daripada
ACE-inhibitor.2 Captopril merupakan obat yang bersifat ACE-Inhibitor dan
efeknya sama seperti obat dengan golongan ARB. Obat ini bekerja dengan
menghambat konversi A1 menjadi A2 pada system Renin Angiotensin.1
Digoxin merupakan obat anti-arritmia. Tujuan utama pemberian digoxin pada
pasien atrial fibrillation adalah untuk mengontrol denyut jantung sehingga
menurunkan gejala dan mencegah terjadinya gagal jantung (HF). Digoxin
merupakan obat digitalis yang dapat meningkatkan kontraktilitas myocardium
atrium maupun ventrikel.2 Digoxin diberikan apabila obat ACEI dan diuretic
tidak dapat mengontrol gejala pada pasien. Digoxin juga dapat digunakan pada
pasien yang memiliki bunyi jantung ketiga dan jantung terdilatasi. Digoksin
juga memberikan efek langsung pada otot halus vaskular dan efek tidak
langsung yang dimediasi terutama oleh sistem saraf otonom dan peningkatan
aktivitas vagal. Namun, toksisitas digoxin masih sering terjadi, diantaranya
menyebabkan perubahan penglihatan dan gangguan pada system pencernaan.
Isoprenalin merupakan agonis reseptor β sehingga pemberian isoprenaline
akan menyebabkan meningkatnya kontraktilitas jantung dan meningkatkan
denyut nadi dan juga curah jantung. Isoprenalin bekerja secara khusus pada
reseptor β2 dan mampu bekerja secara antagonis untuk mencegah
bronchokonstriksi pada asma bronkial.1 Adenosin bekerja pada vasodilatasi
arteri coronaria dan banyak digunakan untuk terapi penyakit pada arteri
coroner. Adenosin memiliki efek pada aktivasi dari reseptor A2, tepatnya pada
subtype R.4

C. Kesimpulan
Obat-obatan ternyata mempengaruhi banyak hal salah satunya adalah
jantung. Obat yang digunakan untuk terapi pada penyakit jantung terbagi
menjadi beberapa, seperti β-blocker, Calcium-channel blocker, diuretik,
digitalis, agonis reseptor β, ACEI, ARB, vasodilator, dan yang lainnya. Β-
blocker berfungsi untuk menghambat reseptor β, contoh obatnya adalah
propranolol, asebutolol, atenolol, dan lain sebagainya. Β-blocker dibagi lagi
menjadi dua kategori, yaitu kardioselektif dan non-kardioselektif.
Kardioselektif hanya akan bekerja pada jantung. Calcium-channel blocker
bekerja dalam menghambat kanal kalsium sehingga otot tidak dapat
berkontraksi, contoh obatnya adalah verapamil, amlodipine, nifedipine, dan
lainnya. Contoh obat diuretic adalah thiazide. Obat digitalis memiliki toksisitas
yang tinggi sehingga pemakaiannya perlu kehati-hatian, contohnya seperti
digoxin. Obat ACEI adalah obat yang menghambat konversi angiotensin 1 ke
angiotensin 2 pada system renin-angiotensin. Contoh obatnya adalah captopril,
enalapril, dan lisinopril. Obat ARB atau Angiotensin Receptor Blocker bekerja
dalam menghambat kerja angiotensin secara keseluruhan. Contoh obatnya
adalah losartan dan kandesartan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J. Farmakologi Dasar &
Klinik.Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 2014.
2. Gunawan, gan sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007.
3. Al-Uzri, Wasan. Determination Of Phenylephrine Hydrochloride In
Pharmaceutical Preparations Using Spectrophotometric Method. 1 Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research. 2019: 12(5): 1-5
4. Gaudry, M, et al. Adenosine and Its Receptors: An Expected Tool forthe
Diagnosis and Treatment of Coronary Artery andIschemic Heart Diseases. Int.
J. Mol. Sci. 2020:21;5321
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai