PENDAHULUAN
1
unsur karbon bertambah.
Tujuan studi kelayakan ini adalah untuk mengetahui teknis kegiatan pertambangan
yang cocok, nilai investasi, laju pengembalian investasi, potensi pasar, serta
dampak lingkungan yang timbul jika dilakukan kegiatan pertambangan di lokasi
tersebut. Hasil kajian studi kelayakan ini akan menunjukkan apakah kegiatan
pertambangan di lokasi ini layak dilakukan atau tidak.
2
dilakukan di sekitar lokasi penyelidikan, pengolahan data serta pembuatan laporan.
Lingkup studi yang dilakukan meliputi :
1. Kajian geologi tambang
Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi semua data geologi yang ada di daerah
penyelidikan dengan memperhatikan kondisi geologi regional, geologi lokal, jenis
batuan, morfologi, struktur geologi serta potensi komoditas tambang.
2. Kajian perencanaan tambang
Studi ini bertujuan untuk menentukan sistem dan metode penambangan serta
kapasitas produksi yang sesuai dengan kondisi geologi dan keadaan cadangan di
daerah penyelidikan.
3. Kajian lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja
Studi ini bertujuan untuk menilai dampak kegiatan penambangan, pengelolaan
lingkungan, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Kajian organisasi dan tenaga kerja
Kajian organisasi dan tenaga kerja dilakukan untuk menentukan jumlah, kriteria
dan sistem kerja yang diberlakukan dalam kegiatan penambangan
5. Kajian pemasaran
Studi ini bertujuan untuk mengkaji kebutuhan pasar akan komoditas batubara
dengan menganalisis keadaan pasar, permintaan, dan harga pasar komoditas
batubara.
6. Kajian kelayakan ekonomi
Studi kelayakan ekonomi dilakukan untuk menilai kelayakan kegiatan
pertambangan ini secara ekonomi dengan memperhatikan besar modal tetap dan
modal kerja, sumber dana, biaya produksi, simulasi pendapatan, aliran kas,
perhitungan Net Present Value (NPV), perhitungan Discounted Cash Flow Rate of
Return / Internal Rate of Return (DCFROR/IRR), Benefit Cost Ratio (BCR),
Break Event Point (BEP), dan waktu pengembalian modal atau Payback Period
(PBP).
Metode studi yang digunakan dalam studi kelayakan penambangan batubara ini
adalah sebagai berikut :
3
1. Penyelidikan lapangan yang meliputi :
a. Jalur transportasi dan infrastruktur sampai lokasi tambang;
b. Topografi dan keadaan geologi daerah penyelidikan; dan
c. Keadaan endapan batubara
2. Analisis dan pengolahan data yang didapat dari penyelidikan lapangan;
3. Penggunaan berbagai asumsi atau skenario kegiatan pertambangan dan
pendanaannya.
4
Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan
Bulan 1 Bulan 2
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
pustaka
Persiapan
alat dan
bahan
Survei
topografi
Survei
geologi
Perhitungan
cadangan
Evaluasi dan
analisis data
geologi
Pembuatan
peta hasil
eksplorasi
Kajian
komponen
kemasyarak
atan
Studi
kelayakan
Analisis
rencana
kerja dan
anggaran
biaya
Analisis
rencana
reklamasi
Pembuatan
laporan
5
BAB II
KEADAAN UMUM
Tabel 2.1 Koordinat Lokasi IUP Eksplorasi a.n. A.N FITRI DIAH
PURWANTI
BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
NO
D M S D M S
1 114 55 31.789 1 4 48.017
2 114 55 0.880 1 4 47.996
3 114 55 0.880 1 5 13.127
4 114 54 59.353 1 5 13.127
5 114 54 59.353 1 5 27.660
6 114 55 6.146 1 5 27.660
7 114 55 6.146 1 5 30.462
8 114 55 14.641 1 5 30.462
9 114 55 14.641 1 5 33.260
10 114 55 20.262 1 5 33.260
11 114 55 20.262 1 5 35.112
12 114 55 26.175 1 5 35.112
13 114 55 26.175 1 5 30.312
14 114 55 49.215 1 5 30.312
15 114 55 49.215 1 5 27.096
16 114 56 1.539 1 5 27.096
17 114 56 1.539 1 5 16.466
18 114 56 5.590 1 5 16.466
19 114 56 5.590 1 5 1.589
20 114 55 43.650 1 5 1.576
21 114 55 43.653 1 4 57.402
22 114 55 36.740 1 4 57.397
23 114 55 36.744 1 4 52.251
6
24 114 55 31.786 1 4 52.247
Berdasarkan kuasa lahan seluas 248 hektar, maka luas Wilayah IUP Operasi Produksi
yang diajukan berdasarkan overlay dari luas WIUP dengan kuasa lahan adalah 219
hektar (Gambar 2.2). Lokasi IUP Operasi Produksi hanya berada di daerah Butong,
Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah
(Gambar 2.3)
7
perempuan lebih kecil dari penduduk laki-laki, yaitu 48,04% perempuan dan 51,96%
laki-laki. Berdasarkan luas wilayah dibanding dengan jumlah penduduk yang ada,
kepadatan penduduk Barito Utara tergolong jarang, dimana hanya ada sekitar 16
orang per/km2.
Pada tahun 2017, dari seluruh penduduk Barito Utara yang berumur 15 tahun ke atas
yang merupakan penduduk usia produktif secara ekonomis, sebagian besar bekerja di
sektor pertanian (42,94%), sedangkan sektor yang paling sedikit penyerapannya
adalah sektor listrik, gas dan air bersih.
Terhitung Mulai 5 Juni tahun 2012 Kabupaten Barito Utara resmi terbagi menjadi 9
kecamatan, yakni 6 kecamatan induk (Montallat, Gunung Timang, Gunung Purei,
Teweh Timur, Teweh Tengah, Lahei) dan 3 kecamatan hasil pemekaran. Pemekaran
ini diharap mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan sarana dan prasarana umum
sehingga memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari 103 desa atau kelurahan definitif di Barito Utara, hingga sekarang 1,9% masih
merupakan desa Swadaya. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum Daerah
Kabupaten Barito Utara, jumlah anggota DPRD Tingkat II Kabupaten Barito Utara
pada tahun 2016 sebanyak 25 orang terdiri dari 16 orang anggota laki-laki dan 9
orang anggota perempuan.
Kriminalitas terkait dengan tindakan yang bertentangan dengan norma hokum, norma
sosial dan norma agama, sehingga ditentang oleh masyarakat. Perkara kriminal yang
terjadi di Kabupaten Barito Utara selama tahun 2017 berdasarkan data yang
bersumber dari Pengadilan Negeri Kabupaten Barito Utara tercatat sebanyak 239
perkara. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 217 perkara.
Jenis kejahatan yang paling banyak terjadi adalah penyalah-gunaan narkotika.
8
tahun 2017. Dari seluruh penyandang masalah kesejahteraan sosial yang berjumlah
109 orang, sebanyak 71 orang (65,14%) menderita cacat badan, 4 orang (3,67%)
menderita cacat mental, 3 orang (2,75%) menderita tuna wicara, 12 orang (11,01%)
menderita tuna netra dan 19 orang (17,43%) menderita tuna rungu.
Di Kabupaten Barito Utara ini memiliki rata-rata curah hujan 285mm 3. Hari hujan
terbanyak pada bulan November. Rata-rata suhu udaranya adalah 27.1°C. Dengan
kecepatan angin 4.1knot.
Tabel 2.2 Curah Hujan Curah Hujan
di Bulan Hari Hujan Kabupaten
(mm3)
Barito Utara
Januari 268 19
Februari 80 15
Maret 208 22
April 242 20
May 380 24
Juni 142 20
Juli 492 19
Agustus 392 23
September 55 12
Oktober 178 12
November 631 28 9
Desember 353 18
(Sumber: barutkab.bps.go.id)
Lokasi penyelidikan IUP Operasi Produksi A.N FITRI DIAH PURWANTI berada
di Butong, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Provinsi
Kalimantan Tengah berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Lahei dan Kabupaten Murung Raya
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Montallat dan Kecamatan Gn. Timang
3. Sebelah Barat : Kabupaten Kapuas
4. Sebelah Timur : Kecamatan Teweh Timur
10
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
3.1.2 Litologi
Tidak semua satuan batuan dalam Cekungan Barito tersingkap di dearah
inventarisasi. Yang ada hanyalah Formasi Tanjung (+ 30% luas), Formasi Montalat
(+ 20% luas), dengan sisipan lensa gamping Formasi Berai, Formasi Karamuan (+
20% luas). Formasi Warukin (+ 30% luas). Formasi Dahor tidak terendapkan di
daerah inventarisasi.
a. Formasi Tanjung
Pada bagian bawah dari formasi ini merupakan perselingan antara batupasir
gampingan, batupasir, batulempung, batulanau, berisipan batugamping. Bagian
atasnya merupakan perselingan antara batupasir kuarsa yang mengandung muskovit:
batulanau kelabu, menyerpih, tebal rata-rata 75 cm; batupasir hitam, kompak, tebal
ratarata 75 cm dan bersisipan batugamping sangat kompak, berwarna coklat muda
agak kekuningan, tebal rata-rata 10 cm, mengandung foraminifera besar; setempat
ditemukan sisipan batubara dengan tebal mencapai 4 meter. Umur formasi ini adalah
Eosen dan diendapkan dalam sistem pengendapan delta.
b. Formasi Berai
Di daerah inventarisasi, batuan formasi ini hanya tersingkap sebagai lensa-lensa yang
mudah teramati di Sungai Teweh. Formasi ini terdiri dari batugamping berwarna
kuning – putih, agak kecoklatan; umumnya berlapis baik, berbutir halus sangat
kompak; mengandung foraminifera besar, foraminifera kecil bentos dan ganggang;
bersisipan batulempung, napal dan sedikit batubara; sebagian tersilikatkan dan
mengandung butiran limonit. Formasi ini berumur Oligosen Tengah – Oligosen akhir
dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
c. Formasi Montalat
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa agak keras, berbutir halus sampai sedang,
berwarna kuning dan kelabu muda; mempunyai struktur silang siur, mengandung
sisipan batulempung kelabu dan batubara; tebalnya 3 – 4 meter. Umur dari formasi
ini adalah Oligosen dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal sampai rawa-rawa
pantai.
d. Formasi Karamuan
Formasi ini terdiri dari batulumpur abu-abu, sebagian gampingan dan berfosil;
batupasir kuarsa berlapis baik; batulanau abu-abu; batulanau tufaan abu-abu
kehijauan; bersisipan batugamping berfosil, batulanau serpihan dan batulanau
karbonan. Umurm Formasi Karamuan adalah Oligosen Atas – Miosen Bawah dan
diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Formasi Karamuan mempunyai hubungan
menjemari dengan Formasi Montalat.
e. Formasi Warukin
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa berbutir sedang sampai kasar, dapat diremas
– agak keras, berwarna kekuningan, setempat konglomeratan, mengandung sisipan
batu lempung, batubara dan batulanau; berlapis baik dengan struktur silang siur dan
bersusun, umumnya agak kurang kompak. Tebal formasi
ini diperkirakan 300-500 meter. Umur dari Formasi Warukin tidak dapat ditentukan
secara pasti, tetapi diduga formasi ini berumur Miosen Tengah sampai Miosen Atas,
berdasarkan kemiripannya dengan Formasi Balikpapan di Cekungan Kutai yang
berumur sama (Pertamina, 1980). Formasi Warukin diendapkan dalam sistem
pengendapan delta.
N355oE dan antara N210oE - N215oE, besar sudut kemiringan lapisan berkisar
antara 13o-70o, tebal lapisan sayap sebelah Barat berkisar antara 1,20 m-2,00 m dan
sayap sebelah Timur berkisar antara 1,20 m-1,50 m. Panjang sebaran ke arah jurus,
untuk sayap Barat sekitar 3.500 m dan untuk sayap Timur sekitar 1.000 m.
Sebenarnya sebaran batubara ini masih menerus ke sebelah selatan, namun posisinya
telah tergeserkan akibat pengaruh sesar. Tebal lapisan batubara yang telah
tersesarkan, untuk sayap Barat sekitar 1,00 m dengan panjang sebaran sekitar 1.000
m, sedangkan tebal untuk sayap Timur berkisar antara 1,20 m-1,40 m dengan panjang
sebaran sekitar 2.800m.
3.2.5 Sifat dan Kualitas Endapan
Dari hasil analisis di laboratorium dapat diketahui bahwa kualitas batubara dari
daerah Ngurit dan Lemo menunjukan kisaran angka sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kisaran angka kualitas batubara daerah Arei dan Beri
Parameter yang dianalisis Daerah Arei Daerah Beri
Free Moisture (%) ar 15,4 – 28,8 2,8 – 24,6
Total Moisture (%) ar 22,2 – 34,7 5,2 – 26,9
Inh. Moisture (%) adb 8,2 – 10,7 2,9 – 4,6
Volatile Matter (%) adb 38,7 – 50,8 35,8 – 38,6
Fixed Carbon (%) adb 36,7 – 45,7 42,7 – 51,7
Ash Content (%) adb 2,0 – 5,9 5,8 – 15,6
Calorific Value (cal/gr) adb 5775 - 6340 6030 - 7125
SG 1,34 – 1,44 1,34 – 1,42
St (%) adb 0,25 – 4,10 0,24 – 0,50