Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Berikut ini adalah uraian mengenai identitas pemohon :


1. Nama Pemegang WIUP : Fitri Diah Purwanti, S.T.
2. TTL : Solok, 19 Januari 1999
3. No. KTP : 1372015901990021
4. NPWP : 19.011.999.9-999.110
5. Alamat Lengkap : Perumahan Batang Tebo Permai B17,
KM 6, Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebo
Tengah, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.
6. Pekerjaan : Pengusaha
7. Komoditas : Batubara
8. Lokasi :
a. Desa : Butong
b. Kecamatan : Teweh Tengah
c. Kabupaten : Barito Utara
9. Kode WIUP : 22 16 12 2 15 2019 001
10. Luas IUP Eksplorasi : 219Ha

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Barito Utara memiliki potensi bahan tambang batubara yang. Amat
sangat melimpah Salah satu potensi bahan galian yang dapat dimanfaatkan adalah
sub bitiminous - bituminous yang merupakan jenis komoditas tambang batubara.
Proses pembentukan batubara dimulai dari membusuknya bagian-bagian
tumbuhan karena aktifitas bakteri anaerob. Selanjutnya, tumbuhan yang sudah
busuk mengalami pengendapan di lingkungan yang berair. Proses ini berlangsung
secara berulang sehingga terbentuk lapisan gambut. Selanjutnya lapisan gambut
tersebut akan mengalami dekomposisi yakni proses biokimia yang menyebabkan

1
unsur karbon bertambah.

Selanjutnya lapisan gambut tadi masuk tahapan geotektonik dimana terjadi


kompaksi karena adanya gaya tektonik. Pada tahapan ini batubara yang berada di
lingkungan berair akan berubah menjadi lingkungan darat. Terakhir adalah proses
erosi dimana batubara yang telah melewati proses geotektonik akan mengalami
erosi yang menyebabkan permukaannya terkupas. Hasil akhir dari proses erosi
inilah yang manusia pergunaakan.

Sebelum melakukan kegiatan pertambangan perlu dilakukan kegiatan studi


kelayakan untuk menentukan apakah kegiatan pertambangan di lokasi yang
diinginkan ini layak untuk dilakukan atau tidak. Studi kelayakan adalah tahapan
kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh
aspek yang berkaitan untuk menentukan bahan tambang tersebut disebut layak
(menguntungkan) atau tidak untuk ditambang.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dilakukan studi kelayakan ini adalah untuk melakukan kajian kelayakan
tambang dalam aspek teknis, ekonomis, dan lingkungan dari penambangan
batubara yang terletak di daerah Butong, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten
Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah seluas 219 hektar milik a.n. Fitri Diah
Purwanti.

Tujuan studi kelayakan ini adalah untuk mengetahui teknis kegiatan pertambangan
yang cocok, nilai investasi, laju pengembalian investasi, potensi pasar, serta
dampak lingkungan yang timbul jika dilakukan kegiatan pertambangan di lokasi
tersebut. Hasil kajian studi kelayakan ini akan menunjukkan apakah kegiatan
pertambangan di lokasi ini layak dilakukan atau tidak.

1.3 Ruang Lingkup dan Metoda Studi


Ruang lingkup pekerjaan mencakup kelayakan teknis dan kelayakan ekonomis.
Studi kelayakan ini dilakukan dengan metode pengumpulan data primer dari
penyelidikan lapangan dan data sekunder dari hasil penelitian yang pernah

2
dilakukan di sekitar lokasi penyelidikan, pengolahan data serta pembuatan laporan.
Lingkup studi yang dilakukan meliputi :
1. Kajian geologi tambang
Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi semua data geologi yang ada di daerah
penyelidikan dengan memperhatikan kondisi geologi regional, geologi lokal, jenis
batuan, morfologi, struktur geologi serta potensi komoditas tambang.
2. Kajian perencanaan tambang
Studi ini bertujuan untuk menentukan sistem dan metode penambangan serta
kapasitas produksi yang sesuai dengan kondisi geologi dan keadaan cadangan di
daerah penyelidikan.
3. Kajian lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja
Studi ini bertujuan untuk menilai dampak kegiatan penambangan, pengelolaan
lingkungan, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Kajian organisasi dan tenaga kerja
Kajian organisasi dan tenaga kerja dilakukan untuk menentukan jumlah, kriteria
dan sistem kerja yang diberlakukan dalam kegiatan penambangan
5. Kajian pemasaran
Studi ini bertujuan untuk mengkaji kebutuhan pasar akan komoditas batubara
dengan menganalisis keadaan pasar, permintaan, dan harga pasar komoditas
batubara.
6. Kajian kelayakan ekonomi
Studi kelayakan ekonomi dilakukan untuk menilai kelayakan kegiatan
pertambangan ini secara ekonomi dengan memperhatikan besar modal tetap dan
modal kerja, sumber dana, biaya produksi, simulasi pendapatan, aliran kas,
perhitungan Net Present Value (NPV), perhitungan Discounted Cash Flow Rate of
Return / Internal Rate of Return (DCFROR/IRR), Benefit Cost Ratio (BCR),
Break Event Point (BEP), dan waktu pengembalian modal atau Payback Period
(PBP).
Metode studi yang digunakan dalam studi kelayakan penambangan batubara ini
adalah sebagai berikut :

3
1. Penyelidikan lapangan yang meliputi :
a. Jalur transportasi dan infrastruktur sampai lokasi tambang;
b. Topografi dan keadaan geologi daerah penyelidikan; dan
c. Keadaan endapan batubara
2. Analisis dan pengolahan data yang didapat dari penyelidikan lapangan;
3. Penggunaan berbagai asumsi atau skenario kegiatan pertambangan dan
pendanaannya.

1.4 Pelaksana Studi


Kegiatan eksplorasi dilakukan oleh pemohon izin, A.n Fitri Diah Purwanti dengan
tim teknis yang dimiliki oleh pemohon izin pertambangan.

1.5 Jadwal Waktu Studi


Studi eksplorasi dan pembuatan laporan dilakukan selama sekitar 2 bulan termasuk
pengamatan langsung di lapangan dan analisis data-data geologi, sosial budaya,
dan keekonomiannya.

4
Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan
Bulan 1 Bulan 2
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
pustaka
Persiapan
alat dan
bahan
Survei
topografi
Survei
geologi
Perhitungan
cadangan
Evaluasi dan
analisis data
geologi
Pembuatan
peta hasil
eksplorasi
Kajian
komponen
kemasyarak
atan
Studi
kelayakan
Analisis
rencana
kerja dan
anggaran
biaya
Analisis
rencana
reklamasi
Pembuatan
laporan

5
BAB II
KEADAAN UMUM

2.1 Lokasi dan Luas Wilayah IUP yang Dimohon


Lokasi penyelidikan A.n Fitri Diah Purwanti terletak di daerah Butong,
Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan
Tengah dengan luas lokasi IUP Eksplorasi 219 Hektar (Gambar II.1) dengan
batas koordinat sebagai berikut:

Tabel 2.1 Koordinat Lokasi IUP Eksplorasi a.n. A.N FITRI DIAH
PURWANTI
BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
NO
D M S D M S
1 114 55 31.789 1 4 48.017
2 114 55 0.880 1 4 47.996
3 114 55 0.880 1 5 13.127
4 114 54 59.353 1 5 13.127
5 114 54 59.353 1 5 27.660
6 114 55 6.146 1 5 27.660
7 114 55 6.146 1 5 30.462
8 114 55 14.641 1 5 30.462
9 114 55 14.641 1 5 33.260
10 114 55 20.262 1 5 33.260
11 114 55 20.262 1 5 35.112
12 114 55 26.175 1 5 35.112
13 114 55 26.175 1 5 30.312
14 114 55 49.215 1 5 30.312
15 114 55 49.215 1 5 27.096
16 114 56 1.539 1 5 27.096
17 114 56 1.539 1 5 16.466
18 114 56 5.590 1 5 16.466
19 114 56 5.590 1 5 1.589
20 114 55 43.650 1 5 1.576
21 114 55 43.653 1 4 57.402
22 114 55 36.740 1 4 57.397
23 114 55 36.744 1 4 52.251

6
24 114 55 31.786 1 4 52.247

Berdasarkan kuasa lahan seluas 248 hektar, maka luas Wilayah IUP Operasi Produksi
yang diajukan berdasarkan overlay dari luas WIUP dengan kuasa lahan adalah 219
hektar (Gambar 2.2). Lokasi IUP Operasi Produksi hanya berada di daerah Butong,
Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah
(Gambar 2.3)

2.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Desa Butong, Kecamatan Teweh Tengah dapat ditempuh menggunakan jalur udara
dan darat.
1. Dari Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta dapat menggunakan pesawat ke
Bandar Udara Tjilik Riwut sekitar ±1.5jam.
2. Dari Bandar Udara Tjilik Riwut, dilanjutkan ke Kecamatan Teweh Tengah
selama ±7jam 3menit dengan menempuh jarak 314 km menggunakan mobil.

Gambar 2.1 Kesampaian Lokasi Daerah Penyelidikan

2.3 Keadaan Lingkungan Daerah


Jumlah penduduk Barito Utara tahun 2017 ada 129.287 jiwa. Jumlah penduduk

7
perempuan lebih kecil dari penduduk laki-laki, yaitu 48,04% perempuan dan 51,96%
laki-laki. Berdasarkan luas wilayah dibanding dengan jumlah penduduk yang ada,
kepadatan penduduk Barito Utara tergolong jarang, dimana hanya ada sekitar 16
orang per/km2.

Pada tahun 2017, dari seluruh penduduk Barito Utara yang berumur 15 tahun ke atas
yang merupakan penduduk usia produktif secara ekonomis, sebagian besar bekerja di
sektor pertanian (42,94%), sedangkan sektor yang paling sedikit penyerapannya
adalah sektor listrik, gas dan air bersih.

Terhitung Mulai 5 Juni tahun 2012 Kabupaten Barito Utara resmi terbagi menjadi 9
kecamatan, yakni 6 kecamatan induk (Montallat, Gunung Timang, Gunung Purei,
Teweh Timur, Teweh Tengah, Lahei) dan 3 kecamatan hasil pemekaran. Pemekaran
ini diharap mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan sarana dan prasarana umum
sehingga memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Dari 103 desa atau kelurahan definitif di Barito Utara, hingga sekarang 1,9% masih
merupakan desa Swadaya. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum Daerah
Kabupaten Barito Utara, jumlah anggota DPRD Tingkat II Kabupaten Barito Utara
pada tahun 2016 sebanyak 25 orang terdiri dari 16 orang anggota laki-laki dan 9
orang anggota perempuan.

Kriminalitas terkait dengan tindakan yang bertentangan dengan norma hokum, norma
sosial dan norma agama, sehingga ditentang oleh masyarakat. Perkara kriminal yang
terjadi di Kabupaten Barito Utara selama tahun 2017 berdasarkan data yang
bersumber dari Pengadilan Negeri Kabupaten Barito Utara tercatat sebanyak 239
perkara. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 217 perkara.
Jenis kejahatan yang paling banyak terjadi adalah penyalah-gunaan narkotika.

Dilihat dari permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, masih


terdapat penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Barito Utara selama

8
tahun 2017. Dari seluruh penyandang masalah kesejahteraan sosial yang berjumlah
109 orang, sebanyak 71 orang (65,14%) menderita cacat badan, 4 orang (3,67%)
menderita cacat mental, 3 orang (2,75%) menderita tuna wicara, 12 orang (11,01%)
menderita tuna netra dan 19 orang (17,43%) menderita tuna rungu.

Di Kabupaten Barito Utara ini memiliki rata-rata curah hujan 285mm 3. Hari hujan
terbanyak pada bulan November. Rata-rata suhu udaranya adalah 27.1°C. Dengan
kecepatan angin 4.1knot.
Tabel 2.2 Curah Hujan Curah Hujan
di Bulan Hari Hujan Kabupaten
(mm3)
Barito Utara

Januari 268 19

Februari 80 15

Maret 208 22

April 242 20

May 380 24

Juni 142 20

Juli 492 19

Agustus 392 23

September 55 12

Oktober 178 12

November 631 28 9

Desember 353 18
(Sumber: barutkab.bps.go.id)

Berdasarkan pengamatan lapangan, tata guna lahan di sekitar lokasi penyelidikan


digunakan sebagai ladang dan pemukiman. Kondisi flora yang ada di daerah
penyelidikan berupa pohon karet, kelapa sawit, kakao dan kopi. Fauna yang ada di
daerah penyelidikan berupa sapi, kerbau, kambing, ayam, burung, semut, belalang,
katak, lipan, capung, dan lain-lain.

Lokasi penyelidikan IUP Operasi Produksi A.N FITRI DIAH PURWANTI berada
di Butong, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Provinsi
Kalimantan Tengah berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Lahei dan Kabupaten Murung Raya
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Montallat dan Kecamatan Gn. Timang
3. Sebelah Barat : Kabupaten Kapuas
4. Sebelah Timur : Kecamatan Teweh Timur

10
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.1 Geologi Regional


Cekungan Barito terletak bagian tenggara Kalimantan. Cekungan Barito disebelah
barat dibatasi oleh Dataran Sunda, sebelah timur Pegunungan Meratus, sebelah utara
dibatasi oleh Cekungan Kutai. Stratigrafi Kalimantan berkembang diatas batuan dasar
Pre-Tersier. Batuan dasar merupakan sedimen Palezoik dan Mesozoik yang terubah
dan terlipat selama orogenesa Pra-Tersier, sementara Batuan Sedimen Tersier berada
tidak selaras diatasnya dengan lingkungan pengendapan kontinen, transisi, dan laut
terbuka. Sejarah pengendapan Batuan Sedimen Tersier pada cekungan-cekungan
tersebut diawali saat Eosen dengan terjadinya Extensional Rifting akibat tumbukan
Benua India dengan Benua Eurasia. Pulau Kalimantan merupakan daerah tektonik
yang stabil dimana merupakan bagian dari Lempeng Mikro Sunda yang mempunyai
karakteristik dan tatanan struktur yang cukup berbeda dengan pulaupulau lainnya di
Indonesia. Berdasarkan teori-teori yang telah berkembang saat ini, unsur-unsur
tektonik yang berkembang di Pulau Kalimantan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa satuan tektonik, yaitu Blok Schwaner, Blok Paternoster, Graben Meratus,
dan Tinggian Kuching. Beberapa peneliti memasukkan Zona Meratus sebagai batas
hasil tumbukan antara mikro-kontinen Paternoster ke arah timur, dan sub-kontinen
Sunda ke arah barat. Kehadiran ofiolit yang berumur Jura dan intrusi gabro pada
Rangkaian Meratus seperti pada Pulau Laut, mengindikasikan bahwa bagian timur
sub-kontinen Sunda mengalami rifting dan berkembang ke arah daerah pemekaran,
dan membuka ke utara dengan asumsi Cekungan Kutai merupakan Cekungan
Oseanik.

3.1.1 Topografi dan Morfologi


Topografi dan morfologi daerah Kabupaten Barito Utara terdiridari sebelah Selatan
ke Timur merupakan dataran agak rendahsedangkan ke arah Utara dengan bentuk
daerah lipatan, patahan yangdijajari oleh pegunungan Muller/Schwaner. Bagian
wilayah dengankelerengan 0-2% terletak dibagian selatan tepi Sungai Barito
yaitukecamatan Montallat dan Teweh Tengah seluas 165 km2 (29,2%).Bagian
wilayah dengan kemiringan 2-15% tersebar di semua kecamatanseluas 4.785 km2
(21,5%). Kemiringan 15-40% tersebar di semuakecamatan seluas 4.275 km2 (51,5%)
dan bagian wilayah dengankemiringan di atas 40% seluas 2.075 km2 (25%).

3.1.2 Litologi
Tidak semua satuan batuan dalam Cekungan Barito tersingkap di dearah
inventarisasi. Yang ada hanyalah Formasi Tanjung (+ 30% luas), Formasi Montalat
(+ 20% luas), dengan sisipan lensa gamping Formasi Berai, Formasi Karamuan (+
20% luas). Formasi Warukin (+ 30% luas). Formasi Dahor tidak terendapkan di
daerah inventarisasi.
a. Formasi Tanjung
Pada bagian bawah dari formasi ini merupakan perselingan antara batupasir
gampingan, batupasir, batulempung, batulanau, berisipan batugamping. Bagian
atasnya merupakan perselingan antara batupasir kuarsa yang mengandung muskovit:
batulanau kelabu, menyerpih, tebal rata-rata 75 cm; batupasir hitam, kompak, tebal
ratarata 75 cm dan bersisipan batugamping sangat kompak, berwarna coklat muda
agak kekuningan, tebal rata-rata 10 cm, mengandung foraminifera besar; setempat
ditemukan sisipan batubara dengan tebal mencapai 4 meter. Umur formasi ini adalah
Eosen dan diendapkan dalam sistem pengendapan delta.
b. Formasi Berai
Di daerah inventarisasi, batuan formasi ini hanya tersingkap sebagai lensa-lensa yang
mudah teramati di Sungai Teweh. Formasi ini terdiri dari batugamping berwarna
kuning – putih, agak kecoklatan; umumnya berlapis baik, berbutir halus sangat
kompak; mengandung foraminifera besar, foraminifera kecil bentos dan ganggang;
bersisipan batulempung, napal dan sedikit batubara; sebagian tersilikatkan dan
mengandung butiran limonit. Formasi ini berumur Oligosen Tengah – Oligosen akhir
dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
c. Formasi Montalat
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa agak keras, berbutir halus sampai sedang,
berwarna kuning dan kelabu muda; mempunyai struktur silang siur, mengandung
sisipan batulempung kelabu dan batubara; tebalnya 3 – 4 meter. Umur dari formasi
ini adalah Oligosen dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal sampai rawa-rawa
pantai.
d. Formasi Karamuan
Formasi ini terdiri dari batulumpur abu-abu, sebagian gampingan dan berfosil;
batupasir kuarsa berlapis baik; batulanau abu-abu; batulanau tufaan abu-abu
kehijauan; bersisipan batugamping berfosil, batulanau serpihan dan batulanau
karbonan. Umurm Formasi Karamuan adalah Oligosen Atas – Miosen Bawah dan
diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Formasi Karamuan mempunyai hubungan
menjemari dengan Formasi Montalat.
e. Formasi Warukin
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa berbutir sedang sampai kasar, dapat diremas
– agak keras, berwarna kekuningan, setempat konglomeratan, mengandung sisipan
batu lempung, batubara dan batulanau; berlapis baik dengan struktur silang siur dan
bersusun, umumnya agak kurang kompak. Tebal formasi
ini diperkirakan 300-500 meter. Umur dari Formasi Warukin tidak dapat ditentukan
secara pasti, tetapi diduga formasi ini berumur Miosen Tengah sampai Miosen Atas,
berdasarkan kemiripannya dengan Formasi Balikpapan di Cekungan Kutai yang
berumur sama (Pertamina, 1980). Formasi Warukin diendapkan dalam sistem
pengendapan delta.

3.1.3 Struktur Geologi


KalimantanTengah terbentuk dari endapan atau batuan yang terjadi dalam cekungan-
cekungan sedimen dan daerah-daerah pegunungan yang terbentuk oleh
kegiatanmagma ataupun proses malihan (metamorfosa). Cekungan-cekungan yang
ada di Kalimantan Tengah terdiri dari :
1. Cekungan Melawi (perbatasan dengan Kalimantan Barat)
2. Cekungan Barito (bagian Tengah % - &elatan - Timur Kalimantan Tengah)
3. Cekungan Kutai (Bagian Utara – Timur laut Kalimantan Tengah)
Struktur geologi Kalimantan Tengah, khususnya dibagian Tengah Utara, mempunyai
struktur yang rumit, berupa sesar (patahan), perlipatan dan kekar-kekar, sedangkan
bagian Selatan -Barat relatif stabil. Potensi bahan galian/sumberdaya mineral yang
berada di Kalimantan Tengah,tidak lepas dari kejadian geologi yang terjadi di
Kalimantan Tengah, misalnyaendapan emas, keberadaannya dapat dipengaruhi oleh
gejala geologi seperti patahan (sesar) dan intrusi, sedangkan batubara proses
pematangannya jugadipengaruhi oleh gejala-gejala tersebut diatas.

3.2 Geologi Lokal


Struktur geologi yang terdapat di daerah inventarisasi adalah struktur lipatan antiklin
dan sinklin yang umumnya berarah baratdaya-timurlaut, seperti terlihat disekitar
Sungai Lahai bagian tengah dan hulu, serta di Sungai Teweh bagian tengah. Selain
struktur lipatan, juga terdapat struktur sesar naik dengan mempertimbangkan
kemiringan lapisan batubara yang agak terjal di Desa Rahaden (Km. 15 – jalan Barito
Pacific), meskipun lokasinya belum diketahui secara pasti. Lipatan di utara Desa
Liang Buah mungkin sekali diakibatkan adanya sesar tersebut. Sedangkan di sebelah
utara daerah inventarisasi juga terdapat sesar naik yang berarah baratdaya-timurlaut
sampai Desa Karendan diluar daerah inventarisasi

3.2.1 Topografi dan Morfologi


Topografi dan Morfologi daerah penyelidikan secara umum membentuk perbukitan
bergelombang landai dengan elevasi kurang lebih 100 meter di atas muka laut.
Bentuk ini mencerminkan adanya perselingan batuan dengan tingkat resitensi yang
berbeda terhadap erosi. Sebagian wilayah penyelidikan di bagian timur
menampakkan bentuk morfologi Karst yang khas berasosiasi dengan batugamping.
Pola aliran sungai di daerah ini menunjukkan pola dendritik dan rektangular,
mencerminkan kondisi batuan sedimen dengan sudut kemiringan relatif landai dan
adanya kontrol dari pola struktur baik sesar, lipatan atau kekar.
3.2.2 Litologi
Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun oleh batuan sedimen berumur Tersier, mulai
dari Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Montalat hingga Formasi Warukin.
Uraian stratigrafi daerah penyelidikan mulai dari batuan tua ke muda adalah sebagai
berikut :
a. Formasi Tanjung
Terdiri atas perselingan batupasir kuarsa, batulempung dan batulanau.
Batupasir, berwarna kuning muda–kelabu, berbutir sedang, terpilah baik, struktur
sedimen laminasi paralel, komponen utama kuarsa, mengandung glaukonit dan
muskovit. Batulempung, kelabu kehijauan, lunak, mudah hancur, berlaminasi, kadang
menyerpih. Batulanau, kelabu, berlaminasi. Formasi ini diendapkan di lingkungan
laut dangkal terbuka.
b. Formasi Berai
Formasi ini terdiri atas batugamping, putih – kelabu kecoklatan, berbutir halus, keras,
kompak, berlapis–masif, mengandung foraminifera besar. Bersisipan batulempung
gampingan dan napal. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah laut dangkal
tertutup atau laguna.
c. Formasi Montalat
Formasi ini terdiri atas batupasir kuarsa dan batulempung bersisipan batulanau, serpih
dan batubara. Batupasir, kuning muda-kelabu, berbutir halus-sedang, kuarsa
dominan, kekompakan sedang, struktur sedimen cross-bedding, laminasi paralel dan
bioturbasi. Batulempung, kelabu–kehijauan, lunak, plastis, masif-berlaminasi,
mengandung sisipan batulanau, lempung berkarbon, serpih dan batubara. Batulanau,
kelabu, getas, berlaminasi, setempat berkarbon. Serpih, coklat- kehitaman, lunak,
getas, kaya kandungan organik, mengindikasikan bitumen padat. Batubara, hitam,
banded, keras, getas. Formasi Montalat diperkirakan diendapkan di lingkungan laut
dangkal.
d. Formasi Warukin
Terdiri atas batupasir kuarsa, bersisipan batulempung, batulanau, batubara. Batupasir,
kuning muda, berbutir sedang-kasar, konglomeratan, kuarsa dominan, kurang
kompak. Batulempung, kelabu, lunak, setempat mengandung sisipan lempung
berkarbon dan terindikasi bitumen padat. Batulanau, kelabu, berlaminasi, setempat
mengandung sisa organik. Batubara, hitam kecoklatan, kusam, getas. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan paralik.

3.2.3 Struktur Geologi


Pola struktur geologi yang terbentuk di daerah penyelidikan adalah lipatan dan sesar.
Lipatan berupa antiklin berarah timurlaut-baratdaya yang menunjam ke arah
baratdaya. Sesar diperkirakan dengan arah relatif baratlaut-tenggara, terdeteksi di
bagian tenggara daerah penyelidikan.

3.2.4 Bentuk dan Penyebaran Endapan


Formasi pembawa batubara di Kab. Barito Selatan dan Barito Utara adalah Formasi
Tanjung dan Formasi Montalat yang dikelompokan menjadi batuan sedimen berumur
Paleogen, serta Formasi Warukin yang dikelompokan kedalam batuan sedimen
berumur Neogen. Ketebalan batubara berumur Paleogen berkisar antara beberapa
sentimeter hingga 7 m, sedangkan batubara berumur Neogen bisa mencapai 20 m.
Dari hasil analisis laboratorium para penyelidik terdahulu menunjukan bahwa nilai
kalori batubara batubara berumur Paleogen berkisar antara 5500 kal/gr - 700kal/gr,
sedangkan nilai kalori batuan berumur Neogen berkisar antara 4500 kal/gr – 5000
kal/gr. Apabila dilihat secara kualitas batubara berumur Paleogen lebih baik dari
batubara berumur Neogen walaupun jumlahnya tidak sebanyak batubara berumur
Neogen.

Di daerah Butong ditemukan 13 singkapan batubara yang terdapat dalam Formasi


Montalat. Berdasarkan hasil rekonstruksi letak singkapan, batubara disini dipisahkan
menjadi dua kelompok atau blok yaitu, Blok arei dan Blok beri.
a. Blok arei ;

Jurus batubara berkisar antara N155oE-N215oE, besar sudut kemiringan lapisan

berkisar antara 15o-40o. Dari hasil rekonstruksi singkapan diperkirakan di Blok


Belingau terdapat tiga lapisan batubara. Lapisan paling atas tebalnya sekitar 1,10 m,
panjang sebaran ke arah jurus sekitar 1.000 m. Lapisan ke dua tebalnya sekitar 1,00
m, panjang sebaran ke arah jurus sekitar 2.000 m. Sebenarnya lapisan batubara ini
masih ditemukan lagi di sebelah Selatan namun posisinya telah tergeserkan akibat
sesar, panjang sebaran ke arah jurus sekitar 2.000 m. Tebal lapisan ke tiga sekitar
0,60 m, panjang sebaran ke arah jurus sekitar 2.000 m.
b. Blok beri ;
Batubara di Blok Malungai terdiri dari satu lapisan yang membentuk sinklin, dengan

arah sumbu Baratdaya-Timurlaut. Arah jurus lapisan berkisar antara N30oE -

N355oE dan antara N210oE - N215oE, besar sudut kemiringan lapisan berkisar

antara 13o-70o, tebal lapisan sayap sebelah Barat berkisar antara 1,20 m-2,00 m dan
sayap sebelah Timur berkisar antara 1,20 m-1,50 m. Panjang sebaran ke arah jurus,
untuk sayap Barat sekitar 3.500 m dan untuk sayap Timur sekitar 1.000 m.
Sebenarnya sebaran batubara ini masih menerus ke sebelah selatan, namun posisinya
telah tergeserkan akibat pengaruh sesar. Tebal lapisan batubara yang telah
tersesarkan, untuk sayap Barat sekitar 1,00 m dengan panjang sebaran sekitar 1.000
m, sedangkan tebal untuk sayap Timur berkisar antara 1,20 m-1,40 m dengan panjang
sebaran sekitar 2.800m.
3.2.5 Sifat dan Kualitas Endapan
Dari hasil analisis di laboratorium dapat diketahui bahwa kualitas batubara dari
daerah Ngurit dan Lemo menunjukan kisaran angka sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kisaran angka kualitas batubara daerah Arei dan Beri
Parameter yang dianalisis Daerah Arei Daerah Beri
Free Moisture (%) ar 15,4 – 28,8 2,8 – 24,6
Total Moisture (%) ar 22,2 – 34,7 5,2 – 26,9
Inh. Moisture (%) adb 8,2 – 10,7 2,9 – 4,6
Volatile Matter (%) adb 38,7 – 50,8 35,8 – 38,6
Fixed Carbon (%) adb 36,7 – 45,7 42,7 – 51,7
Ash Content (%) adb 2,0 – 5,9 5,8 – 15,6
Calorific Value (cal/gr) adb 5775 - 6340 6030 - 7125
SG 1,34 – 1,44 1,34 – 1,42
St (%) adb 0,25 – 4,10 0,24 – 0,50

Anda mungkin juga menyukai