Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KARET

DI KABUPATEN MUARO JAMBI

JURNAL

RIRIS RIYANTI BR SIMANJUNTAK

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
ANALISIS USAHATANI KARET DI KABUPATEN MUARO JAMBI
1) 2) 2)
Riris Riyanti Br Simanjuntak , Elwamendri , dan Emy Kernalis
1)
Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2)
Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
e-mail : riris_rianty@live.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk (1) mengetahui pendapatan usahatani karet di Kabupaten


Muaro Jambi, (2) mengetahui elastisitas transmisi harga karet di Kabupaten Muaro Jambi dan (3)
mengetahui perkiraan pendapatan usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2018 dan
2019. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 25 Juli 2017 hingga 25 Agustus 2017 di Kabupaten Muaro Jambi. Hasil penelitian
yang telah dilakukan rata-rata pendapatan usahatani karet pada Juli 2016 sampai Juni 2017 yaitu
sebesar Rp. 2.518.620,00. Dengan elastisitas transmisi harga karet di Kabupaten Muaro Jambi
bersifat inelastisitas yaitu sebesar 0,968 yang berarti perubahan harga karet di pabrik tidak dapat
ditransmisikan secara sempurna hingga ke tingkat petani. Sehingga pemasaran yang berlaku
belum efisien dan pasar yang dihadapin oleh pelaku tataniaga adalah bersaing tidak sempurna.
Peramalan pendapatan usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi cenderung berfluktuatif
mulai dari Rp. 1.578.069,00 pada bulan Januari 2018 sampai Rp. 1.570.590,00 pada bulan
Desember 2019.

Kata Kunci : Pendapatan, Usahatani Karet, Elastisitas Transmisi Harga, Peramalan

ABSTRACT

This research aims to (1) to know the income of rubber farm in regency Muaro Jambi,
(2) to know the elasticity of transmission of rubber price in regency Muaro Jambi and (3) to
know the estimate income of rubber farming in regency Muaro Jambi in year 2018 and 2019.
The method of determining the recearch was area is determined purposively. This recearch was
th th
conducted on June 25 to August 25 at regency Muaro Jambi. Based on the analysis that has
been done, the average income of rubber farming in July 2016 to June 2017 is Rp. 2.518.620,00.
The elasticity of transmission of rubber price in regency Muaro Jambi is 0,968 which means that
factory level price changes can not yet efficient. Estimate farm income regency Muaro Jambi
tend to fluctuate start Rp. 1.623.420,00 on January 2018 to Rp. 1.570.590,00 on December
2019.

Keywords: Income, rubber farming, elasticity of transmission, estimate

1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang mengekspor berbagai macam komoditas, sebagai
negara dengan mayoritas kegiatan perekonomiannya berasal dari sektor pertanian, Indonesia
menjadi negara yang berpotensi dalam mengekspor produk-produk yang berasal dari sektor
pertanian. Sektor pertanian secara umum dibentuk dari lima subsektor ya kni subsektor tanaman
pangan, subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor
kehutanan. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor perkebunan merupakan subsektor yang
cukup pesat perkembangannya. Perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang
mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Perkebunan adalah komoditas diluar
minyak dan gas alam yang mempunyai potensi dan prospek cukup baik di pasaran dunia. Peranan
perkebunan yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, meningkatkan devisa
negara, menyediakan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, meningkatkan produksi,
produktifitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar, meningkatkan dan memenuhi
kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri.
Untuk Indonesia sendiri, posisi ekspor Crumb Rubber Provinsi Jambi berada pada urutan
kelima . Posisi satu sampai tiga dimiliki oleh Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat
dan Kalimantan Barat. Provinsi Jambi sebagai salah satu sentra perkebunan karet terbesar di
Indonesia berperan besar dalam memberi supply ekspor crumb rubber Indonesia ke berbagai
negara di dunia. Crumb rubber merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Provinsi Jambi
yang mempunyai andil yang cukup bes ar kontribusinya terhadap total ekspor Provinsi Jambi yang
selanjutnya turut memberi kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi wilayah.
Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu sentra produksi karet pada posisi kelima
pada tahun 2015 dengan memberikan produksi sebesar 32.765 ton dari 350.183 ton jumlah
keseluruhan produksi karet di Provinsi Jambi pada tahun 2014. Perkebunan karet rakyat
merupakan sumber pendapatan dan menjadi mata pencaharian pokok umumnya di Kabupaten
Muaro Jambi. Dalam Kabupaten Muaro Jambi perkebunan karet merupakan sumber mata
pencaharian dari penduduknya. Meskipun luas lahan dan produksi di Muaro Jambi rendah
dibandingkan dengan kabupaten yang lain namun produktivitas karet Muaro Jambi tinggi
dibandingkan dengan produktivitas pada kabupaten yang lain berada pada posisi kedua yaitu
sebsar 968 kg/ha dan jumlah petani sebanyak 15.220 KK.
Bagi kehidupan petani dalam usahatani karet alam Provinsi Jambi harga jual karet sangat
menentukan kesejahteraan petani itu sendiri. Bagi usahatani karet harga jual karet tidak stabil
bahkan kadang berfluktuasi cenderung menurun, namun biaya produksi tidak pernah mengalami
penurunan. Pada tahun 2013 ketika harga indikasi karet di Provinsi Jambi mengalami kenaikkan
pada bulan Juli yaitu sebesar 14,56%, namun pada harga karet di tingkat petani mengalami
penurunan harga pada bulan Juli sebesar 14,28%. Dan ketika harga indikasi Provinsi Jambi
mengalami penurunan harga di tingkat petani juga mengalami penurunan yaitu pada tahun 2013
pada bulan April yaitu sebes ar 19,81% dan harga di tingkat petani juga mengalami penurunan
pada tahun 2013 pada bulan April yaitu sebesar 12,5% dan begitu juga pada tahun 2014 ketika
harga karet di indikasi karet di Provinsi Jambi naik namun harga karet di tingkat petani cenderung
menurun dan hal ini berdampak kepada pendapatan petani yang ada di Kabupaten Muaro Jambi
sebanyak 256.256 kk. Fenomena tersebut dapat juga disebut kekakuan harga ( sticky price) yang
bersifat sticky-down yang cenderung lebih mudah bergerak ke bawah dibandingkan untuk
bergerak ke atas sehingga sangat mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani karet di Provinsi
Jambi terlebih di Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 15.220 kk.
Kekakuan harga atau Sticky price disebabkan karena adanya transmisi harga dalam
proses pemasaran komoditas pertanian dari pasar konsumen kepasar produsen yang rendah

2
merupakan salah satu indikator yang mencerminkan adanya kekuatan monopsoni atau oligopsoni
pada pedagang. Hal ini dikarenakan pedagang yang memiliki kekuatan monopsoni dan oligopsoni
dapat mengendalikan harga beli dari petani sehingga walaupun harga ditingkat konsumen relatif
tetap tetapi pedagang tersebut dapat menekan harga beli dari petani untuk memaksimumkan
keuntungannya. Pola transmisi harga seperti ini tidak menguntungkan bagi petani karena
kenaikan harga yang terjadi ditingkat konsumen tidak sepenuhnya dapat dinikmati petani
(Kumala,2015).
Dalam proses pemasaran komoditas karet, transmisi harga dari petani ke pengumpul
dan pabrik merupakan salah satu indikator yang mencerminkan adanya kekuatan monopsoni
atau oligopsoni pada pedagang. Hal ini dikarenakan pedagang yang memiliki kekuatan
monopsoni dan oligopsoni dapat mengendalikan harga beli dari petani sehingga walaupun harga
karet ditingkat petani relatif tetap tetapi pengumpul tersebut dapat menekan harga beli dari
petani untuk memaksimumkan keuntungannya. Pola transmisi harga seperti ini tidak
menguntungkan bagi petani karena kenaikan harga karet yang terjadi ditingkat petani yang
mengikuti harga indikasi karet Provinsi Jambi tidak sepenuhnya dapat dinikmati petani
(Kumala,2015) .
Perkiraan bertujuan untuk memperkirakan pendapatan usahatani karet pada tahun
2018. Salah satu metode prakiraan yang saat ini sedang berkembang dan umum digunakan untuk
memperkirakan suatu data deret waktu jangka pendek adalah metode Arima (Autoregressive
Integrated Moving Average). Model Autoregresif Integrated Moving Average (Arima) adalah
model yang secara penuh mengabaikan independen variabel dalam membuat peramalan. Arima
menggunakan nilai masa lal u dan sekarang dari variabel dependen untuk menghasilkan
peramalan jangka pendek yang akurat. Arima cocok jika observasi dari deret waktu ( time series)
secara statistik berhubungan satu sama lain (dependent).
Adapun yang menjadi tujuan yang akan dicapai da lam penelitian adalah sebagai berikut :
(1) Untuk mengetahui pendapatan usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi , (2) Untuk
mengetahui bagaimana elastisitas transmisi harga karet dari pengumpul ke tingkat pabrik
terhadap harga di tingkat petani di Kabupaten Muaro Jambi, dan (3) Untuk mengetahui perkiraan
pendapatan usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2018 dan 2019 .
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Kabupaten Muaro Jambi. Pemilihan dan
penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa
Kecamatan Mestong, Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kecamatan Sekernan merupakan
perkebunan karet rakyat. Fokus penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman karet
menetap dengan status kepemilikan lahan sendiri maupun menyewa. Penelitian ini mengkaji
pendapatan usahatani karet karet dan peramalan pendapatan usahatani karet. Objek penelitian
ini adalah usahatani karet. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2017 sampai tanggal
25 Agustus 2017.
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Identitas
petani meliputi data tentang nama, umur, pendidikan, pengalaman bertani, dan jumlah anggota
keluarga, (2)J umlah produksi karet (kg/ha/bulan), (3) Biaya tetap usahatani karet (Rp), (4) Biaya
variabel usahatani karet (Rp) dan (5) Harga karet di pengumpul dan di pabrik (Rp) .
Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama, yaitu Untuk mengetahui pendapatan
usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Pd (I) = TR – TC
= (Y.Py) – ( FC+VC)
Dimana : Pd (I) = Pendapatan usahatani karet (Rp/ha/tahun)
TR = Total penerimaan (Rp/ha/tahun)

3
TC = Total Biaya (Rp/ha/tahun)
Y = Produksi
Py = harga jual (Rp/kg)
FC = Biaya tetap
TC = Biaya tidak tetap
Metode yang digunakan untuk mengetahui keuntungan usahatani karet digunakan rumus:
R/C Ratio =
Dari rumus diatas dapat diketahui kriteria dari R/C Ratio sebagai berikut :
1. Apabila R/C Ratio > 1 maka usahatani dikatakan menguntungkan.
2. Apabila R/C Ratio = 1 maka usaha tani mengalami BEP (Impas)
3. Apabila R/C Ratio < 1 maka usahatani dikatakan tidak menguntungkan (rugi)

Untuk menjawab tujuan penelitian kedua, yaitu ntuk mengetahui bagaimana


elastisitas transmisi harga karet pengumpul/pabrik terhadap harga di tingkat petani di
Kabupaten Muaro Jambi, yaitu ditransformasikan dalam bentuk linier menjadi :

b=

Keterangan : b0 = Intersept
b1 = koefisien transmisi harga (%)
Pr = Harga rata-rata ditingkat pabrik/pedagang pengumpul (Rp/Kg)
Pf = Harga rata-rata tingkat petani (Rp/Kg)
n = jumlah sampel
Dalam menjawab tujuan penelitian ketiga, yaitu Untuk mengetahui perkiraan
pendapatan usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2018 dan 2019, yaitu
menggunakan rumus sebagai berikut :
yt = Ø1yt-1 + Ø2 yt-2 + ... + Øp y t-p + e
Dimana : yt = Pendapatan usahatani karet pada tahun 2018 dan 2019
Øp = Koefisien yang diestimasi
e = White Noise nilai kesalahan
yt-p = Pendapatan petani bulan sebelumnya (12 bulan terakhir)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Petani Responden
Identitas petani responden merupakan latar belakang dari petani yang dapat
mempengaruhi pola pikir dan perilaku petani yang menggambarkan potensi usahatani. Potensi
petani merupakan tolak ukur dari keberhasilan petani dalam menjalankan usahatani karet di
Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan hasil penelitian identitas responden mencakup: nama
petani, umur petani, pendidikan petani, jumlah keluarga petani, pengalaman berusahatani, dan
luas lahan.
Umur petani sampel yang berusahatani karet di daerah penelitian terdapat pada
kelompok umur 32-37 tahun yakni sebesar 27,5 % dengan jumlah 22 jiwa dan persentase terkecil
menurut umur petani sampel yang berusahatani karet di daerah penelitian terdapat pada
kelompok umur 19-25 tahun yakni sebesar 3,75 %. Kisaran umur tertinggi petani sampel yang
berusahatani karet yakni 60 tahun dan kisaran umur terendah petani sampel yang berusahatani
karet yakni 25 tahun dan rata -rata umur petani sampel yang berusahatani karet di daerah
penelitian yakni 38 tahun.
Luas lahan di daerah penelitian berada pada kelompok 3,00 - < 4,50 Ha sebesar 43,75 %
sebanyak 35 petani sedangkan untuk persentase sebaran usahatani keret terkecil menurut luas
lahan di daerah penelitian berada pada kelompok 9,00 - < 10,50 Ha sebesar 1,25 % sebanyak 1

4
orang. Rata-rata besarnya luas lahan usahatani karet di daerah penelitian sebesar 4,2 ha yang
berkisar dari luas lahan terendah 1,5 Ha Sampai kisaran luas lahan tertinggi yakni 10 Ha.
Jumlah anggota keluarga petani yang berusahatani karet di daerah penelitian terletak
pada kelompok 4 yakni sebesar 45 % dengan frekuensinya sebanyak 36 orang. Dan persentase
terkecil menurut jumlah anggota keluarga terletak pada kelompok 6 dan 7 yakni sebesar 2,5 %
dengan frekuensi 2 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani yang berusahatani karet di
daerah penelitian yakni berjumlah 4 orang dengan kisaran terendah 2 orang d an kisaran tertinggi
sebanyak 7 orang per keluarga. Dan berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa di daerah
penelitian jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung petani yang berusahatani karet tidak
telalu banyak.
Mayoritas petani berpendidikan tamatan SD atau sederajat. Sebaran petani yang
berpendidikan tamanatan SD/sederajat memiliki persentase yang tinggi, yakni 45 % sebanyak 36
orang sedangkan kan sebaran petani yang memiliki persentase paling sedikit yakni
SMP/Sederajat sebesar 22,50 % atau sebanyak 18 orang. Kisaran pendidikan terendah SD sampai
tertinggi tamat SMA. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani di daerah penelitian
masih tergolong rendah.
Lama berusahataninya terlihat pada kelompok 6-10 tahun sebesar 42,5 % dengan
frekuensi 34 orang dan persentase terendahterendah sebaran petani berdasarkan lama
berusahataninya terdapat pada kelompok 1-5 tahun sebesar 1,25 % dengan frekuensi 1 orang.
Rata-rata lamanya petani yang berusahatani karet di daerah penelitian yakni 14 tahu n dengan
kisaran terendah 5 tahun damapi kisaran tertinggi yakni 35 tahun per petani. Hal ini
menunjukkan bahwa petani sampel yang berusahatani karet di daerah penelitian telah memiliki
pengalaman yang cukup dalam berusahatani. Lamanya berusahatani petani sampel dapat
dijadikan sebagai motivasi kearah yang lebih baik dalam berusahatani.
Pendapatan Usahatani Karet
Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya yang
dikeluarkan. Pendapatan yang diperoleh adalah jumlah produksi karet dikalikan dengan harga
kemudian dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Berdasarkan
penelitian Feryanto, et all (2015), pendapatan rata -rata usahatani karet perbulan yaitu sebesar
Rp. 633. 420,00, Hutagaol (2105) pendapatan rata-rata usahatani karet perbulan yaitu sebesar
Rp.898,141,00 dan Aid, et all (2012) pendapatan rata -rata usahatani karet perbulan yaitu Rp.
1.281.519,00. Hal ini menunjukkan bahwa, berdasarkan pendapatan usahatani karet pada
penelitian sebelumnya rata-rata pendapatan usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi
perbulannya tinggi yaitu Rp. 2.518.620,00. Besarnya pendapatan usahatani karet dapat dilihat
pada Tabel 1.

5
Tabel 1. Rata-Rata Penerimaan, Pendapatan, R/C, Profitabilitas ,Usahatani Karet di Daerah
Penelitian Tahun 2016 -2017

R/C rasio
Pendapatan
Bulan Total Biaya (Rp) Penerimaan (Rp) atas biaya
(Rp)
tunai
Jul-16 3.048.081 4.570.308 1.522.227 4
Agu-16 4.003.241 5.168.699 1.165.458 5
Sep-16 3.175.097 4.911.376 1.736.279 5
Okt-16 3.383.945 5.252.444 1.868.499 5
Nov-16 3.236.872 5.457.084 2.220.212 5
Des-16 3.198.695 7.162.423 3.963.728 7
Jan-17 3.386.998 7.435.277 4.048.279 7
Feb-17 4.368.803 7.776.345 3.407.542 8
Mar-17 3.440.888 7.145.370 3.704.481 7
Apr-17 3.556.004 6.650.821 3.094.817 7
Mei-17 3.186.991 5.047.803 1.860.812 5
Jun-17 2.870.990 4.502.094 1.631.104 5

Berdasakan Tabel 1, menunjukkan bahwa pendapatan usahatani karet di Kabupaten


Muaro Jambi bervariasi. Pendapatan maksimal usahatani karet pada bulan Desember 2016 yakni
sebesar Rp. 3.963.728,00 dan pendapatan minimal usahatani karet pada bulan Agustus 2016
yakni sebesar Rp. 1.165.458,00. Hal ini terjadi karena adanya harga yang bervariasi atau
berfluktuatif sehingga sangat berdampak pada tingkat pendapatan petani pada usahatani karet.
Tabel 2. Penerimaan, HKO, R/C Rasio dan Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas
Penerimaan R/C rasio atas R/C rasio atas
HKO/bulan Tenaga Kerja
(Rp/tahun) biaya tunai biaya tunai
(Rp/HKO)
6.036.337 30 6 2 203.992

Berdasarkan Tabel 2, nilai R/C yang menyatakan usaha dapat dikatakan layak apabila
memiliki nilai R/C > 1, maka usahatani karet layak untuk dikembangkan dimana R/C > 1. R/C biaya
tunai usahatani karet 6/Hektar yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan untuk usahatani karet
sebesar Rp 1,- memberikan penerimaan sebesar Rp 6/Hektar untuk satu kali musim panen. Dan
produktivitas tenaga kerja yang menyatakan usaha dapat dikatakan layak apabila memiliki
produktivitas tenaga kerja > tingkat upah yang berlaku, maka usahatani karet yaitu sebesar Rp.
203.992,00/HKO > Rp. 50.000,00/HKO. Sehingga dari kriteria tersebut maka usahatani karet layak
untuk diusahakan dan dikembangkan.
Elastisitas Transmisi Harga
Elastisitas transmisi harga merupakan perbandingan perubahan nisbi dari harga ditingkat
pedagang dengan perubahan harga ditingkat petani. Apabila elastisitas transmisi harga lebih kecil
dari 1 (Et < 1) dapat diartikan bahwa perubahan harga sebesar 1% ditingkat pedagang akan
mengakibatkan perubahan harga kurang dari 1% ditingkat petani. Apabila elastisitas transmisi
harga lebih besar dari satu (Et > 1) maka perubahan harga sebesar 1% ditingkat pedagang akan
mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% ditingkat petani. Apabila elastisitas
transmisi harga sama dengan 1 (Et = 1) maka perubahan harga sebesar 1% ditingkat pedagang
akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 1% ditingkat petani.
Elastisitas transmisi harga yang dihitung adalah elastisitas harga ditingkat pabrik terhadap
harga ditingkat petani. Hasil elastisitas transimisi harga dijelaskan pada Tabel 3.

6
Tabel 3. Hasil Regresi Transmisi Harga Karet
Variabel B Std Error T-Hitung Signifikan
Constant -1732,84 335,62 -5,163 0.000
X1=Harga Pabrik 0,968 0,031 31,361 0.000
R-Square=99%
F-Hitung=983,516 0.000
Keterangan: *=nyata pada taraf kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 3, menjelaskan bahwa elastisitas harga yang diperoleh dari analisis
regresi linear memenuhi persamaan sebagai berikut :
Y = -1732,84 + 0,968X1
Persamaan di atas diinterpetasikan sebagai berikut :
a. b0= -1732, artinya nilai konstanta adalah sebesar -1732,84
b. b1= 0,968, artinya kenaikan harga karet di tingkat pabrik s ebesar 1%, maka akan
meningkatkan harga karet sebesar 0,968% di tingkat petani. Menurut Masyrofie (1994)
apabila elastisitas transmisi harga lebih kecil dari satu (Et<1) dapat diartikan bahwa laju
perubahan harga di tingkat konsumen (petani) lebih kecil di banding dengan laju perubahan
harga di tingkat produsen (pabrik). Hal ini disebabkan kenaikan input, seperti harga bahan
baku (karet), harga solar pabrik dan upah tenaga kerja dalam pengolahan karet. Jadi, b1=
0,968 lebih kecil dari 1, artinya perubahan ha rga sebesar 1% pada harga di tingkat pabrik akan
mengakibatkan harga kurang dari 1% (0,968) pada harga karet di tingkat petani. Dan hal ini
bermakna bahwa pemasaran yang berlaku belum efisien dan pasar yang dihadapi oleh pelaku
tataniaga adalah bersaing ti dak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopoli.
c. Elastisitas transmisi harga karet di tingkat pabrik bersifat inelastis. Dengan demikian
perubahan harga di tingkat pabrik dan pengumpul tidak dapat ditransmisikan secara
sempurna hingga ke tingkat petani, dengan kata lain perdagangan karet dalam pasar lokal
atau Kabupaten Muaro Jambi tidak efisien. Selanjutnya kecenderungan perilaku pedagang
meningkatkan keuntungannya pada saat terjadi kenaikan harga di tingkat petani. Artinya
besar persentase perubahan harga di tingkat petani dalam hal ini harga karet di pabrik tidak
sebanding dengan besarnya persentase yang diterima oleh petani dalam hal ini harga karet.
Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas transmisi harga bersifat inelastis adalah
banyaknya saluran tataniaga dan kebijakan pemerintah.
d. Nilai Koefisien R2 sebesar 0,99 maka ketepatan model yang dipilih adalah 99%. Hal ini berarti
1% variasi dari variable independent tersebut dijelaskan oleh variabel -variabel atau faktor-
faktor lain yang tidak termasuk dalam model.
Berdasarkan penelitian Kumala (2015), hasil penelitian diperoleh nilai elastisitas transmisi
harga karet 0.63 dan Shuhada, et all (2015) nilai elastisitas transmisi harga karet sebesar 0,850
yang berarti lebih kecil dari satu (b1< 1). Berdasarkan hal ini, transmisi harga karet yang di
Kabupaten Muaro Jambi dapat dikatakan tinggi dikarenakan transmisi harga karet hampir
mendekati 1 yaitu 0,968. Sehingga analisis mengindikasikan bahwa transmisi harga yang
terbentuk antara pasar petani dengan pasar konsumen lemah sehingga struktur pasar yang
terbentuk adalah pasar persaingan tidak sempurna. Bentuk transmisi harga seperti ini bersifat
inelastis, hal ini terjadi karena setiap ada kenaikan harga dipasar pedagang pengumpul yang
berhadapan langsung dengan konsumen akhir yaitu pabrik tidak diteruskan secara penuh kepada
lembaga pemasaran yang berada dibawahnya. Walupun kenaikan harga tersebut diteruskan,
tetapi dilakukan secara lambat dan tidak sempurna. Hal ini didukung oleh:
a. Jumlah petani produsen jauh lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang biasanya
ikut menyalurkan dan terlibat dalam tataniaga karet.
b. Kurang adanya informasi pasar dan informasi yang ada tidak sesuai dengan kenyataan yang
terjadi.

7
c. Penentuan harga lebih dikuasai oleh para pedagang, karena pedagang lebih mengetahui dan
menguasai akses terhadap informasi, serta kekuatan modal yang dimiliki pedagang sehingga
sarana transportasi dan pasar lebih dapat dikuasainya.
Metode Peramalan Time Series Pendapatan Usahatani Karet di Kabupaten
Muaro Jambi
1. Identifikasi

Tujuan dari pembuatan grafik atau plot perubahan pendapatan usahatani karet di
Kabupaten Muaro Jambi terhadap waktu adalah untuk melihat pola data yang ada dalam time
series yang tersedia. Berdasarkan pola pendapatan usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi
dapat diketahui dengan keragaan fluktuasi pola pendapatan usahatani karet sebagai
pertimbangan awal untuk membantu dalam pemilihan metode peramalan kuantitatif di tahap
pengolahan selanjutnya. Metode peramalan ditentukan berdasarkan kecenderungan pola data
pendapatan usahatani karet, apakah ada unsur tren atau musiman. Apabila tidak ada unsur
musiman atau tren maka model yang digunakan adalah model ARIMA.

Time Series Plot of Pendapatan

4000000

3500000

3000000
Pendapatan

2500000

2000000

1500000

1000000
Month Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Year 2016 2017

Gambar 1. Pendapatan Usahatani Karet Periode Bulan Juli 2016 sampai Bulan Juni 2017

Berdasarkan Gambar 1 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani karet di


Kabupaten Muaro Jambi memiliki tren berfluktuatif atau cenderung meningkat. Adanya unsur
tren menunjukkan bahwa data tidak stasioner pada level. Selain itu diketahui bahwa grafik
tersebut tidak membentuk pola yang serupa pada jangka waktu tertentu, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada data pendapatan usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi tersebut
tidak ditemukan unsur musiman.
2. Estimasi
Analisis dalam merubah data menjadi stasioner dilakukan dengan cara differencing,
adapun hasil pola data setelah differencing dan bahwa data historis setelah differencing satu kali
sudah memperlihatkan data stasioner. Sehingga differencing yang dilambangkan dengan simbol d
bernilai 1. Setelah diffrencing, grafik fungsi autokorelasi menunjukkan perubahan dimana sudah
tidak ada lagi “garis hitam tebal” yang melebihi garis merah, hingga nilai AR adalah nol.
Begitupun dengan grafik fungsi parsial autokorelasi setelah di deferencing, grafik fungsi
parsial autokorelasi juga menunjukkan perubahan, dimana sudah tidak ada lagi “garis hitam
tebal” yang melebihi garis merah, sehingga nilai MA adalah satu (MA=1). Dari hasil tesebut maka
model ARIMA adalah (0, 1, 1). Karena model ARIMA ini terdiri dari berbagai macam kombinasi p,
d, q, maka langkah selanjutnya adalah “diagnostic checking”, dimana tujuan dari tahap ini adalah

8
untuk mencoba-coba berbagai macam model ARIMA dengan berbagai macam kombinasi p, d, q,
agar model ARIMA terbaik dapat dipilih berdasarkan nilai MSE terkecil.
3. Diagnostic Checking
Dengan sistem trials and errors adapun hasil MSE untuk pendapatan usahatani karetdi
Kabupaten Muaro Jambi setelah diringkas dalam bentuk tabel, yang diolah dengan software
Minitab dari berbagai macam model ARIMA dengan kombinasi p, d, q .
4. Peramalan
Setelah diringkas, berdasarkan hasil pengolahan dengan software Minitab untuk model
ARIMA (1, 0, 0), (1, 1, 1) dan (1, 1, 1) yang ditunjukkan pada Lampiran 18, Lampiran 19, dan
Lampiran 24 yang menyajikan grafik plot data untuk peramalan pendapatan usahatani karet di
Kabupaten Muaro Jambi dari Bulan Juli 2016 sampai Bulan Juni 2017, Bulan J uli 2017 sampai
Bulan Juni 2018, dan Bulan Juli 2018 sampai tahun 2019 menunjukkan hasil peramalan mulai dari
tahun 2018 hingga 2019, dengan menggunakan model ARIMA ( 1, 0, 0 ), (1, 1, 1) dan (1, 1, 1).
Adapun hasil peramalan (output Minitab pada Lampiran 18, Lampiran 21, dan Lampiran 24)
pendapatan usahatani karet dari tahun 2018 hingga 2019 ditunjukkan dengan garis merah adalah
sebagai berikut :

Prediksi Pendapatan (Rp/Bulan)


Rp1.640.000
Rp1.620.000
Rp1.600.000
Rp1.580.000
Prediksi Pendapatan
Rp1.560.000
(Rp/Bulan)
Rp1.540.000
Rp1.520.000
Rp1.500.000
Apr-18
Jul-18

Apr-19
Jul-19
Jul-17

Okt-19
Okt-17

Okt-18
Jan-18

Jan-19

Gambar 2 Peramalan Pendapatan Usahatani Karet Periode Bulan Juli 2017 sampai Bulan
Desember 2019

Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa hasil peramalan menggunakan model ARIMA (1, 0,
0), (1, 1,1) dan ( 1, 1, 1) menunjukkan bahwa pendapatan usahatani karet di Kabupaten Muaro
Jambi pada Juli 2017 sampai September 2017 mengalami penurunan pendapatan secara berkala
hal ini dikarenakan adanya perdagangan berjangka yang merupakan lanjutan dari pendapatan
aktual dari bulan Juli 2016 sampai Juni 2017 (pada Gambar 2) dan pada bulan Oktober 2017
sampai Desember 2019 diperkirakan mengalami kecenderungan yang meningkat. Hal ini karena
karet merupakan salah satu komoditas utama tanaman perkebunan yang merupakan salah satu
perdagangan berjangka yang dipengaruhi adanya fluktuasi harga karet yang bersifat kekakuan
harga atau sticky price berdampak terhadap elastisitas transmisi harga karet yang bersifat
inelastis atau perubahan harga di tingkat pabrik dan pengumpul tidak dapat ditransmisikan
secara sempurna hingga ke tingkat petani , sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan usahatani karet. Sehingga menyebabkan petani kurang adanya informasi harga karet
baik harga indikasi karet Provinsi Jambi dan harga karet ditingkat petani dan juga informasi harga
karet yang diterima oleh petani tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi atau harga yang telah
ditetapkan. Kondisi seperti ini diharapkan adanya peningkatan produksi dan juga diharapkan

9
petani mampu dalam kegiatan usahatani karet adalah peningkatan pendapatan melalui
penggunaan semberdaya secara efektif dan efisien.

Berdasarkan penelitian Feryanto, et all (2015), pendapatan usahatani karet perbulan rata -
rata yaitu sebesar Rp. 633. 420,00 dan Hutagaol (2105) pendapatan usahatani karet perbulan
rata-rata yaitu sebesar Rp.898,141,00. Hal ini menunjukkan bahwa, berdasarkan pendapatan
usahatani karet pada penelitian sebelumnya dan dengan elastisitas transmisi harga karet yang
bersifat inelastis maka peramalan pendapatan usahatani di Kabupaten Muaro Jambi pada Bulan
Juli 2017 sampai Bulan Desember 2019 dapat dikatakan tinggi hal ini dikarenakan rata -rata
peramalan pendapatan perbulan yaitu sebesar Rp. 1.643.591,00. Dan peramalan pendapatan
tertinggi yaitu pada bulan Juli 2107 yaitu sebesar Rp. 1.674.676,00 dan peramalan pendapatan
terendah yaitu pada bulam Juli 2018 sebesar Rp. 1.594.328,00.

KESIMPULAN
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Rata-rata pendapatan usahatani karet
pada bulan Juli 2016 sampai Bulan Juni 2017 adalah sebesar Rp. 2.518.620,00.. Pendapatan
usahatani karet di Kabupaten Muaro Jambi berfluktuasi, akan tetapi cenderun g mengalami
peningkatan selama 6 bulan terakhir. (2) Elastisitas transmisi harga karet di Kabupaten Muaro
Jambi pada tingkat pabrik bersifat inelastis yaitu 0.968 atau lebih kecil dari satu (Et <1). Dengan
demikian perubahan harga di tingkat pabrik dan pengumpul tidak dapat ditransmisikan secara
sempurna hingga ke tingkat petani, dengan kata lain perdagangan karet dalam pasar lokal atau
Kabupaten Muaro Jambi tidak efisien. Dan (3) Kondisi peramalan pendapatan usahatani karet di
Kabupaten Muaro Jambi dari Bulan 2018 dan 2019 memperlihatkan pola data yang cenderung
berfluktuasi mulai dari Rp. 1.578.069,00 pada bulan Januari 2018 sampai Rp. 1.570.590,00 pada
bulan Desember 2019.
UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Jambi dan Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
yang telah memfasilitasi penelitian ini. Selain itu ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam peneli tian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aid, Artahnan. Kamiliah Wilda. Meilani Wulansari. 2012. Analisisis Pendapatan Petani Karet Sub
UPP di Kecamatan hatungun Kabupaten Tapin. Perdesaan, Volume 02 Nomor 03,
: 205-213. Pusat Penelitian Unlam. ( Diakses Melalui http://media.neliti.com Pada
Tanggal 10 Maret 2018)
Ditjenpbun. 2015. Peran Perkebunan dalam Perekonomian Nasional.
http://ditjebun.pertanian.go.id/berita-372-peran-perkebunan-dalam-
perokonomian-nasional.html. Diakes 4 Desember 2016
Feryanto, Rachmina, Tinaprilla, dan Yolynda . 2013. Kajian Usahatani Karet Rakyat di Provinsi
Jambi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kumala, Ari. 2015. Analisis Pemasaran dan Transmisi Harga pada Petani Bokar di Desa Lubuk Batu
Tinggal Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten Batu Jaya Kabupaten Indragiri
Hulu. Universitas Riau. Pekanbaru
Masyrofie. 1994. Diktat Pemasaran Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Shuhada, Riat. Ermy Tety. Suardi Tarumun. 2015. Analisis Pemasaran dan Transmisi Harga Karet
Pola Swadaya di Desa Gobah Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.
Universitas Riau. Pekanbaru (Diakes Pada 10 Maret 2018)
Suratiyah, Ken. 2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Tim Karya Tani Mandiri. 2012. Pedoman Bertanam Karet. Nuansa Aulia. Bandung

10
11

Anda mungkin juga menyukai