Tugas K3 - Frederikus Rabha Jawa
Tugas K3 - Frederikus Rabha Jawa
KONSTRUKSI
“UNDANG UNDANG YANG MENGATUR TENTANG K3”
DISUSUN OLEH :
NIM : 1923715832
KELAS : IV TS A
1. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja
adalah dengan penerapan peraturan perundangan, antara lain melalui:
2. DASAR HUKUM
UUD 1945
UUD Pasal 27 ayat 2:
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
UU No.14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
UU No.1/1970 Tentang Keselamtan Kerja
UU No.23/1992 Tentang Kesehatan
UU No.3/1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU No.18/1999 Tentang Jasa Konstruksi
UU No.28/2002 Tentang Bangunan Gedung
UU No.13/2003 Tentang Ketenagakerjaan
PENJELASAN
Pasal 9 :
Pasal 10 :
Psl 1 (1)”tempat kerja” ialah ruangan atas lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap di ruang kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya yang diperinci
dalam pasal 2, termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat
kerja tersebut.
Psl 1 (2) “pengurus”ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
Psl 1 (6) “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi
ditaatinya undang-undang ini.
Bab ll Tentang Ruang Lingkup K3 Konstruksi
Psl 2 (1)
K3 di segala tempat kerja di darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air, maupun
di udara dalam wilayah RI
Ket. Psl 2 (2) . c
Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah,gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan-bangunan pengairan, saluran
atau persiapan
Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian, di atas permukaan tanah atau perairan.
Pasal 23 :
Pasal 3 ayat 2:
Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.
Pasal 8 ayat 1:
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja.
Pasal 10 ayat 1:
Ketentuan umum
“penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang
keteknikan,keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan
lingkungan, untuk mewujudkan terib penyelenggaraan pekerjaan kontruksi”
Ketentuan Umum
“Mengatur tentang kehandalan, keselamatan dan kesehatan serta kenyamanan gedung”
Pelaksanaan Teknis
Kewajiban dibidang penanggulangan kebakaran
Kewajiban pemasangan sistem proteksi pasif dan aktif
Kelengkapan secara evakuasi dandaerah aman
Kelengkapan sarana pengolahan limbah
Kelengkapan sarana kenyamanan gedung
Pasal 86 :
Pasal 87 :
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
a.Teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan; f
. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
Pasal 15
Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi jo. PP No. 04 Tahun 2010 dan PP No.92 Tahun 2010
Pasal 10 ayat (1): kriteria risiko pada pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
terdiri dari:
Pasal 6 ayat (4): Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan guna tertib
usaha, tertib penyelenggaraan, tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi mengenai: 3.
Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja;
Pasal 11 : Pembinaan Terhadap Masyarakat
Penjelasan pasal 66 ayat (5) huruf (b) : Batas tertinggi penawaran tersebut termasuk biaya
overhead yang meliputi antara lain biaya keselamatan dan kesehatan kerja, keuntungan
dan beban pajak
Penjelasan pasal 97 ayat (2) : Nilai Bobot Manfaat Perusahaan ( Nilai BMP) merupakan
nilai penghargaan kepada perusahaan karena berinvestasi di Indonesia, memberdayakan
Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil melalui kemitraan, memelihara
kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan ( OHSAS 18000/ISO 14000),
memberdayakan lingkungan (community development), serta memberikan fasilitas
pelayanan purna jual.
Dalam Peraturan Menteri ini disampaikan hal-hal yang berkaitan dengan K3, yaitu antara lain
termuat dalam:
Dokumen Pemilihan;
Dokumen Penawaran;
Syarat-Syarat Umum Kontrak;
Syarat-Syarat Khusus Kontrak.
Maksud: untuk menjadi acuan teknis bagi pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS
pada sektor kontruksi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum yaitu pada proyek-
proyek konstruksi bersumber dana APBN.
Tujuan: agar program penanggulangan HIV dan AIDS pada sektor konstruksi di
lingkungan Kementerian dan Pekerjaan Umum dilaksanakan mengikuti langkah-langkah
dan upaya yang standar sesuai dengan Surat Edaran ini.
Pasal 1
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif.
3. SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah SMK3 pada sektor jasa konstruksi yang
berhubungan dengan kepentingan umum (masyarakat) antara lain pekerjaan konstruksi: jalan,
jembatan, bangunan gedung fasilitas umum, sistem penyediaan air minum dan perpipaannya,
sistem pengolahan air limbah dan perpipaannya, drainase, pengolahan sampah, pengaman pantai,
irigasi, bendungan, bendung, waduk, dan lainnya.
6. P2K3 (Panitia Pembina K3) adalah badan pembantu di perusahaan dan tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerja sama
saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Unsur P2K3 terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak
organisasi Penyedia Jasa dan Sekretaris P2K3 adalah Ahli K3 Konstruksi.
7. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber sumber bahaya baik didarat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
8. Bahaya K3 adalah suatu keadaan yang belum dikendalikan sampai pada suatu batas yang
memadai.
9. Risiko K3 adalah perpaduan antara peluang dan frekuensi terjadinya peristiwa K3 dengan
akibat yang ditimbulkannya dalam kegiatan konstruksi.
10. Kategori Risiko K3 berupa tinggi, sedang atau kecil. Jika terjadi perbedaan pendapat
tentang penentuan kategori risiko, harus diambil tingkat risiko yang lebih tinggi.
11. Risiko Tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko sangat
membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia, dan lingkungan serta
terganggunya kegiatan konstruksi.
12. Risiko Sedang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dapat berisiko
membahayakan keselamatan umum, harta benda dan jiwa manusia serta terganggunya kegiatan
konstruksi.
13. Risiko Kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak membahayakan
keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya kegiatan konstruksi.
14. Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari kegiatan
mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan risiko. metode deduktif.
15. Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik
pekerjaan / proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi.
16. Satuan Kerja adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah yang bertanggung jawab kepada
Menteri yang menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dari dana APBN Departemen Pekerjaan
Umum.
17. Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja.
18. Penyedia barang/jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya
menyediakan layanan jasa konstruksi.
19. Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau wujud fisik
lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen
sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh
Pejabat Pembuat Komitmen.
20. Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang
meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan konstruksi, dan jasa pelayanan profesi
lainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak yang
disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan Pejabat Pembuat
Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.
23. Audit Internal K3 Kontruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah pemeriksaan secara
sistematik dan independen oleh Auditor K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dalam
kerangka pembinaan untuk memberikan penilaian terhadap efektifitas penyelenggaraan K3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum di lingkungan kerja.
24. Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum oleh Penyedia Jasa adalah
Audit K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dilakukan oleh auditor internal Penyedia
Jasa.
25. Laporan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah hasil audit K3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dilakukan oleh auditor yang berisi fakta yang
didapatkan pada saat pelaksanaan Audit K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
27. Monitoring dan Evaluasi (MONEV) K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah
kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap kinerja Penyelenggaraan K3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum yang meliputi pengumpulan data, analisa, penilaian, kesimpulan dan
rekomendasi tingkat penerapan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
28. Tenaga Kerja adalah orang yang bekerja di suatu perusahaan dan/atau di tempat kerja.