Referat Farmakologi Dexamethasone Untuk Manajemen Nyeri
Referat Farmakologi Dexamethasone Untuk Manajemen Nyeri
Disusun Oleh:
Yohanes Baptista, S.Ked
1021010013
Pembimbing:
dr. Budi Yulianto Sarim, Sp. An KAO
i
Daftar isi
ii
Daftar Gambar dan Tabel
Gambar 1. Mekanisme Nyeri……………………………………………….…… ..5
Gambar 2. Pembentukan Transudat dan Eksudat………..…………………..….....
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisiknya, kegiatan fisiologi dan resorbsi dalam
glukokortikoid yang memiliki beberapa efek salah satunya adalah efek anti nyeri(2,3).
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri (dolor) juga merupakan salah
satu dari 5 tanda inflamasi yaitu, kemerahan (rubor), panas (kalor), bengkak (tumor),
dan penurunan fungsi (function laesa). Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh
manajemen nyeri karena sifat anti-inflamasinya dan biasa diberikan lewat oral
menghilangkan nyeri dan mengurangi risiko mual dan muntah setelah operasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri
nyeri setiap individu berbeda-beda terrgantung pada beberapa faktor seperti keadaan
emosional individu dan lokasi terjadi nyeri. Nyeri dapat berbeda dalam intensitas
reseptor sensorik khusus yang bertanggung jawab untuk rangsangan noxious (tidak
jaringan yang disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem
sensorik nosiseptif. Sistem ini dimulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang
4
otak, talamus dan korteks serebri. Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh beberapa
a. Transduksi
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe
serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan
C.
b. Transmisi
Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal
c. Modulasi
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related
neural signals). Proses ini terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan
mungkin juga terjadi di level lainnya. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur
desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke
spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau
d. Persepsi
dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang
berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai
reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang merusak secara potensial. Reseptor nyeri disebut
juga nociseptor yang secara anatomis ada yang bermiyelin dan ada juga yang
tidak bermiyelin(4).
Nyeri (dolor) merupakan salah satu dari 5 tanda inflamasi yaitu, kemerahan (rubor),
2.2 Inflamasi
kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak,
melokalisasi (sekuster) baik agen yang merusak maupun jaringan yang rusak. Tanda
perubahan fungsi(10).
Inflamasi dimulai dengan inflamasi akut yang merupakan respon awal terhadap
vaskular dan aktivitas sel. Pada vaskular terjadi vasokonstriksi dalam hitungan detik
setelah jejas, setelah itu terjadi vasodilatasi arteriol yang mengakibatkan peningkatan
aliran darah, sehingga menimbulkan gejala rubor dan kalor yang merupakan tanda
khas peradangan. Pembuluh darah kecil menjadi lebih permiabel dan cairan kaya
viskositas darah dan memperlambat aliran darah. Setelah pembuluh darah statis,
Kontraksi sel endotel menyebabkan terbentuknya celah antar sel pada venule
terjadi segera setelah pengikatan dengan histamin, bradikinin, leukotrien selama 15-
30 menit, yang diikuti oleh peningkatan TNF dan IL-1. Meningkatnya permeabilitas
vaskular menyebabkan aliran cairan kaya protein dan juga sel darah ke jaringan
meningkat, dan cairan masuk ke dalam jaringan sehingga terjadi penimbunan cairan
kaya protein yang disebut dengan eksudat, dan menimbulkan edema sebagai
manifestasi radang(11).
mengalami cedera. Leukosit dan trombosit tertarik ke daerah tersebut karena bahan
kimia yang dilepaskan oleh sel cedera. Trombosit yang masuk ke daerah cedera
Penarikan leukosit yang meliputi neutrofil dan monosit ke daerah cedera disebut
kemotaksis. Sel-sel yang tertarik ke daerah cedera akhirnya akan berperan melakukan
ekstravaskular yaitu, marginasi dan rolling, adhesi dan transmigrasi antar sel endotel,
berperan melepas asam arakidonat dari membran fosfolipid. Terdapat tiga jalur utama
9
Pada jalur COX, asam arakidonat diubah oleh COX menjadi prostaglandin H2
(PGH2). Setelah PGH2 terbentuk, PGH2 ini akan diproses kembali oleh enzim
sintase terminal yang berbeda-beda menjadi prostanoid aktif yang akan bekerja di
jaringan.
adalah
a. PGD2
merupakan mediator inflamasi dan alergi. PGD2 diproduksi oleh sel mast dan sel
Th2. PGD2 juga merupakan salah satu zat pemicu tidur di otak.
b. PGE2
demam.
c. PGF2α
d. Prostasiklin/PGI
e. Tromboxan A2 (TXA2)
2.3 Dexamethasone
acting yang memiliki efek glukokortikotiroid dan biasa digunakan sebagai agen anti
arakhidonat dari lipid membran sehingga tidak terbentuknya prostaglandin yang dapat
menimbulkan nyeri(3,12).
pentana 5-karbon tunggal. Kortisol memiliki 21 atom karbon dengan rantai samping
2-karbon yang melekat pada posisi 17 dan gugus metil pada C-10 dan C-13.10
Perubahan kimia pada berbagai posisi molekul steroid menyebabkan analog sintetik
a. Dexamethasone tablet 0,5 mg, 0,7 mg, 1 mg, 2 mg, 4 mg, dan 6 mg
Untuk dosis dexamethasone sediaan oral pada orang dewasa dapat diberikan 0,5 - 10
mg/hari dan untuk anak-anak diberikan 0,02-0,3 mg/kg/hari sebanyak 3-4 dosis
terbagi. Untuk dosis injeksi pada orang dewasa diberikan 5 mg – 20 mg/hari dan pada
memiliki efek anti nyeri yang bekerja dengan menghambat aktivitas dari enzim
14
setelahnya tidak terjadi yaitu metabolisme arakhidonat melaui jalur COX yang
dan PGD2). PGE2 merupakan salah satu prostaglandin yang berperan dalam
terjadinya nyeri. Ketika jaringan terluka, prostaglandin yang dihasilkan oleh invasi
nyeri(17-19)
a. Absorpsi
b. Distribusi
c. Metabolisme
d. Eliminasi
Waktu paruh dexamethasone sekitar 190 menit. Ekskresi sebagian besar melalui
b. Infeksi jamur
16
dan elektrolit, retensi cairan, retensi sodium, gagal jantung kongestif, hipokalemia
dan hipertensi. Pada jaringan otot dapat menyebabkan steroid miopati, kelemahan
otot, osteoporosis. Pada saluran cerna dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan,
Obat-obatan yang menginduksi enzim hati sitokrom P450 isozim 3A4 seperti
Obat-obatan yang menghambat enzim hati sitokrom P450 isozim 3A4 seperti
c. Agen antidiabetes
e. Antikoagulan
f. Antijamur
g. Vaksin
18
berkurang terhadap toksoid dan vaksin hidup atau tidak aktif karena
dilemahkan. Pemberian rutin vaksin atau toksoid harus ditunda sampai terapi
h. Diuretik
Kehilangan kalium yang berlebihan dapat terjadi jika glukokortikoid dan diuretik
hemat kalium (seperti furosemid dan tiazid) atau inhibitor karbonat anhidrase
i. Antasida
BAB 3
PENUTUP
glukokortikoid yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dengan mekanisme kerja
melaui jalur COX yang menghasilkan tromboksan A2, prostasiklin dan prostaglandin
(PGE1, PGE2, PGF2α dan PGD2) yang merupakan mediator nyeri tidak terjadi.
dexamethasone bervariasi tergantung penyakit, usia dan kondisi pasien. Pada orang
dewasa, dosis oral yang dapat diberikan adalah 0,5 - 10 mg/hari dan dosis injeksi 0,5
yang diberikan adalah 10-100 mcg/kgbb/hari dan dosis injeksi 200 - 400 mcg/kg
DAFTAR PUSTAKA
1. Indijah Sujati Woro, Purnama Fajri. Farmakologi. Modul Bahan Ajar Cetak
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. 2016. Jakarta Selatan; p.15
neutrofil pada pasien pasca insisi. Universitas Sebelas Maret Surakarta: 2014.
terhadap nyeri dan mual-muntah paska operasi pada pasien dengan anestesi spinal:
2019.
11. Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
12. Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi
13. Sudewa IBA, Budiarta IG. Siklooksigenase, Jalur Arakidonat, Dan Nonsteroidal
2017;1–19.
J NeurocriticalCare.2017;10(2):53–9.
MIMS Indonesia.
18. Jang Y, Kim M, Hwang SW. Molecular mechanisms underlying the actions of
Neuroinflammation. 2020;17(1):1–119.
Pathog. 2017;(November):111–24.
22. Ciobotaru OR, Lupu MN, Rebegea L, Ciobotaru OC, Duca OM, Tatu AL, et al.
10.