442 1667 1 PB
442 1667 1 PB
(RIGID PAVEMENT)
PADA RUAS JALAN DARI JALAN PATIMURA
KE PASAR OLAH BEBAYA MELAK
KABUPATEN KUTAI BARAT
RONNY IRAWAN
10.11.1001.7311.086
ABSTRAK
Perkerasan jalan adalah merupakan salah satu unsur konstruksi jalan raya sangat
penting dalam rangka kelancaran transportasi darat sehingga memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi penggunanya, sehingga perlu direncanakan dengan baik berdasarkan standard
dan kriteria perencanaan yang berlaku di Indonesia.
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat untuk melakukan mobilitas keseharian dibandingkan dengan transportasi air dan udara,
sehingga volume kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut harus mampu di dukung oleh
perkerasan jalan pada ruas jalan yang dilewatinya.
Jenis perkerasan jalan, dapat berupa Perkerasan lentur (flexible pavement), Perkeraaan
kaku (rigid pavement), dan Perkerasan Komposit, yang menggabungkan perkerasan kaku dan
perkerasan lentur. Khusus untuk perkeraaan kaku (rigid pavement) yang terbuat dari beton semen
baik bertulang maupun tanpa tulangan dan lebih banyak digunakan pada ruas jalan yang
mempunyai volume kendaraan berat yang tinggi serta sering mengalami banjir.
Dengan telah dikembangkannya Perkeraaan kaku (rigid pavement) untuk pembangunan
prasarana jalan di daerah perkotaan maupun di pedesaan, maka pemerintah terus menggalakkan
pembangunannya baik pada ruas jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten maupun jalan desa
ataupun lingkungan, mengingat perkerasan jalan ini lebih mampu mendukung beban kendaraan
berat serta tahan terhadap genangan air.
Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah yang terletak di Kota Melak
Kabupaten Kutan Barat, adalah ruas jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan pengangkut barang
dagangan baik berupa truk-truk besar dan mobil pick up, di samping mobil para konsumen pasar
sering masuk keluar, serta sering dilanda banjir. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat telah melakukan
alokasi dana untuk meningkatkan ruas jalan tersebut dengan menggunakan konstruksi perkeraaan
kaku (rigid pavement).
Oleh karena itu dalam merencanakan suatu konstruksi perkeraaan kaku (rigid pavement)
diperlukan penelitian yang kompleks dan spesifik sehingga akan diperoleh perencanaan tebal
perkerasan beton semen serta tulangan berupa Dowel dan Tie Bar yang mampu mendukung beban
yang melintasi ruas jalan tersebut serta besarnya biaya yang digunakan.
Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian pada
ruas jalan tersebut di atas dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau skripsi Sarjana (S1)
Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, dengan mengambil judul :
“Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan
Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”.
617
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
618
Sistem Jaringan Jalan Primer dimaksud merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah
di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
Kawasan yang mempunyai fungsi primer, antara lain : Industri berskala Regional,
Bandar Udara, Pasar Induk, Pusat perdagangan skala Regional/Grosir.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem Jaringan Jalan Sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
619
Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah permukiman.
Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.
2. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan
angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan sebaliknya yang
bersifat membagi dari angkutan utama untuk diteruskan ke angkutan setempat.
Jalan Kolektor meliputi jalan Kolektor Primer dan jalan Kolektor Sekunder.
● Jalan Kolektor Primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah.
Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
Untuk Jalan Kolektor Primer Wilayah Perkotaan, kriterianya :
Jalan Kolektor Primer kota merupakan terusan kolektor primer luar kota.
Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.
Dirancang dengan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses
langsung lebih dari 400 meter.
Kendaraan angkutan berat dan bus dapat diijinkan memalui jalan ini.
Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume
lalu lintasnya.
Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume LHR.
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan
pada jam sibuk.
Dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang cukup.
Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.
● Jalan Kolektor Sekunder merupakan jalan kolektor dalam skala perkotaan.
Menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder kesatu atau
menghubungkan kawasan kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Untuk Jalan Kolektor Sekunder Perkotaan, kriterianya sebagai berikut :
Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah permukiman.
Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.
3. Jalan Lokal
620
Jalan Lokal adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
Angkutan setempat adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi
ulang-alik yang tinggi
Jalan Lokal meliputi jalan Lokal Primer dan jalan Lokal Sekunder.
● Jalan Lokal Primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal.
Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan
persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga atau dibawahnya atau
dengan persil.
Untuk Jalan Lokal Primer daerah perkotaan, kriterianya :
Merupakan terusan lokal primer luar kota.
Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
Dirancang dengan kecepatan rencana 20 km/jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
Kendaraan angkutan berat dan bus diijinkan melalui jalan ini.
Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dari sistem primer yang ada.
● Jalan Lokal Sekunder merupakan jalan lokal dalam skala perkotaan.
Menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau di bawahnya dan
kawasan sekunder dengan perumahan.
Untuk Jalan Lokal Sekunder daerah perkotaan, kriterianya :
Dirancang dengan kecepatan rencana 10 km/jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.
Kendaraan angkutan berat dan bus tidak diijinkan memalui jalan ini di
daerah permukiman.
Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi
jalan lainnya.
4. Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan adalah merupakan yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan Lingkungan meliputi jalan Lingkungan Primer dan jalan Lingkungan
Sekunder.
● Jalan Lingkungan Primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah
tingkat lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten.
● Jalan Lingkungan Sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala
perkotaan seperti di lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di
kawasan perkotaan.
621
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkerasan jalan adalah merupakan salah satu unsur konstruksi jalan raya sangat
penting dalam rangka kelancaran transportasi darat sehingga memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi penggunanya, sehingga perlu direncanakan dengan baik berdasarkan standard
dan kriteria perencanaan yang berlaku di Indonesia.
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat untuk melakukan mobilitas keseharian dibandingkan dengan transportasi air dan udara,
sehingga volume kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut harus mampu di dukung oleh
perkerasan jalan pada ruas jalan yang dilewatinya.
Jenis perkerasan jalan, dapat berupa Perkerasan lentur (flexible pavement), Perkeraaan
kaku (rigid pavement), dan Perkerasan Komposit, yang menggabungkan perkerasan kaku dan
perkerasan lentur. Khusus untuk perkeraaan kaku (rigid pavement) yang terbuat dari beton semen
baik bertulang maupun tanpa tulangan dan lebih banyak digunakan pada ruas jalan yang
mempunyai volume kendaraan berat yang tinggi serta sering mengalami banjir.
Dengan telah dikembangkannya Perkeraaan kaku (rigid pavement) untuk pembangunan
prasarana jalan di daerah perkotaan maupun di pedesaan, maka pemerintah terus menggalakkan
pembangunannya baik pada ruas jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten maupun jalan desa
ataupun lingkungan, mengingat perkerasan jalan ini lebih mampu mendukung beban kendaraan
berat serta tahan terhadap genangan air.
Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah yang terletak di Kota Melak
Kabupaten Kutan Barat, adalah ruas jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan pengangkut barang
dagangan baik berupa truk-truk besar dan mobil pick up, di samping mobil para konsumen pasar
sering masuk keluar, serta sering dilanda banjir. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat telah melakukan
alokasi dana untuk meningkatkan ruas jalan tersebut dengan menggunakan konstruksi perkeraaan
kaku (rigid pavement).
Oleh karena itu dalam merencanakan suatu konstruksi perkeraaan kaku (rigid pavement)
diperlukan penelitian yang kompleks dan spesifik sehingga akan diperoleh perencanaan tebal
perkerasan beton semen serta tulangan berupa Dowel dan Tie Bar yang mampu mendukung beban
yang melintasi ruas jalan tersebut serta besarnya biaya yang digunakan.
Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian pada
ruas jalan tersebut di atas dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau skripsi Sarjana (S1)
Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, dengan mengambil judul :
“Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan
Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”.
622
2. Perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan Tie
Bar pada ruas jalan tersebut.
3. Perhitungan besar biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas
jalan tersebut.
4. Metode perhitungan menggunakan metode Perhitungan Perencanaan Perkerasan
Beton Semen (Pd- T – 2003).
BAB IV : PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang data, analisis, perhitungan dan hasil perhitungan
tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan Tie Bar yang
disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan
tersebut. Analisis dan perhitungan biaya pekerjaan.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang penulis
lakukan.
623
624
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Jalan
Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :
5. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
6. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
7. Jalan Khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, hadan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Yang dimaksud dengan jalan khusus, antara lain, adalah jalan di dalam kawasan
pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di
kawasan industri, dan jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan
kepada pemerintah.
8. Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol.
Karena Jalan adalah sarana trasnportasi darat yang meliputi sebagai bagian jalan,
termasuk bagian pelengkapnya, suatu tempat atau area yang berbentuk jalur yang digunakan
sebagai prasarana transportasi, baik menggunakan kendaraan maupun jalan kaki, maka harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan fungsinya.
Fungsi transportasi adalah memindahkan barang atau orang dari satu tempat ketempat
lain, dengan cara aman, nyaman, lancar, dan ekonomis.
Aman berarti barang atau orang yang dipindahkan tidak rusak atau cidera karena
kecelakaan atau gangguan lainnya, dan nyaman berarti selama proses
memindahkan/perjalanan pemakai jalan merasa enak dan bisa menikmati tanpa ada
gangguan, sedangkan lancar berarti tidak ada hambatan yang berarti, sehingga barang atau
orang bisa sampai pada tujuan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selain persyaratan
tersebut di atas proses pemindahan orang / barang harus ekonomis, berarti biaya pemakai
jalan rendah. Hal ini bisa tercapai apabila jarak diambil jarak yang terletak dan semua standar
yang digunakan diambil standar minimal dalam batas aman.
2.3. Klasifikasi dan Fungsi Jalan
2.2.3. Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan
Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan : (1) Sistem Jaringan Jalan Primer, (2)
Sistem Jaringan Jalan Sekunder.
3. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang
memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk kedalam
kawasan perkotaan
Sistem Jaringan Jalan Primer dimaksud merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah
625
di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
Kawasan yang mempunyai fungsi primer, antara lain : Industri berskala Regional,
Bandar Udara, Pasar Induk, Pusat perdagangan skala Regional/Grosir.
4. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem Jaringan Jalan Sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
626
Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah permukiman.
Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.
2. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan
angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan sebaliknya yang
bersifat membagi dari angkutan utama untuk diteruskan ke angkutan setempat.
Jalan Kolektor meliputi jalan Kolektor Primer dan jalan Kolektor Sekunder.
● Jalan Kolektor Primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah.
Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
Untuk Jalan Kolektor Primer Wilayah Perkotaan, kriterianya :
Jalan Kolektor Primer kota merupakan terusan kolektor primer luar kota.
Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.
Dirancang dengan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses
langsung lebih dari 400 meter.
Kendaraan angkutan berat dan bus dapat diijinkan memalui jalan ini.
Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume
lalu lintasnya.
Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume LHR.
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan
pada jam sibuk.
Dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang cukup.
Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.
● Jalan Kolektor Sekunder merupakan jalan kolektor dalam skala perkotaan.
Menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder kesatu atau
menghubungkan kawasan kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Untuk Jalan Kolektor Sekunder Perkotaan, kriterianya sebagai berikut :
Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah permukiman.
Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.
3. Jalan Lokal
Jalan Lokal adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
627
Angkutan setempat adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi
ulang-alik yang tinggi
Jalan Lokal meliputi jalan Lokal Primer dan jalan Lokal Sekunder.
● Jalan Lokal Primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal.
Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan
persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga atau dibawahnya atau
dengan persil.
Untuk Jalan Lokal Primer daerah perkotaan, kriterianya :
Merupakan terusan lokal primer luar kota.
Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
Dirancang dengan kecepatan rencana 20 km/jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
Kendaraan angkutan berat dan bus diijinkan melalui jalan ini.
Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dari sistem primer yang ada.
● Jalan Lokal Sekunder merupakan jalan lokal dalam skala perkotaan.
Menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau di bawahnya dan
kawasan sekunder dengan perumahan.
Untuk Jalan Lokal Sekunder daerah perkotaan, kriterianya :
Dirancang dengan kecepatan rencana 10 km/jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.
Kendaraan angkutan berat dan bus tidak diijinkan memalui jalan ini di
daerah permukiman.
Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi
jalan lainnya.
4. Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan adalah merupakan yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan Lingkungan meliputi jalan Lingkungan Primer dan jalan Lingkungan
Sekunder.
● Jalan Lingkungan Primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah
tingkat lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten.
628
Lokasi
Penelitia
Lokasi
Penelitia
629
Gambar 3.2. Peta Lokasi Penelitian
Sumber : Data Proyek, 2012
630
1. Teknik kepustakaan yaitu dengan mendapatkan informasi dan data mengenai teori-
teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diperoleh dari literatur-
literatur, bahan kuliah, majalah konstruksi, media internet dan media cetak lainnya.
2. Data dalam pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) pada Ruas Jalan dari Jalan
Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
Timur.
3. Wawancara : data yang diperoleh melalui wawancara lagsung (Direct interview)
dengan berbagi pihak yang terkait dengan pekerjaan tersebut.
3.3.1 Data Observasi (Data Awal).
Data Kota Melak secara makro, dan wilayah lokasi penelitian secara mikro, serta
keadaan geografisnya dan kondisi fisik lokasi.
Sumber : Pd T-
14- 2003
Gambar 3.3.
Sistem Perencanaan
Tebal Perkerasan
Gambar 3.4.
adalah system
perencanaan
perkerasan kaku
berawal dari
penilaian CBR tanah dasar sampai perhitungan kerusakan erosi dan fatik terhadap pelat beton
yang direncanakan.
632
Tabel 3.4. Langkah-langkah Perencanaan Tebal Perkerasan Beton Semen
Sumber : Pd T-14-2009
633
3.5.2. Perhitungan Diameter Dowel dan Tie Bar
Analisis dan perhitungan tentang diameter Dowel dan Tie Bar yang disyaratkan sesuai
tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut, meliputi :
1. Perencanaan Dimensi Tulangan Dowel dan Tie Bar.
2. Sambungan dan bentuk-bentuk sambungan.
3. Geometrik sambungan.
4. Dimensi bahan penutup sambungan.
Mulai
Analisa / Perhitungan :
1. Tebal perkerasan kaku serta
diameter Dowel dan Tie Bar (rigid
pavement).
2. RAB perkerasan kaku (rigid
pavement).
634
Selesai
Gambar 3.8
Bagan Alir Penelitian (Flow Chart)
Sumber : Analisis, 2012.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Data Eksisting
Kondisi Ekisting Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah Bebaya yang
terletak di Kota Melak Kabupaten Kutai Barat, adalah ruas jalan dalam kota yang banyak
dilalui oleh kendaraan pengangkut barang dagangan baik berupa truk-truk besar dan mobil
pick up, di samping mobil para konsumen pasar sering masuk keluar, serta sering dilanda
banjir.
Panjang jalan yang dilakukan penelitian adalah sepanjang 750 meter, lebar jalur
utama 2x4 m (perkerasan kaku) dengan median 0,40 m dan bahu jalan 2 x 1 m (tanah),
kontruksi Rigid Pavement beton K-350 kg/cm2.
4.2. Data Teknis Perencanaan Perkerasan
Data teknis perencanaan perkerasan kaku pada ruas Jalan Patimura menuju Pasar
Olah Bebaya yang terletak di Kota Melak, adalah sebagai berikut :
1. Status Fungsi Jalan : Kolektor lokal kota
2. Tipe Jalan : 2 lajur 2 arah
3. Kelandaian Rata-rata : 2%
4. Kondisi Iklim : Curah hujan rata-rata 272 mm per tahun (data
terlampir).
5. Usia rencana : 20 tahun
6. Rencana jenis Perkerasan : Perkerasan kaku menerus tanpa tulangan.
Median
4M 4M
Gambar 4.1 Kondisi Eksiting Jalan Patimura - Pasar Olah Bebaya, Kota Melak
635
6 0+300 11,50%
7 0+350 8,40 %
8 0+400 8,20 %
9 0+450 12,10 %
10 0+500 11,10 %
11 0+550 11,30 %
12 0+600 8,80 %
13 0+650 8,20 %
14 0+700 11,60 %
15 0+750 12,00 %
CBR rata-rata 10,37 %
Sumber : Data Perencanaan Proyek, 2012.
636
18% 7,56
42 28% 11,76
54% 22,68
Sumber : Hasil Perhitungan, 2012.
4.3.5. Mutu Beton Rencana
Dengan data LHR yang diperoleh dan konfigurasi beban sumbu berdasarkan jenis dan
beban kendaraan dihitung untuk memperoleh (f’c) beton dengan agregat pecah = 0,75 (K),
sesuai Pd.T-14-2003.
Akan digunakan beton dengan kuat tekan 28 hari sebesar 350 Kg/cm2 atau 35 MPa.
- fcr = K. (f’c)0.50 = 0,75 . (35)0,50 = 3,6 Mpa > 3,5 Mpa (minimum
yang disarankan)
Sumber : Pd T-14-2003
637
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil survey lapangan, analisis dan perhitungan pada pembahasan Tugas Akhir
tentang “Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan
Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), adalah :
Panjang jalan yang direncanakan adalah sepanjang 750 meter dengan lebar jalan
2 x 4 m, median jalan 0,40 meter, bahu jalan 2x1 m.
Klasifikasi jalan menurut fungsinya adalah termasuk Kolektor Lokal Kota.
Umur rencana yang dilakukan adalah 20 tahun.
Tebal perkerasan beton (rigid pavement) = 30 cm dengan mutu beton K.350 (350
kg/cm2).
Dowel (Ruji) : Ø 38 mm, panjang 45 cm dengan jarak antar dowel = 30 cm.
Tie Bar : Ø 16 mm, panjang 100 cm dengan jarak antar tie bar = 60 cm.
2. Besar biaya pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), adalah Rp. 6.858.952.000,-
(Enam Milyar Delapan Ratus Lima Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Lima Puluh
Dua Ribu Rupiah).
5.1. Saran
Adapun saran yang penulis dapat berikan dalam Tugas Akhir ini, adalah sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) harus diperhatikan dengan
seksama akan mutu beton yang disyaratkan sesuai dengan perhitungan K.350 (350
kg/cm2) , serta umur waktu beton 28 hari dalam proses pembetonannya sehingga
tidak mengalami kerusakan pada saat digunakan sesuai beban kendaraan yang
direncanakan dalam penelitian ini.
2. Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila dipasaran tidak ditemui diameter besi yang sesuai
dengan hasil perencanaan, maka dapat digunakan dengan besi yang diamteter yang
mendekati dengan ketentuan harus dilakukan kembali perhitungan pembesian dengan
ketebalan perkerasan yang sama dengan 30 cm.
638