Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU

(RIGID PAVEMENT)
PADA RUAS JALAN DARI JALAN PATIMURA
KE PASAR OLAH BEBAYA MELAK
KABUPATEN KUTAI BARAT

RONNY IRAWAN
10.11.1001.7311.086

ABSTRAK

Perkerasan jalan adalah merupakan salah satu unsur konstruksi jalan raya sangat
penting dalam rangka kelancaran transportasi darat sehingga memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi penggunanya, sehingga perlu direncanakan dengan baik berdasarkan standard
dan kriteria perencanaan yang berlaku di Indonesia.
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat untuk melakukan mobilitas keseharian dibandingkan dengan transportasi air dan udara,
sehingga volume kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut harus mampu di dukung oleh
perkerasan jalan pada ruas jalan yang dilewatinya.
Jenis perkerasan jalan, dapat berupa Perkerasan lentur (flexible pavement), Perkeraaan
kaku (rigid pavement), dan Perkerasan Komposit, yang menggabungkan perkerasan kaku dan
perkerasan lentur. Khusus untuk perkeraaan kaku (rigid pavement) yang terbuat dari beton semen
baik bertulang maupun tanpa tulangan dan lebih banyak digunakan pada ruas jalan yang
mempunyai volume kendaraan berat yang tinggi serta sering mengalami banjir.
Dengan telah dikembangkannya Perkeraaan kaku (rigid pavement) untuk pembangunan
prasarana jalan di daerah perkotaan maupun di pedesaan, maka pemerintah terus menggalakkan
pembangunannya baik pada ruas jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten maupun jalan desa
ataupun lingkungan, mengingat perkerasan jalan ini lebih mampu mendukung beban kendaraan
berat serta tahan terhadap genangan air.
Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah yang terletak di Kota Melak
Kabupaten Kutan Barat, adalah ruas jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan pengangkut barang
dagangan baik berupa truk-truk besar dan mobil pick up, di samping mobil para konsumen pasar
sering masuk keluar, serta sering dilanda banjir. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat telah melakukan
alokasi dana untuk meningkatkan ruas jalan tersebut dengan menggunakan konstruksi perkeraaan
kaku (rigid pavement).
Oleh karena itu dalam merencanakan suatu konstruksi perkeraaan kaku (rigid pavement)
diperlukan penelitian yang kompleks dan spesifik sehingga akan diperoleh perencanaan tebal
perkerasan beton semen serta tulangan berupa Dowel dan Tie Bar yang mampu mendukung beban
yang melintasi ruas jalan tersebut serta besarnya biaya yang digunakan.
Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian pada
ruas jalan tersebut di atas dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau skripsi Sarjana (S1)
Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, dengan mengambil judul :
“Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan
Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”.

617
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Jalan


Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :
1. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
2. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
3. Jalan Khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, hadan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Yang dimaksud dengan jalan khusus, antara lain, adalah jalan di dalam kawasan
pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di
kawasan industri, dan jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan
kepada pemerintah.
4. Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol.
Karena Jalan adalah sarana trasnportasi darat yang meliputi sebagai bagian jalan,
termasuk bagian pelengkapnya, suatu tempat atau area yang berbentuk jalur yang digunakan
sebagai prasarana transportasi, baik menggunakan kendaraan maupun jalan kaki, maka harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan fungsinya.
Fungsi transportasi adalah memindahkan barang atau orang dari satu tempat ketempat
lain, dengan cara aman, nyaman, lancar, dan ekonomis.
Aman berarti barang atau orang yang dipindahkan tidak rusak atau cidera karena
kecelakaan atau gangguan lainnya, dan nyaman berarti selama proses
memindahkan/perjalanan pemakai jalan merasa enak dan bisa menikmati tanpa ada
gangguan, sedangkan lancar berarti tidak ada hambatan yang berarti, sehingga barang atau
orang bisa sampai pada tujuan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selain persyaratan
tersebut di atas proses pemindahan orang / barang harus ekonomis, berarti biaya pemakai
jalan rendah. Hal ini bisa tercapai apabila jarak diambil jarak yang terletak dan semua standar
yang digunakan diambil standar minimal dalam batas aman.
2.2. Klasifikasi dan Fungsi Jalan
2.2.1. Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan
Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan : (1) Sistem Jaringan Jalan Primer, (2)
Sistem Jaringan Jalan Sekunder.
1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang
memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk kedalam
kawasan perkotaan

618
Sistem Jaringan Jalan Primer dimaksud merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah
di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
Kawasan yang mempunyai fungsi primer, antara lain : Industri berskala Regional,
Bandar Udara, Pasar Induk, Pusat perdagangan skala Regional/Grosir.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem Jaringan Jalan Sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.

2.2.2. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan


Klasifikasi Jalan Umum Menurut Fungsi Jalan terdiri atas Jalan Arteri, Jalan
Kolektor, Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan.
1. Jalan Arteri
Jalan Arteri adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
Angkutan utama adalah angkutan bernilai ekonomis tinggi dan volume besar.
Jalan Arteri meliputi jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder.
● Jalan Arteri Primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat
nasional. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
Untuk Jalan Arteri Primer Wilayah Perkotaan, mengikuti kriteria sebagai
berikut :
 Jalan Arteri Primer dalam kota merupakan terusan arteri primer luar kota.
 Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.
 Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 60 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
 Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional.
Untuk itu, lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-
alik dan lalu lintas lokal dan kegiatan lokal.
 Kendaraan angkutan berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan
menggunakan jalan ini.
 Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses
langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter.
 Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume
lalu lintasnya. Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas harian rata-rata.
 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi
jalan yang lain.
 Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan.
● Jalan Arteri Sekunder merupakan jalan arteri dalam skala perkotaan.
Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau
menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Untuk Jalan Arteri Sekunder Perkotaan, mengikuti kriteria sebagai berikut :

619
 Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
 Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah permukiman.
 Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
 Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.
2. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan
angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan sebaliknya yang
bersifat membagi dari angkutan utama untuk diteruskan ke angkutan setempat.
Jalan Kolektor meliputi jalan Kolektor Primer dan jalan Kolektor Sekunder.
● Jalan Kolektor Primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah.
Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
Untuk Jalan Kolektor Primer Wilayah Perkotaan, kriterianya :
 Jalan Kolektor Primer kota merupakan terusan kolektor primer luar kota.
 Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.
 Dirancang dengan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
 Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses
langsung lebih dari 400 meter.
 Kendaraan angkutan berat dan bus dapat diijinkan memalui jalan ini.
 Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume
lalu lintasnya.
 Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume LHR.
 Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan
pada jam sibuk.
 Dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang cukup.
 Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.
● Jalan Kolektor Sekunder merupakan jalan kolektor dalam skala perkotaan.
Menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder kesatu atau
menghubungkan kawasan kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Untuk Jalan Kolektor Sekunder Perkotaan, kriterianya sebagai berikut :
 Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
 Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah permukiman.
 Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
 Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.
3. Jalan Lokal

620
Jalan Lokal adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
Angkutan setempat adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi
ulang-alik yang tinggi
Jalan Lokal meliputi jalan Lokal Primer dan jalan Lokal Sekunder.
● Jalan Lokal Primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal.
Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan
persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga atau dibawahnya atau
dengan persil.
Untuk Jalan Lokal Primer daerah perkotaan, kriterianya :
 Merupakan terusan lokal primer luar kota.
 Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
 Dirancang dengan kecepatan rencana 20 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
 Kendaraan angkutan berat dan bus diijinkan melalui jalan ini.
 Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dari sistem primer yang ada.
● Jalan Lokal Sekunder merupakan jalan lokal dalam skala perkotaan.
Menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau di bawahnya dan
kawasan sekunder dengan perumahan.
Untuk Jalan Lokal Sekunder daerah perkotaan, kriterianya :
 Dirancang dengan kecepatan rencana 10 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.
 Kendaraan angkutan berat dan bus tidak diijinkan memalui jalan ini di
daerah permukiman.
 Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi
jalan lainnya.
4. Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan adalah merupakan yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan Lingkungan meliputi jalan Lingkungan Primer dan jalan Lingkungan
Sekunder.
● Jalan Lingkungan Primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah
tingkat lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten.
● Jalan Lingkungan Sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala
perkotaan seperti di lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di
kawasan perkotaan.

621
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkerasan jalan adalah merupakan salah satu unsur konstruksi jalan raya sangat
penting dalam rangka kelancaran transportasi darat sehingga memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi penggunanya, sehingga perlu direncanakan dengan baik berdasarkan standard
dan kriteria perencanaan yang berlaku di Indonesia.
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat untuk melakukan mobilitas keseharian dibandingkan dengan transportasi air dan udara,
sehingga volume kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut harus mampu di dukung oleh
perkerasan jalan pada ruas jalan yang dilewatinya.
Jenis perkerasan jalan, dapat berupa Perkerasan lentur (flexible pavement), Perkeraaan
kaku (rigid pavement), dan Perkerasan Komposit, yang menggabungkan perkerasan kaku dan
perkerasan lentur. Khusus untuk perkeraaan kaku (rigid pavement) yang terbuat dari beton semen
baik bertulang maupun tanpa tulangan dan lebih banyak digunakan pada ruas jalan yang
mempunyai volume kendaraan berat yang tinggi serta sering mengalami banjir.
Dengan telah dikembangkannya Perkeraaan kaku (rigid pavement) untuk pembangunan
prasarana jalan di daerah perkotaan maupun di pedesaan, maka pemerintah terus menggalakkan
pembangunannya baik pada ruas jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten maupun jalan desa
ataupun lingkungan, mengingat perkerasan jalan ini lebih mampu mendukung beban kendaraan
berat serta tahan terhadap genangan air.
Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah yang terletak di Kota Melak
Kabupaten Kutan Barat, adalah ruas jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan pengangkut barang
dagangan baik berupa truk-truk besar dan mobil pick up, di samping mobil para konsumen pasar
sering masuk keluar, serta sering dilanda banjir. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat telah melakukan
alokasi dana untuk meningkatkan ruas jalan tersebut dengan menggunakan konstruksi perkeraaan
kaku (rigid pavement).
Oleh karena itu dalam merencanakan suatu konstruksi perkeraaan kaku (rigid pavement)
diperlukan penelitian yang kompleks dan spesifik sehingga akan diperoleh perencanaan tebal
perkerasan beton semen serta tulangan berupa Dowel dan Tie Bar yang mampu mendukung beban
yang melintasi ruas jalan tersebut serta besarnya biaya yang digunakan.
Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian pada
ruas jalan tersebut di atas dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau skripsi Sarjana (S1)
Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, dengan mengambil judul :
“Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan
Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”.

1.1. Rumusan Masalah


Dari latar belakang seperti tersebut di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah yang
merupakan pertanyaan penelitian, adalah sebagai berikut :
1. Berapakah tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan Tie
Bar pada ruas jalan tersebut?
2. Berapakah besar biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement)nya?

1.2. Batasan Masalah


Sesuai dengan judul Tugas Akhir ini, maka penulis hanya membatasi pembahasan
masalah tentang :
1. Penelitian ini dilakukan pada ruas Jalan sepanjang 750 meter dari Jalan Patimura
ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat.

622
2. Perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan Tie
Bar pada ruas jalan tersebut.
3. Perhitungan besar biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas
jalan tersebut.
4. Metode perhitungan menggunakan metode Perhitungan Perencanaan Perkerasan
Beton Semen (Pd- T – 2003).

1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan


Maksud dan tujuan penulisan sesuai dengan judul Tugas Akhir yang penulis ajukan,
adalah sebagai berikut :
1. Maksud Penulisan
Maksud penulisan Tugas Akhir ini, adalah untuk :
a. Melakukan perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter
Dowel dan Tie Bar pada ruas jalan tersebut.
b. Melakukan perhitungan besar biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement)
pada ruas jalan tersebut.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini, adalah untuk :
a. Mendapatkan hasil perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta
diameter Dowel dan Tie Bar pada ruas jalan tersebut.
b. Mendapatkan hasil perhitungan besar biaya pekerjaan tebal perkerasan kaku
(rigid pavement) pada ruas jalan tersebut.

1.4. Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan Tugas Akhir ini akan berisi beberapa bab-bab yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang judul, rumusan masalah, maksud
dan tujuan penelitian, dan pembatasan masalah yang akan dibahas dalam Tugas
Akhir dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang pengertian jalan, klasifikasi dan fungsi jalan, metode
perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan
Tie Bar yang disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid pavement) dan
perhitungan biaya pekerjaan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Berisikan tentang lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, jadwal
pelaksanaan penelitian, instrument pengolahan data dan bagan alir (flow chart)
penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang data, analisis, perhitungan dan hasil perhitungan
tebal perkerasan kaku (rigid pavement) serta diameter Dowel dan Tie Bar yang
disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan
tersebut. Analisis dan perhitungan biaya pekerjaan.

BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang penulis
lakukan.

623
624
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Jalan
Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :
5. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
6. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
7. Jalan Khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, hadan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Yang dimaksud dengan jalan khusus, antara lain, adalah jalan di dalam kawasan
pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di
kawasan industri, dan jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan
kepada pemerintah.
8. Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol.
Karena Jalan adalah sarana trasnportasi darat yang meliputi sebagai bagian jalan,
termasuk bagian pelengkapnya, suatu tempat atau area yang berbentuk jalur yang digunakan
sebagai prasarana transportasi, baik menggunakan kendaraan maupun jalan kaki, maka harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan fungsinya.
Fungsi transportasi adalah memindahkan barang atau orang dari satu tempat ketempat
lain, dengan cara aman, nyaman, lancar, dan ekonomis.
Aman berarti barang atau orang yang dipindahkan tidak rusak atau cidera karena
kecelakaan atau gangguan lainnya, dan nyaman berarti selama proses
memindahkan/perjalanan pemakai jalan merasa enak dan bisa menikmati tanpa ada
gangguan, sedangkan lancar berarti tidak ada hambatan yang berarti, sehingga barang atau
orang bisa sampai pada tujuan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selain persyaratan
tersebut di atas proses pemindahan orang / barang harus ekonomis, berarti biaya pemakai
jalan rendah. Hal ini bisa tercapai apabila jarak diambil jarak yang terletak dan semua standar
yang digunakan diambil standar minimal dalam batas aman.
2.3. Klasifikasi dan Fungsi Jalan
2.2.3. Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan
Klasifikasi Menurut Sistem Jaringan Jalan : (1) Sistem Jaringan Jalan Primer, (2)
Sistem Jaringan Jalan Sekunder.
3. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang
memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk kedalam
kawasan perkotaan
Sistem Jaringan Jalan Primer dimaksud merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah

625
di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
Kawasan yang mempunyai fungsi primer, antara lain : Industri berskala Regional,
Bandar Udara, Pasar Induk, Pusat perdagangan skala Regional/Grosir.
4. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem Jaringan Jalan Sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.

2.2.4. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan


Klasifikasi Jalan Umum Menurut Fungsi Jalan terdiri atas Jalan Arteri, Jalan
Kolektor, Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan.
1. Jalan Arteri
Jalan Arteri adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
Angkutan utama adalah angkutan bernilai ekonomis tinggi dan volume besar.
Jalan Arteri meliputi jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder.
● Jalan Arteri Primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat
nasional. Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
Untuk Jalan Arteri Primer Wilayah Perkotaan, mengikuti kriteria sebagai
berikut :
 Jalan Arteri Primer dalam kota merupakan terusan arteri primer luar kota.
 Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.
 Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 60 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
 Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional.
Untuk itu, lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-
alik dan lalu lintas lokal dan kegiatan lokal.
 Kendaraan angkutan berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan
menggunakan jalan ini.
 Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses
langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter.
 Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume
lalu lintasnya. Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas harian rata-rata.
 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi
jalan yang lain.
 Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan.
● Jalan Arteri Sekunder merupakan jalan arteri dalam skala perkotaan.
Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau
menghubungkan kawasan kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Untuk Jalan Arteri Sekunder Perkotaan, mengikuti kriteria sebagai berikut :
 Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.

626
 Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah permukiman.
 Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
 Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.
2. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan
angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan sebaliknya yang
bersifat membagi dari angkutan utama untuk diteruskan ke angkutan setempat.
Jalan Kolektor meliputi jalan Kolektor Primer dan jalan Kolektor Sekunder.
● Jalan Kolektor Primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah.
Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
Untuk Jalan Kolektor Primer Wilayah Perkotaan, kriterianya :
 Jalan Kolektor Primer kota merupakan terusan kolektor primer luar kota.
 Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.
 Dirancang dengan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
 Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses
langsung lebih dari 400 meter.
 Kendaraan angkutan berat dan bus dapat diijinkan memalui jalan ini.
 Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume
lalu lintasnya.
 Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume LHR.
 Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini seharusnya tidak diijinkan
pada jam sibuk.
 Dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang cukup.
 Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.
● Jalan Kolektor Sekunder merupakan jalan kolektor dalam skala perkotaan.
Menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder kesatu atau
menghubungkan kawasan kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Untuk Jalan Kolektor Sekunder Perkotaan, kriterianya sebagai berikut :
 Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
 Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah permukiman.
 Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
 Besarnya LHR pada umumnya lebih rendah dari sistem primer.
3. Jalan Lokal
Jalan Lokal adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.

627
Angkutan setempat adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi
ulang-alik yang tinggi
Jalan Lokal meliputi jalan Lokal Primer dan jalan Lokal Sekunder.
● Jalan Lokal Primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal.
Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan
persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga atau dibawahnya atau
dengan persil.
Untuk Jalan Lokal Primer daerah perkotaan, kriterianya :
 Merupakan terusan lokal primer luar kota.
 Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
 Dirancang dengan kecepatan rencana 20 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
 Kendaraan angkutan berat dan bus diijinkan melalui jalan ini.
 Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dari sistem primer yang ada.
● Jalan Lokal Sekunder merupakan jalan lokal dalam skala perkotaan.
Menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau di bawahnya dan
kawasan sekunder dengan perumahan.
Untuk Jalan Lokal Sekunder daerah perkotaan, kriterianya :
 Dirancang dengan kecepatan rencana 10 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.
 Kendaraan angkutan berat dan bus tidak diijinkan memalui jalan ini di
daerah permukiman.
 Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi
jalan lainnya.
4. Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan adalah merupakan yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan Lingkungan meliputi jalan Lingkungan Primer dan jalan Lingkungan
Sekunder.
● Jalan Lingkungan Primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah
tingkat lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten.

● Jalan Lingkungan Sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala


perkotaan seperti di lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di
kawasan perkotaan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian Tugas Akhir dengan judul ”Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku
(Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak
Kabupaten Kutai Barat”, seperti pada gambar 3.1 berikut ini.

628
Lokasi
Penelitia

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian


Sumber : Pemerintah Kutai Barat, 2012
Peta lokasi penelitian secara detail dari tugas akhir Perencanaan Tebal Perkerasan
Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak
Kabupaten Kutai Barat seperti pada gambar 3.2 berikut ini.

Lokasi
Penelitia

629
Gambar 3.2. Peta Lokasi Penelitian
Sumber : Data Proyek, 2012

3.2. Jadwal/Waktu Penelitian


Adapun jadwal/waktu kegiatan penulisan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut.
Tabel 3.1 Jadwal/Waktu Penelitian
N Bulan Juni Juli Agustus Septemb Oktober
o Kegiatan er
1. Persiapan
2. Penyusunan
Proposal
3. Seminar I
4. Pengumpulan
Data
5. Analisis Data
6. Penulisan
Laporan
7. Seminar II
8. Persiapan
Pendadaran
9. Pendadaran
Sumber : Analisis, 2012.

3.2. Proses Penelitian


Untuk mencapai maksud dan tujuan daripada penulisan tugas akhir ini mencakup
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan serta keluaran yang dihasilkan dari kegiatan
tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Kegiatan persiapan yaitu, menyediakan format yang dipakai untuk pengambilan data
dilapangan yaitu nilai-nilai CBR rencana dan perhitungan LHR (Lampiran ).
2. Mencatat kondisi fisik ruas jalan (existing) panjang, lebar dan lain-lain.
3. Menghitung jumlah/jenis kendaraan yang lewat pada jalan tersebut (LHR), yaitu
mulai dari sepeda, sepeda motor, mobil penumpang, truk ringan sampai dengan alat
berat.
4. Menetapkan panjang ruas jalan tersebut yang perlu dilaksanakan kontruksi perkerasan
kaku (Rigid Pavement).

3.3. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diteliti atau akan dibahas,
maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

630
1. Teknik kepustakaan yaitu dengan mendapatkan informasi dan data mengenai teori-
teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diperoleh dari literatur-
literatur, bahan kuliah, majalah konstruksi, media internet dan media cetak lainnya.
2. Data dalam pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) pada Ruas Jalan dari Jalan
Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
Timur.
3. Wawancara : data yang diperoleh melalui wawancara lagsung (Direct interview)
dengan berbagi pihak yang terkait dengan pekerjaan tersebut.
3.3.1 Data Observasi (Data Awal).
Data Kota Melak secara makro, dan wilayah lokasi penelitian secara mikro, serta
keadaan geografisnya dan kondisi fisik lokasi.

3.3.2. Data Survey Lapangan


Untuk merencanakan kontruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), maka diperlukan
data lapangan sebagai berikut :
a. Data Geometrik Jalan, data ini diambil dengan menggunakan meteran dan mencakup
pengukuran lebar mulut simpang, panjang serta batas-batas garis pemisah arus, lebar
jalan dan lain-lain.
b. Data Volume Lalu Lintas, data ini diambil secara manual berdasarkan Tata Cara
Pelaksanaan Survei perhitungan Lalu Lintas No. 016/T/BNKT/1990 yang diterbitkan
oleh Direktorat Pembinaan Jalan Kota Direktorat Jendral Bina Marga, dimana survei
lapangan dilakukan selama dua hari dengan pertimbangan bahwa arus lalu lintas yang
lewat pada setiap harinya dapat terwakili pada hari tersebut. Pangambilan data
dilakukan mulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 18.00 sore. Pemilihan
jam tersebut adalah berdasarkan survei pendahuluan (preliminary Survey) selama dua
hari untuk mengetahui waktu arus lalu lintas puncak terjadi. Hasil perhitungannya
dapat dilihat pada lampiran.
c. Dokumentasi lokasi penelitian.
3.3.3. Data LHR
Lalu lintas harian rata-rata (LHR) dan pertumbuhan lalu lintas.
Ciri pengenalan penggolongan kendaraan adalah seperti dibawah ini,
Tabel 3.2. Penggolongan kendaraan berdasarkan Pedoman Teknis No.Pd.T-19-
2004.
No. Type Kendaraan Golongan
1. Sedan, Jeep, St. Wagon 2
2. Oplet, P. Oplet, Sub-urban, Combi, Minibus 3
3. Pick up, M. Truck dan Mobil hantaran atau 4
Pick up Box
4. Bus Kecil 5a
5. Bus Besar 5b
6. Truck ringan 2 sumbu 6a
7. Truck sedang 2 sumbu 6b
8. Truck 3 sumbu 7a
9. Truck Gandengan 7b
10. Truck Semi Trailer 7c
Sumber :Ari Suryawan, 2005
3.3.4. Data Curah Hujan
Untuk data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kota
Sendawar. Data curah hujan berfungsi menentukan nilai Faktor Regional (Fr).
3.3.5. Data CBR
631
Data CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban yang
dibutuhkan untuk penetrasi sehingga dicapai nilai daya dukung yang dinyatakan dalam
persen.
Data CBR dilapangan dipergunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar atau bahan
lain yang hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan. Pengambilan sampel tanah untuk test
dilapangan sepanjang trase jalan.
CBR tanah dasar dilapangan dipergunakan untuk mengethui nilai kekuatan tanah
dasar.

3.4. Prosedur Perencanaan


Prosedur perencanaan tebal perkerasan kaku didasarkan atas dua model kerusakan
yaitu :
1. Retak fatik (lelah) pada pelat beton.
2. Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan
berulang pada sambungan tempat retak yang direncanakan.

Sumber : Pd T-
14- 2003
Gambar 3.3.
Sistem Perencanaan
Tebal Perkerasan
Gambar 3.4.
adalah system
perencanaan
perkerasan kaku
berawal dari
penilaian CBR tanah dasar sampai perhitungan kerusakan erosi dan fatik terhadap pelat beton
yang direncanakan.

632
Tabel 3.4. Langkah-langkah Perencanaan Tebal Perkerasan Beton Semen
Sumber : Pd T-14-2009

3.5. Metode Analisis Data


M e t o d e a n a l i

perhitungan yang dilakukan adalah meliputi :


1. Perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) diameter Dowel dan Tie Bar
pada ruas jalan tersebut.
2. Perhitungan biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan
tersebut.
3.5.1. Perhitungan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Analisis dan perhitungan tentang tebal perkerasan kaku (rigid pavement), adalah,
meliputi :
1. Kekuatan Lapisan Tanah dasar.
2. Kekuatan Beton.
3. Perhitungan Lalu Lintas Rencana.
4. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course).
5. Tebal Pelat Beton.

633
3.5.2. Perhitungan Diameter Dowel dan Tie Bar
Analisis dan perhitungan tentang diameter Dowel dan Tie Bar yang disyaratkan sesuai
tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut, meliputi :
1. Perencanaan Dimensi Tulangan Dowel dan Tie Bar.
2. Sambungan dan bentuk-bentuk sambungan.
3. Geometrik sambungan.
4. Dimensi bahan penutup sambungan.

3.5.3. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Analisis dan perhitungan Rencana Anggaran Biaya perkerasan kaku (rigid pavement)
pada ruas jalan tersebut, meliputi : Biaya Pendahuluan, Biaya Persiapan Badan Jalan, Biaya
Pekerjaan Tanah dan Biaya Pekerjaan Struktur.

3.5.4. Hasil Analisis/Perhitungan


Dari hasil analaisis dan perhitungan, akan diperoleh sebagai berikut:
1. Tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut.
2. Diameter Dowel dan Tie Bar yang disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid
pavement) pada ruas jalan tersebut.
3. Rencana Anggaran Biaya perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan
tersebut.

3.6. Bagan Alir Penelitian (Flow Chart)


Adapun bagan alir penelitian (flow chart) pada Tugas Akhir ini, seperti disajikan pada
gambar berikut ini:

Mulai

Latar Belakang : Permasalahan : Tinjauan Pustaka :


Perencanaan 1. Besar tebal perkerasan kaku  Metode perhitungan
Perkerasan Kaku sereta Diameter Dowel dan Tie tebal perkerasan dan
Bar (rigid pavement)? tulangan rigid
(Rigid Pavement) pavement.
pada Ruas Jalan dari 2. RAB perkerasan kaku (rigid
 Metode Perhitungan
Jalan Patimura ke Pasar pavement)? RAB rigid pavement.
Olah Bebaya Melak Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


1. Observasi Lapangan 1. Data Proyek
2. Dokumentasi 2. Data eksisting, Peta

Analisa / Perhitungan :
1. Tebal perkerasan kaku serta
diameter Dowel dan Tie Bar (rigid
pavement).
2. RAB perkerasan kaku (rigid
pavement).

Kesimpulan dan Saran

634
Selesai
Gambar 3.8
Bagan Alir Penelitian (Flow Chart)
Sumber : Analisis, 2012.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Data Eksisting
Kondisi Ekisting Ruas jalan dari Jalan Patimura menuju Pasar Olah Bebaya yang
terletak di Kota Melak Kabupaten Kutai Barat, adalah ruas jalan dalam kota yang banyak
dilalui oleh kendaraan pengangkut barang dagangan baik berupa truk-truk besar dan mobil
pick up, di samping mobil para konsumen pasar sering masuk keluar, serta sering dilanda
banjir.
Panjang jalan yang dilakukan penelitian adalah sepanjang 750 meter, lebar jalur
utama 2x4 m (perkerasan kaku) dengan median 0,40 m dan bahu jalan 2 x 1 m (tanah),
kontruksi Rigid Pavement beton K-350 kg/cm2.
4.2. Data Teknis Perencanaan Perkerasan
Data teknis perencanaan perkerasan kaku pada ruas Jalan Patimura menuju Pasar
Olah Bebaya yang terletak di Kota Melak, adalah sebagai berikut :
1. Status Fungsi Jalan : Kolektor lokal kota
2. Tipe Jalan : 2 lajur 2 arah
3. Kelandaian Rata-rata : 2%
4. Kondisi Iklim : Curah hujan rata-rata 272 mm per tahun (data
terlampir).
5. Usia rencana : 20 tahun
6. Rencana jenis Perkerasan : Perkerasan kaku menerus tanpa tulangan.
Median

4M 4M

Gambar 4.1 Kondisi Eksiting Jalan Patimura - Pasar Olah Bebaya, Kota Melak

4.3. Perhitungan Data Teknis Perencanaan


4.3.1. CBR yang mewakili
Berdasarkan hasil pengujian CBR dengan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer
(DCP) Test seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1. Pengujian CBR dengan DCP
CBR
Titik Km/Sta
(%)
1 0+050 12,00 %
2 0+100 8.90 %
3 0+150 8,20 %
4 0+200 11,60 %
5 0+250 11,70 %

635
6 0+300 11,50%
7 0+350 8,40 %
8 0+400 8,20 %
9 0+450 12,10 %
10 0+500 11,10 %
11 0+550 11,30 %
12 0+600 8,80 %
13 0+650 8,20 %
14 0+700 11,60 %
15 0+750 12,00 %
CBR rata-rata 10,37 %
Sumber : Data Perencanaan Proyek, 2012.

4.3.2. Koefisien distribusi kendaraan niaga pada lajur rencana


Jalan yang direncanakan 2 lajur 2 arah maka pada tabel 2.4. didapat :
- Nilai koefisien distribusi : 0,50
4.3.3. Faktor Keamanan (Fk)
Peranan jalan dari perencanaan adalah jalan kolektor/lokal, maka pada tabel 2.5.
didapat : Faktor Keamanan : 1,0

4.3.4. Analisis Lalu Lintas


Tabel 4.2. Analisis Beban Sumbu
Beban Max Persen Per Beban Sumbu Beban
(Ton) (%) (Ton)
1 2 3=1x2
50% 1,00
2
50% 1,00
34% 3,06
9
66% 5,94
34% 2,82
8,3
66% 5,94
34% 6,19
18,2
66% 12,01
25% 6,25
25
75% 18,75
18% 5,65
28% 8,79
31,4
27% 8,48
27% 8,48
18% 4,72
26,2 41% 10,74
41% 10,74

636
18% 7,56
42 28% 11,76
54% 22,68
Sumber : Hasil Perhitungan, 2012.
4.3.5. Mutu Beton Rencana
Dengan data LHR yang diperoleh dan konfigurasi beban sumbu berdasarkan jenis dan
beban kendaraan dihitung untuk memperoleh (f’c) beton dengan agregat pecah = 0,75 (K),
sesuai Pd.T-14-2003.
Akan digunakan beton dengan kuat tekan 28 hari sebesar 350 Kg/cm2 atau 35 MPa.
- fcr = K. (f’c)0.50 = 0,75 . (35)0,50 = 3,6 Mpa > 3,5 Mpa (minimum
yang disarankan)
Sumber : Pd T-14-2003

4.4. Perhitungan Tebal Perkerasan Kaku


Perhitungan dengan menggunakan SNI Pd-T-14-2003
Diketahui data parameter perencanaan sebagai berikut :
1. CBR Tanah Dasar : 10,37 %
2. Kuat tarik lentur (Fcr) : 3,5 Mpa
(f’c) : 350 Kg/cm2, Silinder
3. Bahan Pondasi Bawah : BP (Bahan Pengikat) 15 cm (Gambar 2.2)
4. Rencana jenis Perkerasan : Perkerasan bersambung tanpa tulangan.
5. Koefisien Distribusi : 0,5
6. Faktor keamanan : 1,0
7. Bahu Jalan : Ya (tanah)
8. Ruji/Dowel : Ya
9. Data lalu lintas harian rata-rata (LHR) :
- Mobil Penumpang : 1170
- Bus : 54
- Truk 2 as kecil : 675
- Truk 2 as besar : 63
- Truk 3 as : 13

637
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil survey lapangan, analisis dan perhitungan pada pembahasan Tugas Akhir
tentang “Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan dari Jalan
Patimura ke Pasar Olah Bebaya Melak Kabupaten Kutai Barat”, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), adalah :
 Panjang jalan yang direncanakan adalah sepanjang 750 meter dengan lebar jalan
2 x 4 m, median jalan 0,40 meter, bahu jalan 2x1 m.
 Klasifikasi jalan menurut fungsinya adalah termasuk Kolektor Lokal Kota.
 Umur rencana yang dilakukan adalah 20 tahun.
 Tebal perkerasan beton (rigid pavement) = 30 cm dengan mutu beton K.350 (350
kg/cm2).
 Dowel (Ruji) : Ø 38 mm, panjang 45 cm dengan jarak antar dowel = 30 cm.
 Tie Bar : Ø 16 mm, panjang 100 cm dengan jarak antar tie bar = 60 cm.
2. Besar biaya pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), adalah Rp. 6.858.952.000,-
(Enam Milyar Delapan Ratus Lima Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Lima Puluh
Dua Ribu Rupiah).

5.1. Saran
Adapun saran yang penulis dapat berikan dalam Tugas Akhir ini, adalah sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) harus diperhatikan dengan
seksama akan mutu beton yang disyaratkan sesuai dengan perhitungan K.350 (350
kg/cm2) , serta umur waktu beton 28 hari dalam proses pembetonannya sehingga
tidak mengalami kerusakan pada saat digunakan sesuai beban kendaraan yang
direncanakan dalam penelitian ini.
2. Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila dipasaran tidak ditemui diameter besi yang sesuai
dengan hasil perencanaan, maka dapat digunakan dengan besi yang diamteter yang
mendekati dengan ketentuan harus dilakukan kembali perhitungan pembesian dengan
ketebalan perkerasan yang sama dengan 30 cm.

638

Anda mungkin juga menyukai