Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PRA SEKOLAH

Di SusunOleh :

1. Mila Zaskia 1603053


2. Bella Ayu Lestari 1603015
3. Siti Ulfa Khasanah 1603071
4. Dicky Dwi Spataru 1603041

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam memahami Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Prasekolah. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Saran dan kritik kami terima, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
            Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 30 Maret 2018

Penyusun 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa prasekolah. Karena pada masa
ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, kesadaran emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-
sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya.
Perkembangan anak anak optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan
anak pada berbagai tahap perkembangan.
Program-program pra-sekolah ditemukan memberikan manfaat jangka pendek maupun
jangka panjang, seperti prestasi akademik yang lebih tinggi, angka tinggal kelas yang lebih
rendah, angka kelulusan yang lebih tinggi, dan angka kenakalan yang lebih rendah dikelak
kemudian hari. Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebagaimana dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa, sesungguhnya selain berfungsi untuk menstimulasi dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak, pendidikan pra-sekolah juga memiliki pengaruh
yang cukup besar terhadap kesiapan anak dalam memasuki jenjang pendidikan sekolah dasa
Perkembangan sosial dalam pendidikan anak prasekolah merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma- norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan
sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak
dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan
bermasyarakat. Dalam proses perkembangannya ada ciri- ciri yang melekat dan menyertai
anak- anak tersebut.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia prasekolah?

C. Tujuan

Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Prasekolah (bahasa Inggris: pre-school) merupakan pilihan pendidikan bagi kanak-kanak


sebelum memasuki sekolah. Early Childhood adalah anak yang berusia sejak lahir sampai
dengan usia delapan tahun. Batasan ini sering kali dipergunakan untuk merujuk anak yang
belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakanya sebagai tipe Prasekolah.
Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek
perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persediaan
untuk masuk ke sekolah dasar.
[ CITATION Adi06 \l 1033 ]

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Dalam usia ini anak umumnya
mengikuti program anak (3 tahun-5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan
pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak
Dalam perkembangan ada beberapa tahap yaitu:
a. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang
sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorisnya, usia
setengah tahun sampai kira-kira 3 tahun melai memiliki kepekaan bahasa dan sangat
tepat untuk mengembangkan bahasanya.
b. Masa usia 2-4 tahun gerak-gerak otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik untuk
berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat
pada benda-benda kecil dan mulai menyadari adanya urutan waktu(pagi, siang, sore,
dan malam).

B. Perkembangan Hubungan Sosial

Anak prasekolah mulai membina hubungan dengan lingkungan diluar keluarganya.


Anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga dalam hal pemberian pengakuan
yang positif terhadap perilaku anak yang adaptif sehingga anak dapat mengembangkan
kemampuan berhubungan yang dimilikinya. Hal tersebut merupakan dasar rasa otonomi anak
yang nantinya akan berkembang menjadi kemanpuan hubungan interdependen. Kegagalan
anak dalam berhubungan dengan lingkungan dan disertai respon keluarga yang negative akan
mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol diri, pesimis, dan takut perilakunya
salah.
[ CITATION Yus15 \l
1033 ]
C. Tahap Tumbuh Kembang pada Usia Prasekolah (3-6 tahun)

[ CITATION Abd11 \l 1033 ] Menyatakan bahwa pada usia ini anak semakin berkembang.
Selama bermain, anak mencoba pengalaman baru dan peran social. Pertumbuhan fisik lebih
lambat. Terbagi menjadi berikut ini:
Anak Usia 3-4 tahun:
a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
b. Berjalan pada jari kaki
c. Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
d. Menggambar garis silang
e. Menggambar orang(hanya kepala dan badan)
f. Mengenal 2 atau 3 warna
g. Bicara dengan baik
h. Bertanya bagaimana seorang anak dilahirkan
i. Mendengar cerita-cerita
j. Bermain dengan anak lain
k. Menunjukkan rasa saying kepada saudara-saudaranya
l. Dapat melaksanakan tugas-tugas sedrhana
Anak Usia 4-5 tahun:
a. Mampu melompat dan menari
b. Menggambar orang terdiri atas kepala, lengan, dan badan
c. Dapat menghitung jari-jarinya
d. Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
e. Minat kepada kata baru dan artinya
f. Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
g. Membedakan besar dan kecil
h. Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
Anak Usia 6 tahun:
a. Ketangkasan meningkat
b. Melompat tali
c. Bermainsepeda
d. Menguraikan objek-objek dengan gambar
e. Mengetahui katan dan kiri
f. Memperlihatkan temper tantrum
g. Mungkin menentang dan tidak sopan.

D. Perkembangan Kepribadian: Teori Psikososial

Prinsip epeigenetik. Menurut Erickson, ego berkembang melalui berbagai tahap


kehidupan mengikuti prinsip epigenetic, istilah yang dipinjam dari embriologi.
Perkembangan epigenetic adalah perkembangan tahap demi tahap dari organ-organ embrio.
Ego berkembang mengikuti prinsip epigenetic, artinya tiap bagian dari ego berkembang pada
tahap perkembangan tertentu dalam rentang waktu tertentu(yang disediakan oleh hereditas
untuk berkembang). Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan dikembangkan diatas
perkembangan sebelumnya(tetapi tidak mengganti perkembangan tahap sebelumnya itu).
Perkembangan kepribadian menurut Erik H. Erickson
Pada masa prasekolah perkembangan yang dialami pada anak yaitu
perkembangan,
Inisiatif vs Merasa Bersalah (3-6 tahun)
Pada tahap ini, anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Selain
itu, pada tahap ini Erickson mementingkan perkembangan pada fase bermain, yaitu:
identifikasi dengan orang tua(oudipus complex), mengembangkan gerakan tubuh, ketrampilan
bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi, dan kemampuan menentukan tujuan. Erickson mengakui
gejala oudipus muncul sebagai dampak dari fase psikososeksual genital-locomotor, namun
diberi makna yang berbeda. Menurutnya, situasi oudipus adalah prototype dari kekuatan yang
abadi dari kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia bermain diikuti dengan
peningkatan fasilitas untuk bergerak. Inisiatif yang digunakan anak untuk memilih dan
mengejar berbagai tujuan, seperti berteman dengan ibu/ayah, atau meninggalkan rumah, juga
untuk menekan atau menunda suatu tujuan. Konflik antarainisiatif dengan berdosa
menghasilkan kekuatan dasar(virtue) atau tujuan(purpose). Tahap ini dipenuhi fantasi anak,
menjadi ayah, ibu, atau menjadi karakter baik untuk mengalahkan penjahat. Rasa inisiatif
mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai
diikutsertakan sebagai individu, misalnya turut serta merapikan tempat tidur atau membantu
orang tua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya, misalnya menjadi
aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman
sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri. Peran ayah sudah mulai berjalan pada
fase ini dan hubungan segitiga antara ayah-ibu-anak sangat penting untuk membina
kemantapan identitas diri. Orang tua dapat melatih anak untuk mengintegrasikan peran-peran
social dan tanggung jawab social. Pada tahap ini, terkadang anak tidaak dapat mencapai
tujuan atau kegiatannya karena keterbatasan, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya dari
orang tua atau orang lain terlalu tinggi atau berlebihan, maka dapat mengakibatkan anak
merasa aktivitasatau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan bersalah.
a. Indicator positif: mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan memengaruhi lingkungan.
Mulai mengevaluasi kebiasaan (perilaku) diri sendiri.
b. Indicator negative: kurang percaya dir, pesimis, dan takut salah. Pembatasan dan
control yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi.
c. Inisiatif: mencoba hal-hal baru, perilaku kuat, imajinatif dan intrisif, perkembangan
perasaan bersalah, serta identifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin sama.
d. Pembatasan yang berlebihan: seperti mencegah anak dari perkembangan inisiatif.
e. Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan
dengan orang tua.
f. Anak perlu belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain.
E. Karakteristik Fase Perkembangan Prasekolah

a. Perkembangan Fisik
Perkembangan  fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya kemampuan atau
keterampilan motorik, baik yang kasar maupun yang lembut. 

b.      Perkembangan Intelektual
Secara ringkas perkembangan intelektual masa prasekolah ini dapat dilihat pada tabel berikut.
PERIODE DESKRIPSI
praoperasional .    Mampu berpikir dengan menggunakan simbol (symbolic function).
2.    Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsinya. Mereka meyakini apa
yang dilihatnya, dan hanya  terfokus kepada satu atribut / dimensi
terhadap satu objek dalam waktu yang sama. cara berpikir mereka
bersifat memusat
( centering ).
3.    Berpikirnya masih kaku tidak fleksibel. Cara berpikirnya berfokus
kepada keadaan awal atau akhir dari suatu transformasi, bukan kepada
transformasi itu sendiri yang mengantarai keadaan tersebut. Contohnya:
Anak mungkin memahami bahwa dia lebih tua dari adiknya, tetapi
mungkin tidak memahaminya, bahwa adiknya lebih muda dari dirinya.
4.    Anak sudah mulai mengerti dasar – dasar mengelompokkan sesuatu
atau dasar satu dimensi, seperti atas kesamaan warna, bentuk dan ukuran

c.       Perkembanagn Emosional
Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut.
1.    Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan. Rasa takut
terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan:
2.   Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya. kecemasan ini
muncul mungkin dari situasi – situasi yang dikhayalkan, berdasarkan pengalaman yang
diperoleh, baik perlakuan orangtua, buku – buku bacaan/komik, radio, atau film. Contoh
perasaan cemas: anak berda di dalam kamar yang gelap, takut hantu dan sebagainya.
3.   Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri,
atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal ( kata – kata kasar / makian /
sumpah serapah ), atau nonverbal ( seperti mencubit, memukul, menampar, menendang, dan
merusak ). Perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang dialaminya,
yaitu perasaan kecewa atau perasaan tidak senang karena adanya hambatan terhadap
pemenuhan keinginannya.
4.   Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut
kasih saying dari seseorang yang telah mencurahkan kasih saying kepadanya. Sumber yang
menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial, hubungan dengan orang lain. Seperti
kakak cemburu kepada adiknya, karena dia telah merebut kasih saying dari orangtuanya.
Perasaan cemburu ini diikuti dengan ketegangan, yang biasanya dapat diredakan dengan
5.   kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena
terpenuhi keinginannya. Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada anak, diantaranya
terpenuhi kebutuhan jasmaniah ( makan dan minum ), keadaan jasmaniah yang sehat,
diperolehnya kasih sayang, ada kesempatan untuk bergerak ( bermain secara leluasa ), dan
memiliki mainan yang disenanginya.
6.   Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan
terhadap orang lain, hewan atau benda. Perasaan ini berkembang berdasarkan pengalamannya
yang menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain (orangtua, saudara, dan teman),
hewan (seperti, kucing dan burung), atau benda (seperti mainan). Kasih sayang anak kepada
orangtua atau saudaranya, amat dipengaruhi oleh iklim emosional dalam keluarganya.
Apabila orangtua dan saudaranya menaruh kasih sayang kepada anak, maka dia pun akan
menaruh kasih sayang kepada mereka.
7.   Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya ( takut yang abnormal
), seperti takut ulat, takut kecoa, dan takut air. Perasaan ini muncul akibat perlakuan orangtua
yang suka menakut – nakuti anak, sebagai cara orangtua untuk menghukum, atau
menghentikan perilaku anak yang tidak disenanginya.
8.   Ingin tahu ( curiosity ), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek
– objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan –
pertanyaan yang diajukan anak. Seperti anak bertanya tentang dari mana dia berasal, siapa
Tuhan, dan di mana Tuhan berada. Masa bertanya ( masa haus nama ) ini dimulai pada usia 3
tahun dan mencapai puncknya pada usia sekitar 6 tahun.

d.    Perkembanagan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap
( sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya ) yaitu sebagai berikut.
1.    Masa ketiga ( 2,0 – 6,0 ) yang bercirikan
a)    Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
b)   Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya burung pipit lebih kecil
dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
c)    Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, di mana dan dari mana.
d)   Anak sudah banyak menggunakan kata – kata yang berawalan dan yang berakhiran.
2.    Masa keempat ( 2,6 – 6,0 ) yang bercirikan
a)      Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b)      Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu – sebab
akibat melalui pertanyaan – pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa, dan bagaimana.

e.     Perkembngan Sosial
Tanda – tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah:
1)   Anak mulai mengetahui aturan – aturan, baik dilingkungan keluarga maupun
dalam lingkungan bermain.
2)   Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
3)   Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
4)   Anak mulai dapat bermain bersama anak – anak lain, atau teman sebaya (neer group).
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh sosiopsikologis keluarganya.
Apabila di lingkungan keluarga tecipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling
membantu ( bekerja sama ) dalam menyelesaikan tugas – tugas keluarga atau anggota
keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan
aturan, maka anak akan memiliki kemampuan, atau penyesuaian sosial dalam berhubungan
dengan orang lain.
Kematangan penyesuaian sosial anak akan sangat terbantu, apabila anak dimasukkan ke
Taman Kanak – Kanak. TK sebagai “ jembatan bergaul “ merupakan tempat yang
memberikan peluang kepada anak untuk belajar memperluas pergaulan sosialnya, dan
menaati peraturan ( kedisiplinan ).

f.       Perkembangan Bermain
Usia anak pra sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya
diisi dengan kegiatan bermain. Yang dimaksud dengan kegiatan bermain disini adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Terdapat
beberapa macam permainan anak (Abu Ahmadi, 1977), yaitu sebagai berikut.
1)      Permainan Fungsi  (permainan gerak), seperti meloncat-loncat, naik dan turun tangga,
berlari-larian, bermain tali dan bermain bola.
2)      Permainan Fiksi , seperti menjadikan kursi sebagai kuda, main sekolah-sekolahan,
dagang-dagangan, perang-perangan dan masak-masakan.
3)      Permainan Reseptif atau Apresiatif, seperti mendengarkan cerita atau dongeng, melihat
gambar dan melihat orang melukis.
4)      Permainan Membentuk (konstruksi), seperti membuat kue dari tanah liat, membuat
gunung pasir, membuat kapal-kapalan dari kertas, membuat gerobak dari kulit jeruk,
membentuk bangunan rumah-rumahan dai potongan-potongan kayu (plastik) dan membuat
senjata dari pelepah daun pisang.
5)      Permainan Prestasi, seperti sepak bola, bola voli, tenis meja dan bola basket.

g.    Perkembangan Kepribadian
Aspek kepribadian anak Dependency & Self-Image
              Konsep anak pra sekolah tentang dirinya sulit dipahami dan dianalisis, karena
ketrampilan bahasanya belum jelas dan pandangannya terhadap orang lain masih egosentris.
Mereka memiliki sistempandanga dan persepsi yang kompleks, tapi belum dapat menyatakan.
Perkembangan sikap “Independensi” dan kepercayaan diri (self confidence) anak amat terkait
dengan cara perlakuan orang tuanya. Sebagai orang tua, mereka memberikan perlindungan
kepada anak dari sesuatu yang membahayakan dan dari kefrustasian. Gaya perlakuan orang
tua kepada anak, ternyata sangat beragam, ada yang terlalu memanjakan, bersikap keras,
penerimaan dan kasih sayang, dan acuh tak acuh (permisif). Masing-masing perlakukan itu
cenderung memberikan dampak yang beragam bagi kepribadian anak.
h.      Perkembangan Moral
              Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap
kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi
dengan orang lain (orang tua, saudara dan teman sebaya) anak belajar memahami tentang
kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak
boleh/ditolak/tidak disetujui. Berdasarkan pemahamannya itu, maka pada masa ini anak harus
dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku (seperti, mencuci
tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur dan membaca basmalah sebelum
makan).
              Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik-buruk, benar-salah, atau menanamkan
disiplin pada anak, orang tua atau guru hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya.
Seperti (1) mengapa menggosok gigi sebelum tidur itu baik, (2) mengapa sebelum makan
harus memcuci tangan; atau (3) mengapa tidak boleh membuang sampah sembarangan.
Penanaman disiplin dengan disertai alasannya ini, diharapkan akan mengembangkan self-
control atau self-discipline(kemampuan mengendalikan diri, atau mendisplinkan diri
berdasarkan kesadaran sendiri) pada anak. Apabila penanaman disiplin ini tidak diiringi
penjelasan tentang alasannya, atau bersifat doktriner, biasanya akan melahirkan sikap disiplin
buta, apalagi jika disertai dengan perlakuan yang kasar.
              Pada usia pra sekolah berkembang kesadaran sosial anak, yang meliputi sikap
empati, “generosity” (murah hati) atau sikap “altruism” yaitu kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain. Sikap ini merupakan lawan dari egosentris atau “selfishness”
(mementingkan diri sendiri).

i.        Perkembangan Kesadaran Beragama


Kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1)      Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya.
2)      Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormorph(dipersonifikasikan).
3)      Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka
telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
4)      Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai
dengan taraf berpikirnya yang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari
sudut dirinya)
Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang berkat : (1) mendengarkan ucapan-
ucapan orang tua, (2) melihat sikap perilaku orang tua dalam mengamalkan ibadah; dan (3)
pengalaman dan meniru ucapan atau perbuatan orang tuanya.
Sesuai dengan perkembangan intelektualnya (berpikirnya) yang terungkap dalam kemampuan
berbahasa, yaitu sudah dapat membentuk kalimat, mengajukan pertanyaan dengan kata-kata:
apa, siapa, dimana, dari mana dan kemana: maka pada usia ini kepada anak sudah dapat
diajarkan syahadat, bacaan dan gerakan solat, doa-doa dan Al Quran.
Mengajarkan salat pada usia ini dalam rangka memenuhi tuntunan Rasulullah, bahwa orang
tua harus menyuruh anaknya salat pada usia tujuh tahun, “muruu auladakum bisholaat sab’u
siniin”(suruhlah anak-anakmu salat pada usia 7 tahun).
Dengan demikian, mengajarkan bacaan dan gerakan salat pada usia ini adalah dalam rangka
mempersiapkan dia untuk dapat melaksanakan salat pada usia tujuh tahun tersebut.
Adapun doa-doa yang diajarkan : (1) doa sebelum makan dan sesudahnya, (2) doa berangkat
dari rumah, (3) doa tidur, (4) doa untuk orang tua, (5) doa keselamatan/kebahagiaan di dunia
dan di akherat.
Di samping mengajarkan hal-hal diatas, kepada anak pun diajarkan atau dilatihkan tentang
kebiasaan-kebiasaan melaksanakan akhlakul karimah, seperti (1) mengucapkan salam; (2)
membacakan basmalah pada saat akan mengerjakan sesuatu; (3) membacakan hamdalah pada
saat mendapatkan kenikmatan dan setelah mengerjakan sesuatu; (4) menghormati orang lain;
(5) memberi shodaqoh; (6) memelihara kebersihan (kesehatan) baik dari diri sendiri maupun
lingkungan (seperti mandi, menggosok gigi, dan membuang sampah pada tempatnya).

j.         Perkembangan Motorik
 Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan
motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan
kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas
motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa ideal untuk belajar
keterampilan yang berkaitan dengan mtorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis,
mengetik (komputer), berenang, main bola dan atletik.
[ CITATION Yus04 \l 1033 ]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
  Dalam upaya mendidik atau membimbing anak agar mereka dapat mengembangkan
potensi dirinya seoptimal mungkin maka bagi para pendidik, orangtua, atau siapa saja yang
berkepentingan dalam pendidikan anak, perlu dianjurkan untuk memahami perkembangan
anak
Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan pengalaman pembelajaran
kanak-kanak sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep ini menekankan
belajar sambil bermain. Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak
dalam semua aspek perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif
sebagai persedian untuk masuk ke sekolah dasar. Tetapi pemilihan sekolah yang tepat bagi
anak-anak juga harus di pikirkan dengan matang.
Pemilihan sekolah sebagai lembaga yang memberikan layanan pendidikan anak usia dini
menjadi hal yang harus diperhatikan, mengingat banyak sekolah yang masih belum
menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
Beberapa diantaranya masih menerapkan pembelajaran konvensional yang satu arah. Anak
masih dijadikan objek pembelajaran, bukan subjek pembelajaran sehingga. kretaivitas anak
seperti digembok. Belum lagi, peletakan bermain yang hanya sebagai selingan kegiatan
belajar, bukan inti pembelajaran. Padahal lewat bermain-lah anak dapat belajar karena
pelajaran bagi seorang anak ialah bermain.

B. Saran
Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca dapat menggali
kembali sumber-sumber lainnya, untuk menyempurnakannya. Jadi kami harapkan kritik yang
membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih bisa baik dan sempurna lagi dalam
pembuatan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembacanya
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Nasir, A. M. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori. Jakarta:
Salemba medika.
Gunawan, A. W. (2006). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syamsu, Y. (2004). Psikologi Perkembangan Anak. Bandung: PT REMAJA ROSDA
KARYA.
Yusuf, F. N. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai