Anda di halaman 1dari 24

Nama : Oktavialivia Siburian

Kelas :D
NIM : 21344028

1. Katalog UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

ASPEK UU No. 36 Thn 2009


JUDUL KESEHATAN
LATAR 1. Kesehatan merupakan hak asasi manusia
BELAKANG 2. Terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat menimbulkan
kerugian ekonomi yang besar
3. Kesehatan masyarakat dan merupakan tanggungjawab semua
4. UU No.23 Th 2009 tidak sesuai lagi
DASAR HUKUM Pasal 20, Pasal 28H ayat (1) dan pasal 34 ayat (3) UUD 1945
KETENTUAN Definisi kesehatan, sumber daya di bidang kesehatan, perbekalan
UMUM kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, tenaga kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan, obat, obat tradisional, teknologi kesehatan,
upaya kesehatan, pelayanan kesehatan promotif, pelayanan
kesehatan preventif, pelayanan kesehatan kuratif, pelayanan
kesehatan rehabilitatif, pelayanan kesehatan tradisional, pemerintah
pusat, pemerintah daerah, menteri.

TUJUAN 1) Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi


setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
2) Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan,
penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
nondiskriminatif dan norma-norma agama.
ASPEK YANG Hak dan kewajiban, tanggung jawab pemerintah, sumber daya
DIATUR/ dibidang kesehatan, upaya kesehatan (17 upaya), kesehatan khusus, gizi,
MATERI kesehatan jiwa, penyakit menular dan tidak menular, kesahatan
MUATAN lingkungan. Kesehatan kerja, pengelolaan kesehatan, informasi
kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta masyarakat, Badan
pertimbangan kesehatan, pembinaan dan pengawasan, penyidikan dan
ketentuan pidana.
SANKSI Pidana Denda dan Penjara
KETENTUAN 1. Berlaku 1 th.
PERALUHAN/ 2. Peraturan pelaksanaan UU 23 th 1992 masih berlaku jika tak
PENUTUP Bertentangan.
3. UU no.23 th 1992 di cabut.
2. Katalog UU 36 th 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

ASPEK UU 36 th 2014
JUDUL TENAGA KESEHATAN
LATAR 1. Kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
BELAKANG pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat.
2. Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat.
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan bertanggung jawab.

DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3).
2. UU No. 36 Th 2009 tentang Kesehatan.
KETENTUAN Definisi : Tenaga kesehatan; Asisten tenaga kesehatan; Fasilitas
UMUM pelayanan kesehatan; Upaya kesehatan; Kompetensi; Uji kompetensi;
Sertifikat kompetensi; Sertifikat profesi; Registrasi; Surat tanda
registrasi; SIP; Standar Profesi; Standar pelayanan profesi; Standar
prosedur operasional; Konsil tenaga kesehatan; Organisasi profesi;
Kolegium; Penerima pelayanan kesehatan; Pemerintah; Mentri.
TUJUAN 1. Mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
2. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam menerima
penyelenggaraan upaya kesehatan.
3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga
kesehatan.
ASPEK YANG Tanggung jawab dan wewenang pemerintah dan pemerintah daerah;
DIATUR/ Kualifikasi dan pengelompokan tenaga kesehatan; Perencanaan,
MATERI pengadaan, dan pendayagunaan; Konsil tenaga kesehatan indonesia;
MUATAN Registrasi dan perizinan tenaga kesehatan; Organisasi profesi; Tenaga
kesehatan warga negara indonesia lulusan luar negeri dan tenaga
kesehatan warga negara asing; Hak dan kewajiban tenaga kesehatan;
Penyelenggaraan keprofesian; Penyelesaian perselisihan; Pembinaan
dan pengawasan; Sanksi administratif; Ketentuan pidana.
SANKSI Teguran lisan; Peringatan tertulis; denda administratif; pencabutan izin;
Pidana denda; Pidana penjara
KETENTUAN 1. Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
PERALUHAN/ tenaga kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku, jika tidak
PENUTUP bertentangan.
2. PP No. 32 Th 1996 dicabut.
3. Katalog OOK 419/49 Tentang Undang Undang Obat-Obat Keras

ASPEK OOK 419/49


JUDUL UNDANG UNDANG OBAT-OBAT KERAS
LATAR BELAKANG -
DASAR HUKUM -
KETENTUAN UMUM Definisi : Obat-obat keras, apoteker, dokter pemimpin apotek,
dokter-dokter, dokter-dokter gigi, dokter-dokter hewan, pedagang-
pedagang kecil yang diakui, pedagang-pedagang besar yang diakui,
menyerahkan, secretarist van St, obat-obatan G, obat-obatan W,
H.P.B
TUJUAN -
ASPEK YANG Sec V St, Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran
DIATUR/ MATERI untuk penjualan dari bahan-bahan G, Penyerahan, persediaan untuk
MUATAN penyerahan dan penawaran untuk penjualan dan bahan-bahan W,
Pedagang kecil, Pedagang Besar, Penyerahan obat ke konsumen,
Penyerahan persediaan obat G dan W, Komisi Obat-Obatan,
SANKSI Denda & Penjara
ATURAN 1. OOK yang ditunjuk, surat-surat kuasa yang diberikan dan
PERALIHAN/PENUTUP peraturan-peraturan, syarat-syarat atau tindakan-tindakan lain
yang ditetapkan oleh Kepala D.v.G. sebelum saat berlakunya
Ordonansi ini, jika belum dicabut atau belum batal dianggap
telah ditunjuk, diberikan atau ditetapkan oleh Sec. V. St. sesuai
dengan peraturan-peraturan dari Ordonansi ini.
2. Mereka yang pada saat berlakunya Ordonansi Obat Keras ini
memiliki obat-obat keras tanpa wewenang harus menyerahkan
obat-obat ini dalam jangka waktu 1 bulan setelah berlakunya
Ordonansi ini kepada orang-orang yang mempunyai wewenang.
3. Mereka kepada siapa saat berlakunya Ordonansi ini telah
dikirimi obat-obat keras, yang menurut Pasal 5
pemasukannya, pengeluarannya, pengangkutannya, atau
menyuruh mengangkutnya dilarang, dapat berhubungan dengan
Inspektur Farmasi dari D.V.G. di Jakarta, yang
berwenang untuk mengeluarkan berdasarkan pendangannya
suatu izin pemasukan khusus (jika telah tiba pengeluaran
dari Luar Negeri) atau izin untuk pengeluaran atau untuk
pengangkutan atau untuk menyuruh mengangkutnya di
dalam Wilayah Indonesia.

4. Katalog UU No 35 Th 2009 Tentang Narkotika


ASPEK UU No 35 Th 2009
JUDUL NARKOTIKA
LATAR 1. Mengusahakan ketersediaan Narkotika jenis tertentu yang sangat
BELAKANG dibutuhkan sebagai obat serta melakukan pencegahan dan pemberantasan
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan prekursor
Narkotika.
2. Mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan,
mengedarkan, dan/atau menggunakan Narkotika tanpa pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan saksama serta bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan merupakan tindak pidana Narkotika karena sangat
merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan
manusia, masyarakat, bangsa, dan negara serta ketahanan nasional
Indonesia.
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 UUD RI 1945.
2. UU nomer 8 Th 1976 tentang Pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika
1961 beserta Protokol Th 1972 yang mengubahnya.
3. UU No 7 Th 1997 tentang Pengesahan United Nations Convention Againts
Illcit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, 1988.
KETENTUAN Definisi Narkotika, Prekursor Narkotika, produksi, ekspor, impor, peredaran
UMUM gelap narkotika dan prekursor narkotika, surat persetujuan impor dan ekspor,
pengangkutan PBF, industri farmasi, transito narkotika, pecandu narkotika,
ketergantungan Narkotika, penyalahguna, rehabilitasi medis, rehabilitasi
sosial,pemukafakatan jahat, penyadapan, kejahatan terorganisasi, dan
koperasi.
TUJUAN 1. Menjamin Ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika.
3. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan prekursor Narkotika.
4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi
penyalahgunaa dan pecandu Narkotika.
ASPEK YANG Ketentuan umum (definisi), dasar, asas dan tujuan; Ruang lingkup; Pengadaan;
DIATUR/ Impor dan ekspor; Peredaran ; Label dan publikasi; Prekursor narkotik;
MATERI Pengobatan dan rehabilitasi; Penyelidikan, Penentuan dan pemeriksaan
MUATAN disidang pengadilan; Peran serta masyarakat; Penghargaan; Ketentuan pidana ;
Ketentuan peralihan

SANKSI Tindak Pidana Narkotika berupa denda dan penjara


KETENTUAN UU No 22 Th 1997 tentang Narkotika sudah tidak sesuai lagi dengan
PERALUHAN/ perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk menanggulangi
PENUTUP dan memberantas tindak pidana tersebut.
5. UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
ASPEK NOMOR 5 TAHUN 1997
JUDUL PSIKOTROPIKA
LATAR BELAKANG 1. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
2. Mewujudkan tujuan pembangunan nasional salah satunya
kesehatan.
3. Psikotropika sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan,
maka ketersediaannya perlu dijamin.
4. Penyalahgunaan psikotropika dapat merugikan kehidupan
manusia dan kehidupan bangsa.
5. Makin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
mengakibatkan gejala meningkatnya peredaran gelap
psikotropika yang makin meluas.
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UUD 1945, UU 23/1992,
UU 8/1996
KETENTUAN UMUM Definisi : Psikotropika, Pabrik Obat, Produksi, Kemasan
Psikotropika, Peredaran, Perdagangan, Pedagang Besar Farmasi,
Pengangkutan, Dokumen, Transito, Penyerahan,
Lembaga Penelitian/Pendidikan, Korporasi, Menteri
TUJUAN 1. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan
pelayanan Kesehatan dan ilmu pengetahuan
2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
3. Memberantas peredaran gelap psikotropika
ASPEK Fungsi Psikotropika, Produksi Psikotropika, Peredaran,
YANG Plenyaluran dan Penyerahan Psikotropika, Ekspor & Impor
DIATUR/ Psikotropika, Label & Iklan, Kebutuhan Tahunan & Pelaporan,
MATERI Pengguna & Rehabilitasi, Pemantauan Prekusor, Pembinaan &
MUATAN Pengawasan, Pemusnahan, Peran Serta Masyarakat,
Penyelidikan, Ketentun Pidana
SANKSI Denda & Penjara
ATURAN Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur
PERALIHAN/PENUT psikotropika masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
UP dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan
undang-undang ini.
6. Katalog UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

ASPEK Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003


JUDUL KETENAGAKERJAAN
LATAR 1. Pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai
BELAKAN peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan
G tujuan pembangunan.
2. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan
pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga
kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan
perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan.
3. Menjamin hak hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan
kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun
untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya
dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

DASAR Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28, dan Pasal 33
HUKUM ayat (1).
KETENTUA Definisi: Ketenagakerjaan; Tenaga kerja; Pekerja/buruh; Pemberi kerja;
N UMUM Pengusaha; Perusahaan; Perencanaan; Informasi ketenagakerjaan; Pelatihan
kerja; Kompetensi kerja; Pemagangan; Pelayanan penempatan tenaga kerja;
Tenaga kerja asing; Perjanjian kerja; Hubungan kerja; Hubungan industrial;
Serikat perkerja/ serikat buruh; Lembaga Kerjasama bipartite; Lembaga
Kerjasama tripartite; Peraturan perusahaan; Perjanjian kerja Bersama;
Perselisihan hubungan industrial; Mogok kerja; Penutupan perusahaan
(lock out); Pemutusan hubungan kerja; Anak; Siang hari; 1 (satu) hari;
Seminggu; Upah; Kesejahteraan pekerja/buruh; Pengawasan
ketenagakerjaan; Menteri.
TUJUAN 1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal
dan manusiawi;
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan
daerah;
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan; dan
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
MATERI Ketentuan; Landasan, asas, dan tujuan; Kesempatan dan perlakuan yang
MUATAN/ sama; Perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan; Pelatihan
ASPEK kerja; Penempatan tenaga kerja; Perluasan kesempatan kerja; Penggunaan
YANG tenaga kerja asing; Hubungan kerja; Perlindungan, pengupahan, dan
DIATUR kesejahteraan; Hubungan industrial; Pemutusan hubungan kerja;
Pembinaan; Pengawasan; Penyidikan; Ketentuan pidana dan sanksi
administratif; Ketentuan peralihan; Ketentuan penutup.
SANKSI Hukuman pidana dan sanksi administratif
KETENTUA Semua peraturan pelaksanaan yang mengatur ketenagakerjaan tetap
N berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan
PERALIHA
peraturan yang baru berdasarkan Undang undang ini.
N/
PENUTUP

7. Katalog UU Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

ASPEK UU NOMOR 33 TAHUN 2014


JUDUL JAMINAN PRODUK HALAL
LATAR 1. Menjamin setiap pemeluk agama untuk beribadah dan menjalankan ajaran
BELAKANG agamanya, negara berkewajiban memberikan pelindungan dan jaminan
tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat.
2. Produk yang beredar di masyarakat belum semua terjamin kehalalannya.
3. Pengaturan mengenai kehalalan suatu produk pada saat ini belum
menjamin kepastian hukum dan perlu diatur dalam suatu peraturan
perundang-undangan.
DASAR Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), Pasal 28J, dan Pasal 29 ayat (2).
HUKUM
KETENTUA Definisi Produk, Produk Halal, Proses Produk Halal, Bahan, Jaminan Produk
N UMUM Halal, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, Majelis Ulama
Indonesia, Lembaga Pemeriksa Halal, Auditor Halal, Sertifikat Halal, Label
Halal, Pelaku Usaha, Penyelia Halal, Setiap orang, Menteri.
TUJUAN 1. Memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian
ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan
menggunakan Produk.
2. Meningkatkan nilai tambah bagi Pelaku Usaha untuk memproduksi dan
menjual Produk Halal.
MATERI Penyelenggara jaminan produk halal, Bahan dan Proses Produk halal, Pelaku
MUATAN/ Usaha, Tata Cara Memperoleh Sertiffikat Halal, Kerja Sama Internasional,
ASPEK Pengawasan, Peran Serta Masyarakat, Ketentuan Pidana, Ketentuan
YANG Peralihan, Ketentuan Penutup
DIATUR
SANKSI Pidana Penjara dan Denda
ATURAN 1. MUI tetap menjalankan tugasnya di bidang Sertifikasi Halal sampai
PERALIHAN dengan BPJPH dibentuk.
/PENUTUP 2. LPH yang sudah ada diakui sebagai LPH dan wajib menyesuaikan paling
lama 2 (dua) tahun terhitung sejak BPJPH dibentuk.
3. Auditor halal yang sudah ada wajib menyesuaikan paling lama 2 (dua)
tahun.
4. Penyelia Halal perusahaan yang sudah ada wajib menyesuaikan paling
lama 2 (dua) tahun
5. BPJPH harus dibentuk paling lambat 3 (tiga) tahun
6. Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 2
(dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan

8. Katalog Uu No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

ASPEK UU NO. 8 TAHUN 1999


JUDUL PERLINDUNGAN KONSUMEN
LATAR a. Pembangunan nasional harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha
BELAKANG sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa
mengakibatkan kerugian konsumen.
b. Semakin terbukanya pasar nasional harus tetap menjamin peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta kepastian mutu, jumlah dan keamanan
barang/jasa.
c. Konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian,
kemampuan dan kemandirian untuk melindungi diri
d. Diperlukan perangkat peraturan perundang-undangan untuk
mewujudkan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dan
pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian yang sehat.
DASAR Pasal 5 Ayat (1), Pasal 21 Ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33 Undang-Undang
HUKUM Dasar 1945
KETENTUAN Definisi Perlindungan konsumen, Konsumen, Pelaku Usaha, Barang, Jasa,
UMUM Promosi, Impor barang, Impor Jasa, Lembaga Perlindungan
KonsumenSwadaya Masyarakat, Kalusula Baku, Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen, Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Menteri.
TUJUAN Untuk melindungi konsumen dan mewujudkan keseimbangan perlindungan
kepentingan konsumen dan pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian
yang sehat.
MATERI Asas dan tujuan; Hak dan kewajiban; Perbuatan yang dilarang bagi pelaku
MUATAN/ usaha; Ketentuan pencantuman klausula baku; Tanggung jawab pelaku
ASPEK YANG usaha; Pembinaan dan pengawasan; Badan perlindungan konsumen
DIATUR nasional; Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;
Penyelesaian sengketa; Badan penyelesaian sengketa konsumen;
Penyidikan.
MATERI 1. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan
FARMASI yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa
memberikan informasi secara lengkap dan benar.
2. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau
mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan,
dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian
hadiah berupa barang dan/atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian
hadiah berupa barang dan/atau jasa lain.
SANKSI Sanksi administratif dan Sanksi pidana.
KETENTUAN Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi
PERALIHAN/ konsumen yang telah ada pada saat Undang-undang ini diundangkan,
PENUTUP dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-undang ini. Undang –
undang ini mulai berlaku setelah 1 tahun sejak diundangkan.

9. UU No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

ASPEK UU No.44 Tahun 2009


JUDUL RUMAH SAKIT
LATAR 1. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin
BELAKANG dalam UUD RI tahun 1945
2. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mammpu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat.
3. Dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan rumah
sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan
4. Pengaturan mengenai rumah sakit belum cukup memadai untuk
dijadikan landasan hukum dalam penyelenggaraan rumah sakit
sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28 H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
KETENTUAN Definisi: Rumah sakit; Gawat darurat; Pelayanan kesehatan paripurna;
UMUM Pasien; Pemerintah pusat; Pemerintah Daerah; Menteri.
TUJUAN 1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di
rumah sakit.
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
rumah sakit
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber
daya manusia rumah sakit dan rumah sakit.
MATERI Tugas dan fungsi; Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah;
MUATAN/ Persyaratan; Jenis dan klasifikasi; Perizinan Kewajiban dan hak;
ASPEK UTAMA Penyelenggaraan; Pembiayaan; Pencatatan dan pelaporan; Pembinaan dan
YANG DIATUR pengawasan.
SANKSI Pidana denda; Pidana penjara; Pidana tambahan berupa:
1. Pencabutan izin usaha
2. Pencabutan status badan hukum
ATURAN 1. Izin penyelengaraan rumah sakit yang telah ada tetap berlaku
PERALIHAN sampai habis masa berlakunya.
/ PENUTUP 2. Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur rumah sakit
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti
berdasarkan undang-undang ini.

10. Katalog UU No.11 Tahun 2020 Tentang CIPTA KERJA

ASPEK UU No.11 Tahun 2020


JUDUL CIPTA KERJA
LATAR 1. Mampu menyerap tenaga kerja Indonesia yang seluas- luasnya di tengah
BELAKANG persaingan yang semakin kompetitif dan tuntutan globalisasi ekonomi.
2. Diperlukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan
kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil,
dan menengah, peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan proyek
strategis nasional, termasuk peningkatan perlindungan dan kesejahteraan
pekerja.
3. Pengaturan yang berkaitan dengan kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan
ekosistem investasi, dan percepatan proyek strategis nasional.
4. Upaya perubahan pengaturan yang berkaitan kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan
ekosistem investasi, dan percepatan proyek strategis nasional, termasuk
peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja.
DASAR Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 22D ayat
HUKUM (2), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 33.
KETENTUA Definisi : Cipta kerja; Koperasi; Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMK-M);
N UMUM Perizinan berusaha; Pemerintah pusat; Pemerintahan daerah; Pemerintah daerah;
Pelaku usaha; Badan usaha; Rencana Detail Tata Ruang (RDTR); Persetujuan
bangunan gedung; Hari.
TUJUAN 1. Menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan memberikan
kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan terhadap koperasi dan UMK-M.
2. Menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan, serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
3. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan
keberpihakan, penguatan, dan perlindungan bagi koperasi dan UMK-M serta
industri nasional.
MATERI Peningkatan ekosistem investasi & kegiatan berusaha; ketenagakerjaan;
MUATAN/ kemudahan, perlindungan, & pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil, &
ASPEK menengah; kemudahan berusaha; kebijakan fiscal nasional yang berkaitan dgn
UTAMA pajak & retribusi; dukungan riset dan inovasi; pengadaan tanah; kawasan ekonomi;
YANG investasi pemerintah pusat & kemudahan proyek strategis nasional; pelaksanaan
DIATUR administrasi pemerintahan untuk mendukung cipta kerja; pengawasan &
pembinaan; ketentuan lain–lain; ketentuan peralihan; ketentuan penutup.
SANKSI Pidana & administratif
ATURAN 1. Perizinan Berusaha atau izin sektor yg sudah terbit masih tetap berlaku sampai
PERALIHA dgn berakhirnya Perizinan Berusaha.
N/ 2. Perizinan Berusaha dan/atau izin sektor yang sudah terbit sebelum berlakunya
PENUTUP Undang-Undang ini dapat berlaku sesuai dengan Undang-Undang ini.
3. Perizinan Berusaha yg sedang dlm proses permohonan disesuaikan dgn
ketentuan dlm UU ini.

11. Katalog UU No. 32 Th 2004 Tentang Pemerintahan Daerah


ASPEK UU No. 32 TH 2004
JUDUL PEMERINTAHAN DAERAH
LATAR 1. UU No 22 Th 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak sesuai dengan
BELAKANG perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah sehingga perlu diganti.
2. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya belum
dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.
3. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota.
DASAR Pasal 1, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 21, Pasal
HUKUM 22 D , Pasal 23E ayat (2), Pasal 24A ayat (1), Pasal 31 ayat (4), Pasal 33, Pasal 10,
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 danPasal 14 ayat (1) danayat (2).
KETENTUAN Pemerintah pusat, Pemerintahan daerah, Pemerintah daerah, Dewan Perwakilan
UMUM Rakyat Daerah, Otonomi daerah, Daerah otonom, Desentralisasi, Dekonsentrasi,
Tugas pembantuan, Peraturan daerah, Peraturan kepala daerah, Desa, Perimbangan
keuangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah, APBD, Pendapatan daerah,
Belanja daerah, Pembiayaan, Pinjaman daerah, Kawasan khusus, pasangan calon,
KPUD, PPK, PPS, dan KPPS, kampanye.
TUJUAN Untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem NKRI.
ASPEK YANG Pembentukan daerah dan kawasan khusus, pembagian urusan pemerintahan,
DIATUR/ penyelenggaraan pemerintah, kepegawaian daerah, peraturan daerah dan peraturan
MATERI kepala daerah, perencanaan pembangunan daerah, keuangan daerah, kerjasama dan
MUATAN penyelesaian perselisihan, kawasan perkotaan, desa, pembinaan dan pengawasan,
pertimbangan dalam kebijakan otonomi daerah, ketentuan lain-lain, ketentuan
penutup.
SANKSI Pidana
KETENTUAN 1. UU ini ditetapkan 2 (dua) th sejak UU ini ditetapkan.
PERALUHAN/ 2. UU No 22 Th 1999 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak berlaku
PENUTUP lagi.

1. Katalog PP 72 TH 98 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat


Kesehatan

ASPEK PP 72 TH 98
JUDUL PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

LATAR 1. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagai salah satu upaya dalam
BELAKANG pembangunan kesehatan dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
tidak tepat serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan
kemanfaatan.
2. Pelaksanaan dari UU No 23 Th 1992 tentang Kesehatan, dipandang perlu
menetapkan PP tentang Pengamanan Sed. Farmasi & Alkes.

DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) UUD RI 1945


2. UU no 5 th 1984 ttg Perindustrian
3. UU no 23 Th 1992 tentang Kesehatan

KETENTUAN Definisi: Sed. Farmasi, Al. Kes, Produksi, Peredaran,


UMUM Pengangkutan, Kemasan Sed. Farmasi, Menteri

TUJUAN untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi
persyaratan mutu keamanan, dan kemanfaatan.

ASPEK YANG Persyaratan Mutu; Keamanan dan Kemanfaatan; Produksi; Peredaran; Pemasukan
DIATUR/ dan Pengeluaran Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Ke Dalam dan dari Wilayah
MATERI Indonesia; Kemasan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; Penandaan dan
MUATAN Penarikan Kembali Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan dari Peredaran;
Pemusnahan; Peran Serta Masyarakat; Pembinaan; Pengawasan; Ketentuan Pidana.

SANKSI Pidana Denda dan Penjara


KETENTUAN Verpakkings Verordening Kinine (Staatsblad Th 1939 No
PERALUHAN/ 210); dinyatakan tidak berlaku lagi.
PENUTUP

2. Katalog PP 51 TH 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

ASPEK PP 51 TH 2009
JUDUL PEKERJAAN KEFARMASIAN
LATAR Pasal 63, UU no. 23 Th 1992 tentang Kesehatan, perlu menetapkan PP ttg
BELAKANG Pekerjaan Kefarmasian.
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) UUD RI 1945
2. UU no 23 Th 1992 tentang Kesehatan
KETENTUAN Definisi: Pekerjaan Kefarmasian; Sed. Farmasi; Tenaga Apoteker; TTK
UMUM Fasilitas Kesehatan; Fasilitas Kefarmasian; Fasilitas Prod. Sed Farmasi;
Fasilitas Distribusi/Penyaluran Sed. Farmasi; Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian; Pedagang Besar Farmasi; Apotek; Toko Obat; Standar Profesi;
Standar Prosedur Operasional; Standar Kefarmasian; Asosiasi; Organisasi ;
Profesi; STRA; STRTTK; SIP Apoteker; SIK; Rahasia Kedokteran; Rahasia
Kefarmasian; Menteri.
TUJUAN 1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian;
mempertahankan dan meningkatkan Kefarmasian sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan
perundangan-undangan.
2. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga
Kefarmasian.
ASPEK YANG Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian; Tenaga Kefarmasian; Disiplin
DIATUR/ MATERI Tenaga Kefarmasian; Pembinaan dan Pengawasan; Ketentuan Peralihan
MUATAN
SANKSI Surat Izin Kerja batal
KETENTUAN PP No 26 Th 1965, sebagaimana diubah dgn PP No 25 Th 1980 ttg
PERALUHAN/ Perubahan PP No 26 Th 1965 dan PP No 41 Th 1990, dicabut dan
PENUTUP dinyatakan tidak berlaku.

3. Katalog PP 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor

ASPEK PP 44 Tahun 2010


JUDUL PREKURSOR
LATAR 1. Pasal 44 UU No. 7 Tahun 1997 tentang psikotropika.
BELAKANG 2. Pasal 52 UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika.

DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) UUD NKRI 1945.


2. UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
KETENTUAN Definisi : Prekursor; Narkotika; Psikotropika; Produksi; Peredaran;
UMUM Pengangkutan; Transito; Menteri.
TUJUAN 1. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor.
2. Mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor.
3. Mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpanan prekursor.
4. Menjamin ketersediaan prekursor.
ASPEK YANG Penggolongan dan jenis prekursor; Rencana kebutuhan tahunan; Pengadaan
DIATUR/ prekursor; Produksi prekursor; Penyimpanan prekursor; Impor dan ekspor
MATERI prekursor; Pengangkutan prekursor; Transito prekursor; Penyaluran
MUATAN prekursor; Penyerahan prekursor; Pencatatan dan pelaporan prekursor;
Pengawasan prekursor.
SANKSI Teguran lisan, Peringatan tertulis, Penghentian sementara kegiatan,
Pencabutan izin.
KETENTUAN Industri farmasi, Industri non farmasi, Pedagang besar bahan baku farmasi,
PERALUHAN/ Distributor atau impotir terdaftar, dan Lembaga pengembangan ilmu
PENUTUP pengetahuan dan teknologi, Menyesuaikan dengan ketentuan PP ini dalam
jangka waktu paling lama 1 tahun sejak tanggal diundangkan PP ini.

4. Katalog PP NO 40 TH 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

ASPEK PP NO 40 TH 2013
JUDUL PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA
LATAR Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32, Pasal 62, Pasal 89 ayat (2), Pasal
BELAKANG 90 ayat (2), Pasal 94, Pasal 100 ayat (2), dan Pasal 101 ayat (4) UU No 35
Th 2009 tentang Narkotika, perlu menetapkan PP tentang Pelaksanaan UU
No 35 Th 2009 tentang Narkotika.
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) UU Dasar Negara Republik Indonesia Th 1945
UUNo 35 Th 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik
2. Indonesia Th2009 No 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia No 5062).
KETENTUAN Narkotika; tanaman narkotika; prekursor narkotika; surat persetujuan
UMUM Import; surat persetujuan eksport; pengangkutan ; penanggungjawab
pengangkutan; pengangkut; transito narkotika; sarana pengangkut;
produksi; duksi; import; eksport; peredaran; pelabelan; izin edar; Barang
sitaan; pengambilan sampel; pengujian sampel; penyimpanan;
pengamanan; penyerahan; pemusnahan; harta; pelapor; menteri; badan
narkotika nasional.
TUJUAN Melaksanakan UU no 35 th 2009.
ASPEK YANG Transito Narkotika; pengelolaan barang sitaan; narkotika temuan; hasil
DIATUR/ tindak pidana narkotik; pembinaan dan pengawasan narkotika; ketentuan
MATERI penutup.
MUATAN
SANKSI Sanksi administratif
KETENTUAN 1. Pada saat PP ini mulai berlaku, ketentuan mengenai rencana nasional,
PERALUHAN/ sudah ditetapkan dalam waktu paling lama 1 (satu) th sejak berlakunya
PENUTUP PP ini.
2. Semua ketentuan yang berkaitan dengan syarat dan tata cara
penyimpanan, pengamanan, pengawasan, pengambilan dan pengujian
sampel, penyerahan dan pemusnahan barang sitaan dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam PPan ini.

5. Katalog PP NO 32 TH 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

ASPEK PP NO 32 TH 1996
JUDUL TENAGA KESEHATAN
LATAR Pelaksanaan ketentuan UU no.23 th 1992 ttg Kesehatan, dipandang
BELAKANG perlu menetapkan PP.
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (2) UUD 45, UU no.23 th 1992 ttg Kesehatan.

KETENTUAN Tenaga Kesehatan, Sarana Kesehatan, Upaya Kesehatan, Menteri.


UMUM
TUJUAN Menetapkan PP tentang Tenaga Kesehatan.
ASPEK YANG Jenis Tenaga Kesehatan; Persyaratan; Perencanaan; Pengadaan dan
DIATUR/ Penempatan; Standar Profesi dan Perlindungan Hukum; Ikatan
MATERI Profesi; Tenaga Kesehatan WNA; Pembinaan dan Pengawasan;
MUATAN Ketentuan Pidana.

SANKSI Pidana denda


KETENTUAN 1. Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang
PERALUHAN/ berhubungan dengan tenaga kesehatan yg telah ada dinyatakan
PENUTUP masih tetap berlaku, jika tidak bertentangan dan/atau belum
diganti.
2. PP ini berlaku sejak tanggal diundangkan.
6. Katalog PP NO.25 Th 2011 Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu
Narkotika

ASPEK PP NO.25 Th 2011


JUDUL PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA
LATAR Untuk melaksanakan ketentuan pasal 55 ayat (2), UU no.35 th 2009 tentang
BELAKANG Narkotika, perlu menetapkan PP tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu
Narkotika.
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (2) UUD RI 1945, UU no.35 th 2009 tentang narkotika
(Lembaran Negara RI th 2009 no.143, tambahan lembaran Negara RI no
5062)

KETENTUAN Definisi Wajib Lapor; Institusi Penerima Wajib Lapor; Pecandu narotika;
UMUM korban penyalahgunaan narkotika; ketergantungan narkotika; rehabilitasi
medis; rehabilitasi sosial; keluarga; pecandu narkotika belum cukup umur;
menteri; dan wali.
TUJUAN 1. Memenuhi hak pecandu narkotika dalam mendapatkan pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi social.
2. Mengikutsertakan orang tua, wali, keluarga, dan masyarakat dalam
meningkatkan tanggungjawab terhadap pecandu narkotika yang ada
dibawah pengawasan dan bimbingannya.
3. Memberikan bahan informasi bagi pemerintah dalam menetapkan
kebijakan dibidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkotika.
ASPEK YANG Wajib Lapor, Rehabilitasi, Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi, Pendanaan,
DIATUR/ Ketentuan Peralihan, Ketentuan Penutup
MATERI
MUATAN
SANKSI Pidana penjara dan pidana denda
KETENTUAN 1. Pada saat PP ini berlaku, bagi dokter, Rumah Sakit atau Lembaga
PERALUHAN/ rehabilitas lainnya yang sedang melakukan rehabilitasi medis dan/atau
PENUTUP rehabilitasi sosial wajib melaporkan kepada institusi Penerima Wajib
Lapor sebagaimana diatur dalam PP ini.
2. Pelaksanaan wajib lapor pecandu narkotika dilakukan paling lambat
6 (enam) bulan sejak di Undangkannya PP ini.
3. PP ini berlaku pada tanggal di Undangkan agar setiap orang

7. Katalog PP NO.20 TH 1962 Tentang Lafal Sumpah /Janji Apoteker

ASPEK PP NO.20 TH 1962


JUDUL LAFAL SUMPAH /JANJI APOTEKER
LATAR Perlu menetapkan lafal sumpah/janji apoteker.
BELAKANG
DASAR HUKUM Pasal 5 ayat2 UU Dasar, pasal 10 ayat (3) UU No. 9 th 1960 tentang
Pokok-pokok Kesehatan.
KETENTUAN PP tentang lafal sumpah/janji apoteker.
UMUM
TUJUAN Menetapkan lafal sumpah/janji apoteker.
ASPEK YANG 1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
DIATUR/ perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan;
MATERI 2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
MUATAN pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai apoteker;
3. Sekalipun diancam,saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum
perikemanusiaan;
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefar masian:
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berihtiar dengan
sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan
Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik,Kepartaian atau
Kedudukan Sosial:
6. Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
penuh keinsyafan.

SANKSI -
KETENTUAN
PERALUHAN/
PENUTUP -

8. Katalog PP NO 23 TH 2004 Tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi

ASPEK PP NO 23 TH 2004
JUDUL BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI
LATAR Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (5) UU No 13 Th
BELAKANG 2003 tentang Ketenagakerjaan, dipandang perlu menetapkan PP tentang
Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

DASAR HUKUM Pasal 5 ayat (1) UU Dasar 1945, UUNo 5 Th 1984 tentang Kamar Dagang
dan Industri, UU No 18 Th 1999 tentang Jasa Konstruksi, UU No 22 Th
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU No 20 Th 2002 tentang
Ketenagalistrikan, UU No 13 Th 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU No 20
Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
KETENTUAN Sertifikasi kompetensi kerja, Standar Kompetensi Kerja Nasional
UMUM Indonesia, Menteri.
TUJUAN Menetapkan: PP Tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
ASPEK YANG Pembentukan dan tugas, Organisasi, Pengangkatan Dan
DIATUR/ Pemberhentian, Tata Kerja, Pembiayaan.
MATERI
MUATAN
SANKSI -
KETENTUAN 1. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja yang telah dilakukan oleh
PERALUHAN/ Lembaga Sertifikasi Profesi berdasarkan peraturan perundang-
PENUTUP undangan yang berlaku dan/atau telah diakui oleh lembaga internasional
tetap dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang
bersangkutan.
2. PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

9. Katalog PP No. 73 Thn 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian


di Apotek

ASPEK PP No. 73 Thn 2016


JUDUL STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
LATAR Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek masih belum
BELAKANG memenuhi kebutuhan hukum di masyarakat
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian .
KETENTUAN Definisi : Apotek, Standar Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan Kefarmasian,
UMUM Resep, Sediaan Farmasi, Obat, Alat Kesehatan , BMHP, Apoteker, TTK,
Dirjen, Kepala BPOM, Menteri

TUJUAN 1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;


2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian;
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

ASPEK YANG Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pengelolaan Sediaan Farmasi,


DIATUR/ Alkes dan BMHP, Pelayanan Farmasi klinik, lampiran mengenai
MATERI pengelolaan sediaan farmasi, alkes, BMHP dan Farmasi Klinik.
MUATAN
SANKSI Sanksi Administratif terdiri atas, peringatan tertulis; penghentian
sementara kegiatan; pencabutan izin.
KETENTUAN PMK no.35-2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
PERALUHAN/ sebagaimana telah dirubah dgn PMK No.35-2016 ttg perubahan atas PMK
PENUTUP no.35-2014 ttg Apotek (Berita Negara RI.2016 No.1169), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

10. Katalog PP No. 1189 Thn 2010 Tentang Produksi Alat Kesehatan Dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

ASPEK PP No. 1189 Thn 2010


JUDUL PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN
KESEHATAN RUMAH TANGGA
LATAR Bahwa masyarakat perlu dilindungi kesehatan dan Keselamatannya terhadap
BELAKANG kesalahgunaan, penyalahgunaan dan Penggunaan alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan.

DASAR HUKUM UU No. 5 Tahun 1984, UU No.8 Tahun 1999, UU No.32 Tahun 2004, UU No. 36
Tahun 2009, PP No. 72 Tahun 1998, PP No.64 Tahun 2000, PP No. 38 Tahun
2007, PP No. 13 Tahun 2009, Peraturan Presidan Nomor 24 Tahun 2010, PMK
No 1575/Menkes/Per/XI/2005.

KETENTUAN Alat kesehatan adalah instrument, aparatur, mesin, dan/atau Implan yang tidak
UMUM mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia , dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh, pembekalan kesehatan rumah tangga, Rekondisi/Remanufakturing, Bahan
Baku, Produksi, Pembuatan, Perakitan, Pengemasan Kembali, Sertifikat
Produksi, Izin Edar, Perusahhan, Perusahaan Rumah Tangga, Mutu,
Penaggungjawab teknis, Menteri, Direktur Jendral pada Kementrian Kesehatan
yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang kefarmasian dan Alat kesehatan .

TUJUAN Diagnosa, pencegahan, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi


kondisi sakit; penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi
atau proses fisiologis; mendukung atau mempertahankan hidup; menghalangi
pembuahan; disinfeksi alatkesehatan; menyediakan informasi untuk tujuan medis
atau diagnose melalui pengujian invitro terhadap specimen dari tubuh manusia.

ASPEK YANG Produk alat kesehatan dan PKRT yang beredar harus memenuhi standar dan/atau
DIATUR/ persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan sesuai dengan Farmakope
MATERI Indonesia atau Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Pedoman Penilaian Alat
MUATAN Kesehatan dan PKRT atau standar lain yang ditetapkan oleh Menteri.
SANKSI Peringatan, penghentian sementara kegiatan, pencabutan sertifikat Produksi,
pemusnahan.
KETENTUAN Pada saat peraturan ini mulai berlaku, PMK Nomor 1184/Menkes/Per/X/2004
PERALUHAN/ tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
PENUTUP sepanjang yang mengatur mengenai produksi alat kesehatan dan PKRT, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

11. Katalog PP No 93 Thn 2015 Rumah Sakit Pendidikan

ASPEK PP No 93 Thn 2015


JUDUL RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
LATAR Bahwa untuk melaksanakan pasal23 ayat (3) UU No 44th 2009 tentang rumah
BELAKANG sakit dan pasal 45 UUNo 20 th 2013 tentang pendidikan kedokteran, perlu
menetapakan tentang PP tentang rumah sakit pendidikan.
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) UU dasar republik indonesia th 1945.
2. UU No 44 th 2009 tentang rumah sakit (lembaran negara th n 2009 No 153,
tambahan lembaga negara No 5072).
3. UUNo 20 th 2013 tentang pendidikan kedokteran (lembaran negara th 2013
No 132, tambahan lembaga negara No 5434).
KETENTUAN Rumah sakit pendidikan, instuti pendidikan, perjanjian kerjasama, mahasiswa,
UMUM pemerintah pusat, pemerintah daerah, menteri.

TUJUAN 1. Menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk


pendidikan dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan
lain dengan mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien/klien;
2. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi pasien/klien, pemberi
pelayanan, Mahasiswa, dosen, subyek penelitian bidang kedokteran,
kedokteran gigi, dan kesehatan lain, peneliti, penyelenggara Rumah Sakit
Pendidikan, serta Institusi Pendidikan;
3. Menjamin terselenggaranya pelayanan, pendidikan, dan penelitian bidang
kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain yang bermutu.
ASPEK YANG Ketentuan umum fungsi dan tugas rumah sakit pendidikan, jenis rumah sakit
DIATUR/ pendidikan, penyelenggaraan, pendanaan, pembinaan, dan pengawasan, sanksi
MATERI administratif, ketentuan pilihan, ketentuan Penutup
MUATAN
SANKSI Sanksi administratif
KETENTUAN 1. Rumah Sakit Pendidikan yang telah ada harus menyesuaikan dengan
PERALUHAN/ ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak
PENUTUP
Peraturan Pemerintah ini diundangkan.
2. Semua peraturan pelaksanaan mengenai Rumah Sakit Pendidikan yang telah
ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
3. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

12. Katalog PP NO. 54 th 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah

ASPEK PP NO. 54 th 2010


JUDUL PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

LATAR 1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien, terbuka dan kompetitif


BELAKANG sangat diperlukan bagi ketersediaan Barang/Jasa yang terjangkau dan
berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik;
2. Mewujudkan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
huruf a, perlu pengaturan mengenai tata cara Pengadaan Barang/Jasa yang
sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan tata kelola yang baik,
sehingga dapat menjadi pengaturan yang efektif bagi para pihak yang terkait
dengan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
3. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
DASAR HUKUM Pasal 4 ayat 1 th 1945, UU Nomer 1 Th 2004, PP Nomer 29 Th
2000, PP Nomer 6 th 2006.
KETENTUAN Pengadaan barang/jasa pemerintah K/L/D/I, Pengguna barang/jasa, LKPP,
UMUM PA, KPA, PPK,ULP, Pejabat pengadaan, PA/KPA, APIP, Penyedia barang/jasa,
pakta integritas, jasa konsultasi,jasa lainnya, industri kreatif, sertifikat
keahlian pengadaan barang/jasa, swakelola, dokumen pengadaan,kontrak
pengadaan barang/jasa, pelelangan umum, pelelangan terbatas,pelelangan
sederhana,pemilihan langsung seleksi umum, seleksi sederhana, sayembara,
kontes, penunjukan langsung, pengadaan langsung, usaha mikro, usaha kecil,
surat jaminan, pekerjaan kompleks, pengadaan secara elektronik LPSE, E-
tendering, E-catalogue, E- purchasing, portal pengadaan nasional.
TUJUAN Agar setiap kosmetik yang beredar memenuhi standar dan atau persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

ASPEK YANG Ketentuan umum, tata nilai pengadaan, pihak dalam pengadaan barang/jasa,
DIATUR/ rencana umum pengadaan barang/jasa, swakelola, penyedia barang/jasa
MATERI melalui penyedia barang/jasa,penggunaan barang/jasa produksi luar negeri, peran
MUATAN serta usaha kecil, pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan dana
pinjaman/hibah luar negeri, keikutsertaan perusahaan asing dalam pengadaan
barang/jasa, konsep ramah lingkungan, pengadaan secara elektronik,
pengadaan khusus dan pengecualian, pengendalian pengawasan, pengaduan
dan sanksi, ketentuan peralihan.

SANKSI Sanksi pidana dan denda.


KETENTUAN Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
PERALUHAN/ Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah
PENUTUP terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal 1 Januari 2011.

Anda mungkin juga menyukai