Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab telah melimpahi
rahmat dan karunia-Nya kepada kita, terutama dalam penyelesaian tugas Makalah
Petrologi yaitu pembuatan makalah dengan judul Batuan Sedimen Klastik dan
Non Klastik. Makalah ini dimaksudkan sebagai gambaran tentang Batuan
Sedimen Klastik dan Non Klastik secara umum sebelum penulis mengikuti mata
kuliah Petrologi. Materi yang disajikan dalam makalah ini dihimpun dari beberapa
textbook dan bahan bacaan yang lain, serta dari internet.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penyempurnaan makalah ini baik
secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun makalah ini jauh dari
kesempurnaan penulis selalu terbuka terhadap segala macam komentar, saran,
kritik dan pertanyaan-pertanyaan yang berguna untuk lebih mengefektifkan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG...................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................3
C. MAKSUD DAN TUJUAN...........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN..........................................................5
B. PROSES SEDIMENTASI.............................................................................6
C. MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN..................................................8
D. KEKOMPAKAN.........................................................................................12
E. KEBUNDARAN.........................................................................................12
F. TEKSTUR PERMUKAAN........................................................................13
G. UKURAN BUTIR.......................................................................................14
H. POROSITAS (Kesarangan).........................................................................14
I. STRUKTUR SEDIMEN.............................................................................15
J. PENAMAAN BATUAN.............................................................................16
K. GENESIS....................................................................................................20
L. MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN................................................21
BAB III PENUTUP...............................................................................................26
A. KESIMPULAN...........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Disadari ataupun tidak kita sadari bahwa bagian luar bumi ini tertutupi
oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian
daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita
amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui
dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan
tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya
batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan, yaitu: batuan
beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda
materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya. Batuan merupakan
salah satu tenaga pembentuk Litosfer atau lapisan terluar kulit bumi (kerak bumi)
yang memiliki ketebalan ± 1.200 km dan terdiri dari lapisan Silisium dan
Alumunium (SiAl) serta Silisium dan Magnesium (SiMg).
Makalah ini dimaksudkan untuk menyajikan berbagai materi yang terkait
dengan batuan sedimen. Hal ini dianggap perlu sebagaimana batuan beku, batuan
sedimen juga banyak dijumpai di lapangan. Batuan sedimen muncul sebagai hasil
transformasi material-material yang mengalami pengendapan, kemudian
mengalami proses diagenesa lalu kemudian masuk pada proses lithifikasi hingga
terbentuklah batuan sedimen. Makalah ini disusun dengan metode pengumpulan
data dari berbagai sumber atau media lalu kemudian dirangkum menjadi satu
dengan bahasa dan pembahasan yang mudah dimengerti.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan batuan sedimen?
2. Bagaimana proses pembentukan batuan sedimen?
3. Bagaimana tekstur dan struktur batuan sedimen?
4. Sebutkan dan jelaskan penggolongan dari batuan sedimen?
BAB II PEMBAHASAN
gravitasi. Meskipun secara teoritis di bawah permukaan air tidak terjadi erosi,
namun masih ada energi air, gelombang dan arus bawah permukaan yang
mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di
sekitarnya. Material sedimen dapat berupa :
Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di
sungai, pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.
Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organisme air
dan vegetasi di rawa-rawa.
Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dan kalsim
karbonat di laut dangkal.
B. PROSES SEDIMENTASI
Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah
batuan sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya
adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil
pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses
tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi
pada batuan sedimen klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara
mekanik dan proses sedimentasi secara kimiawi.
Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir
sedimen tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi
oleh banyak hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh
air, gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran, yakni
laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir sedimen) dan turbulent
(yang menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen). Arus
turbulen ini membuat partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap secara
suspensi, sehingga butiran-butiran yang diendapkan merupakan butiran sedimen
berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh
gravitasi dibagi menjadi 4, yakni yang dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows,
aliran sedimen cair, dan debris flows.
a) Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama
pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih kasar akan berada di bagian bawah
pengendapan dan semakin halus ke bagian atas pengendapan.
b) Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan sorting
yang sangat baik jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya sedimennya
membentuk reverse grading.
c) Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.
d) Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka aliran
dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit turbulens, sorting dari partikel mengecil
dan akhirnya menghasilkan endapan dengan sorting buruk.
Proses sedimentasi kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida
menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan reaksi
mineral pada batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini
merupakan beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen klastik:
a) Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas sekunder.
b) Cementation (sementasi), pengendapan mineral yang merupakan semen dari
batuan, semen tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun sekunder.
c) Authigenesis, munculnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan
d) Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun komposisi mineralnya
tetap sama. Mineral yang biasa terkristalisasi adalah kalsit.
e) Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain
yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut
f) Compaction (kompaksi)
g) Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)
Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan diagenesis.
Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen. Dimana terjadi
pembebanan, yang menyebabkan adanya kompaksi pada tiap lapisan sedimennya.
Pada tahap ini proses kompaksi mendominasi
b) Mesodiagenesis = earlydiagenesis
c) Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap
ini, kompaksi yang sangat kuat disertai dengan proses burial, menyebabkan
kenaikan suhu dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini
proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan). Sampai dengan
proses ini, dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah proses
pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-
butiran sedimen (inilah yang disebut dengan latelydigenesis). Apabila kompaksi
terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat Celcius. Proses diagenesis akan
berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.
d) Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam
proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah,
dan lain-lain) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga
memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).
termasuk golongan ini pada umumnya diendapkan di lingkungan laut dari laut
dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara
kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa
yakni, prosess- proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu
sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat,
Standsstone (batu pasir), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan
batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu
sendiri. (Pettjohn, 1975). Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis,
terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar
butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik
yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang
ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan
gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan
dilingkungan sungai dan batuan batu pasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai
dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus
kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan
batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di
endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam (Pettjohn, 1975).
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun
secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses
proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen,
selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu
sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
a) Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari
berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar
butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
b) Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi
mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila
derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.
c) Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal
dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi
sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
d) Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya
mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik
ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dan
lain-lain.
e) Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal.
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan
organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi
organik (Pettjohn, 1975). Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen
dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
a) Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan
ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat
pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.
b) Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut
dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau,
serpih, batu lempung dan Nepal.
c) Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan
cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang
merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan
disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai
neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai
bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada
material penyusunnya.
d) Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi
untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert),
radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan
terbatas sekali.
e) Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia
yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau
laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-
unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka
akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk
kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
f) Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-
tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh
suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya
pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus
memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk
menjadi satu di tempat tersebut.
D. KEKOMPAKAN
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga
menjadi batuan sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada
suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300oC dan tekanan 1-2 kilobar,
berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan
tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam
diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami
penguburan semakin dalam.
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap
kembali di permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan
sedimen juga sangat bervariasi, yakni :
Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)
Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi
kering, tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.
Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang
dapat dilepas dengan tangan atau kuku.
Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).
E. KEBUNDARAN
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn,
dan kawan-kawan (1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan
F. TEKSTUR PERMUKAAN
a) Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur
permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat
meruncing-meruncing.
b) Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini
terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga
membulat tanggung.
c) Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan
proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami
transportasi. Dengan demikian butiran sedimen yang mempunyai tekstur
permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini
nampaknya lebih didasarkan pada tekstur permukaan dari pada butir.
G. UKURAN BUTIR
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara
megaskopik. Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan
tangan masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir
lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan
butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).
Ukuran butir (mm) Nama Butiran Nama batuan
Boulder / block
Æ > 256 Breksi
(bongkah)
(bentuk / kebundaran butiran
64 – 256 Cobble (kerakal)
meruncing)
4 – 64 Pebble Konglomerat
(bentuk / kebundaran butiran
2–4 Granule (kerikil)
membulat)
1/16 – 2 Sandstone (pasir) Batupasir
1/16 – 1/256 Silt (lanau) Batulanau
Æ < 1/256 Clay (lempung) Batulempung
H. POROSITAS (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-
pori di dalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada
batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan
dikatakan mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat
atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai
pori-pori. Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat
cair).
Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a) Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih
kasar.
b) Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan.
c) Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir
atau lebih kasar.
Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a) Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling
berhubungan.
b) Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau –
lempung. Material lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.
c) Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada
rekahan.
Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi
apabila di permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke
dalam batuan. Sebaliknya, batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak
lulus air bila di permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke
dalam batuan atau tetap di permukaan batuan.
I. STRUKTUR SEDIMEN
1. Struktur di dalam batuan (features within strata) :
Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm
disebut struktur laminasi.
Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination.
Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)
Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus.
Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar.
2. Struktur permukaan (surface features)
Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)
Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals.
Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)
Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
Gumuk pasir (dunes, antidunes)
3. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)
Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)
Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)
Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)
Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)
J. PENAMAAN BATUAN
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian
(data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian
batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan
bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
1. Rudit (f>2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen
membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati,
maka penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama
fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat
kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir
ini dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir
berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal
batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih
adalah batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.
Tabel Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas
mineral/fragmen
Rudit Komposisi sejenis Konglomerat Fragmen
(2 – 256 mm) atau campuran, umumnya bulat
terutama dengan atau agak
rijang, kuarsa, membulat
granit, kuarsit,
batugamping dll.
Breksi Fragmen
umumnya runcing,
dan menyudut
Fanglomerat Kipas aluvial yang
mengalami
pembatuan
Pecahan batuan Tillit Umumnya tidak
bercapur dengan terpisah.
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non
klastika. Apabila di dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat
disebut batugamping berfosil. Sedangkan batuan karbonat yang sudah tersusun
oleh kristal kalsit atau dolomit disebut batugamping kristalin. Napal adalah
terminologi untuk batuan sedimen berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh
bahan silisiklastika dan karbonat.
Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan piroklastika
yang telah dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu terdiri dari tuf (halus
dan kasar), batulapili, breksi gunungapi dan aglomerat (Gambar 3.8). Dalam
beberapa hal, secara megaskopik, warna yang sangat khas dapat ditambahkan
untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau, batupasir merah, batulempung hitam
dsb.
Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas
mineral/fragmen
Rapat, afanitik, Terutama kalsit Batugamping Breaksi dengan HCl,
berbutir kasar, mengandung
kristalin, porus, oolit organik, bioklastika,
dan mosaik
Terutama dolomit Dolomit Tidak segera bereaksi
dengan HCl, jarang
mengandung fosil,
berbutir sedang
Berbutir halus Kristal halus dengan Kapur Putih – abu-abu
mikroorganisme terang, sangat rapuh,
mengandung fosil
Karbonat dan lempung Napal Abu-abu terang,
rapuh, pecahan
konkoidal
Rapat dan berlapis Campuran silika, opal Rijang Warna beragam,
dan kalsedon dll. keras, kilap non
logam, konkoidal
Terutama gips Gips Evaporit, tidak sendiri
Anhidrit melainkan berasosiasi
K. GENESIS
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara
genesa dapat diinterpretasikan mengenai :
1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)
2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau
kombinasi di antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses transportasinya.
3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai),
di pantai atau di laut (dangkal atau dalam).
4. Diagenesa dan lain-lain.
Sifat – sifat batuan sedimen yang harus dilakukan pemerian.
Nama Campuran/ Fragmen/minera Warna Besar Pemilahan Bentuk Kemas
Batuan semen/matrix l pembentuk x) butir butir
Breksi X X X X X X X
Konglomerat X X X X X X X
Tufa X X X X X X -
Batupasir X X X X X X -
Batulanau X - X - - - -
Serpih X - X - - - -
Lempung
Lempung X - X - - - X
Napal X - X - - - X
Gamping X X X X X X -
Dolomit X X X X X X -
Batubara X X X - - - -
Rijang X - X - - - -
Anhidrit X - X - - - -
Fosfat, dll X X X X - - -
2. Bentonit
Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam
yaitu, terjadi karena pengaruh pelapukan, terjadi karena pengaruh hydrothermal,
terjadi karena akibat devitrifikasi dari tufa gelas yang diendapkan di dalam air
(lakustrin sampai neritic). Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam
suasana basa (alkali) dan sangat silikan. Ditemukan di patik, Sepat, Gunung kidul.
3. Lempung
Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat
yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika
dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum
adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari
proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari
aktivitas panas bumi. Ditemukan di Tontongan, Karangsambung, Kebumen.
4. Lempung Merah
Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan menjadikan lempung
berwarna, sehingga disebut lempung merah. Ditemukan di Karangsambung,
Kebumen.
5. Batupasir
Batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa
oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu
tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi
batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari
batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Ditemukan
di Karangsambung, Kebumen.
6. Batupasir Merah
Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna,
dengan warna umum adalah coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu dan
putih. Karena lapisan batu pasir sering kali membentuk karang atau bentukan
topografis tinggi lainnya, warna tertentu batu pasir dapat dapat diidentikkan
dengan daerah tertentu. Ditemukan di karang sambung, Kebumen.
7. Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan
butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol,
piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous
magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang
cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir
besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Ditemukan di
Sungai Luk Ulo, Kebumen.
8. Pasir Hijau
Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkanik, batu ini merupakan kristal olivin
yang dihasilkan dari letusan gunung berapi kerucut yang letusan (erupsi) dan
longsorannya (erosi) menyebar di sekeliling gunung. Ditemukan di Sembaro,
Karangsambung, Kebumen.
9. Batugamping
Batugamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral
utama dari kalsit (CaCO3). Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium
karbonat (CaCO3), atau secara spesifik adalah batuan karbonat yang mengandung
lebih dari 95% kalsit dan kurang dari 5% dolomit. Teksturnya bervariasi antara
rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batugamping dapat terbentuk
baik karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Ditemukan
di Wonogiri, Yogyakarta.
Breksi Vulkanik (Qb), terdiri dari breksi yang bersifat andesitik, lava,
batupasir tufaan dan breksi lahar. Breksi andesit umumnya melapuk sedang
berwarna kuning kecoklatan, komponen batuan andesitik (4-45 cm) agak segar,
menyudut tanggung, tertanam pada masadasar pasir tufa berbutir kasar, agak padat
sebagian mudah hancur. Lava andesit umumnya melapuk ringan berwarna abu-
abu tua, padu, bertekstur kasar dan porfiritik, terkekarkan cukup intensif dan terisi
oleh mineral kuarsa. Breksi lahar umumnya melapuk sedang, berwarna coklat tua,
komponen tufa dan batuan agak segar yang berukuran pasir kasar hingga kerakal,
menyudut sampai membulat tanggung, agak padu. Ditemukan di Kedungjati,
Bantul.
A. KESIMPULAN
Batuan sedimen adalah suatu akumulasi atau kempulan material batuan
terlapukkan atau terurai dari batuan induk yang terbentuk di permukaan bumi
kemudian diendapkan pada suatu cekungan dibawah kondisi temperatur dan
tekanan rendah serta mempunyai karakteristik tentang lingkungan
pengendapannya (Pettijohn,1974). Definisi ini meliputi material batuan sedimen
dengan beberapa akumulasi, seperti material fragmental yang berasal dari
kegiatan vulkano, disertai terbang di udara dan terdeposisi di dalam kondisi padat
mungkin terbentuk pada temperatur dan tekanan yang tinggi. Seperti deposisi
yang terbentuk di lantai samudera dengan tekanan yang sangat besar dari pada
normal.
Mempelajari batuan sedimen tidak lepas keterkaitannya dari disiplin ilmu
geologi lainnya, seperti : mineralogi, geokimia, dan geologi kelautan dengan
kontribusinya terhadap pengendapan batuan sedimen (Pettijohn,1974). Secara
genetiknya, batuan sedimen dibagi menjadi dua golongan (Pettjohn.1975) yaitu:
1. Batuan Sedimen Klastik.
Yaitu batuan sedimen yang terbentuknya berasal dari hancuran batuan lain.
Kemudian tertransportasi dan terdeposisi, yang selanjutnya mengalami diagenesa.
2. Batuan Sedimen Non Klastik.
Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi. Proses
pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
DAFTAR PUSTAKA