Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PEKERJAAN STRUKTUR KOLOM, BALOK DAN PELAT


LANTAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN
SQUARE
MAGELANG
(Scructural Work of CoLumn, Beam and Plate at The Project of
Armada Town Square Building Magelang)

Diajukan untuk memenuhi syarat Akademis


Dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata –
1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

ARY WIBOWO L2A 308 004

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
LAPORAN KERJA PRAKTEK

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat, karunia, dan kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas kerja
praktek hingga akhir penyusunan Laporan Kerja Praktek Pekerjaan Struktur
Kolom, Balok dan Pelat Lantai Pada Proyek Pembangunan Gedung Armada
Town Square dengan baik dan lancar.

Laporan Kerja Praktek ini merupakan rangkuman dari hasil pengamatan


penulis di lapangan, yang meliputi manajemen proyek, perencanaan, penggunaan
alat dan bahan, pelaksanaan pekerjaan dan pengendalian pekerjaan, dimana
tinjauan khusus pada laporan ini adalah pekerjaan struktur kolom, balok dan pelat
lantai pada Upper Ground Floor (FFL +5,800 m). Laporan ini secara rinci dibagi
menjadi 7 (tujuh) bab, yang masing-masing bab nya berisi penjelasan secara detail
tentang bab tersebut, adapun 7 (tujuh) bab tersebut adalah : Bab I Pendahuluan,
berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan proyek, data umum dan data
teknis proyek. Bab II Manajemen Proyek, berisi tentang organisasi proyek,
hubungan kerja pihak-pihak yang terkait, tugas dan kewajiban masing-masing
pihak, dan rencana kerja. Bab III Perencanaan Proyek, berisi tentang data dan
analisa perencanaan struktur kolom, balok dan plat lantai sesuai tinjauan khusus
penulis. Bab IV Alat dan Bahan, berisi tentang peralatan dan bahan-bahan yang
digunakan selama proyek berlangsung. Bab V Pelaksanaan Pekerjaan, berisi
tentang pelaksanaan struktur atas, yaitu struktur kolom, balok dan pelat lantai,
perhitungan volume dan harga satuan pekerjaan serta menghitung produktifitas
harian pekerja terhadap suatu pekerjaan. Bab VI Permasalahan dan
Pemecahannya, berisi tentang masalah-masalah yang timbul pada saat
pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan cara penanganan masalah tersebut. Bab VII
Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran penulis berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan selama kerja praktek.

Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai


pihak. Dengan penuh rasa hormat, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 iii
1. Orang Tua dan keluarga, terima kasih doa dan dukungan yang tidak
pernah berhenti bagi saya, yang selalu memotivasi saya untuk tidak
putus asa dan terus maju.
2. Teman – teman di PT. Yodya Karya (Persero) Cabang Utama
Semarang atas bantuannya selama ini.
3. Ir. Sri Sangkawati, MS., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
4. Ir. Moga Narayudha, SP1, selaku Ketua Jurusan Reguler II Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
5. Dr. Sukamta, ST, MT, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, dukungan serta semangat hingga
selesainya tugas kerja praktek ini.
6. Ir. Supriyono, MT, selaku dosen wali atas segala bimbingan,
dukungan dan bantuannya.
7. Ir. Hardi Wibowo, MT, selaku koordinator bidang akademis Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
8. Bapak Ir. Bambang Supriyanto, selaku Manajer Proyek yang telah
memberi izin dan memberi kesempatan untuk melaksanakan kerja
praktek.
9. Bapak Ir. Haryanto, yang menjadi guru dan pembimbing saya selama
kerja praktek di proyek ini.
10. Seluruh team pelaksana, security dan pekerja-pekerja di proyek yang
memberikan ilmu yang membantu penulis untuk menyelesaikan
laporan ini.
11. Semua teman-teman kerja praktek selama di proyek, yaitu Arya,
Yudhi, terima kasih atas bantuan kalian selama praktik.
12. Seluruh teman-teman angkatan 2008 Reguler II terima kasih atas
dukungan dan doanya.
13. Terima Kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat
diharapkan untuk penyempurnaan laporan kerja praktek ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan penguasaan ilmu rekayasa sipil di Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.

Semarang, November 2011

Penulis
LAPORAN KERJA PRAKTEK

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PEKERJAAN STRUKTUR KOLOM, BALOK DAN

PELAT
LANTAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN
SQUARE
MAGELANG
(Scructural Work of CoLumn, Beam and Plate at The Project of
Armada Town Square Building Magelang)

Disusun oleh :

ARY WIBOWO L2A 308 004

Telah disahkan pada tanggal :

Semarang, November 2011


Mengetahui, Disetujui,
Ketua Program Reguler II
Jurusan Teknik Sipil Dosen Pembimbing
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Kerja Praktek

Ir. Moga Narayudha, SP1 Dr. Sukamta, ST, MT


“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”
ARY WIBOWO – L2A308004 ii
LAPORAN KERJA PRAKTEK

NIP. 19520202 198003 1005 NIP. 19680814 199903 1002

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 ii
LAPORAN KERJA PRAKTEK

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................2
1.2.1 Maksud dan Tujuan Proyek....................................................2
1.2.1.1 Maksud Pendirian Proyek........................................2
1.2.1.2 Tujuan Pendirian Proyek..........................................2
1.3 Lokasi Proyek.....................................................................................2
1.4 Data Proyek.........................................................................................3
1.4.1 Data Umum.............................................................................4
1.4.2 Data Teknis.............................................................................4
1.5 Ruang Lingkup Kerja Praktek............................................................4
1.6 Metode Pengumpulan Data.................................................................4
1.7 Sistematika Penulisan Laporan...........................................................5

BAB II MANAJEMEN PROYEK..........................................................................7


2.1 Uraian Umum......................................................................................7
2.2 Unsur-unsur Organisasi Proyek..........................................................8
2.3 Hubungan Kerja..................................................................................8
2.3.1 Pemilik Proyek dan Konsultan Perencana..............................9
2.3.2 Pemilik Proyek dan Kontraktor Pelaksana............................10
2.3.3 Konsultan Perencana dan Kontraktor Pelaksana...................10
2.4 Sistem Pelaporan Proyek, Administrasi Proyek,
Rapat Proyek.....................................................................................10
2.4.1 Sistem Laporan.....................................................................10
2.4.2 Administrasi Proyek..............................................................12
2.4.3 Rapat Proyek.........................................................................13
2.5 Rencana Kerja...................................................................................15
2.5.1 Time Schedule.......................................................................15
2.5.2 Kurva S.................................................................................16
2.5.3 Shop Drawing.......................................................................16
2.6 Tenaga Kerja, Waktu Kerja, dan Upah Kerja...................................16
2.6.1 Tenaga Kerja.........................................................................17
2.6.2 Waktu Kerja..........................................................................17
2.6.3 Upah Kerja............................................................................17

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 vi
BAB III PERENCANAAN PROYEK..................................................................18
3.1 Tinjauan Umum................................................................................18
3.2 Perencanaan Struktur Atas................................................................20
3.2.1 Kolom....................................................................................20
3.2.2 Balok Induk (Beam)..............................................................22
3.2.3 Balok Anak...........................................................................22
3.2.4 Plat Lantai Konvensional......................................................23
3.2.5 Plat Lantai Sistem Half Slab.................................................24
3.3 Analisa Struktur................................................................................26
3.3.1 Analisa Struktur Pelat...........................................................26
3.3.2 Analisa Struktur Balok..........................................................28
3.3.3 Analisa Struktur Kolom........................................................31

BAB IV ALAT DAN BAHAN.............................................................................33


4.1 Tinjauan Umum................................................................................33
4.2 Bahan-bahan Konstruksi...................................................................33
4.2.1 Baja.......................................................................................34
4.2.2 Semen....................................................................................34
4.2.3 Beton Ready Mix...................................................................35
4.2.4 Plywood.................................................................................36
4.2.5 Kawat Bendrat.......................................................................36
4.2.6 Air Kerja...............................................................................37
4.2.7 Pasir.......................................................................................38
4.2.8 Batu Kali...............................................................................38
4.2.9 Callbond................................................................................38
4.2.10 Bantak...................................................................................39
4.2.11 Batako...................................................................................39
4.2.12 Batu Bata...............................................................................40
4.2.13 Bahan Additive (Tambahan).................................................40
4.3 Alat-alat Konstruksi..........................................................................41
4.4.1 Tower Crane (TC).................................................................41
4.4.2 Back Hoe...............................................................................41
4.4.3 Dump Truck...........................................................................42
4.4.4 Mobile Concrete Pump.........................................................43
4.4.5 Mixer Truck...........................................................................43
4.4.6 Pemotong Tulangan (Bar Cutter).........................................44
4.4.7 Pembengkok Tulangan (Bar Bender)...................................44
4.4.8 Theodolith.............................................................................45
4.4.9 Waterpass..............................................................................46
4.4.10 Concrete Vibrator.................................................................46
4.4.11 Scaffolding............................................................................47
4.4.12 Alat Cetak Benda Uji Beton (Silinder).................................48
4.4.13 Bucket....................................................................................49
4.4.14 Air Compressor.....................................................................49
4.4.15 Alat-alat Pengelasan..............................................................50
4.4.16 Cutter Beton..........................................................................50
4.4.17 Pompa Air.............................................................................50
4.4.18 Bulldozer...............................................................................50
4.4.19 Mobile Crane........................................................................51

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN............................................................52


5.1 Tinjauan Umum................................................................................52
5.2 Pekerjaan Struktur Atas....................................................................53
5.2.1 Pekerjaan Kolom...................................................................53
5.2.2 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai...........................................68
5.2.2 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai dengan sistem Half Slab...81
5.3 Perhitungan Produktifitas Kerja Harian............................................85

BAB VI PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA...................................83


6.1 Permasalahan Proyek........................................................................83
6.2 Pemecahan Permasalahan Proyek.....................................................86

BAB VII PENUTUP............................................................................................88


8.1 Tinjauan Umum................................................................................88
8.2 Kesimpulan.......................................................................................88
8.3 Saran.................................................................................................95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Lokasi Armada Town Square....................................................3


Gambar 1.2 Diagram Alir Metodologi KP.............................................................5
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana.........................................8
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Proyek Armada Town Square............................9
Gambar 3.1 Plat Lantai Sistem Half Slab.............................................................25
Gambar 3.2 Sketsa Struktur Plat lantai.................................................................26
Gambar 3.3 Sketsa Struktur Balok.......................................................................28
Gambar 3.4 Diagram Tegangan...........................................................................29
Gambar 3.5 Penampang Kolom...........................................................................31
Gambar 4.1 Besi Tulangan...................................................................................34
Gambar 4.2 Semen Putih dan Semen Portland.....................................................35
Gambar 4.3 Beton Ready Mix..............................................................................36
Gambar 4.4 Plywood............................................................................................36
Gambar 4.5 Kawat Bendrat..................................................................................37
Gambar 4.6 Pasir..................................................................................................38
Gambar 4.7 Batu Kali...........................................................................................38
Gambar 4.8 Cairan Calbond.................................................................................39
Gambar 4.9 Bantak...............................................................................................39
Gambar 4.10 Batako.............................................................................................39
Gambar 4.11 Batu Bata........................................................................................40
Gambar 4.12 Tower Crane...................................................................................41
Gambar 4.13 Back Hoe.........................................................................................42
Gambar 4.14 Dump Truck....................................................................................42
Gambar 4.15 Concrete Pump dan Mixer Truck saat loading concrete................44
Gambar 4.16 Bar Cutter.......................................................................................44
Gambar 4.17 Bar Bender......................................................................................45
Gambar 4.18 Teodolith.........................................................................................45
Gambar 4.19 Proses levelling...............................................................................46
Gambar 4.20 Concrete Vibrator...........................................................................47

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 ix
Gambar 4.21 Sketsa scaffolding...........................................................................48
Gambar 4.22 Scaffolding......................................................................................48
Gambar 4.23 Alat Cetak Benda Uji......................................................................49
Gambar 4.24 Bucket.............................................................................................49
Gambar 4.25 Air Compressor...............................................................................50
Gambar 4.27 Cutter Beton....................................................................................50
Gambar 4.28 Bulldozer.........................................................................................51
Gambar 4.29 Mobile Crane..................................................................................51
Gambar 5.1 Diagram Alir Pekerjaan Kolom........................................................53
Gambar 5.3 Denah Marking.................................................................................54
Gambar 5.4 Potongan A-A...................................................................................55
Gambar 5.5 Marking As kolom............................................................................55
Gambar 5.6 Panjang Pembekokan Ujung Sengkang yang Dibutuhkan...............56
Gambar 5.7 Penyaluran Tulangan Utama Kolom................................................57
Gambar 5.8 Pemasangan Tulangan Kolom..........................................................57
Gambar 5.9 Plywood dan Balok LVL..................................................................58
Gambar 5.10 Metode pemasangan bekisting kolom............................................60
Gambar 5.11 Bekisting kolom..............................................................................61
Gambar 5.12 Pengecekan Bekisting Kolom.........................................................61
Gambar 5.13 Pengecoran Kolom.........................................................................63
Gambar 5.14 Detail Kolom K1............................................................................64
Gambar 5.15 Perhitungan Volume dan Bekisting Kolom Type K1.....................65
Gambar 5.16 Diagram Alir Pekerjaan Balok dan Plat Lantai..............................68
Gambar 5.18 Kontrol Kemiringan Pelat Lantai...................................................69
Gambar 5.19 Pemasangan Jack Base...................................................................70
Gambar 5.20 Pemasangan Cross Brace................................................................70
Gambar 5.21 Pemasangan U-Head.......................................................................71
Gambar 5.22 Pemasangan Balok suri-suri............................................................71
Gambar 5.23 Pemasangan Bottom Form..............................................................72
Gambar 5.24 Pemasangan Side Form...................................................................73
Gambar 5.25 Pemasangan Stronger Beam............................................................73
Gambar 5.26 Pemasangan Plywood......................................................................74
Gambar 5.27 Potongan Melintang Bekisting Balok dan Plat................................74
Gambar 5.28 Penjangkaran Tulangan Balok pada Tulangan Kolom....................75
Gambar 5.29 Pemasangan Tulangan Sengkang....................................................75
Gambar 5.30 Susunan Scaffolding untuk Plat Lantai...........................................76
Gambar 5.31 Cakar Ayam dan Beton Decking......................................................77
Gambar 5.32 Pembersihan Akhir sebelum Pengecoran Plat Lantai.....................78
Gambar 5.33 Callbond di Permukaan Beton Lama..............................................79
Gambar 5.34 Pengecoran Plat Lantai Konvensional.............................................79
Gambar 5.35 Levelling dengan Waterpass...........................................................80
Gambar 5.36 Diagram Alir Pekerjaan Balok dan Plat Lantai
Sistem Half Slab...............................................................................81
Gambar 5.37 Begel pada Balok............................................................................82
Gambar 5.38 Pemasangan Half Slab......................................................................82

Gambar 5.39 Wire Mesh di atas Half Slab............................................................83

Gambar 5.40 Pengecoran plat lantai Half Slab......................................................84


Gambar 5.37 Timesheet Concrete Pump untuk cor plat lantai..............................85
Gambar 6.1 Genangan air hujan di STP................................................................87
Gambar 6.2 Pekerja yang tidak memakai helm dan sepatu..................................88
Gambar 6.3 Longsoran di STP.............................................................................89
Gambar 6.4 Semen sisa di lapangan......................................................................89
Gambar 6.5 Hasil Penulangan Kolom..................................................................90
Gambar 7.1 Pengaturan stek kolom.......................................................................94
Gambar 7.2 Denah Balok......................................................................................95
Gambar 7.3 Detail Penulangan Balok....................................................................95
Gambar 7.4 Denah Balok dan Slab.......................................................................95
Gambar 7.5 Potongan Balok dan Slab...................................................................97
Gambar 7.6 Detail Penulangan Plat lantai Konvensional......................................97
Gambar 7.7 Plat lantai Sistem Half Slab................................................................98
Gambar 7.8 Hasil pengecoran dengan begisting peri............................................99
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Risalah Rapat........................................................................................14


Tabel 3.1 Tipe dan Ukuran Kolom.......................................................................21
Tabel 3.2 Tipe dan Ukuran Balok........................................................................22
Tabel 3.3 Tipe dan Tebal Slab..............................................................................23
Tabel 6.1 Tipe dan Ukuran Kolom.......................................................................89
Tabel 6.2 Tipe dan Ukuran Balok........................................................................90
Tabel 6.3 Tipe dan Tebal Slab..............................................................................92
LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Magelang merupakan sebuah wilayah di Provinsi Jawa Tengah


yang sedang berkembang dengan berbagai pembangunan di segala bidang untuk
mewujudkan warga masyarakat Kabupaten Magelang yang lebih maju. Kemajuan
itu tentunya tidak bisa terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
tentu saja diikuti dengan meningkatnya pusat perbelanjaan yang menyediakan
berbagai kebutuhan, untuk menunjang fungsi tersebut maka di kawasan Magelang
bermunculan berbagai macam gedung dengan memanfaatkan penggunaan lahan
untuk kawasan niaga.

Proyek Pembangunan Armada Town Square merupakan salah satu


langkah yang diambil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pusat
perbelanjaan yang cukup besar dan lengkap (mall), serta penginapan sementara
(hotel) bagi warga dari luar Magelang. Armada Town Square yang dibangun oleh
PT. Armada Hada Graha, terletak di Jalan Mayjend Bambang Sugeng No.1
Magelang. Pemilihan lokasi ini sangat strategis, karena terletak di perbatasan
Kabupaten Magelang dan Kota Magelang sehingga baik penduduk Kabupaten
maupun Kota Magelang tidak merasa terlalu jauh untuk mengunjungi lokasi
tersebut, selain itu jalan di depan Armada Town Square juga merupakan akses
utama Magelang-Jogja dari arah Kota Magelang, sehingga orang yang dari arah
Kota Magelang atau Semarang yang akan ke Jogja pasti akan cenderung melewati
jalan itu. Oleh karena itu, Armada Town Square diharapkan menjadi pusat
perbelanjaan dan hotel terbesar di Kabupaten maupun Kota Magelang.

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 1
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Pendirian Proyek

Proyek pembangunan Armada Town Square mempunyai maksud antara


lain:
1) Mendirikan tempat belanja, ruang pertemuan, serta hotel yang
strategis di Magelang,
2) Menciptakan lapangan kerja baru,
3) Menghadirkan tempat belanja serta hiburan yang modern.

1.2.2 Tujuan Pendirian Proyek


Proyek pembangunan Armada Town Square mempunyai tujuan antara
lain:
1) Memenuhi kebutuhan tempat perbelanjaan yang aman, nyaman dan
modern di tengah kota,
2) Membuka lapangan pekerjaan baik selama proyek berlangsung
maupun setelah proyek berakhir,
3) Meningkatkan efektifitas waktu dan tenaga masyarakat perkotaan
dengan menyajikan tempat perbelanjaan (mall), hotel, ruang
pertemuan (meeting room) yang terdapat dalam satu wilayah dengan
letak yang sangat strategis.

1.3 Lokasi proyek

Proyek Pembangunan Armada Town Square terletak di Jl. Mayjend


Bambang Sugeng No.1 Magelang. Secara geografis Armada Town Square
mempunyai batas-batas sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Jalan Sukarno-Hatta
2) Sebelah Timur : Pabrik karoseri PT. Mekar Armada Jaya
3) Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk Cikalan Kelurahan Banyurojo
4) Sebelah Barat : Jalan Mayjend Bambang Sugeng
JALAN SUKARNO HATTA

KOMPLEK KANTOR LOKASI


DPRD KOTA MAGELANG PROYEK

JALAN MAYJEND BAMBANG SUGENG

Gambar 1.1 Peta lokasi Armada Town Square

1.4 Data Proyek

1.4.1 Data Umum

1) Nama Proyek : Armada Town Square


2) Lokasi Proyek : Jl. Mayjend Bambang Sugeng No. 1 Magelang
3) Fungsi Bangunan : Pusat perbelanjaan, hotel, dan convention centre
4) Pemilik Proyek : PT. Mekar Armada Jaya
5) Konsultan Arsitekur : PT. Wastumatra. KI
6) Konsultan Interior : PT. Wastumatra. KI
7) Konsultan Struktur : PT. Indo Swissatama
8) Konsultan M&E : PT. Sigmatech Tatakarsa
9) Jenis Kontrak : Lump sum
10) Waktu Pelaksanaan : 12 Mei 2010 – 24 Nopember 2011
11) Masa Pelaksanaan : 561 Hari Kalender
12) Kontraktor Pelaksana : PT. Armada Hada Graha
Sub Kontraktor
a) Pek. Pondasi : PT. Pakubumi Semesta
b) Pek. M&E : PT. Tritunggal
c) Pek. Bekisting : PT. Beton Konstruksi Wijaksana (BKW)

1.4.2 Data Teknis


1) Luas Tanah : ± 31621 m2
2) Jumlah Lantai : 3 Lantai

1.5 Ruang Lingkup Kerja Praktek

Ruang lingkup pekerjaan lapangan yang dibahas pada laporan ini tidak
mencakup seluruh pekerjaan proyek. Pekerjaan-pekerjaan yang diamati selama
masa kerja praktek dari tanggal 14 Maret 2011 sampai dengan 20 Mei 2011
adalah sebagai berikut.
a) Pekerjaan Struktur
1) Pekerjaan lantai lower ground
2) Pekerjaan lantai ground
3) Pekerjaan lantai upper ground
b) Pekerjaan Arsitek
1) Pekerjaan dinding batu bata.
2) Pekerjaan partisi dan kusen alumunium.
c) Pekerjaan M&E
1) Pekerjaan instalasi pipa untuk sprinkle, air kotor, dan air bersih
pada ground water tank
2) Pekerjaan air holding unit, sebagai pengatur suhu dan
kelembaban di dalam ruangan.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan laporan data-data diperoleh dari berbagai sumber yaitu:


1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung di
lapangan,
2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan pembimbing di
lapangan dari pihak kontraktor dan para pelaksana di lapangan (dengan
pihak terkait),
3. Gambar kerja dan data-data lain yang diperoleh dari kontraktor;
4. Literatur,
5. Dokumentasi berupa foto.
PERIJINAN

PENGAMATANWAWANCARASTUDIDATA PROYEK

DISKUSI DENGAN PEMBIMBING KP

Gambar 1.2 Diagram alir metodologi kerja praktek


PELAPORAN DAN
ASISTENSI DOSEN

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Laporan Kerja Praktek proyek pembangunan Armada Town Square ini


disusun dalam 7 (tujuh) bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi proyek, data
proyek, ruang lingkup proyek dan ruang lingkup kerja praktek serta
sistematika penulisan laporan.
BAB II MANAJEMEN PROYEK
Bab ini berisi uraian umum manajemen proyek dan unsur-unsur yang
terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek serta pola
hubungan kerja dalam proyek.
BAB III PERENCANAAN PROYEK
Berisi tentang tinjauan umum, perencanan infrastruktur, perencanaan
arsitektur, perencanaan struktur, perencanaan mekanikal elektrikal,
perencanaan landscape.
BAB IV ALAT DAN BAHAN
Bab ini membahas tentang bahan bangunan dan peralatan kerja yang
digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan proyek.
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK
Bab ini membahas tentang pekerjaan yang diamati selama masa kerja
praktek yang mencakup metode pelaksanaan yang digunakan dalam
proyek.
BAB VI PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA
Bab ini membahas tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi
dalam pelaksanaan proyek yang terjadi selama pelaksanaan kerja
praktek.
BAB VII KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran sebagai bagian akhir dari
laporan kerja praktek ini.
LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB II
MANAJEMEN PROYEK

2.1 Uraian Umum


Manajemen proyek merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian) secara sistematis pada suatu proyek
dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, agar tercapai
tujuan proyek secara optimal.
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Usaha tersebut
dibatasi oleh tiga variabel proyek, yaitu waktu (Time), mutu (Quality) dan harga (Cost).
Kegiatan-kegiatan ini menghasilkan suatu output, baik software (design), maupun
hardware (pelaksanaan fisik).
Unsur-unsur yang dikelola dalam sebuah proyek, yaitu :
- money (uang dan material)
- man (tenaga kerja, tenaga ahli)
- machine (alat-alat untuk mempermudah pelaksanaan proyek)
- methode (mekanisme dan prinsip kerja yang diterapkan dalam menjalankan suatu
proyek).
(Tim Penulis Dosen Perguruan Tinggi Swasta – Jakarta, 1998, Manajemen
Konstruksi, Universitas Tarumanegara, Jakarta.)

Sebuah proyek diawali oleh adanya gagasan atau ide dari pihak pengguna jasa
(owner) yang kemudian dituangkan ke dalam pekerjaan perencanaan dan direalisasikan
menjadi suatu wujud fisik tiga dimensional. Dalam hal ini yang akan dibahas secara
mendalam adalah proyek dalam kelompok industri konstruksi.

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 7
2.2 Unsur-Unsur Organisasi Proyek

Unsur-unsur yang terlibat langsung di dalam proyek ini, pada dasarnya kita bagi
menjadi:
 Pemilik Proyek (owner)
 Konsultan Perencana (designer)
 Kontraktor Pelaksana

Project Director
Ir. Benny

Project Manager
Ir. Bambang Suprianto

Site Manager
Ir. Haryanto

Drafter Proyek Surveyor


Febriyatmo Prakoso, ST Bambang Udiyono
Rochim
Logistik
Supriyanto

Pelaksana
Susanto
Jumarno
Noviyanto
Kushendratmo

Gambar 2.1 Struktur organisasi kontraktor pelaksana

2.3 Hubungan Kerja


Keempat unsur proyek ini mempunyai hubungan kerja satu sama lainnya di
dalam menjalankan peranannya masing-masing. Hubungan kerja yang ada dapat bersifat
ikatan kontrak, hubungan koordinasi ataupun perintah. Hubungan antara pihak- pihak
terkait dapat dilihat pada skema hubungan kerja pihak-pihak yang terkait dalam proyek.
OWNER
PT. Mekar Armada Jaya

KONSULTAN STRUKTUR KONSULTAN M&E KONSULTAN ARSITEKTUR


PT. Indo Swissatama PT. Sigmatech Tatakarsa PT. Wastumatra KI

KONTRAKTOR UTAMA
PT. Armada Hada Graha

SUB KONTRAKTOR

Keterangan :
: Hubungan Komando/ Perintah
: Hubungan Koordinasi
: Hubungan Tanggung jawab

Gambar 2.2 Struktur organisasi proyek Armada Town Square

Dari skema bagan di atas dapat dijelaskan hubungan kerja diantara keenam
unsur proyek tersebut sebagai berikut :

2.3.1 Pemilik Proyek dan Konsultan Perencana


Diantara keduanya terdapat ikatan kontrak, dimana konsultan perencana
memberikan jasa perencanaan proyek yang meliputi masalah-masalah teknis
maupun administrasi kepada pemilik proyek, dan sebaliknya pemilik proyek
berkewajiban memberikan imbalan berupa biaya perencanaan kepada konsultan
perencana. Pemilik proyek mempunyai hak memberi perintah kepada konsultan
perencana.
2.3.2 Pemilik Proyek dan Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana berkewajiban melaksanakan pekerjaan proyek
dengan baik dan memuaskan pemilik proyek pada waktu penyerahan pekerjaan.
Sebaliknya pemilik proyek berkewajiban untuk membayar seluruh biaya
pelaksanaan kepada kontraktor pelaksana agar proyek dapat berjalan dengan
lancar. Hubungan kerja telah diatur dalam kontrak kerja.

2.3.3 Konsultan Perencana dan Kontraktor Pelaksana


Konsultan perencana terlebih dahulu menyampaikan perencanaan
pekerjaan proyek, sedangkan kontraktor pelaksana bertugas untuk melaksanakan
pekerjaan proyek sesuai dengan perencanaan konsultan perencana. Tetapi di
antara keduanya tidak terjadi hubungan perintah, tetapi terdapat hubungan
koordinasi.

2.4 Sistem Pelaporan Proyek, Administrasi Proyek, Rapat Proyek


2.4.1 Sistem Laporan
Laporan pekerjaan dibuat pada saat proyek sedang berjalan maupun setelah
proyek berakhir yang dijadikan sebagai bahan evaluasi hasil pekerjaan dan untuk
penyempurnaan proyek di masa mendatang.

Pada proyek pembangunan Armada Town Square ini, sistem laporan


terdiri dari laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.

a. Laporan Harian
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana
proyek dalam melakukan tugasnya dan dalam
mempertanggungjawabkan terhadap apa yang telah dilaksanakan serta
untuk mengetahui hasil kemajuan pekerjaannya apakah sesuai dengan
rencana atau tidak. Laporan ini dibuat untuk memberikan informasi bagi
pengendali proyek dan pemberi tugas melalui direksi tentang
perkembangan proyek.

Laporan harian berisikan data-data antara lain :


1. Waktu dan jam kerja
2. Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang belum
3. Keadaan cuaca
4. Bahan-bahan yang masuk ke lapangan
5. Peralatan yang tersedia di lapangan
6. Jumlah tenaga kerja di lapangan
7. Hal-hal yang terjadi di lapangan

Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek yang
dilakukan tiap hari dapat dipantau.

b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan ini dibuat berdasarkan laporan harian yang telah
dibuat sebelumnya. Laporan mingguan berisi tentang uraian pekerjaan
hari-hari sebelumnya serta kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan
selama satu minggu. Laporan ini dibuat oleh site manager.

Sama halnya seperti laporan harian, pembuatan laporan mingguan juga


dimaksudkan untuk mengetahui keadaan proyek, hanya saja dalam
laporan mingguan ini mencakup waktu setiap minggu dan permasalahan
yang lebih kompleks. Prosentase kemajuan dan atau keterlambatan
proyek juga dapat diketahui melalui laporan mingguan ini dengan cara
membandingkan kurva S.

Adapun gambaran mengenai laporan mingguan seperti hal-hal berikut :


1) Kemajuan pelaksanaan pekerjaan sampai dengan minggu yang
berlalu, jenis peralatan beserta jumlahnya, jumlah tenaga kerja, dan
material yang digunakan beserta volumenya.
2) Besar biaya proyek yang dikeluarkan selama satu minggu dan
perencanaan biaya yang akan dikeluarkan minggu berikutnya.
3) Jumlah pemakaian dan pemasukan bahan.
4) Catatan permasalahan yang ada selama satu minggu pelaksanaan.
5) Hambatan-hambatan yang timbul mengenai tenaga kerja, bahan
dan peralatan serta cara menanganinya.
6) Catatan tentang ada tidaknya pekerjaan tambah dan pekerjaan
kurang dalam pelaksanaan proyek selama satu minggu.
7) Instruksi, informasi, serta keputusan yang diperlukan kontraktor
untuk minggu berikutnya dari pihak pemberi tugas.

c. Laporan Bulanan
Laporan bulanan yang dibuat oleh kontraktor yaitu oleh site manager
dimaksudkan agar penggunaan dana dan prestasi kerja selama satu
bulan dapat dikontrol oleh pemilik proyek sesuai dengan kesepakatan
yang telah disepakati dalam tender proyek. Kemajuan proyek selama
satu bulan juga dapat diketahui melalui laporan bulanan ini. Laporan
bulanan ini merupakan akumulasi dari laporan mingguan, yang
dilengkapi dengan foto dokumentasi sebagai tolok ukur realisasi
kemajuan pelaksanaan proyek, dan evaluasi kemajuan pekerjaan
terhadap rencana awal.

Dalam laporan bulanan yang berisi seluruh kegiatan proyek, baik


pelaksanaan maupun kegiatan-kegiatan penunjangnya terdapat dalam
hal-hal sebagai berikut :
1) Data umum proyek,
2) Master schedule,
3) Monthly progress report,
4) Permasalahan yang terjadi beserta pemecahannya,
5) Kondisi cuaca di proyek selama satu bulan lengkap,
6) Foto dokumentasi kemajuan proyek.

2.4.2 Administrasi Proyek


Administrasi Proyek berisi tentang laporan keuangan yang dibuat oleh
bagian administrasi proyek, dan yang dituangkan dalam laporan ini adalah
sebagai berikut.
1) Daftar pembayaran biaya tidak langsung yang dibuat setiap hari
dan berisi tentang pengeluaran uang yang dipergunakan setiap
hari.
2) Bukti kas yang telah dibuat setiap minggu antara lain berisi tentang
keadaan keuangan proyek per-minggu.
Laporan keuangan ini dibuat satu minggu sekali dan dikirim kepada
Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan Kantor Pusat serta pemilik proyek.

Administrasi keuangan bertanggung jawab dalam kegiatan pelaksanaan di


proyek bidang administrasi keuangan dan dokumentasi pembayaran, serta
menyiapkan laporan-laporan keuangan dan SDM proyek. Bertanggung jawab
terhadap Site Manager, dengan uraian tugas yang lebih spesifik yaitu :
1) Pencatatan keluar masuknya uang/ kas
2) Mengurus perlengkapan dan kelancaran tagihan proyek
3) Membuat dan menyajikan cashflow kepada Kepala Proyek
4) Membuat laporan berkala di bidang keuangan
5) Menyusun Anggaran Pembelanjaan Mingguan proyek.

2.4.3 Rapat Organisasi


Rapat Organisasi adalah merupakan pertemuan yang diadakan
dan dihadiri oleh Pemilik Proyek, Konsultan Perencana, Kontraktor
Utama dan Sub-kontraktor untuk mengadakan koordinasi lebih lanjut
pada penanganan proyek. Dalam rapat ini sebagai media untuk
membahas masalah-masalah yang terjadi dan rencana penyelesaiannya.
Pada kondisi tertentu rapat organisasi ini dapat diadakan di luar waktu
biasanya, bila salah satu pihak memerlukannya.
Masalah-masalah yang dibahas dalam rapat ini antara lain:
1) Kesulitan yang dihadapai oleh pihak kontraktor dalam pelaksanaan
di lapangan.
2) Alternatif-alternatif dari pelaksanaan proyek dan masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan pelakasanaan proyek secara teknis
dalam detail yang lebih terperinci dan jelas.
3) Prestasi fisik yang telah dicapai berdasarkan laporan yang telah
dibuat.
4) Permasalahan atau macam-macam kesulitan yang menjadi faktor
penghambat dan alternatif-alteranatif penanggulangannya.
Berikut ini ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan rapat organisasi yang
biasa disebut dengan rapat lapangan (site meeting) adalah sebagai
berikut:
- Minimal setiap minggu di tempat pekerjaan diadakan rapat yang
dipimpin oleh Pemilik Proyek dengan pokok pembicaraan untuk
persiapan rapat organisasi.
- Laporan kemajuan pekerjaan (progress report) dan hal-hal lain
yang tercantum dalam laporan mingguan.
- Permasalahan administrasi.
- Permasalahan teknis (penjelasan gambar dan instruksi perencana
dan pemilik proyek).
- Koordinasi pekerjaan.
- Dari setiap site meeting ini Pemilik Proyek akan menyusun notulen
yang akan ditandatangani oleh pihak-pihak yang hadir.
- Notulen tersebut merupakan salah satu bahan pembahasan dalam
rapat koordinasi minggu yang akan datang.
- Rapat berkala ini bertujuan meninjau pelaksanaan proyek yang
sedang berlangsung, mengetahui prestasi pekerjaan, permasalahan
dan cara pemecahannya.

Tabel-2.1: Risalah Rapat (Notulen)

RISALAH RAPAT
Coordination Meeting
Tanggal : Rabu, 27 April
2011 Waktu : 14.00 -
selesai Tempat : R.
Meeting PT.AHG
Halaman dari :
NO MASALAH TARGET TINDAKAN
Order beton plat lantai ground floor lahan belum siap tapi ready
1 AHG
mix
sudah datang. Perbaiki koordinasi.
2 Pelaksanaan Pek. Cor Raft Foundation podium pada hari jum’at
29 April 2011 mulai jam 20.00 WIB.
3 Lokasi pengecekan suhu dan slump di depan pintu 1. AHG
4 Volume Raft Found. Podium : 1.241 m3 AHG
5 Perubahan methode pelaksanaan cor Ratf Found. Podium AHG
dengan
2 unit CP Truck dan 1 stand by + 1 unit CP.
6 Rencana As-14 digunakan untuk akses jalan pekerja AHG
7 Methode akses jalan mobilisasi Lt. GF masih dalam proses Info AHG
Perhitungan
8 Tenaga ME akan ditambah 4 Orang, total 6 Orang. 1 Mei Tritunggal
9 Tenaga besi tersedia total 28 Orang, yang dibutuhkan 55 Orang 9 Mei AHG
Dengan keadaan tenaga tsb maka progress terlambat.
10 Total keterlambatan 29 hari dari master schedule. Info
11 Koordinasi dan komunikasi antara lapangan dan engineering Info
harap
diperbaiki sehingga progress dapat tercapai.
12 Shop drawing status 2 bisa dilaksanakan di lapangan. Info AHG
13 Tenaga pelaksana ditambah 1 orang. 1 Mei AHG
14 Seragam pekerja diperhatikan. AHG
15 Tenaga K3 dan safety staff akan ditambah. 1 Mei AHG

Sumber: PT. Armada Hada Graha, 2011

Dalam proyek ini rapat yang diadakan adalah Rapat Koordinasi, meliputi :

a. Rapat Koordinasi Mingguan


Rapat koordinasi mingguan diadakan dengan dihadiri oleh owner,
konsultan perencana, dan kontraktor utama. Dalam rapat ini dibahas
hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan serta masalah-masalah
teknis yang timbul di lokasi proyek dan perkembangan proyek selama
satu minggu berjalan serta koordinasi masing-masing unsur proyek
yang terlibat langsung. Rapat biasanya diadakan pada hari Jum’at jam
09.00 sampai selesai.

b. Rapat Koordinasi Bulanan


Rapat koordinasi bulanan pada dasarnya sama dengan rapat koordinasi
mingguan hanya saja dalam rapat ini dibahas dan ditinjau kembali
pelaksanaan, masalah yang timbul dan perkembangan proyek setiap
bulannya.

2.5 Rencana Kerja


Rencana kerja merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kontraktor di dalam
melaksanakan pekerjaan. Dengan adanya rencana kerja akan diperoleh gambaran secara
jelas dan terperinci tentang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta waktu
yang disediakan untuk masing-masing tahapan pekerjaan. Bentuk rencana kerja yang
ada dalam proyek ini meliputi:

2.5.1 Time Schedule


Time Schedule adalah suatu bentuk rencana kerja yang berupa tabel,
berisi jenis-jenis pekerjaan disertai waktu dimulainya sampai dengan
berakhirnya setiap jenis pekerjaan tersebut. Namun demikian, pada umumnya
time schedule tidak memperhatikan masalah biaya dan kurang jelas
menunjukkan ketergantungan antara jenis pekerjaan yang satu dengan lainnya.

2.5.2 Kurva S
Kurva S merupakan grafik yang menyatakan hubungan antara bobot
kumulatif kemajuan pekerjaan dalam persen dengan waktu pelaksanaan
pekerjaan dalam satuan waktu. Dengan adanya kurva S, dapat diikuti
perkembangan kemajuan pekerjaan setiap saat sehingga dapat diketahui dengan
cepat apabila proyek mengalami keterlambatan/ kemunduran. Kurva S juga
dapat dipakai untuk menilai prestasi kerja kontraktor sampai dengan waktu yang
ditinjau.
Dalam kenyataannya di lapangan, meskipun setiap tahapan kegiatan
dalam proyek sudah direncanakan dengan baik, masih sering dijumpai timbulnya
permasalahan yang dapat menghambat berlangsungnya pekerjaan proyek yang
pada akhirnya akan mengakibatkan keterlambatan dalam penyelesaian proyek itu
sendiri. Permasalahan yang timbul dapat berupa masalah teknis maupun non
teknis yang sulit diputuskan.

2.5.3 Shop Drawing


Rencana gambar kerja yang telah dibuat terkadang masih perlu dijelaskan
dengan gambar-gambar dan detail-detail agar memudahkan pelaksanaannya dan
menghindari kesalahan serta memperlancar jalannya pekerjaan. Selain untuk
memperjelas gambar kerja terkadang juga dalam pelaksanaan apabila terjadi
perubahan-perubahan dari rencana semula, maka perlu perubahan gambar kerja
yang lebih lengkap yang disetujui oleh perencana dan pengawas.
2.6 Tenaga Kerja, Waktu Kerja, dan Upah Kerja
Pada umumnya pengaturan tenaga kerja pada semua kontraktor hampir sama
dari segi waktu kerja. Hanya saja mengenai sistem pengupahan masing-masing
mempunyai peraturan tersendiri. Tetapi pada prinsipnya pengaturan tenaga kerja ini
sesuai dengan Undang-Undang Perburuhan yang di dalamnya terdapat peraturan
mengenai jam kerja, jam lembur, upah minimum dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan masalah ketenagakerjaan.
2.6.1 Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada proyek ini dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Tenaga Tetap
Tenaga kerja tetap adalah karyawan yang sudah diangkat, dan mendapat
gaji tetap langsung dari kantor pusat.

2) Tenaga Harian
Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dipekerjakan berdasarkan
kebutuhan pada suatu jenis pekerjaan tertentu. Jumlah tenaga kerja harian
tergantung pada volume pekerjaan yang ada.

3) Tenaga Borongan
Tenaga kerja borongan adalah mandor beserta anak buahnya yang
mendapatkan upahnya berdasarkan prestasi pekerjaan yang dilakukan.
Mandor berkewajiban mengatur anak buahnya yang disesuaikan
kebutuhannya dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

2.6.2 Waktu Kerja


Waktu kerja pada hari Senin - Minggu mulai pukul 08.00 – 16.00
sebagai sift I dan mulai pukul 17.00 – 23.00 sebagai sift II dengan waktu
istirahat pukul 12.00 – 13.00 dan pukul 18.00 – 19.00. Waktu libur dalam
proyek ini hanya pada Lebaran yaitu dari tanggal 10 September 2010 – 19
September 2010, Natal 24 Desember 2010 – 26 Desember 2010, dan beberapa
hari ketika terjadi erupsi besar gunung Merapi.

2.6.3 Upah Kerja


Pelaksanaan pembayaran upah pada karyawan yang bekerja pada proyek
ini adalah sebagai berikut :
a. Upah karyawan tetap dibayarkan setiap akhir bulan.
b. Upah mandor dibayarkan setiap hari Sabtu melalui bagian
administrasi proyek.
c. Upah tenaga kerja dibayarkan setiap minggunya melalui mandor,
tepatnya hari Sabtu setelah mandor mendapat dari bagian administrasi
proyek.
LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB III
PERENCANAAN PROYEK

3.1 Tinjauan Umum


Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebelum
dilaksanakannya suatu proyek. Tahapan awal ini dilakukan supaya tindakan yang
diambil dalam pelaksanaan suatu proyek tidak merugikan, oleh karena itu
perencanaan harus dibuat sematang mungkin dan dalam pelaksanaan harus
diserahkan pada orang atau badan usaha yang benar-benar ahli dan
berpengalaman dalam bidangnya serta mempunyai reputasi yang baik.

Tahap perencanaan merupakan tahap yang penting dalam proses


pelaksanaan suatu proyek karena perencanaan berkaitan dengan tahap sebelumnya
yaitu survey (pengamatan dan penyelidikan, selain itu tahap perencanaan
mempunyai kaitan ke depan, yaitu pada construction (pelaksanaan), operation
(pengoperasian atau pemakaian), maintenance (pemeliharaan). Kegiatan ini sangat
penting sebelum dimulainya sebuah proyek. Perencanaan suatu proyek harus
dibuat secermat dan seteliti mungkin, karena bila terjadi kesalahan perencanaan
ataupun urutan proses yang tidak benar dapat menyebabkan terjadinya kerugian.
Perencanaan yang matang sebelum dimulainya suatu pekerjaan proyek tidak
hanya menghemat biaya tetapi juga dapat menghemat waktu dan tenaga.

Pelaksanaan di lapangan seringkali berbeda dengan perencanaan, sehingga


pengalaman kerja pelaksana di lapangan sangat dibutuhkan sebagai unsur
penunjang dalam menghadapi berbagai masalah yang ada di lapangan.
Perencanaan dan persiapan yang matang sebelum pelaksanaan proyek merupakan
tindakan yang seharusnya dilakukan pemilik proyek untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi di lapangan.

Perencanaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


a) Konstruksi harus kuat dan aman
b) Mutu pekerjaan terjaga dengan baik
c) Pekerjaan selesai sesuai dengan waktu yang direncanakan
d) Biaya pelaksanaan seefisien dan seekonomis mungkin.

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 18
Perancangan proyek yang baik haruslah didukung komitmen bersama
untuk dapat melaksanakannya secara konsekuen. Untuk itulah perlu adanya rapat-
rapat koordinasi sehingga menghasilkan kesepakatan mengenai mutu yang ingin
dicapai bersama.

Perencanaan suatu proyek dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap


pertama yaitu melakukan survey di lapangan dan penyelidikan tanah yang
dilakukan di laboratorium, sedangkan tahap perencanaan merupakan kelanjutan
dari studi kelayakan tahap tersebut, dimana dalam tahap perencanaan ini
merupakan kerangka landasan untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya.

Tahap-tahap perencanaan pembangunan suatu proyek antara lain:


1) Tahap Pra Rencana
Tahapan ini terdiri dari gambar-gambar sketsa atau merupakan outline dari
bangunan berikut dengan perkiraan biaya proyek. Gambar-gambar tersebut
dikembangkan lebih rinci lagi untuk dapat dipakai sebagai dasar pembahasan
berikutnya.

2) Tahap Perencanaan
Tahap ini terdiri dari uraian lanjutan dari gambar-gambar pra rencana dan
gambar-gambar dasar dengan skala yang lebih besar. Kemudian gambar-
gambar ini dikembangkan lagi menjadi gambar-gambar detail yang
dilengkapi dengan uraian kerja dan syarat-syarat serta perhitungan anggaran
bangunan.

3) Pembuatan gambar-gambar detail


Merupakan gambar detail yang menjelaskan secara rinci pekerjaan
konstruksi, disamping sebagai dasar pelaksanaan dan juga dipakai sebagai
dokumen lelang. Gambar-gambar detail ini dibuat oleh konsultan perencana.

4) Pembuatan rencana kerja dan syarat-syarat


Rencana kerja dan syarat-syarat ini mencakup semua aspek antara lain
material, peralatan, tenaga kerja, maupun mutu dari pekerjaan.

5) Perhitungan anggaran biaya


Anggaran biaya merupakan perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk bahan,
upah, dan biaya lain dalam pelaksanaan proyek.
3.2Perencanaan Struktur Atas
Struktur atas atau upper structure adalah bagian dari struktur yang
berfungsi menerima kombinasi pembebanan, yaitu beban mati, beban hidup, berat
sendiri struktur, dan beban lainnya yang direncanakan. Selain itu struktur
bangunan atas harus mampu mewujudkan perancangan arsitektur sekaligus dapat
menjamin dari segi keamanan dan kenyamanan. Oleh karena itu bahan-bahan
yang digunakan dalam bangunan ini mempunyai kriteria perancangan, antara lain:
1) Kuat,
2) Tahan api,
3) Awet untuk jangka waktu pemakaian yang lama,
4) Mudah didapat dan dibentuk,
5) Ekonomis (mudah pemeliharaannya).

Dari kriteria tersebut diatas maka bahan konstruksi yang digunakan adalah
beton bertulang untuk proyek ini. Struktur gedung ini terbentuk atas bagian-
bagian utama struktur dimana bagian-bagian struktur ini mempunyai fungsi
tersendiri yang berbeda-beda, namun masih mempunyai hubungan atau kaitan
yang erat sekali.

Bagian-bagian utama struktur antara lain adalah :


1) Kolom,
2) Balok,
3) Plat lantai.

3.2.1 Kolom
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
untuk memikul beban vertikal, beban horisontal, maupun beban momen, baik
yang berasal dari beban tetap maupun beban sementara. Dimensi kolom yang
dirancang bervariasi menurut beban yang diterima. Semakin besar bebannya,
maka bisa semakin besar dimensi kolom yang digunakan. Beban tersebut antara
lain beban mati berupa beban berat sendiri, beban akibat balok dan plat lantai
serta beban hidup. Kolom–kolom struktur pada bangunan ini dirancang bentuk
persegi.
Tabel 3.1 Tipe dan Ukuran Kolom

No. Tipe Kolom Ukuran (mm)


1 K1 700 x 700
2 K2 700 x 700
3 K3 700 x 700
4 K4 700 x 700
5 K5 700 x 700
6 K6 600 x 600
7 K7 600 x 600
8 K8 600 x 600
9 K9 800 x 800
10 K10 800 x 800
11 K11 800 x 800
12 K12 900 x 900
13 K13 900 x 900
14 K14 900 x 900
15 K15 900 x 900
16 K16 300 x 300

Konstruksi kolom pada proyek ini terbuat dari beton bertulang.


Perencanaan kolom menggunakan tulangan D10, D13, D22, dan D25 mm. Beton
yang digunakan untuk kolom menggunakan mutu beton K350, dengan slump
rencana 10 ± 2 cm.

Untuk dimensi kolom, semakin ke atas dimensinya akan diperkecil. Akan


tetapi tidak berarti bahwa pada setiap perubahan lantai akan terjadi perubahan
dimensi. Hal ini dapat dilihat pada pemasangan tulangan kolom untuk tiap lantai
berikutnya. Maksud dari pengecilan dimensi kolom ini yaitu untuk mengurangi
beban sendiri dari struktur, yang dimana pengurangan dari dimensi kolom tidak
akan mempengaruhi kekuatan dan kekokohan struktur.
3.2.2 Balok Induk (beam)
Balok adalah bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban lantai
dan beban lain yang bekerja di atasnya dan kemudian menyalurkan beban tersebut
ke kolom-kolom. Balok juga berfungsi membagi-bagi plat menjadi segmen-
segmen dan sebagai pengikat kolom yang satu dengan yang lainnya sehingga
diperoleh struktur yang kaku dan kokoh.

Tabel 3.2 Tipe dan Ukuran Balok

No. Tipe Balok Ukuran (mm)


1 B.1 350 x 700
2 B.2 350 x 700
3 B.3 300 x 600
4 B.4 450 x 900
5 B.5 400 x 800
6 B.6 300 x 700
7 B.7 200 x 400
8 CB.1 350 x 900 ~ 400
9 CB.2 350 x 700 ~ 400

Konstruksi balok induk ini terbuat dari beton bertulang dengan


menggunakan tulangan D10, D13, D19, D22, dan D25 mm. Beton yang
digunakan untuk balok induk menggunakan mutu beton K350, dengan nilai slump
rencana 10 ± 2 cm. Dimensi balok dan jumlah tulangannya menyesuaikan dari
kondisi pembebanan dan perhitungan perencanaan.

3.2.3 Balok Anak


Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan pada plat dan
meneruskan beban dari plat ke balok induk. Balok anak digunakan untuk
mereduksi luas penampang plat yang terikat pada balok. Perbedaan antara balok
anak dengan balok induk terletak pada tumpuan. Kalau balok induk menumpu
pada kolom, sedangkan balok anak menumpu pada balok induk.
Dimensi balok anak pada bangunan ini sangat bervariasi tergantung besar
kecilnya beban dan luas plat yang dipikul oleh balok induk dan disesuaikan
dengan perencanaan arsitekturnya. Konstruksi balok anak ini terbuat dari beton
bertulang dengan tulangan D10, D13, D19, D22, D25 mm. Beton yang digunakan
untuk balok anak menggunakan mutu beton K350, dengan nilai slump rencana 10
± 2 cm.

3.2.4 Plat Lantai Konvensional


Plat lantai atau slab merupakan suatu konstruksi yang menumpang pada
balok. Plat lantai konvensional direncanakan mampu menahan beban mati dan
beban hidup pada waktu pelaksanaan konstruksi maupun pada waktu gedung
dioperasikan. Pada proyek ini plat lantai sistem konvensional dibuat monolit
dengan balok sehingga diasumsikan terjepit pada keempat sisinya.

Dapat disimpulkan fungsi dari plat lantai tersebut sebagai berikut :


1) Memisahkan ruangan bangunan secara horisontal
2) Menahan beban yang bekerja padanya
3) Sebagai diafragma untuk kestabilan konstruksi
4) Menyalurkan beban ke balok di bawahnya.

Tabel 3.3 Tipe dan tebal slab

No. Tipe Slab Tebal (mm)


1 S1 120
2 S2 120
3 S3 250
4 S4 120

Perencanaan plat lantai pada proyek Armada Town Square menggunakan


tulangan D10 dan D13 mm. Beton yang digunakan untuk plat lantai sistem ini
menggunakan mutu beton K350, dengan nilai slump rencana 10 ± 2 cm.
3.2.5 Plat Lantai Sistem Half Slab
Plat lantai dalam proyek Armada Town Square ada dua macam, yaitu
dengan plat konvensional dan satu lagi adalah plat lantai dengan sistem Half Slab.
Disebut Half Slab karena setengah tebalnya menggunakan plat lantai beton pra
cetak yang bergelombang.

Half Slab yang digunakan dalam proyek Armada Town Square dipesan dari PT.
Beton Elemenindo Perkasa. Berikut spesifikasi teknisnya:
 Lebar : 1200 mm
 Tebal plat : 80 mm
 Panjang plat : sesuai pesanan, maksimal 4 m
 Permukaan atas : siap dicor
 Permukaan bawah : kualitas ekspose
 Mutu beton : K450
 Tulangan : PC-Wire Ø 6 mm.
Beton yang digunakan untuk menutup bagian atas Half Slab menggunakan mutu
beton K300 dengan nilai slump rencana 10 ± 2 cm. Tebal keseluruhan plat adalah
12 cm.
Gambar 3.1 Plat lantai sistem half slab
3.3. Analisa Struktur
Pada analisa struktur ini, penulis meninjau portal lantai upper
ground floor (FFL + 5800 M).
Lihat Lampiran 8.1.

3.3.1. Analisa Struktur Pelat

Gambar 3.2 Sketsa Struktur Plat Lantai

Ukuran Plat : 8,000 m x 8,000 m


B : ly / lx : 8 / 8 : 1 < 3 ( plat 2 arah )
Tebal plat : 12 cm

Beban Mati ( D )

Beban sendiri pelat : 0,12 x 2400 = 288 kg/m2


Spesi semen : 3 x 21 = 63 kg/m2
Berat Ubin : 1 x 24 = 24 kg/m2
Plafon + penggantung : = 18 kg/m2

= 393 kg/m2
Beban Hidup ( L ) = 250 kg/m2
q = 1,2 D + 1,6 L = 871,6 kg/m2
Perhitungan berdasarkan Grafik dan Tabel Perhitungan Beton
Bertulang:

Mutu beton : K-350

Fy : 240 Mpa

1) Perhitungan Momen

Mlx = 0,001.871,6.(8)2.25 = 1394,56 kgm

Mly = 0,001.871,6.(8)2.25 = 1394,56 kgm

Mtx = -0,001.871,6.(8)2.51 = 2844,90 kgm

Mty = -0,001.871,6.(8)2.51 = 2844,90 kgm

2) Perhitungan Tulangan

Lapangan Mlx = 1394,56 kgm =

13,95 kNm b= 1 m

d= 120-20-1/2.10 = 95 mm = 0.095 m
Mlx
2
bd = 1545,70 kN/m
ρ = 0,0042 (interpolasi)
(600)
ρmax =
0,75(0,85.f'c.β1) (600 +
fy fy)

0,75(0,85.35.0,85)
= 240 (600)
(600 + 240)
= 0,056

As min = √f′c bd √35 1000. = 585,445 mm2


4fy = 4.
240 95

1,4 1,4
1000.95 = 554,17 mm2
As min = bd
fy 240=
As = ρ.b.d = 0,0042.1.0,095.106 = 399 mm2

As max = ρ max.b.d = 0,056.1.0,095. 106 = 5320 mm2


Diambil Aslx = 554,17 mm2 ( digunakan D10 - 200)
3) Perhitungan Tulangan Tumpuan

Mtx = 2844,90 kgm = 28,45 kNm

b= 1 m

d= 120-20-1/2.10 = 95 mm = 0.095 m
Mlx
bd = 3152,35 kN/m2

ρ = 0,0076 (interpolasi)
0,75(0,85.f'c.β1) (600)
ρmax =
fy (600 +
fy)

0,75(0,85.35.0,85)
= 240 (600)
(600 + 240)
= 0,056
√f′c
As min = bd √35 1000. = 585,445 mm2
4fy = 4.
240 95

1,4 1,4
1000.95 = 554,17 mm2
As min = bd
fy 240=
As = ρ.b.d = 0,0076.1.0,095.106 = 722 mm2

As max = ρ max.b.d = 0,056.1.0,095. 106 = 5320 mm2

Diambil Aslx = 554,17 mm2 ( digunakan D10 - 200)

3.3.2 Analisa Struktur Balok


Gambar 3.3 Sketsa Struktur Balok
Fc’ : 35 MPa, fy : 400 MPa

Gambar 3.4 Diagram Tegangan

Dianggap tulangan tekan belum leleh dan tulangan tarik telah

leleh.

d’ = 50 mm
d = 650 mm
As’ = 4 D 22 =1519,76 mm2
As = 8 D 22 = 3039,52 mm2
TS’ = As’. Es. εs’

εs’ = c – d'
0,003
c

= c – 50
0,003
c
c – 50
Ts’ = 1519,76. 200000. 0,003
c

= 1139820 c – 50
c

Ts = As.fy
= 3039,52 x 400
= 1063832 N
∑ tekan = ∑ tarik
Cc + Ts’ = Ts
0,85.fc’0,85c.b + As’fs’ = As.fy
0,85. 35. 0,85c. 400 + 1139820 c–
50 = 1063832
c
10115 c2 + 1139820 c – 56991000 = 1063832 c
10115 c2 + 75988 c – 56991000 = 0
Didapat c = 71,39 mm
a = 0,85.c = 60.69 mm

c – 50
Ts’ = 1139820.
c
= 401887,49 mm

Pemeriksaan Regangan
εs = d–c
0,003
c
650 – 71.39
= 0,003
71.39

= 0,024

εs = c – d'
0,003
c

= 71,39 – 50
0,003
71,39

= 0,00089

εy = fy/Es = 400/200000 = 0,002


εs’ < εy, tulangan tekan belum leleh.
εs > εy, tulangan tarik telah leleh.

Mn = 0,85.fc’.a.b.(d-a/2) + Ts’(d - d’)


= 0,85 x 35 x 60,69 x 400 (650-60,69/2) + 401887,49 (650 – 50)
= 6,886 x 108Nmm = 688,6 kNm
MR = 0,8 Mn
= 0,8. 688,6
= 550,88 kNm

3.3.3 Analisa Struktur Kolom

Gambar 3.5 Penampang Kolom

fc’ = 35 Mpa
fy = 400 Mpa
Po = 0,85 fc’ (Ag – As) + (As.fy)
= 0,85.35 ( 600 x 600 – 4559,28)+ (4559,28 x 400 ) = 10887450 N
Pn maks = 0,8 Po = 8709960 N
d’ = 60 mm
d = 540 mm
Cb = 600.d/(600+fy)
= 600. 540/(600+400)
= 324 mm
a = 0,85.Cb
= 275,4 mm
Tekan Tarik
No d' SAs e's es fs Cc Ts' MbTs
1 60 1519.8 0.00244 400 2106810 607904 1139363583
2 220 759.88 0.00096 192.5926 146347.26 46831122.96
3 380 759.88 0.00052 103.7037 78802.37 -12608379.3
4 540 1519.8 0.002 400 607904 0
2106810 754251.26 686706.4 1173586327
Pb= 2174354.9
eb= 539.74001

C = 118,3 mm
a = 100,325 mm
Tekan Tarik
No d' SAs e's es fs Cc Ts' Ts Mo
1 60 1519.8 0.00147 294.9928 767490.1 448318.26 591137990.3
2 220 759.88 0.00107 400 303952 -97264640
3 380 759.88 0.00513 400 303952 -48632320
4 540 1519.8 0.011 400 607904 0
767490.1 448318.26 1215808 445241030.3
P= 0.0303

Mn Pn
0 10887450
1.174E+09 2174355
445241030 0

Diagram P - M

12000000

10000000

8000000
Pn ( N )

6000000

4000000

2000000

0 2E+084E+086E+088E+081E+091.2E+09 1.4E+09
Mn ( Nm )

Gambar 3.6 Diagram Interaksi P – M


LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB IV
ALAT DAN BAHAN

4.1 Tinjauan Umum


Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan
manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan
bahan bangunan dan alat kerja disesuaikan dengan tahapan pekerjaan yang sedang
berlangsung. Penempatan material yang tepat dan efisien perlu diperhatikan untuk
mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan material
yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan
kerja.

Penyedia (supplier) bahan bangunan sebaiknya mudah ditempuh dari


lokasi proyek sehingga akan menghemat waktu dan biaya pengangkutan. Selain
itu ketersediaan bahan bangunan (stocking material) harus selalu dikontrol untuk
menghindari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat terlambatnya pengadaan
bahan bangunan. Penempatan material harus disesuaikan dengan sifat bahan
sehingga resiko kerusakan bahan bangunan sebelum digunakan dapat dikurangi,
terutama pada bahan bangunan yang peka terhadap kondisi lingkungan seperti
semen dan baja tulangan.

Alat kerja berperan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek.


Alat kerja membantu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang sulit untuk
dikerjakan dengan tenaga manusia. Penggunaan alat kerja dapat mempercepat
waktu pelaksanaan, mempermudah pelaksanaan dan meningkatkan efektifitas
suatu pekerjaan. Oleh karena itu, perawatan dan pemeliharaan alat kerja harus
diperhatikan agar kerusakan alat kerja dapat dihindari.

4.2 Bahan-Bahan Konstruksi


Pemilihan bahan konstruksi harus memperhatikan kualitas sehingga akan
didapatkan hasil yang sesuai dengan standar perencanaannya. Selain itu perlu
diperhatikan juga penyimpanan dan penumpukan di gudang agar tidak terjadi

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 33
penurunan kualitas material baik disebabkan karena faktor cuaca maupun lamanya
waktu penumpukan di gudang.

4.2.1 Baja
Baja pada proyek Armada Town Square terdiri dari dua jenis, yaitu baja
yang digunakan untuk rangka atap baja dan penulangan beton bertulang. Baja
yang digunakan untuk rangka baja terdiri dari bermacam-macam profil.

Penyimpanan baja tulangan diletakan di atas bantalan balok kayu yang


terletak di atas tanah untuk menghindari korosi pada tulangan akibat reaksi
dengan air tanah.

Berdasarkan bentuknya, baja tulangan dibagi menjadi dua jenis :


1. Baja tulangan polos
Permukaan baja polos, tidak bersirip. Biasa disingkat dengan BJTP.
2. Baja tulangan sirip (deform)
Permukaan baja memiliki sirip melintang untuk meningkatkan daya lekat
tulangan baja dengan beton. Biasa disingkat dengan BJTD.

Baja tulangan yang digunakan pada proyek ini yaitu :


a. Untuk baja tulangan D < 10 mm digunakan BJTP 24 dengan fy = 240 MPa.
b. Untuk baja tulangan D  10 mm digunakan BJTD 40 dengan fy = 400 MPa.
c. Baja yang digunakan dalam proyek ini adalah dari Krakatau Steel.

Gambar 4.1 Besi tulangan

4.2.2 Semen
Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi,
antara lain digunakan untuk pasangan batu kali, lantai kerja dan plesteran. Selain
itu, semen jenis tertentu juga bisa dipakai untuk bahan finishing. Hal–hal yang
perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan semen :
1) Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar
tidak lembab.
2) Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli
dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.
3) Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak. Hal
ini untuk menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang
paling bawah, akibat beban yang berat dalam waktu yang cukup lama sebelum
digunakan sebagai bahan bangunan.
4) Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi
mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara
teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.
5) Zak-zak semen disimpan di gudang yang cukup ventilasinya.

Adapun jenis semen yang digunakan dalam proyek ini antara lain :
a) Semen portland Gresik jenis IP-U yang telah ber-SNI 15-0302-2004,
merupakan semen untuk campuran mortar dan acian plesteran dinding
batu bata.
b) Semen putih ASTM C 150-00 merk Tiga Roda, merupakan semen
untuk finishing.

Gambar 4.2 Semen putih dan semen portland

4.2.3 Beton Ready Mix


Seluruh pekerjaan struktural dalam Proyek Pembangunan Armada Town
Square ini menggunakan beton ready mix produksi dari PT. Armada Hada Graha
sendiri. Adapun keuntungan penggunaan beton ready mix ini adalah:
a) Jaminan keseragaman mutu beton.
b) Efektifitas dan efisiensi kerja dalam pelaksanaan.

Gambar 4.3 Beton ready mix

4.2.4 Plywood
Plywood digunakan sebagai bahan bekisting karena akan menghasilkan
permukaan beton yang halus. Plywood yang digunakan adalah kayu lapis dengan
permukaan yang dilapisi laminated plastic dengan ketebalan 16-22 mm. Supplier
untuk material ini adalah PT. Beton Konstruksi Wijaksana (BKW) yang sekaligus
merangkap sebagai subkontraktor untuk pekerjaan bekisting.

Gambar 4.4 Plywood

4.2.5 Kawat Bendrat


Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat antar baja tulangan agar dapat
membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat yang digunakan
berdiameter 1 mm dan dalam pemakaiannya digunakan tiga lapis kawat agar lebih
kuat dalam mengikat baja tulangan. Agar baja tulangan saling terikat dengan kuat
maka kawat yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan tidak
mudah putus.
Gambar 4.5 Kawat bendrat

4.2.6 Air Kerja


Air kerja yang digunakan dalam proyek harus sesuai dengan SNI 03-2847-
2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
Persyaratan mengenai air kerja tercantum di halaman 15, yaitu:
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan;
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan;
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
a) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama,
b) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai
kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji
yang dibuat dengan adukan air yang dapat diminum. Perbandingan uji
kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air
pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji tekan untuk
mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi
50 mm)”.
4.2.7 Pasir
Proyek Armada Town Square menggunakan pasir Merapi. Selain karena
dikenal pasir dengan kualitas terbaik, lokasi dari quarry juga tidak terlalu jauh.
Pasir digunakan sebagai campuran beton ready mix, campuran mortar, campuran
lantai kerja, dan campuran untuk memadatkan tanah.

Gambar 4.6 Pasir

4.2.8 Batu Kali


Batu kali digunakan sebagai bahan pembuatan saluran air di area belakang
gedung. Pasangan batu kali ini di pasang di atas U-ditch sebagai dinding saluran
pada bagian atas.

Gambar 4.7 Batu kali

4.2.9 Calbond
Calbond merupakan bahan pengikat beton lama dengan beton baru.
Calbond merupakan cairan perekat antara beton yang telah dicor (yang telah
mengeras) dengan adukan beton yang akan dicor kemudian. Cairan perekat yang
berwarna putih ini disebut juga dengan lem beton seperti terlihat pada gambar di
bawah. Calbond di proyek ini banyak digunakan pada sambungan pengecoran
beton.
Gambar 4.8 Cairan calbond

4.2.10 Bantak
Material bantak merupakan campuran batu kecil dan agak besar dengan
ukuran diameter sekitar 5 – 20 cm. Bantak biasanya dicampur dengan pasir untuk
pemadatan tanah di bawah lower ground untuk mendapatkan kepadatan yang
optimal.

Gambar 4.9 Bantak


4.2.11 Batako
Batako dalam proyek Armada Town Square digunakan sebagai bekisting
bawah Ground Water Tank. Selain memperkuat bagian bawah, juga lebih mudah
dalam pelaksanaan karena tidak perlu di lepas lagi.

Gambar 4.10 Batako


4.2.12 Batu Bata
Batu bata merah digunakan untuk dinding area mall Proyek Armada Town
Square. Batu bata merah didatangkan dari pembuat batu bata merah di wilayah
Kabupaten Magelang.

Gambar 4.11 Batu bata

4.2.13 Bahan Additive (Tambahan)


Bahan tambahan yang digunakan pada campuran beton untuk proyek
pembangunan Armada Town Square berupa accelerating admixture. Bahan ini
berfungsi untuk memendekkan setting-time beton. Ketika dituangkan admixture
ini bersuhu udara dingin karena adanya bahan kimia yang terkandung yaitu
Calcium Cloride (Kalsium Klorida).
Penggunaan bahan di atas membuat campuran beton cepat mengeras,
meningkatkan dalam mengeringkan penyusutan (drying shrinkage), dan
menghindari korosi pada tulangan (reinforcement). Jumlah pemakaian yang
berlebihan, kalsium klorida bisa untuk menurunkan titik beku beton, yang dapat
mengakibatkan beton menjadi rusak atau hancur. Oleh karena itu, harus ada
perawatan (treatment) khusus berupa pengawasan dalam volume penggunaan
admixture baik dalam hal penyimpanan ataupun ketika sedang dilakukan
pencampuran dengan beton. Volume penggunaan yaitu lebih dari 5% dari berat
semen (Cement Weight). Penggunaan bahan tersebut dari segi bisnis dan
ekonomis dikarenakan dalam pembangunan proyek ini bersifat komersial dan
dituntut untuk cepat selesai. Selain itu, dari segi teknis pengadaan bekisting yang
terbatas juga mempengaruhi. Dengan adanya admixture tersebut, maka bekisting
terutama bekisting samping cukup terpasang selama ±12 jam setelah pengecoran
untuk bisa dilepas dan digunakan kembali.
4.3 Alat-alat Konstruksi
4.3.1 Tower Crane (TC)
Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut bahan dan peralatan
untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor dan material
lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh
areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang
aman tanpa terhalang.
Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban
maksimal yang mampu diangkatnya. Operator tower crane harus siap untuk
mengakomodasi perintah pengangkutan didaerah jangkauannya. Dalam proyek ini
tower crane menggunakan satu buah. Akan tetapi, pada dua hari terakhir sebelum
penulis meninggalkan proyek, ada rencana penambahan satu tower crane lagi. Hal
itu dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan karena telah terjadi keterlambatan
pelaksanaan proyek di lapangan.

Gambar 4.12 Tower crane


4.3.2 Back hoe
Back hoe adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan galian tanah.
Keuntungan dari penggunaan back hoe adalah dapat melakukan pekerjaan
penggalian dengan lebih cepat dan lebih efisien. Selain itu back hoe juga dapat
digunakan sebagai alat pemuat yang jauh lebih efisien dibandingkan jika
menggunakan tenaga manusia. Dalam proyek ini keberadaan back hoe sangat
diperlukan mengingat banyaknya volume galian yang harus dikerjakan terutama
pada pekerjaan galian ground water tank, sewage treatment plant, pile cap, dan
lain-lain.. Adapun spesifikasi alat adalah sebagai berikut :
 Merk : Hyunday
Buatan : Korea
Kapasaitas bucket : 0.3 m3
Jumlah : 1 buah
 Merk : Hitachi
Buatan : Jepang
Kapasaitas bucket : 0.3 m3
Jumlah : 2 buah

Gambar 4.13 Back hoe

4.4.3 Dump truck


Dump truk merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut material
galian tanah dan material konstruksi lainnya seperti beton hasil pemotongan
kepala tiang pancang (pile) dari lokasi proyek menuju tempat pembuangan
(dispostal area). Ada pun spesifikasi dump truk yang digunakan dalam proyek ini
adalah:
Merk : Mitsubushi Fuso
Kapasitas Bucket : 5 m3

Gambar 4.14 Dump truck


4.3.4 Mobile Concrete Pump
Mobile Concrete Pump merupakan alat untuk memompa beton ready mix
dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump ini untuk
meningkatkan kecepatan dan efisiensi pengecoran. Alat ini sangat berguna untuk
lokasi yang sulit dijangkau seperti bangunan gedung bertingkat yang luas
sehingga dapat dengan mudah dijangkau. Alat ini terdiri atas beberapa bagian,
yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak
berupa mesin diesel, pipa-pipa besi berdiameter 15 cm serta beberapa alat
tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Adapun spesifikasi
mobile concrete pump dalam proyek ini dalah sebagai berikut:
Merk dan type : Isuzu IPG
115B.8E26/4 Buatan : Jepang
Kapasitas : 10-90 m3/jam, (diameter selinder 95 mm)

4.3.5 Mixer Truck


Mixer truck merupakan truk khusus yang dilengkapi dengan concrete
mixer dengan kapasitas bervariasi, yaitu kapasitas 5; 5,5; 6; dan 6 m3. Truk ini
mengangkut beton siap pakai (ready mix) dari tempat pencampuran beton
(batching plan) sampai ke lokasi pengecoran. Selama pengangkutan, truk ini terus
berputar searah jarum jam dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar adukan
beton tersebut terus homogen dan tidak mengeras.
Dalam pengangkutan perlu diperhatikan interval waktu, karena bila terlalu
lama beton akan mengeras dalam mixer, sehingga akan menimbulkan kesulitan
dan menghambat kelancaran pelaksanaan pengecoran. Spesifikasi Mixer truck
yang digunakan pada proyek ini adalah sebagai berikut:
Merk : Hino
Buatan : Jepang
Kapasitas : 6,5 m3
Gambar 4.15. Concrete Pump dan Mixer Truck saat loading concrete

4.3.6 Pemotong Tulangan (Bar Cutter)


Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standar (12 m).
Untuk keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan
terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan,
yaitu pemotong tulangan (bar cutter) yang dioperasikan dengan menggunakan
tenaga listrik. Jumlah tulangan yang mampu dipotong dalam sekali tahap
umumnya bervariasi antara 5 sampai 10 tulangan, tergantung dari besarnya
diameter tulangan yang akan dipotong. Proyek ini menggunakan Barcutter listrik
dengan sepesifikasi sebagai berikut:
Merk dan Type : Meiho dan Toyo, MTK-42
Buatan : Jepang
Jumlah : 3 unit
Kapasitas potong : 5-10 tulangan, tergantung diameter tulangan yang
dipotong.

Gambar 4.16. Bar cutter

4.3.7 Pembengkok Tulangan (Bar Bender)


Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan seperti
pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan untuk sambungan tulangan
kolom, juga pembengkokan tulangan balok dan plat. Sudut yang dapat dibentuk
oleh pembengkok tulangan dapat diatur besarnya, yaitu 450, 900,1350 dan1800.
Kapasitas alat antara 5 sampai 8 tulangan tergantung dari besarnya diameter
tulangan yang akan ditekuk oleh bar bender. Adapun spepesifikasi bar bender
yang digunakan dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
Merk dan Type : Toyo
Buatan : Jepang
Jumlah : 3 unit
Kapasitas : 4-5 tulangan. Tergantung diameter tulangan yang
dibengkokkan.

Gambar 4.17. Bar bender

4.3.8 Teodolith
Teodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as
bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai, agar bangunan yang dibuat
tidak miring. Teodolith juga digunakan sebagai alat untuk menjaga
kevertikalitasan bangunan gedung tinggi.

Gambar 4.18. Teodolith


Merk dan Type : Theodolite Topcon TL-6G
Buatan : Jepang
Jumlah : 2 unit

4.3.9 Waterpass
Fungsi utama dari alat ini adalah untuk menentukan ketinggian elevasi
rencana pada suatu bangunan . Alat ini biasanya digunakan untuk mengetahui
elevasi lantai ketika lantai akan dicor, sehingga apabila terjadi perbedaan antara
elevasi rencana dengan elevasi dilapangan dapat dikoreksi dan dilakukan
perbaikan dengan segera. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi
tanah dan elevasi tanah galian timbunan.

Gambar 4.19. Proses levelling

Merk dan Type : Topcon Automatic Level Topcon ATG-6


Buatan : Jepang
Jumlah : 2 unit

4.3.10 Concrete Vibrator


Adanya rongga udara dalam suatu adukan beton, secara tidak langsung
akan mengurangi mutu dan kekuatan beton tersebut. Untuk menghindari hal ini,
maka dalam suatu pengecoran harus diusahakan adanya rongga udara yang
seminimal mungkin.
Vibrator merupakan suatu alat penggetar mekanik yang digunakan untuk
menggetarkan adukan beton yang belum mengeras, dengan harapan dapat
menghilangkan rongga-rongga udara yang ada sehingga dapat dihasilkan beton
yang padat dan bermutu tinggi. Cara operasionalnya adalah dengan memasukkan
selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting,
sehingga beton cair dapat memadat dan meminimalkan terjadinya rongga pada
beton yang dapat mengurangi kekuatan.

Gambar 4.20. Concrete vibrator

Merk dan Type : Mikasa


Spesifikasi : Selang / Shaft : 38mm - 6m
Jumlah : 2 unit

4.3.11 Scaffolding
Scaffolding berfungsi sebagai perancah dalam pembuatan bekisting balok dan
plat dan sebagai perancah dalam pengecoran kolom. Scaffolding terdiri dari
beberapa bagian antara lain :
 jack base, bagian yang terdapat di bagian paling bawah, dilengkapi
dengan ulir untuk mengatur ketinggian.
 main frame, portal besi yang dirangkai di atas jack base.
 cross brace, penghubung dua main frame dipasang arah melintang.
 ladder, tambahan di atas main frame jika ketinggian mengalami
kekurangan.
 joint pin, penghubung main frame dan ladder.
 U-head jack, bagian atas main frame dan ladder yang berfungsi untuk
penyangga kayu kaso pada bagian bekisting.
Gambar 4.21 Sketsa scaffolding

Cara operasionalnnya adalah dengan menggabungkan tiap bagian di atas,


sehingga menjadi suatu konstruksi penyangga sementara.

Gambar 4.22 Scaffolding

4.3.12 Alat Cetak Benda Uji Beton (Silinder)


Alat cetak benda uji beton berfungsi sebagai cetakan dalam pembuatan
benda uji beton. Setiap proses produksi beton, diambil sample untuk benda uji
beton. Setelah itu tiap masing-masing benda uji diberi nama sesuai dengan lokasi
pengecoran dan tipe beton / mutu betonnya. Uji beton dilakukan di laboratorium
PT. Armada Ready Mix di area batching plant.
Alat cetak benda uji beton ini mempunyai diameter 15 cm dengan tinggi
30 cm. Tiap alat cetak mempunyai volume kurang lebih 0,0053 m3.
Gambar 4.23 Alat cetak benda uji

4.3.13 Bucket
Kegunaan bucket adalah tempat adonan semen yang berasal dari concrete
mixer. Bucket yang mempunyai kapasitas 0,8 m3 ini diisi adonan semen kemudian
dengan bantuan dari tower crane, bucket diangkat ke atas menuju ke tempat yang
akan dicor. Apabila akan mengecor kolom maka pada ujung bucket dipasang
selang untuk mempermudah pelaksanaan dan mengatur tinggi jatuh pengecoran.
Berat bucket adalah 300 kg.
Pada pelaksanaan pengecoran di lokasi yang sulit bucket dilengkapi
dengan pipa tremie sehingga beton yang keluar dari bucket tidak langsung jatuh
dan dapat diarahkan sehingga pelaksanaan pengecoran dapat menjangkau lokasi-
lokasi yang sulit.

Gambar 4.24 Bucket

4.3.14 Air Compressor


Air compressor adalah alat penghasil udara bertekanan tinggi yang
digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu
dan daya lekatan tulangan pada beton seperti: debu-debu, potongan-potongan
kawat bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Kegiatan pembersihan ini dilakukan
sesaat sebelum dilakukan pengecoran pada bagian bangunan tertentu.
Gambar 4.25 Air compressor

4.3.15 Alat-alat Pengelasan


Alat-alat pengelasan dalam proyek ini berguna untuk pengerjaan rangka
atap baja, proses pengerjaan bekisting untuk ground water tank, dan pemotongan
berbagai tulangan baja.

4.3.16 Cutter Beton


Sesuai dengan namanya, cutter beton berfungsi untuk memotong beton.
Dalam proyek Armada Town Square alat ini berfungsi memotong plat lantai
lower ground yang disebabkan perubahan desain oleh owner.

Gambar 4.27 Cutter beton

4.3.17 Pompa Air


Pompa air dalam pelaksanaan proyek Armada Town Square berfungsi
memindahkan air yang menggenang di area yang akan dilakukan pekerjaan
konstruksi. Pada beberapa kasus seperti air hujan yang menggenang di galian
untuk pile cap dan ground water tank.

4.3.18 Bulldozer
Buldozer yang digunakan dalam proyek Armada Town Square berfungsi
untuk meratakan atau menghamparkan tanah, pasir, atau pun bantak sehingga bisa
optimal dalam pekerjaan selanjutnya seperti lantai kerja untuk plat. Berikut
mengenai spesifikasinya.
 Merk : Caterpillar D3C LGP
 Lebar blade : 3,1 m
 Tinggi blade : 0,73 m

Gambar 4.28 Bulldozer

4.3.19 Mobile Crane


Mobile crane yang digunakan dalam proyek ini berjumlah dua buah.
Dalam pelaksanaannya, hampir setiap hari alat ini selalu dipakai. Hal ini
disebabkan oleh luasnya area proyek dan juga jangkauan dari tower crane yang
tidak mampu menjangkau secara keseluruhan. Mobile crane berfungsi dalam
pengecoran dengan bucket, pemasangan Half Slab bergelombang, pemasangan
rangka atap baja, serta membantu dalam pekerjaan bekisting kolom lantai lower
ground.

Gambar 4.29 Mobile crane


LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Tinjauan Umum

Perencanaan yang telah disusun oleh konsultan perencana diwujudkan


melalui pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pelaksanaan pekerjaan merupakan
tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan
pekerjaan yang baik, sehingga dapat diperoleh hasil yang baik, tepat waktu dan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil


tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana
khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan
baik, serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah
yang ditemui di lapangan.

Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah


yang tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja, untuk itulah
diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan
masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :
1) Wakil dari pemilik proyek.
2) Konsultan perencana
3) Koordinator dan para pelaksana proyek
4) Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :
1) Kemajuan pekerjaan dilapangan
2) Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan
3) Realisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan time schedule
4) Masalah administrasi dan kelengkapan dokumen
5) Sasaran yang harus dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan.

Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan, kontraktor harus memiliki


dokumen awal pelaksanaan, seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS dan

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 52
dokumen lainnya. Selanjutnya kontraktor membuat shop drawing sebagai gambar
detail pelaksanaan yang dibuat berdasarkan gambar perencanaan dari konsultan
perencana dan as built drawing sebagai laporan akhir gambar-gambar yang sesuai
dengan pelaksanaan, setelah adanya pekerjaan tambah maupun kurang.

Bab ini akan menguraikan keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang diamati


selama melaksanakan kerja praktek. Pekerjaan yang diamati ini meliputi
pekerjaan pekerjaan struktur atas (upper structure) yang meliputi kolom, balok
dan plat. Selain pekerjaan struktur, ada juga pembahasan tentang pembuatan
saluran air atau selokan menggunakan U-Ditch yang sempat diamati di proyek.

5.2 Pekerjaan Struktur Atas


5.2.1 Pekerjaan Kolom
Pekerjaan kolom melibatkan beberapa kegiatan antara lain adalah penentuan
as kolom, penulangan kolom, pembuatan bekisting kolom, pemasangan bekisting
kolom, pengecoran kolom, dan pembongkaran bekisting kolom.

Penentuan As Kolom

Pembuatan Tulangan Kolom

Pemasangan Tulangan Kolom

Pembuatan Bekisting Kolom

Pemasangan Bekisting Kolom

Pengecoran

Pembongkaran Bekisting Kolom

Gambar 5.1 Diagram alir pekerjaan kolom


1. Penentuan As Kolom
Titik–titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran dan
pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai
dasar penentuan letak kolom. Cara penentuan as-as kolom pada lantai
Ground adalah dengan menggunakan alat teodolith, yaitu dengan menentukan
letak as awal dan kemudian dibuat as-as yang lain dengan mengikuti jarak
yang telah disyaratkan dalam perencanaan awal. Letak as-as ini harus selalu
dikontrol karena ada kemungkinan satu dan lain hal, as-as tersebut berubah
dari yang telah dibuat. Garis bantu berupa marking lurus pada plat lantai
membantu dalam penentuan as kolom ini. Marking ini menggunakan benang
yang bertinta hitam sehingga saat disentuhkan ke plat akan membentuk garis
hitam.

Garis Marking As Bangunan

A A
Lubang Tempat Teodolith diletakkan untuk menembak as

Garis Marking kolom

Titik As

Gambar 5.3 Denah marking


Gambar 5.4 Potongan A-A

Gambar 5.5 Marking As kolom

2. Pembuatan Tulangan Kolom


Langkah pekerjaan pembuatan tulangan kolom adalah sebagai berikut:
1) Tulangan dengan ukuran sesuai gambar kerja (shop drawing)
didatangkan oleh pihak logistik ke lokasi proyek sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan di lapangan. Panjang tulangan dari
supplier adalah 12 m.
2) Pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter dan
pembengkokan tulangan dilakukan dengan mengunakan bar
bender.
3) Pembengkokan tulangan dilakukan sesuai dengan ketentuan
pendetailan tulangan. Untuk sengkang dengan pembengkokan
pengait dengan sudut 135ο, panjang tulangan yang diperlukan
adalah sepanjang keliling tulangan ditambah dengan panjang
pengait sebesar 6 kali diameter tulangan. Sementara untuk
pengait di ujung tulangan yang dibengkokan dengan sudut 90 ο
panjang pengait yang dibutuhkan adalah 12 kali diameter
tulangan.

12D 6D

12D

Gambar 5.6 Panjang Pembekokan Ujung Sengkang yang Dibutuhkan

4) Pemotongan tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi kolom


perlantai bangunan ditambah dengan panjang penyaluran
tulangan untuk keperluan penyambungan tulangan. Panjang
penyaluran kolom minimal sebesar 50 kali diameter tulangan
terbesar yang disambung. Penyempitan bagian bawah tulangan
sepanjang panjang penyaluran dilakukan untuk memudahkan
penyambungan tulangan kolom tiap lantai.
Gambar 5.7 Penyaluran tulangan utama kolom

5) Pengikatan tulangan sengkang dengan tulangan utama kolom


dilakukan dengan menggunakan kawat bendrat.
3. Pemasangan Tulangan Kolom
Tulangan utama kolom yang dipergunakan pada proyek ini bervariasi, sesuai
dengan gambar rencana dari konsultan perencana. Diantaranya
Tahapan pekerjaan pembesian kolom antara lain :
1) Pemasangan tulangan diawali dengan mendirikan susunan scaffolding
mengelilingi kolom rencana. Susunan scaffolding ini untuk tempat
para pekerja merakit tulangan.

Gambar 5.8 Pemasangan tulangan kolom

2) Setelah susunan scaffolding berdiri, dilanjutkan dengan memasang


tulangan utama dengan menyambungkan terhadap tulangan utama di
bawahnya. Kemudian masukkan tulangan sengkang dari bagian atas
tulangan utama yang telah tersusun sebelumnya. Kaitkan antara
tulangan sengkang dengan tulangan utama menggunakan kawat
bendrat. Apabila diperlukan dibuat penguat sementara untuk
menjaga verticality kolom,
3) Pada bagian luar penulangan kolom diberi beton decking untuk selimut
beton.

4. Pembuatan Bekisting Kolom


Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bekisting kolom
adalah:
1) Plywood : Merupakan lapis pemukaan dalam bekisting yang langsung
bersentuhan dengan beton. Kondisi permukaan plywood akan
berpengaruh langsung terhadap kualitas permukaan beton setelah
pengecoran. Plywood yang digunakan yang tebal atau dinamakan
finolite.
2) Balok LVL : Merupakan balok kayu dan posisinya berada tepat
dibelakang plywood berfungsi untuk menerima beban akibat
pengecoran dari plywood.

Plywood

Balok LVL

Gambar 5.9 Plywood dan balok LVL

3) Steel waller : merupakan sabuk yang diletakkan pada sisi luar balok
LVL yang bergungsi untuk menerima beban dari balok LVL. Waller
yang digunakan pada bekisting kolom pada proyek ini adalah profil
baja U 120 x 50 x 6 x 8. Steel waller akan menyatukan panel-panel
bekisting kolom dan juga sebagai penahan gaya horisontal yang timbul
akibat tekanan beton yang masih basah.
4) Bracket + Push Pull Props : adalah pipa penyangga bekisting yang
berfungsi untuk mempertahankan posisi bekisting kolom sehingga
tidak dapat bergerak karena sesuatu hal yang tidak diinginkan.
5) Washer + M 16 Bolt : merupakan baut yang berfungsi untuk
mengikat/menempelkan balok LVL dengan waller beam.
6) Corner Tie Holder : merupakan penyambung antara panel bekisting
kolom yang ditempatkan pada ujung waller beam atau pada sudut-
sudut bekisting kolom (pertemuaan antar panel bekisting).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bekisting kolom adalah
sebagai berikut:
1) Menjaga kerapatan antar panel sehingga tidak terjadi kebocoran pada
pertemuan antar panel.
2) Menjaga kebersihan permukaan plywood. Permukaan plywood
sebelum digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi
dengan minyak pelumas agar dihasilkan permukaan kolom yang halus
dan tidak berlubang-lubang dan juga akan mempermudah dalam
pembongkaran bekisting.

5. Pemasangan Bekisting Kolom


Setelah tulangan kolom dipasang dan bekisting telah selesai dikerjakan di los
kerja, maka langkah selanjutnya yaitu pemasangan bekisting. Satu set
bekisting untuk kolom pada umumnya mempunyai tinggi 4 m.
Bekisting diangkat dengan tower crane dari los kerja menuju lokasi
pemasangan. Urutan pemasangan bekisting kolom adalah sebagai berikut :
1) Pembersihan plywood dan mengolesinya dengan minyak pelumas.
2) Pemindahan bekisting ke lokasi yang telah disiapkan dengan
menggunakan tower crane atau mobile crane.
3) Tempatkan bekisting kolom pada posisi kolom yang akan dicor dengan
tepat.
4) Apabila setiap panel telah berada posisi yang benar, maka dilakukan
pengencangan tie nut yang berada pada corner tie holder.
5) Setelah bekisting kolom berada pada posisi yang benar, dilakukan
pemasangan adjustable push pull props pada base plate di kedua sisi
kolom.

Gambar 5.10 Metode pemasangan bekisting kolom


Steel Waller
Balok LVL

Push Pull Props

Corner Tie Holder

Gambar 5.11 Bekisting kolom

6) Check posisi vertikal bekisting terhadap as kolom sehingga tidak


terjadi kemiringan bekiting kolom. Pemasangan unting-unting pada
kedua sisi bekisting berfungsi untuk mengecek posisi vertikal
bekisting.

Gambar 5.12 Pengecekan bekisting kolom

6. Pengecoran Kolom
Pengecoran kolom dilakukan dengan mengunakan bucket dengan bantuan
alat tower crane atau mobile crane.
Urutan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :
1) Concrete bucket dan pipa tremi disiapkan dengan terlebih dahulu
membersihkannya agar mempermudah pelaksanaan pengecoran.
2) Beton dituang ke dalam bucket dimana tutup bucket harus dalam
keadaan tertutup agar beton tidak tumpah selama proses pengakutan
beton dari tempat penuangan beton ke lokasi pengecoran.
3) Pemindahan bucket yang berisi beton dari lokasi penuangan beton ke
lokasi pengecoran dengan menggunakan tower crane atau mobile
crane.
4) Pada lokasi pengecoran, tutup bucket dibuka dan beton dituang ke
dalam bekisting dengan menggunakan pipa tremi.
5) Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan berikut ini:
Beton harus dituang sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir untuk
mencegah terjadinya pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan
adukan di dalam cetakan (RSNI Tata Cara Perancangan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung).
6) Pemadatan tiap layer dengan menggunakan concreate vibrator.
Pemadatan dilakukan untuk mengeluarkan gelembung-gelembung
udara yang terjebak didalam adukan semen yang timbul pada saat
penuangan beton. Penggetaran beton harus dilakukan dengan baik agar
mengasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang diinginkan.
Kesalahan dalam penggetaran beton akan mengakibatkan penururan
mutu beton. Penggeteran beton perlu dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Alat penggetar sedapat mungkin dimasukkan ke dalam adukan
beton dengan posisi vertikal, tetapi dalam keadaaan khusus boleh
miring sampai dengan 45ο. Penggetaran dengan sudut yang lebih
besar akan menyebabkan pemisahan agregat.
b) Harus dijaga agar alat penggetar tidak mengenai bekisting atau
bagian beton yang mulai mengeras, maka posisi vibrator dibatasi
maksimum 5 cm dari bekisting.
c) Sedapat mungkin vibrator tidak mengenai tulangan kolom.
d) Penggetaran dihentikan apabila adukan beton mulai kelihatan
mengkilap di sekitar alat penggetar dan pada umumnya dicapai
setelah maksimum 30 detik.
7) Pengawasan kontinyu terhadap pelaksanaan pengecoran.

Concrete Bucket

Gambar 5.13 Pengecoran kolom

7. Pembongkaran Bekisting Kolom


Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap
mulai mengeras. Pada proyek Armada Town Square bekisting kolom dilepas
sekitar 12 jam setelah proses pengecoran. Proses pembongkaran bekisting
kolom adalah sebagai berikut:
1) Pembongkaran bekisting kolom dilakukan dengan menggunakan alat
tower crane atau mobile crane.
2) Pembongkaran dilakukan dengan terlebih dahulu melepas push pull
props dari base plate.
3) Pengendoran baut/wing nut yang terdapat pada corner tie holder. Setelah
itu bekisting pada keempat sisi kolom di geser ke arah luar kolom.
4) Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan dengan
bantuan alat tower crane atau mobile crane. Proses pengangkatan ini
haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah cacatnya
hasil pengecoran.
8. Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Kolom
1) Tinjauan 1 buah Kolom K1
a) Dimensi : 70 x 70 cm
b) Tinggi kolom : 5,6 m
c) Mutu beton : K 300 (nilai slump 12±2)
2) Tulangan yang dipakai :
a) Tulangan pokok : 24 D 22
b) Tulangan sengkang : Ø 10 – 100 (tumpuan) dan Ø 10 – 150 (lapangan)

DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN KOLOM K1 (70X70)

KEGIATAN : PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE


MAGELANG LOKASI : JL. BAMBANG SUGENG NO. 1 MAGELANG
TAHUN 2010

Gambar 5.14 Detail kolom K1 (70x70)


Gambar 5.15 Perhitungan volume besi dan begisting kolom type K1 (70x70)
1 1 kg Pembesian Dengan Besi Polos
Bahan
1.050 kg Besi beton polos Rp. 9,447.75 = Rp. 9,920.14
0.015 kg Kawat beton Rp. 13,121.88 = Rp. 196.83
= Rp. 10,116.97
Upah

0.007 OH Pekerja Rp. 35,000.00 = Rp. 245.00

0.007 OH Tukang besi Rp. 40,000.00 = Rp. 280.00

0.001 OH Kepala tukang Rp. 45,000.00 = Rp. 31.50

0.000 OH Mandor Rp. 47,000.00 = Rp. 18.80


= Rp. 575.30
# Total bahan dan Upah # = Rp. 10,692.27

2 1 kg Pembesian Dengan Besi Ulir


Bahan
1.050 kg Besi beton ulir Rp. 10,497.50 = Rp. 11,022.38
0.015 kg Kawat beton Rp. 13,121.88 = Rp. 196.83
= Rp. 11,219.20
Upah

0.007 OH Pekerja Rp. 35,000.00 = Rp. 245.00

0.007 OH Tukang besi Rp. 40,000.00 = Rp. 280.00

0.001 OH Kepala tukang Rp. 45,000.00 = Rp. 31.50

0.000 OH Mandor Rp. 47,000.00 = Rp. 18.80


= Rp. 575.30
# Total bahan dan Upah# = Rp. 11,794.50

3 1 m² Begesting Kolom
Bahan
0.040 m3 Kayu kelas III (terentang) Rp. 558,250.00 = Rp. 22,330.00
0.400 kg Paku biasa 2" - 5" Rp. 13,646.75 = Rp. 5,458.70
0.200 Ltr Minyak bekisting Rp. 12,597.00 = Rp. 2,519.40
0.015 m3 Balok kayu Rp. 3,451,000.00 = Rp. 51,765.00

0.350 Lbr plywood tebal 9 mm Rp. 110,223.75 = Rp. 38,578.31

2.000 Btg Dolken kayu galam dia 8 - Rp. 15,225.00 = Rp. 30,450.00
10 / 4 m
= Rp. 151,101.41
Upah

0.660 OH Pekerja Rp. 35,000.00 = Rp. 23,100.00


0.330 OH Tukang kayu Rp. 40,000.00 = Rp. 13,200.00

0.033 OH Kepala tukang Rp. 45,000.00 = Rp. 1,485.00

0.033 OH Mandor Rp. 47,000.00 = Rp. 1,551.00


= Rp. 39,336.00
# Total bahan dan Upah # = Rp. 190,437.41

4 1 m³ Membuat Beton Mutu K 300 Slump 12 ± 2 cm


Bahan
413.000 kg Portland Semen Rp. 1,070.68 = Rp. 442,190.84
0.494 m3 Pasir Beton Rp. 167,227.50 = Rp. 82,610.39
0.770 m3 Split batu pecah 2/3 Rp. 195,700.00 = Rp. 150,689.00
215.000 ltr Air Rp. 8.92 = Rp. 1,918.42
= Rp. 677,408.64

Upah

1.650 OH Pekerja Rp. 35,000.00 = Rp. 57,750.00

0.275 OH Tukang batu Rp. 40,000.00 = Rp. 11,000.00

0.028 OH Kepala tukang Rp. 45,000.00 = Rp. 1,260.00

0.083 OH Mandor Rp. 47,000.00 = Rp. 3,901.00


= Rp. 73,911.00
# Total bahan dan Upah # = Rp. 751,319.64

5 1 m³ Membuat Beton Kolom Mutu K 300 Slump 12 ± 2 cm Type K 1

223.490 kg Besi D 22 Rp. 11,769.56 = Rp. 2,630,377.04

30.406 kg Besi Ø 10 Rp. 10,667.32 = Rp. 324,346.38

1.000 m3 Beton mutu K 300 Rp. 744,316.64 = Rp. 744,316.64

5.714 m2 Begesting kolom Rp. 190,437.41 = Rp. 1,088,213.79


= Rp. 4,787,253.85
# Total Membuat Beton Kolom Type K 1 # = Rp. 4,787,253.85
Total
Jumlah
Harga Satuan Jumlah
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga
(Rp) Harga
Satuan (Rp)
Satuan (Rp)

Pekerjaan Kolom Type K1 (70x70)


1 Beton kolom type K 1 mutu K. 300 2.74 m³ 4,326,586.92 13,136,224.56
Jumlah Total Pekerjaan Kolom Type K1 (70x70) 11,024,143.48

5.2.2 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


Pekerjaan balok dan plat lantai dilaksanakan setelah pekerjaan kolom
selesai. Pekerjaan balok dan plat lantai meliputi beberapa kegiatan antara lain
penentuan as balok dan plat lantai, fabrikasi bekisting balok dan plat lantai,
pemasangan bekisting balok dan plat lantai, pembesian balok, pembesian plat
lantai, pengecoran balok dan plat lantai, serta pembongkaran bekisting balok dan
plat lantai.

Penentuan Elevasi Balok dan Plat Lantai

Pembuatan Bekisting Balok

Penulangan Balok

Pembuatan Bekisting Plat Lantai

Penulangan Plat Lantai

Pengecoran Balok dan Plat Lantai

Pelepasan Bekisting

Gambar 5.16 Diagram alir pekerjaan balok dan plat lantai


1. Penentuan Elevasi Balok dan Plat Lantai
Penentuan elevasi balok dan plat lantai harus dilakukan secara cermat dan
teliti, agar menghasilkan elevasi yang sama dalam pembuatan balok dan plat
lantai. Penentuan ini dilakukan dengan mengukur dari kolom atau dinding
yang telah dilabeling.
Ada beberapa langkah untuk menentukan elevasi balok dan plat lantai :
1) Mengukur setinggi 1,00 m dari dasar kolom dan diberi kode pada
kolom tersebut.
2) Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi
kode elevasi 1,00 m dari dasar kolom.
3) Dari kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai elevasi
dasar bekisting balok.
4) Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut diukur setinggi ketinggian
balok sebagai elevasi dasar bekisting plat lantai.

% kemiringan plat = A-B / jarak X 100%

Gambar 5.18 Kontrol Kemiringan Pelat Lantai

2. Pembuatan Bekisting Balok


Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai, adalah sebagai
berikut :
1) Memasang Jack Base (JB).

Gambar 5.19 Pemasangan Jack Base

2) Memasang Main Frame (MF).


3) Memasang Cross Brace (CB).

Gambar 5.20 Pemasangan Cross Brace


4) Memasang U Head

Gambar 5.21 Pemasangan U-Head


5) Memasang Girder GT24 arah memanjang.
6) Memasang balok engkel 6/12-2m (balok suri-suri).

Gambar 5.22 Pemasangan Balok suri-suri


7) Memasang Bottom Form.

Gambar 5.23 Pemasangan Bottom Form


8) Memasang Side Form

Gambar 5.24 Pemasangan Side Form

9) Memasang Beam Clamp.


10) Memasang Stronger Beam.

Gambar 5.25 Pemasangan Stronger Beam


11) Memasang Girder GT24 arah memanjang.
12) Memasang Girder GT24 posisi melintang diatas
Girder GT24 arah memanjang.
13) Memasang Plywood.

Gambar 5.26 Pemasangan Plywood

A B

Gambar 5.27 Potongan Melintang Bekisting Balok dan Plat


3. Penulangan Balok Beton Bertulang
Pada Proyek ini, dimensi dan penulangan balok sangat bervariasi dan dapat
dilihat dalam gambar kerja. Pelaksanaan penulangan balok dilakukan sebagai
berikut:
1) Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah ditentukan dari kode
elevasi pada kolom. Tidak lupa pula dengan memperhitungkan tebal
selimut beton.
2) Tulangan atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya pada tulangan
kolom. Sedangkan sengkang dimasukkan ke dalam tulangan balok satu
per satu dan diukur jarak tiap sengkang.

Gambar 5.28 Penjangkaran tulangan balok pada tulangan kolom


3) Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak pada
tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak pada lapangan. Sengkang diikat
dengan kawat bendrat. Pasang beton decking pada bagian bawah serta
samping untuk selimut beton.

Gambar 5.29 Pemasangan tulangan sengkang


1. Pembuatan Bekisting Plat Lantai
Tahapan pembuatan bekisting plat lantai adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan scaffolding sebagai penyangga terhadap lantai di bawahnya.
Sebelum scaffolding didirikan, buatlah dasaran (base) yang cukup rata
dan kokoh. Misal dengan menggunakan papan dan kayu untuk tanah yang
kurang rata di bawahnya.
2) Setelah sejumlah scaffolding berdiri, dilanjutkan dengan kaso untuk
penyangga plywoodnya.

Gambar 5.30 Susunan scaffolding untuk plat lantai


3) Setelah semua penyangga terpasang dengan baik, dilanjutkan dengan
pemasangan plywood sebagai tahapan akhir bekisting.

5. Pembesian Plat Lantai


Tahapan pekerjaan pembesian plat lantai antara lain :
1) Menyiapkan tulangan sesuai shop drawing, bawa ke lokasi plat lantai
rencana. Tulangan dapat dibawa dengan tenaga manusia, di angkut
dengan perantara dumptruk, mobile crane, atau tower crane. Hal itu
tergantung lokasi keberadaan plat lantai rencana. Untuk plat lantai ground
bisa menggunakan tenaga manusia dengan menaikkan ujung tulangan dan
selanjutnya akan ditarik oleh satu orang yang berada di atas. Fungsi
dumptruk di sini untuk membawa tulangan ke lokasi yang cukup jauh dari
gudang besi. Untuk proyek Armada Town Square misalnya plat lantai
dengan as L – M yang merupakan as terjauh dari gudang besi. Untuk plat
lantai upper ground ke atas menggunakan bantuan mobile crane atau
tower crane untuk menaikkan tulangan tersebut.
2) Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah maka
diberi tulangan cakar ayam diletakkan antara tulangan atas dan tulangan
bawah.
3) Untuk menjaga agar besi tidak menempel dengan bekisting maka diberi
beton decking.

Tulangan
Beton Cakar
Decking Ayam

Gambar 5.31 Tulangan Cakar ayam dan beton decking


6. Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal-hal
seperti di bawah ini :
1) Pemeriksaan Bekisting
Posisi dan kondisi bekisting harus dicek lagi apakah sudah sesuai dengan
yang direncanakan. Bekisting harus lurus sesuai dengan as-nya, tegak dan
tidak bocor. Bekisting juga harus kuat, terpasang dengan kokoh agar tidak
bergeser karena getaran dan tekanan adukan beton selama proses
pengecoran.
Mengingat pentingnya pemeriksaan ini, maka tidak boleh ditunda sampai
mendekati waktu pengecoran. Pemeriksaan ini meliputi :
a. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi)
b. Kemungkinan elevasi tidak tepat, pengecekan menggunakan
waterpass
c. Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horizontal maupun
vertikal
d. Kebersihan lokasi pengecoran, sehingga pembersihan permukaan
bekisting serta tulangan harus benar-benar dijaga. Untuk
membersihkan kotoran yang ringan menggunakan kompressor.
Sedangkan untuk kotoran yang bersifat berat seperti potongan kawat
bendrat atau logam lainnya menggunakan potongan magnet yang
didekatkan sehingga menempel dan diambil.
e. Pemeriksaan sambungan bekisting
f. Pemeriksaan perkuatan bekisting
g. Jarak beton decking

Gambar 5.32 Pembersihan Akhir sebelum pengecoran plat lantai

2) Pemeriksaan Penulangan
Pekerjaan penulangan harus sudah selesai dan diperiksa sebelum
pelaksanaan pengecoran. Pemeriksaan pemasangan tulangan dimaksudkan
untuk mengetahui ukuran, ketepatan letak dan jumlah tulangan, serta
pengaitan antar tulangan sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang
sesuai dengan spesifikasi.
Pemeriksaan ini berkaitan dengan :
a. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama
b. Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang
c. Pemeriksaan penyambungan tulangan
d. Pemeriksaan kekuatan bendrat
e. Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan-bahan lain
yang dapat mengurang daya rekatan.

Pelaksanaan pengecoran balok dan plat lantai adalah sebagai berikut :


1) Sebelum dicor antara beton baru dan beton lama diberi calbond (lem
beton) terlebih dahulu agar pengecoran dapat lebih lengket.
Callbond

Gambar 5.33 Callbond di Permukaan Beton Lama

2) Untuk pelaksanaan pengecoran balok, plat lantai digunakan concrete


pump yang menyalurkan beton ready mix dari truck mixer ke lokasi
pengecoran, dengan menggunakan pipa pengecoran yang disambung-
sambung menggunakan klem.
3) Pengecoran dilakukan selapis demi selapis sampai memenuhi tebal plat
yang direncanakan. Apabila sudah sampai elevasi yang tinggi, yang
tidak mungkin lagi pengecoran langsung menggunakan concrete pump,
maka pengecoran dilakukan dengan bucket cor dilengkapi dengan
selang trimie yang diangkat dengan tower crane.
4) Beton dipadatkan dengan concrete vibrator dengan maksud agar
terbentuk beton yang benar-benar padat, proses penggetaran tidak boleh
terlalu lama, bila adukan beton sudah terlihat agak mengeluarkan air
(air semen sudah memisah dengan agregat) maka vibrator dipindahkan
ke titik yang lain.
5) Adukan kemudian diratakan dengan menggunakan penggaruk dan
cangkul.

Gambar 5.34 Pengecoran Plat Lantai Konvensional


6) Setelah itu adukan diratakan dengan jidar ( kayu perata ) sesuai
dengan tinggi peil yang sudah ditentukan. Tinggi peil dicek dengan
waterpass atau jika sudah menggunakan bantuan relat peil maka
permukaan lantai sudah dianggap rata.

Gambar 5.35 Levelling dengan waterpass

Pengecoran plat lantai, balok dan kolom harus monolit. Dengan Cara :
Stop cor pada kolom yaitu tepat di elevasi dasar bekisting balok dan plat,
dilanjutkan dengan pengecoran pada balok dan plat lantai, dengan
penjangkaran antara tulangan balok dan tulangan kolom ikut tercor sehingga
terjadi hubungan yang monolit antara plat lantai, balok dan kolom.
7. Pelepasan Bekisting
Pelepasan bekisting balok dan plat lantai dapat dilakukan setelah ±7 hari jika
di atasnya tidak terdapat pekerjaan yang menumpu pada struktur balok atau
plat tersebut. Pelepasan dimulai dengan mengendurkan jack base atau U-head
jack pada susunan scaffolding penyangga bekisting balok dan kolom.
Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan balok kaso dan diakhiri dengan
pelepasan plywood yang menempel pada beton. Pelepasan tersebut biasanya
menggunakan alat linggis untuk mempermudah pengerjaannya.
5.2.3 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai dengan sistem Half Slab
Plat lantai dalam proyek Armada Town Square ada dua macam, yaitu
dengan plat konvensional, seperti telah dijelaskan di atas proses pengerjaannya,
dan yang satu lagi adalah plat lantai dengan Half Slab. Disebut Half Slab karena
setengah tebalnya menggunakan plat lantai beton pra cetak yang bergelombang.
Plat lantai beton gelombang pracetak dipesan dari PT. Beton Elemenindo Perkasa.
Penggunaan sistem Half Slab ini sangat menguntungkan dari segi pengerjaan
karena dapat mempercepat proses pengerjaan. Berikut proses pembuatan balok
dan plat lantai dengan sistem Half Slab.

Penentuan Elevasi Balok

Pembuatan Bekisting Balok

Penulangan Balok

Penulangan Balok

Pengecoran Balok

Pelepasan Bekisting Samping Balok

Pemasangan Half Slab Pracetak

Pemasangan Wire Mesh

Pengecoran

Gambar 5.36 Diagram Alir Pekerjaan Balok dan Plat Lantai Sistem
Half Slab

1. Pembuatan Balok
Proses pembuatan balok penumpu plat dengan sistem half slab pada dasarnya
sama dengan sistem plat konvensional. Yang membedakan di antara
keduanya adalah sebagai berikut.
1) Beton pada plat dan balok penumpunya tidak dicor secara monolit.
Artinya beton cor pada plat tidak dicor bersamaan dengan baloknya.
2) Selama proses pengecoran berlangsung, ada salah satu pekerja yang
memasangkan begel besi berbentuk ‘n’ ke balok untuk pengait Wire Mesh.
Sehingga walaupun betonnya tidak bersifat monolit, komponen struktur
plat tetap harus menumpu pada balok dengan kuat dan kaku. Begel
dipasangkan saat permukaan balok telah rata dengan jarak sesuai gambar
rencana, dan beton cor belum mengeras.

Half Slab

Balok

Begel

Gambar 5.37 Begel pada Balok

2. Pemasangan Half Slab


Half Slab merupakan plat lantai beton gelombang dengan adanya penulangan
satu arah di dalamnya. Half slab diangkat dengan mobile crane, dan dengan
hati-hati sejumlah pekerja menempatkan posisi Half Slab agar berada pada
posisi yang tepat. Kedua ujung Half Slab menumpu pada balok yang telah
mengeras betonnya.

Gambar 5.38 Pemasangan Half Slab


3. Pemasangan Wire Mesh
Wire mesh merupakan tulangan yang telah dirakit di pabrik dengan mesin.
Penggunaan Wire mesh ini tentu sangat membatu dalam mempercepat
pelaksanaan pembuatan plat lantai. Wire mesh tidak hanya digunakan untuk
plat lantai Ground atau di atasnya, akan tetapi plat lantai Lower Ground juga.
Hanya saja diameter di antara keduanya berbeda, karena lantai Lower Ground
tidak menggunakan Half Slab. Tulangan wire mesh yang digunakan pada
sistem plat ini adalah Ø6 mm. Wire mesh diangkat ke atas dan dihamparkan
di atas Half Slab. Wire mesh diikatkan dengan angkur atau begel yang
tertanam di balok tempat tumpuan Half Slab. Pasang beton decking diantara
wire mesh dan beton pracetak Half Slab.

Wire
Beton Mesh
Decking

Gambar 5.39 Wire Mesh di atas Half Slab

3. Pengecoran
Tahap terakhir adalah penghamparan beton ready mix ke atas Wire Mesh dan
Half Slab yang telah terpasang dengan baik. Pada dasarnya penghamparan
beton ready mix pada sistem plat seperti ini sama dengan pada plat lantai
konvensional. Namun, hal penting yang perlu di perhatikan adalah :
1) Beton yang digunakan lebih halus dari pada beton untuk plat jenis
konvensional, artinya agregat kasar yang digunakan ukurannya lebih kecil,
dengan diameter kurang dari 6 cm. Hal itu untuk menghasilkan permukaan
beton plat lantai yang lebih baik (rata) jika dibandingkan dengan agregat
yang sama besar dengan beton plat konvensional.
2) Pemadatan tidak perlu menggunakan concrete vibrator, karena
penghamparan beton yang relatif tipis, sehingga dengan terinjak-injak oleh
pekerja saja sudah cukup.

Gambar 5.40 Pengecoran plat lantai Half Slab


5.3 Perhitungan Produktifitas Kerja Harian
1. Tinjauan : Cor Pelat Lantai Upper ground Floor (level 2), mutu beton
K 350,
nilai slump 12±2. (Lihat Lampiran 8.3)

Gambar 5.41 Timesheet Concrete Pump untuk cor plat lantai


2. Jumlah Tenaga, Alat dan Bahan yang diperlukan untuk 114 m3 beton.
a. Tenaga yang diperlukan
Jumlah tenaga
No Tenaga
yang diperlukan
1 Pekerja 25
2 Tukang batu 5
3 Kepala Tukang 2
4 Mandor 2
5 Operator 6

b. Bahan yang diperlukan


Jumlah bahan per Jumlah total bahan
No Bahan
m3 beton untuk 114 m3 beton
1 Portland Semen 10 zak (40 kg) 1140 zak
2 Pasir beton 0.55 m3 62,7 m3
Kerikil (maksimum 30
3 0.8 m3 91.2 m3
mm)
4 Air 215 lt 24510 lt
c. Peralatan yang diperlukan

No Peralatan Jumlah Peralatan


23 kali pengiriman
1 Ready mix
(kapasitas 5 m3)
2 Concrete pump 1 unit
3 Vibrator 3 unit
4 Genset 1 unit
5 Lampu Penerangan sesuai kebutuhan
6 Pompa air 1 unit
Peralatan tukang batu dan
7 Sesuai kebutuhan
alat bantu lain
BAB VI
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN

6.1 Permasalahan Proyek


Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai permasalahan.
Namun permasalahan itu bukan untuk dihindari, tapi harus dicari jalan keluarnya.
Segala sesuatu memang tidak sempurna, kita akan selalu dihadapkan pada suatu
bentuk permasalahan, hambatan, dan persoalan, hal ini juga terjadi pada proses
pelaksanaan pada proyek ini.
Selama pelaksanaan pekerjaan, timbul beberapa masalah yang
menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek tersebut. Masalah-masalah yang
timbul dibagi dalam beberapa kategori, yaitu :
1. Faktor Cuaca
Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek adalah hujan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, sebagian besar proyek ini melalui musim
penghujan. Air hujan dapat mengakibatkan terjadinya genangan pada galian
dan memperlambat pekerjaan lainnya, misalnya pengecoran, sedangkan pada
musim kemarau/panas akan mempercepat proses kehilangan air semen pada
konstruksi yang baru dicor sehingga dibutuhkan suatu perawatan beton
berupa penyiraman hasil pengecoran dengan air untuk memperlambat
penguapan dan proses kehilangan air semen yang cepat. Selain itu, faktor
cuaca seperti hujan juga dapat menyebabkan berhentinya suatu pekerjaan
dengan alasan keamanan.

Gambar 6.1 Genangan air hujan di STP


Selain hujan, faktor penghambat lainnya adalah bencana erupsi Gunung
Merapi yang mengakibatkan hujan abu cukup tebal di lokasi proyek. Hal itu
cukup menghambat pekerjaan di lapangan.
2. Faktor Keselamatan Kerja
Seperti pada umumnya proyek-proyek di Indonesia, keselamatan kerja para
pekerja kurang diperhatikan yang dapat dilihat dari perlengkapan
perlindungan keselamatan kerja yang tidak dipakai oleh hampir semua
pekerja, baik itu sepatu maupun helm proyek. Kurangnya kesadaran dari para
pekerja sendiri menyebabkan beberapa kecelakaan di proyek ini. Selama
penulis berada di proyek, ada dua kali kecelakaan kerja yang terjadi, yang
pertama pekerja jatuh dari Ground Floor ke Lower Ground saat pengecoran
balok. Kemudian yang kedua pekerja yang terkena setrum listrik saat
menginjak air dimana terdapat kabel yang diduga lecet dan terdapat arus
listrik.

Gambar 6.2 Pekerja yang tidak memakai peralatan K3 (helm dan sepatu)
3. Faktor Peralatan
Faktor peralatan yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek adalah
mixer truck dan concrete pump mobile dari pabrik ready mix concrete sering
datang terlambat.

4. Keterlambatan Pengiriman Gambar dari Konsultan Perencana


Masalah lain yang sangat krusial dalam proyek Armada Town Square ini
adalah keterlambatan pengiriman gambar rencana oleh konsultan, baik
konsultan struktur ataupun arsitek. Masalah ini tentu akan berdampak negatif
bagi kontraktor pelaksana di lapangan karena akan terjadi keterlambatan dari
segi pengerjaannya. Akibat nyata lainnya adalah saat galian Sewage
Treatment Plant (STP) telah selesai dikerjakan, gambar dari konsultan belum
juga datang. Dengan kondisi menunggu seperti itu ditambah dengan kondisi
cuaca yang sering hujan, maka samping galian tadi mengalami longsor. Hal
itu tentu saja akan menambah volume pekerjaan lagi.

Gambar 6.3 Longsoran di STP


5. Efisiensi Penggunaan Bahan
Pada proyek Armada Town Square, banyak ditemukan material atau bahan
yang terbuang sia-sia, hal ini terbukti dari sisa campuran untuk mortar yang
telah mengeras, kemudian sisa semen di dalam sak yang terbengkalai terkena
hujan tanpa ada yang mengurus. Beberapa besi tulangan yang tidak terpakai
di lapangan juga tidak dikembalikan ke tempat fabrikasi, akan tetapi
dibiarkan begitu saja oleh pekerja.

Gambar 6.4 Semen sisa di lapangan


6. Faktor Pelaksanaan
Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan empat hal
pokok, yaitu keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja, urutan pekerjaan
yang kurang tepat, dan adanya kesulitan dalam mengaplikasikan gambar
rencana. Permasalahan pelaksanaan pekerjaan yang muncul di lapangan
antara lain:
a. Dalam pemasangan bekisting kolom yang kadang dilakukan secara lembur
dikhawatirkan terjadi kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan seperti
pemasangan beton tahu atau kolom tidak lurus. Hal ini dapat terjadi karena
keterbatasan pengawasan yang tidak dilakukan secara terus-menerus
ketika dilaksanakan kerja lembur.
b. Pemasangan tulangan kolom yang kurang sempurna terjadi pada salah
satu kolom lantai lower ground. Hal teknis yang menyebabkan hal itu
adalah kurang kuatnya pengikatan antara tulangan utama dengan
sengkang.

Gambar 6.5 Hasil Penulangan Kolom

6.2 Pemecahan Permasalahan proyek


Adanya permasalahan di proyek, selalu diusahakan untuk mencari jalan
keluar yang terbaik. Dalam hal ini ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan
oleh pihak kontraktor, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Cuaca
Untuk mengatasi jam kerja yang berkurang jika hujan turun, maka jam kerja
yang terpotong dialihkan hingga sore hari (pemberlakuan jam lembur), atau
hari minggu, namun perlu diperhatikan, pemberlakuan jam lembur tidak
boleh terlalu sering dilakukan karena dikhawatirkan akan mengurangi
kualitas dari hasil pekerjaan akibat keterbatasan pengawasan maupun
kemampuan tenaga kerja.
Untuk masalah hujan abu karena erupsi Gunung Merapi, hal itu tidak sampai
mengganggu secara signifikan karena tidak berlangsung tiap hari atau dalam
waktu yang lama, sehingga volume pekerjaan yang tertunda saat terjadi hujan
abu, dapat dikejar pada lain hari, atau pada jam lembur, seperti hari Minggu
atau libur.
2. Faktor Keselamatan Kerja
Perlunya penumbuhan kesadaran pada pekerja maupun kontraktor akan
pentingnya perlengkapan keselamatan kerja dalam setiap pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Hal ini dapat disosialisasikan dan diawasi oleh
pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
(Depnakertrans).

3. Faktor Peralatan

Keterlambatan dari mixer truck dan concrete pump lebih ke operatornya


(human error) yang tidak bisa tertib. Sebenarnya jalan dari lokasi batching
plan sampai ke lokasi proyek cukup lancar. Pemecahan masalah ini dengan
cara lebih awal dalam pemesanan beton ready mix dari batching plan.

4. Keterlambatan Pengiriman Gambar dari Konsultan Perencana


Perlu adanya tindakan tegas terhadap pihak-pihak terkait yang tidak sungguh-
sungguh terhadap tanggung jawabnya masing-masing dalam proses
pelaksanaan pembangunan Armada Town Square ini. Termasuk apabila
konsultan terlambat dalam pengiriman gambar rencana seperti ini.

5. Efisiensi Penggunaan Bahan

Pengawasan penggunaan bahan di lapangan harus lebih ketat untuk


menangani masalah efisiensi bahan ini. Sebenarnya jika semua komponen
pelaksana yang terlibat dapat bekerja sama dengan baik, hal ini tentu dapat
diminimalkan. Akan tetapi, para pekerja sering mengambil bahan bangunan
yang sebenarnya di lapangan masih ada, untuk menangani ini, pihak logistik
harus senantiasa mengawasi dan mencatat setiap bahan yang dipakai oleh
pekerja di lapangan.

6. Faktor Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pekerjaan secara lembur harus dikurangi dan dilakukan pada
pekerjaan yang mendesak dan tidak bisa dihentikan sebelum pekerjaan
selesai dilaksanakan.
b. Untuk pelaksanaan pekerjaan bekisting dan pengecoran kolom serta tie
beam harus diperketat pengawasannya di lapangan.
BAB VII
PENUTUP

7.1 Tinjauan Umum

Setelah melaksanakan kerja praktik yang berlangsung selama dua bulan,


banyak sekali manfaat dan pelajaran yang dapat diperoleh dalam bidang teknik
sipil, baik yang menyangkut teknis di lapangan maupun manajemen proyek.
Pengalaman pengalaman ini dapat melengkapi pengetahuan yang didapatkan di
bangku perkuliahan.

Dari kerja praktik ini dapat memberikan pelajaran bahwa terdapat


perbedaan yang cukup signifikan antara teori yang didapatkan dari perkuliahan
dengan pelaksanaan dan keadaan sesungguhnya di lapangan, dengan mengikuti
kerja praktik diharapkan wawasan yang berhubungan dengan teknik sipil dapat
berkembang lebih luas lagi.

Selama melaksanakan kerja praktik pada Proyek Pembangunan Gedung


Armada Town Square Magelang, penulis mendapatkan banyak masukan
mengenai metode pelaksanaan pembangunan di lapangan, permasalahan yang
sering muncul, dan pemecahan permasalahan yang efektif, baik yang bersifat
teknis maupun nonteknis. Dalam menghadapi permasalahan yang muncul
diperlukan adanya suatu manajemen konstruksi serta koordinasi yang baik antara
pihak-pihak yang terlibat dalam proyek.

7.2 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang diperoleh selama
pelaksanaan kerja praktek, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan :
1. Struktur yang diamati adalah struktur atas, meliputi : kolom, balok,
dan plat pada upper ground floor (FFL + 5,800 M). Adapun dimensi
dari struktur tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kolom

Tabel 6.1 Tipe dan Ukuran Kolom

No. Tipe Kolom Ukuran (mm)


1 K1 700 x 700
2 K2 700 x 700
3 K3 700 x 700
4 K4 700 x 700
5 K5 700 x 700
6 K6 600 x 600
7 K7 600 x 600
8 K8 600 x 600
9 K9 700 x 700
10 K10 800 x 800
11 K11 800 x 800
12 K12 900 x 900
13 K13 900 x 900
14 K14 900 x 900
15 K15 900 x 900
16 K16 300 x 300

Konstruksi kolom pada proyek ini terbuat dari beton bertulang.


Perencanaan kolom menggunakan tulangan D10, D13, D22,
dan D25 mm. Beton yang digunakan untuk kolom
menggunakan mutu beton K350, dengan slump rencana 10 ± 2
cm.
Gambar 7.1 Pengaturan stek kolom

b) Balok

Tabel 6.2 Tipe dan ukuran balok

No. Tipe Balok Ukuran (mm)


1 B.1 350 x 700
2 B.2 350 x 700
3 B.3 300 x 600
4 B.4 450 x 900
5 B.5 400 x 800
6 B.6 300 x 700
7 B.7 200 x 400
8 CB.1 350 x 900 ~ 400
9 CB.2 350 x 700 ~ 400
Konstruksi balok induk ini terbuat dari beton bertulang dengan
menggunakan tulangan D10, D13, D19, D22, dan D25 mm.
Beton yang digunakan untuk balok induk menggunakan mutu
beton K350, dengan nilai slump rencana 10 ± 2 cm.

Gambar 7.2 Denah balok

Gambar 7.3 Detail penulangan balok


c) Plat Lantai Konvensional

Tabel 6.3 Tipe dan tebal

slab

No. Tipe Slab Tebal (mm)


1 S1 120
2 S2 120
3 S3 250
4 S4 120

Perencanaan plat lantai menggunakan tulangan D10 dan D13


mm. Beton yang digunakan untuk plat lantai sistem ini
menggunakan mutu beton K350, dengan nilai slump rencana 10
± 2 cm.

Gambar 7.4 Denah balok dan slab


Gambar 7.5 Potongan balok dan slab

Gambar 7.6 Detil penulangan plat lantai konvensional


d) Plat Lantai Sistem Half Slab
Plat lantai dalam proyek Armada Town Square ada dua
macam, yaitu dengan plat konvensional dan satu lagi adalah
plat lantai dengan sistem Half Slab. Disebut Half Slab karena
setengah tebalnya menggunakan plat lantai beton pra cetak
yang bergelombang.

Half Slab yang digunakan dalam proyek Armada Town


Square dipesan dari PT. Beton Elemenindo Perkasa. Berikut
spesifikasi teknisnya:
 Lebar : 1200 mm
 Tebal plat : 80 mm
 Panjang plat : sesuai pesanan, maksimal 4 m
 Permukaan atas : siap dicor
 Permukaan bawah : kualitas ekspose
 Mutu beton : K450
 Tulangan : PC-Wire Ø 6 mm.
Beton yang digunakan untuk menutup bagian atas Half
Slab menggunakan mutu beton K300 dengan nilai slump
rencana 10 ± 2 cm. Tebal keseluruhan plat adalah 12 cm.

Gambar 7.7 Plat lantai sistem half slab


2. Penggunaan begisting Peri dari PT. Beton Konstruksi Wijaksana
(BKW) pada proyek ini sangat membantu dalam hal tercapainya
target kualitas pekerjaan. Kelebihan begisting Peri dengan begisting
konvensional antara lain :
a) Hasil pengecoran beton lebih rapi, terutama pada bagian sudut
dan tidak geripis.
b) Tidak keropos.
c) Tanpa pin pada sambungan.

Gambar 7.8 Hasil pengecoran dengan begisting peri

7.3 Saran
Dalam pelaksanaan pembangunan pada proyek Armada Town Square
Magelang banyak juga ditemui hambatan-hambatan yang terjadi diluar dugaan
sehingga mengakibatkan adanya keterlambatan. Untuk itu pada kesempatan ini,
kiranya penulis dapat memberikan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat
bagi pihak yang bersangkutan :
1. Mengambil tindakan yeng tegas terhadap pihak-pihak yang kurang
serius dalam mengerjakan tugasnya masing-masing.
2. Peralatan kerja, seperti vibrator dalam pelaksanaan proyek perlu
ditingkatkan, baik dalam segi jumlah maupun kemampuan alat agar
tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan.
3. Perlu penambahan material scafolding, support dan bekisting untuk
balok dan plat lantai sehingga keterlambatan waktu pekerjaan dapat
teratasi.
4. Perlu penambahan tenaga kerja, baik dari pihak sub kontraktor
penulangan, sub kontraktor bekisting, dan kontraktor utama untuk
mengatasi keterlambatan pekerjaan yang terlalu jauh.
5. Floor Hardener harus diproteksi, misal ditutup karpet agar tidak terluka
akibat base-jack atau scafolding yang dipasang diatasnya tidak perlu
memakai alas, akan tetapi base-jack yang digunakan dilengkapi dengan
roda.
LAPORAN KERJA PRAKTEK

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Petunjuk Perencanaan Beton


Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung,
Yayasan Penerbit PU : Jakarta.
2. Dipohusodo, Istimawan, 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Kanisius
: Yogyakarta.
3. Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1997, Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971, Yayasa Dana Normalisasi Indonesia, Jakarta.
4. HK. Gideon & Vis WC., 1994, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang,
Erlangga, Jakarta.
5. Juwana S. Jimmy, Ir. MSAE, 2005, Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga :
Jakarta.
6. Tim Penulis Dosen Perguruan Tinggi Swasta – Jakarta, 1998, Manajemen
Konstruksi, Universitas Tarumanegara, Jakarta.

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004

Anda mungkin juga menyukai