Anda di halaman 1dari 9

ANTISPASMODIK

IV.1.1 Papaverin HCL

Mekanisme Kerja Papaverin HCL meningkatkan aliran darah otak


dan menurunkan resistensi pembuluh darah otak
pada subyek normal; konsumsi oksigen tidak
berubah. (2)
Dosis Papaverin HCl umumnya diberikan secara
subkutan atau injeksi intramuskular dalam dosis
7,7 hingga 15,4 mg setiap 4 jam jika perlu. Dosis
awal pada orang tua atau pasien yang lemah
tidak boleh melebihi 7,7 mg. (2)
Indikasi Untuk pengobatan impotensi dan vasospasme.
(Dipiro JT, 2016)
Cara penggunaan Papaverine HCl dapat digunakan ketika
terjadinya nyeri sedang hingga berat pada pasien
penderita diare. (2)

IV.1.1 Hiosin n-butilbromida (Buscopan)

Mekanisme Kerja Buscopan mengikat reseptor muskarinik M3 di


saluran pencernaan. Hal ini bertujuan untuk
mencegah asetilkolin mengikat dan
mengaktifkan reseptor yang akan mengakibatkan
kontraksi otot polos. Penghambatan kontraksi
mengurangi kejang dan rasa sakit selama kram
perut. (2)
Dosis Penggunaan buscopan tablet pada dewasa dan
anak-anak > 6 tahun yaitu 1-2 tablet 4 kali
sehari. Untuk sediaan injeksi 1-2 ampul IM/IV,
maksimal 100 mg sehari. (2)
Indikasi Digunakan untuk mengobati kram perut dan
nyeri. (2)
Cara penggunaan Buscopan dapat digunakan ketika terjadinya
nyeri hingga kram perut pada penderita diare. (2)
IV.2 ANTIMOTILITAS
IV.2.1 Loperamid

Mekanisme Kerja Memperlambat motilitas saluran cerna dengan


mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal
usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan
oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut.
(7)

Dosis Loperamid tersedia dalam bentuk tablet 2 mg


dan sirup 1 mg/5 mldan digunakan dengan dosis
4-g mg per hari. (7)
Indikasi Pengobatan simptomatis diare akut sebagai
tambahan terapi rehidrasi diare akut pada dewasa
dan anak-anak berusia lebih dari 4 tahun, diare
kronik hanya pada dewasa. (7)
Cara penggunaan Loperamid dapat digunakan ketika terjadinya
diare nonspesifik dan diare kronis yang
disebabkan oleh penyakit radang usus, atau
gastroenteritis. (7)

IV.2.2 Difenoksilat
Mekanisme Kerja Meskipun dalam dosis terapeutik tunggal tidak
atau sedikit menunjukkan elek subyektif seperti
morfin, dalam dosis 40-60 mg obat ini
menunjukkan efek opioid yang khas termasuk
euforia, supresi abstinensi morfin, dan
ketergantungan tisik seperti mofin setelah
penggunaan kronik. (7)
Dosis Dosis yang dianjurkan untuk pengobatan diare
pada orang dewasa 20 mg per hari dalam dosis
terbagi. (7)
Indikasi Difenoksilat maupun garamnya tidak larut dalam
air, sehingga obat ini sukar disalahgunakan
secara suntikan. (7)
Cara penggunaan Difenoksilat akan tepat penggunaannya jika
tidak diberikan pada pasien yang berisiko
enteritis bakteri dengan E. coli, Shigella, atau
Salmonella.(7)

IV.2.3 Kodein Fosfat

Mekanisme Kerja Kodein fosfat mengikat reseptor mu-opioid yang


terlibat dalam transmisi rasa sakit ke seluruh
tubuh dan sistem saraf pusat. (1)
Dosis Diare akut, 30 mg, 3-4 kali sehari (antara 15-60
mg). Anak 12-18 tahun: 30 mg (antara 15-60
mg) 3-4 kali sehari. (1)
Indikasi Diindikasikan untuk menghilangkan nyeri ringan
hingga sedang. (1)
Cara penggunaan Kodein fosfat dapat digunakan ketika terjadinya
diare yang disertai nyeri sedang hingga berat. (1)

IV.3 ABSORBEN
IV.3.1 Arang aktif (norit)

Mekanisme Kerja Norit bekerja dengan cara melapisi permukaan


mukosa dinding saluran pencernaan sehingga
toksin dan mikroorganisme tak bisa masuk
menembus dan merusak mukosa. Selain itu, juga
mngikat bakteri penyebab atau racun, yang
kemudian dieliminasi melalui tinja. (9)
Dosis Dosis awal dapat diberikan 35-50 gram, disusul
dengan dosis 15-20 gram setiap 4-6 jam. (9)
Indikasi Sebagai pengobatan diare, menyeap toksin dan
racun, serta membantu mengurangi frekuensi
buang air besar dan menyerap racun pada
penderita diare. (4)
Cara penggunaan Dapat dikonsumsi saat gejala muncul atau
sesudah makan. (2)

IV.4 ENZIMATIK
Mekanisme Laktosa diubah menjadi glukosa dan galaktosa,

Kerja kemudian bisa diserap dan digunakan sebagai


sumber energi. (2)
Dosis Tiga hingga empat tetes diminum dengan susu
atau produk susu. (2)
Indikasi Digunakan untuk meningkatkan produksi laktase
dan menangani intoleransi laktosa. (2)
Cara Pengobatan enzimatik (laktase) dapat diberikan

penggunaan pada penderita diare yang mengalami intoleransi


laktosa (tidak dapat mencerna laktosa karena
tubuh tidak menghasilkan enzim laktase dalam
jumlah yang cukup). (2)

IV.5 ZINK
Mekanisme Zink menghambat enzim INOS (Inducible Nitric

Kerja Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini


meningkatkan selama diare dan mengakibatkan
hipersekresiepitel usus. (5)
Dosis Pengobatan Diare Akut Dewasa: 10-20 mg,
diminum satu kali per hari, lama pengobatan 10-
14 hari meskipun diare sudah berhenti. Anak-
anak usia 6 bulan-5 tahun: 20 mg, diminum satu
kali per hari, lama pengobatan 10 hari meskipun
diare sudah berhenti. (5)
Indikasi Untuk pengobatan dan pencegahan defisiensi
zink, termasuk pertumbuhan terhambat dan diare
akut pada anak. Digunakan juga untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
mengobati flu biasa dan infeksi telinga berulang,
serta mencegah infeksi saluran pernapasan
bagian bawah. (5)
Cara Zink dapat digunakan sebagai obat diare apabila

penggunaan pasien yang menderita diare mengalami


defisiensi zink. (5)
IV.6 PROBIOTIK

Mekanisme Kerja Menghambat pertumbuhan bakteri patogen


dalam mukosa usus dengan cara kompetisi untuk
mengadakan perlekatan dengan eritrosit (sel
epitel mukosa), enterosit yang telah jenuh
dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi
mengadakan perlekatan dengan bakteri yang
lain. Sehingga dengan adanya bakteri probiotik
didalam mukosa usus dapat mengurangi atau
menghambat adhesi bakteri lain misalnya E.
Coli dan Salmonella sehingga tidak terjadi
kolonisasi. (3)
Dosis Dosis probiotik yang dianjurkan adalah 10
pangkat 7 hingga 10 pangkat 9. (3)
Indikasi Untuk mengurangi durasi diare dan frekuensi
tinja pada orang dewasa dan anakanak. (3)
Cara penggunaan Probiotik dapat digunakan sebagai obat diare
pada pasien yang mengalami diare akibat atau
disebabkan oleh agen infeksi seperti bakteri atau
parasit. (3)
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas
terbatas, Direktorat Bina Farmasis Komunitas dan Klinik Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI.
2. Dipiro JT, et al. 2016. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic
Approach. 10th Edition. Mc Graw Hill Education : New York
3. https://www.halodoc.com/artikel/bolehkah-konsumsi-minuman-
probiotik-saat-diare : diakses pada tanggal 29 November 2021.
4. https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/norit-40-tablet : diakses
pada tanggal 29 November 2021.
5. https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/zinc-20-mg-10-tablet :
diakses pada tanggal 29 November 2021.
6. Noerasid. H., 1988, Gastroenteritis (Diare) Akut, dalam Suraatmadja,
Sudaryat, Asnil, Parma. O., Gastroenteritis Anak Praktis, hal. 51-84,
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran, Univesitas Indonesia, Jakarta
7. Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth. 2001. Farmakologi dan Terapi:,
Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
8. Soebagyo, 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press.
9. Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2.
Jakarta: Penerbit EGC; 2004.
10. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting
Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262,
269-271, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
11. Wells BG, et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook. 9th Edition.
McGraw-Hill Education : New York.
12. Zein U. 2011. Diare Akut Dewasa. USU Press : Medan.

Anda mungkin juga menyukai